2. Bahan hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang merupakan
dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut terdiri atas a buku-buku teks yang membicarakan suatu danatau beberapa permasalahan hukum, termasuk skripsi,
tesis, dan disertasi hukum, b kamus-kamus hukum, c jurnal-jurnal hukum, dan d komentar-komentar atas putusan hakim.
3
Publikasi tersebut merupakan petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum
sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, jurnal, surat kabar, dan sebagainya.
4
3. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum
tersier itu sendiri terdiri dari kamus-kamus, bibliografi, ensiklopedia, dan sebagainya.
C. Metode Pengumpulan Data
Studi Kepustakaan Library Research
Studi kepustakaan adalah usaha untuk memperoleh data sekunder. Studi kepustakaan dilakukan dengan menggunakan serangkaian studi dokumentasi dengan cara
mengumpulkan, membaca, mempelajari, membuat catatan-catatan, dan kutipan-
3
.H.Zainuddin Ali, ibid, hlm.54
4
Soerjono Soekanto sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat Jakarta:Rajawali Press, 2003, hlm.33-37
kutipan serta menelaah bahan-bahan pustaka yaitu berupa karya tulis dari para ahli yang tersusun dalam literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
ada kaitanya dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian. D.
Metode Pengolahan Data Setelah data sekunder dan data primer terkumpul dan diolah, untuk menentukan hal
yang baik dalam melakukan pengolahan data, melalui kegiatan editing, interpretasi, dan sistematisasi.
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan diolah dengan cara :
1. Editing yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang diperoleh, apabila masih
belum lengkap maka diusahakan dilengkapi kembali dengan mengkoreksi ulang ke sumber data yang bersangkutan.
2. Sistematisasi yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap pokok
bahasan secara sistematis sehingga memudahkan pembahasan 3.
Interpretasi yaitu memberikan penafsiran atau penjabaran dari table atau hasil perhitungan data untuk dicari makna yang lebih luas dengan menghubungkan
jawaban yang diperoleh dengan data lain.
E. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dimana prosedur penelitiannya bersifat menjelaskan, mengolah,
menggambarkan, dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas masalah yang diteliti.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pembahasan dapat disimpulkan atas permasalahan- permasalahan yang dijadikan bahasan dalam tesis ini, yaitu sebagai berikut :
1. Pasien memiliki hak untuk menolak dilakukannya tindakan kedokteran. Hal ini
didasarkan pada adanya transaksi terapeutik antara dokter dan pasien yang erat kaitannya dengan pelaksanaan hak dasar pasien atas pelayanan kesehatan, dan hak
untuk menentukan nasib sendiri yang harus diakui dan dihormati. Doktrin the right of self determination oleh para ahli dijadikan sebagai landasan bagi tenaga
kesehatan untuk tidak sekehendak hati melakukan tindakan tindakan terhadap pasien. Pasien memiliki hak dasar yang bersifat hakiki untuk menentukan segala
sesuatu terhadap tubuhnya apakah pasien akan menyetujui atau pasien menolak atas tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap dirinya.
2. Inti dari adanya penolakan tindakan kedokteran oleh pasien adalah merupakan
perwujudan dari adanya hak dasar pasien untuk menentukan nasib dirinya sendiri. Pasien berhak untuk menolak tindakan kedokteran setelah pasien mendapatkan
penjelasan atau informasi yang adekuat dan dimengerti oleh pasien dari dokter mengenai keadaan penyakitnya. Penolakan tindakan kedokteran tersebut secara
terang dan tegas dinyatakan oleh pasien dalam formulir penolakan tindakan kedokteran.
3. Akibat hukum dari adanya penolakan tindakan kedokteran oleh pasien adalah
pasien akan menanggung sendiri risiko yang terjadi atas dampak penolakan tindakan kedokteran tersebut. Selain itu pasien tidak dapat mengajukan gugatan
terhadap dokter ataupun rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan apabila terjadi hal-hal yang merugikan pasien akibat dari adanya penolakan tindakan
kedokteran oleh pasien tersebut.
B. SARAN
1. Rumah sakit agar lebih meningkatkan citra dalam pelayanan medis terhadap
pasien, terutama dokter sebagai bagian dari rumah sakit dalam hal memberikan penjelasan atau informasi yang adekuat terhadap pasien.
2. Pasien agar lebih memahami bahwa hubungan hukum antara dokter dan pasien itu
melahirkan aspek hukum inspannings verbintenis karena objek dari hubungan hukum itu adalah upaya maksimal yang dilakukan oleh dokter secara hati-hati dan
penuh ketegangan berdasarkan pengetahuannya untuk menyembuhkan pasien. Jadi, tidak menjanjikan suatu hasil yan pasti.
3. Dokter dalam menjalankan profesinya agar dapat mendapat perlindungan hukum,
mengingat banyaknya tuntutangugatan pasien yang banyak disebabkan oleh adanya perbedaan persepsi dan miskomunikasi. Dokter diharapkan dapat lebih
memahami arti pentingnya informed consent dan penolakan terhadap informed consent.
DAFTAR PUSTAKA
Al Purwohadiwardoyo, Etika Medis, Kanisius, Yogyakarta, 1989. Alexandra Indriyanti Dewi, Etika dan Hukum Kesehatan, Yogyakarta, 2008.
Anny Isfandyarie, Malpraktek Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana, Prestasi Pustaka Publisher,Jakarta,2005.
Bahder johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta, Jakarta, 1999.
Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, sinar Grafika, Jakarta, 1996. Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996.
Danny Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1996.
Endang Kusuma Astuti, Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis Di Rumah Sakit, Ikapi, Semarang,2006.
Ermawati Dalami, Etika Keperawatan, Trans Info Media,Jakarta, 2010. H.Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.
Indra Bastian, Suryono, Penyelesaian Sengketa Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta,2011.
Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum. Yogyakarta, Liberty. M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar maju, Bandung, 1994.
M. Yahya harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1986.
Ns.Ta’adi, Hukum Kesehatan, Sanksi Motivasi Bagi Perawat, EGC, 2011. Pedeo P Solis, Medical Jurisprudence, University of The Philippines, Manila, 1980,
dalam Totok T Suriaatmadja dan M Faiz Mufdi, Aspek Tanggung Jawab Perdata Dalam Hukum Kesehatan Terutama Dalam Malpraktek, Makalah
pada seminar sehari Penegakan Hukum Terhadap Malpraktek, Kerjasama IKAHI dan IDI Cabang Sekayu, di sekayu, 27 Mei 2006.
Samsi Jacobalis, Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etikamedis, dan Bioetika. CV Agung Seto bekerjasama dengan Universitas Tarumanegara, Jakarta, 2005.