Sebagai makhluk sosial, kita sering berinteraksi dengan sesama. Mula- mula interaksi tersebut kita lakukan di dalam keluarga. Kemudian berkembang ke
sistem sosial yang lebih besar lagi, misalnya tetangga sebelah rumah, tetangga sekampung, sedesa, sekecamatan, sekabupaten, dan seterusnya. Dalam setiap
sistem sosial itu terdapat kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma yang tiada lain adalah unsur-unsur budaya masyarakat yang bersangkutan.
Ketika para anggota sistem sosial itu berinteraksi, saat itulah kebiasaan, nilai, dan norma tersebut dibagikan sharing dikalangan mereka. Lama-
kelamaan kebiasaan, nilai, dan norma itu menjadi bagian hidup yang tidak dapat dipisahkan lagi dari para anggota sistem sosial tersebut. Mereka menjadi
pemangku kebudayaan masyarakatnya. Sewaktu mereka berkomunikasi, kebiasaan, nilai, dan norma menjadi acuan. Mereka berkomunikasi dengan
memakai cara-cara yang berlaku didalam budaya masyarakatnya. Komunikasi akan berjalan lancar jika para pelaku yang terlibat dalam
komunikasi mempunyai latar belakang budaya yang sama. Orang jawa tentu saja lebih mudah berkomunikasi dengan orang Jawa, ketimbang dengan orang Aceh,
Sunda, Batak, Ambon, atau Dani. Orang Timur biasanya lebih gampang berkomunikasi dengan orang timur pula dibandingkan dengan orang barat.
Suatu kebudayaan tercipta atau terwujud sebagai hasil interaksi antara manusia dengan alam. Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks
dibandingkan makhluk hidup lain. Kekompleksan tersebut tidak hanya menyangkut masalah, fisik, namun juga menyangkut kebutuhan, pola perilaku,
daya nalar, bahkan kehidupan yang dihadapi manusia. Sehubungan dengan hal tersebut, manusia memiliki berbagai kemampuan dalam mengatasi kompleksitas
kebutuhan hidupnya karena manusia mempunyai :
1. Akal, Intelegensia, dan Intuisi
Manusia memiliki otak sehingga mempunyai kemampuan berfikir. Dengan memiliki otak yang sehat maka manusia mampu berbuat sesuatu yang bermanfaat
baik bagi dirinya sendiri, orang lain maupun alam. Manusia mampu belajar sehingga menjadi cerdas, memiliki teknologi dan pengetahuan dengan kadar
intelegensia yang dimilikinya. Intuisi adalah bentuk pikiran yang samar, semacam
2
bisikan hati. Intuisi sering setengah disadari tanpa diikuti proses berpikir cermat sebelumnya, namun bisa menuntun pada suatu keyakinan.
2. Perasaan dan Emosi
Perasaan adalah kemampuan psikis yang dimiliki seseorang baik yang berasal dari rangsangan di dalam atau di luar dirinya. Ini berhubungan dengan aspek
kejiwaan atau hati manusia. Hati adalah tempat perasaan manusia itu timbul. Emosi adalah rasa hati atau rasa gerak. Emosi sering berbentuk perasaan yang
kuat dapat menguasai seseorang, tetapi tidak berlangsung lama. 3. Kemauan
Kemauan adalah keinginan atau kehendak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Kemauan baik adalah keinginan untuk berbuat baik. Kemauan zaman
adalah berbuat sesuatu sesuai dengan zamannya. Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu yang dikendalikan oleh
akal budi. Kemauan dapat dibedakan antara kemauan biologis dan psikologis. 4. Fantasi
Secara harfiah, fantasi diartikan sebagai lamunan, khayalan atau angan-angan. Fantasi meruapakan paduan unsur pemikiran dan perasaan yang ada pada manusia
untuk menciptakan kreasi baru yang dapat dinikmati. Kemampuan mencipta selalu ada hubungannya dengan kemampuan seseorang berfantasi, walaupun
fantasi juga mempunyai sisi buruk dalam kehidupan manusia. 5. Perilaku
Perilaku adalah tabiat atau kelakuan. Perilaku merupakan jati diri seseorang yang berasal dari lahir sebagai faktor keturunan. Faktor lingkungan kemudian
mewarnai jati diri seseorang ini. MAnusia dapat menciptakan kebudayaan dengan berbagai kemampuan yang telah dijelaskan di atas. Dalam hal ini, terdapat
hubungan antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaannya. Terkait dengan
pengertian ini, Peter L. Berger menyatakan bahwa di dalam masyarakat terdapat proses dialektik mendasar yang terdiri dari tiga langkah yaitu eksternalisasi,
objektivasi dan internalisasi. 6. Eksternalisasi
Manusia apabila dibandingkan dengan makhluk biologis lain merupakan makhluk yang secara biologis mempunyai kekurangan karena dilahirkan dengan
struktur naluri yang tidak lengkap, yaitu tidak terarah dan kurang terspesialisasi.
3
Oleh karena adanya ketidaksempurnaan tersebut, maka manusia senantiasa harus menciptakan suatu dunia manusia yaitu kebudayaan. Dengan cara membangun
dunia world building ini, manusia tidak hanya menciptakan suatu dunia, melainkan juga menciptakan dirinya dalam suatu dunia. Oleh sebab itu, dapat
dikatakan masyarakat adalah produk manusia. 7. Objektivasi
Inti dari proses objektivasi ialah bahwa kebudayaan yang diciptakan manusia kemudian menghadapi penciptanya sebagai suatu fakta di luar dirinya. Dunia yang
diciptakan manusia tersebut menjadi sesuatu yang berada di luarnya menjadi suatu realitas objektif.
8. Internalisasi