Tinjauan tentang Desa TINJAUAN PUSTAKA

1.3 Pengaturan Desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa Pemerintah negara Republik Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan negara Indonesia. Desa yang memiliki hak asal usul dan hak tradisonal dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kukuh dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Dengan demikian, tujuan diterapkan pengaturan desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 merupakan penjabaran lebih lanjut dari ketentuan Pasal 3 UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan bahwa pengaturan desa berasaskan: a. Rekognisi, yaitu pengakuan terhadap asal usul; b. Subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan masyarakat desa; c. Keberagaman, yaitu pengakuan dan penghormatan terhadap sistem nilai yang berlaku dimasyarakat desa, tetapi dengan tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; d. Kebersamaan, yaitu semangat untuk berperan aktif dan bekerjasama dengan prinsip saling menghargai antara kelembagaan di tingkat desa dan unsur masyarakat desa dalam membangun desa; e. Kegotongroyongan, yaitu kebiasaan saling tolong-menolong untuk membangun desa; f. Kekeluargaan, yaitu kebiasaan warga masyarakat desa sebagai bagian dari satu kesatuan keluarga besar masyarakat desa; g. Musyawarah, yaitu proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak kepentingan. Menurut penulis, proses musyawarah desa yang diselenggarakan oleh BPD dalam pembentukan Perdes sangat penting dilakukan, dikarenakan keterlibatan masyarakat desa melalui diskusi dengan berbagai pihak yang berkepentingan sangat diperlukan untuk menyalurkan masukan yang menjadi keinginan masyarakat desa ; h. Demokrasi, yaitu sistem pengorganisasian masyarakat desa dalam suatu sistem pemerintahan yang dilakukan oleh masyarakat desa atau dengan persetujuan masyarakat desa serta keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan dijamin; i. Kemandirian, yaitu suatu proses yang dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat desa untuk melakukan suatu kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan sendiri; j. Partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan. Menurut penulis, terkait dengan pengertian partisipasi, dalam hal ini masyarakat harus turut berperan aktif dalam musyawarah desa yang diselengarakan oleh BPD terkait pemebentukan Perdes. Dikarenakan partisiapasi masyarakat sangat diperlukan dalam proses pembentukan Perdes. k. Kesetaraan, yaitu kesamaan dalam kedudukan dan peran; l. Pemberdayaan, yaitu upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa; dan m. Keberlanjutan, yaitu suatu proses yang dilakukan secara terkoordinasi, terintegrasi, dan berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan desa. Pasal 4 UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan Pengaturan Desa bertujuan: a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa dengan keberagaman sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas desa dalam sistem Ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat desa; d. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama; e. Membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien, efektif, terbuka, serta bertanggung jawab; f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat desa guna mempercepat perwujudan kesejahtreraan umum; g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat desa guna mewujudkan masyarakat desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional; h. Memajukan perekonomian masyarakat desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; i. Memperkuat masyarakat desa dalam subjek pembangunan.

D. Tinjauan tentang Badan Permusyawaratan Desa

1.1.Pengertian Badan Permusyawaratan Desa Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan. BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa yaitu: - Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa, berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat; - Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, Pemangku Adat, golongan profesi, pemuka agama, dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya; - Masa jabatan anggota BPD adalah 6 enam tahun dan dapat diangkatdiusulkan kembali untuk 1 satu kali masa jabatan berikutnya; - Jumlah anggota BPD berjumlah ganjil, minimal 5 lima orang maksimal 9 sembilan orang, berdasarkan: a. Luas wilayah; b. Jumlah penduduk; c. Kemampuan keuangan desa. - Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan keputusan BupatiWalikota; - Sebelum memangku jabatannya, anggota BPD mengucapkan sumpahjanji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu BupatiWalikota; - Pimpinan BPD terdiri dari: a. Ketua 1 satu orang; b. Wakil ketua 1 satu orang; c. Sekretaris 1 satu orang. Berdasarkan hasil penjelasan diatas, terkait dengan BPD, berikut ini adalah struktur BPD desa Bojong Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur periode 2013-2018. KETUA HABIB ASNAWAWI WAKIL KETUA I PUTU DEWA AJ MUSTAFA SEKRETARIS HASAN BASRI Berdasarkan hasil gambaran umum diatas, terkait struktur BPD desa Bojong Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur, menurut penulis berdasarkan hasil wawancara dengan ketua BPD Habib Asnawawi, terkait menjadi anggota BPD tersebut dipilih berdasarkan keterwakilan wilayah pada masing-masing dusun. Mekanisme pemilihan menjadi anggota BPD tersebut dilaksanakan secara perwakilan yang pengisiannya dilakukan secara partisipatif. Partisipatif yang dimaksud, setiap dusun mengadakan musyawarah dengan memilih wakil dari penduduk desa yang bersedia menjadi anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah. Selanjutnya, berdasarkan hasil musyawarah dan penetapan anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah dilaksanakan musyawarah mufakat dengan anggota BPD yang terpilih untuk menentukan siapa yang akan menjadi Ketua BPD. Mekanisme pemilihan tersebut, melalui voting suara terbanyak dari anggota BPD terkait siapa yang akan diajukan dan dipercayai untuk menjadi Ketua BPD Bojong. Hal yang menarik menurut penulis berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Habib Asnawawi, untuk menentukan siapa yang akan menjadi Ketua BPD penunjukannya hanya sebatas sejauh mana pemimpin tersebut dekat dengan RUSDI Anggota SALAM Anggota HASANUDIN Anggota YUNUS Anggota Muhajir Anggota SUPRIYANI Anggota M. BAZID Anggota ZAENUDIN Anggota Kades, hal tersebut beralasan dikarenakan kurangnya pengetahuan anggota BPD terkait tugas dan fungsinya dalam peraturan perundang-undangan sehingga, selama ini dalam pembentukan Perdes yang seharusnya diprakarsai dan dirancang oleh BPD, yang terjadi adalah Perdes tersebut diprakarsai dan dirancang oleh Kades. Persyaratan calon anggota BPD adalah: - Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; - Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI dan Bhineka Tunggal Ika; - Berusia paling rendah 20 dua puluh tahun atau sudah pernah menikah; - Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama atau sederajat. Dalam hal ini penulis berkesimpulan, bahwa peran BPD dalam mewujudkan pembentukan Perdes belum optimal, dikarenakan minimnya tingkat pendidikan anggota BPD tersebut, sehingga peran BPD yang seharusnya memprakarsai dan merancang Perdes tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebagaimana mestinya dikarenakan minimnya tingkat pendidikan masyarakat desa Bojong tersebut. Dari hasil gambaran diatas terkait struktur BPD, penulis menyimpulkan bahwa struktur BPD yang ada di desa Bojong, jumlah anggotanya melebihi batas maksimal jumlah anggota BPD yang ditetapkan di dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal 58 yang berbunyi: “ Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 lima orang dan paling banyak sembilan

Dokumen yang terkait

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembentukan Peraturan Desa (Studi Kasus Di Desa Tridayasakti Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi)

1 12 92

SKRIPSI PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

1 2 15

PENDAHULUAN Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

2 3 14

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DI KECAMATAN KISMANTORO Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembentukan Peraturan Desa Di Kecamatan Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 2 24

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar).

0 0 17

Model Penguatan Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan Desa (PERDES) Partisipatif Sebagai Upaya Mewujudkan Good Village Governance.

0 0 1

KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA (Studi Di Desa Lepak Timur Kecamatan Sakra Timur Kabupaten Lombok Timur) JURNAL ILMIAH

0 0 18