2011 EP Patient Safety informed concent
Patient Safety ( Keselamatan Pasien)
TOPIK: Komunikasi Dalam Keselamatan Pasien - Informed Consent
I. Deskripsi modul
Kontributor
:
dr. Eriko Prawestiningtyas, Sp.F
Area Kompetensi
:
Modul ini merupakan bagian dari menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran yang mencakup area
kompetensi 7: Area etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan pasien.
Tujuan Pembelajaran
:
Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan mahasiswa diharapkan mampu untuk :
Menjelaskan pentingnya komunikasi dalam menciptakan keselamatan pasien dan memahami timbulnya resiko
dalam pelayanan medis
Melatih peserta untuk dapat berkomunikasi dengan pasien saat memberikan persetujuan tindakan kedokteran
(Hubungan langsung dokter-pasien / keluarga)
Melatih peserta untuk dapat berkomunikasi dengan pasien bila resiko terjadi (hubungan langsung dokter – pasien
/ keluarga)
Melatih peserta untuk dapat berkomunikasi dengan rekan sekerja lain pada saat kegiatan yang bersifat konsultatif
dan transfer (serah terima) pasien (hubungan dokter –tenaga kesehatan lain)
Metode
:
Modul ini merupakan bagian dari Modul Patient safety Management, yang dirancang untuk mahasiswa semester 7.
Dilaksanakan dengan cara pemberian kuliah dan diskusi kasus serta permainan peran.
Peralatan
:
Meja kursi
Multimedia
Scenario
Modul
Waktu
:
150 menit ( 50 menit kuliah umum , 2 x @ 50 menit terdiri dari introduction 15 menit, latihan 60 menit,
pembahasan 25 menit)
Tutor
:
Evaluasi
:
Skill drill test (demonstrasi yang diobservasi berdasar checklist)
Referensi
:
1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran, Indonesia,Jakarta.
3. Peraturan Menteri Kesehatan, No. 290/MENKES/PER/III/2008,
Overview
:
Untuk mencapai hasil yang optimal atas pelayanan kesehatan baik perorangan maupun kepada masyarakat yang pada
hakekatnya merupakan upaya bersama antara dokter – tenaga kesehatan lain dengan pasien, maka diperlukan komunikasi
efektif sebagai salah satu indicator tercapainya keselamatan pasien selain faktor profesionalisme pelayanan dan sarana
prasarana.
Untuk pelayanan kesehatan di RS, keselamatan pasien merupakan hal yang paling utama dalam upaya pelayanan
kesehatan, demikian juga bagi pelayanan kesehatan pribadi atau swasta. Keberagaman dan kerutinan berbagai pelayanan
kesehatan yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan KTD, dan hal tersebut hendaknya dapat dicegah. Data yang
didapatkan dari WHO pada tahun 2004 mengumpulkan angka penelitian dari berbagai RS di Amerika, Inggris, Denmark, dan
Australia ditemukan terjadi KTD antara 3.2 – 16.6% dan dari data tersebut beberapa berakhir dengan kematian.
Di negara kita, data tentang KTD akibat kesalahan medis masih jarang, namun justru tuntutan akan tuduhan “malpraktek”
meningkat, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Maka dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien maka
diperlukan acuan mengaktifkan upaya-upaya keselamatan pasien. Untuk pelayanan kesehatan di RS telah dibentuk Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) dan telah aktif melaksanakan langkah persiapan pelaksanaan keselamatan
pasien rumah sakit dengan mengembangkan program keselamatan pasien rumah sakit.
Titik fokus, poin utama dalam keselamatan pasien adalah pada insiden kelematan pasien itu sendiri, baik yang bersifat
Kejadian nyaris cedera (KNC), Kejadian tidak diharapkan (KTD), Kejadian sentinel ataupun yang bersifat kejadian potensial
cedera.
Untuk Kejadian tidak diharapkan maka terdapat kategori yang tidak dapat dicegah meliputi: foreseeable-unavoidable,
acceptable, unforeseeable- risk, dll. Serta kejadian tidak diharapkan yang dapat dicegah berupa error atau negligence.
Fakta berdasarkan penelitian dari US Patient Safety Experience, permasalahan umum dari timbulnya kesalahan medis
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data tersebut diatas tampak bahwa sebagian besar permasalahan kesalahan medis terletak pada komunikasi
yang tidak baik. Oleh karena itu sangat penting dalam rangka kolaborasi dokter- pasien yang sejak awal hendaknya berupaya
dengan optimal dalam pelayanan kesehatan terutama dalam mengobati pasien, untuk mengutamakan masalah komunikasi
yang tidak hanya antara dokter dengan pasien namun juga dokter dengan tenaga kesehatan lain.
Dalam komunikasi tersebut akan diketahui bahwa semua tindakan yang kita lakukan pada pasien hendaknya disampaikan
dengan jelas dan dimengerti termasuk efek samping tindakan dan resikonya. Adapun resiko tersebut bervariasi ringan hingga
berat dan wajib ketahui oleh dokter dengan pengetahuan sebaik-baiknya, mengingat bahwa ilmu kedokteran bukanlah ilmu
pasti, maka keberhasilan tindakan kedokteran bukan pula suatu kepastian, melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor yang
dapat berbeda-beda dari satu kasus ke kasus lainnya.
1. Untuk hubungan langsung (dokter-pasien)
Hubungan mandiri dokter-pasien dan dengan alasan pasien mempunyai pengetahuan yang semakin luas tentang dunia
kedokteran, serta memiliki keinginan terlibat dalam pembuatan keputusan perawatan terhadap diri mereka, maka persetujuan
yang diperoleh dengan baik dapat memfasilitasi keinginan pasien tersebut, serta menjamin bahwa hubungan antara dokter
dengan pasien adalah berdasarkan keyakinan dan kepercayaan.
Jadi proses persetujuan tindakan kedokteran merupakan manifestasi dari terpeliharanya hubungan saling menghormati dan
komunikatif antara dokter dengan pasien, yang bersama-sama menentukan pilihan tindakan yang terbaik bagi pasien demi
mencapai tujuan pelayanan kedokteran yang disepakati.
Persetujuan tindakan kedokteran (Informed Consent) merupakan pernyataan sepihak pasien atau yang sah mewakilinya yang
isinya berupa persetujuan atas rencana tindakan kedokteran yang diajukan dokter, setelah menerima informasi yang cukup
untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan.
Informed consent merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan seorang dokter kepada pasien. Dokter harus
memiliki ketrampilan dalam masalah ini, karena informed consent merupakan salah satu syarat sahnya dilakukan tindakan
kedokteran terhadap pasien, sebagaimana yang tercantum pada UU No. 29 tahun 2004, tentang Praktek Kedokteran dan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Informed consent juga merupakan salah satu
dokumen atau alat yang bisa membantu dokter apabila ada tuntutan malpraktek.
Persetujuan tindakan kedokteran (Informed consent) dianggap sah bila:
- Pasien telah diberkan penjelasan / informasi
- Pasien / yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan keputusan / persetujuan
- Persetujuan harus diberikan secara sukarela
Prinsip pemberian informasi kepada pasien:
- Penangggung jawab pemberian informasi kepada pasien adalah dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan
/ tindakan
- Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang mereka
- Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain
- Tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga atau teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan tape
recorder
- Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan agar diberkan dengan cara yang sensitive dan empati
- Dapat mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam diskusi
- Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas
- Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang diberikan
Selain persetujuan tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter kepada pasien yang didalamnya tercantum tentang resiko
medis, maka dokter hendaknya juga memahami tentang cara memberikan informasi bila kejadian tidak diharapkan kepada
pasien dan keluarganya. Prinsip pemberian informasi tersebut berupa:
- Pendekatan kekeluargaan kepada pasien ( perkenalan peserta kepada pasien dan penjelasan tentang apa yang
telah terjadi)
- Komunikasikan dengan pasien dan keluarga tentang tingkat pemahaman mereka
- Menyampaikan dan memperagakan prinsip keterbukaan
- Pastikan pasien akan didukung dan dirawat hingga kejadian tidak diharapkan tersebut teratasi
- Mengelola faktor-faktor yang mungkin mengarah pada keluhan / complain pasien
2. Untuk hubungan dokter dengan tenaga kesehatan lain
Dalam mengelola pelayanan pasien maka juga dipengaruhi factor komunikasi yang baik antara individu yang satu dengan
yang lain danlam hubungan tim kerja. Untuk mengoptimalkan hubungan kerja tersebut tidak lepas dari tujuan utama
pelayanan yaitu bermuara pada kesembuhan dan keselamatan pasien. Area komunikasi dokter dengan tenaga kesehatan
lain tersebut sangat bervariasi disesuaikan dengan kedudukan dan kondisi dokter tersebut, antara lain:
2.1. Metode SBAR
Merupakan metode komunikasi berbasis informasi kritis pasien yang membutuhkan perhatian dan tindakan yang
bersifat segera. Cara ini membutuhan kemauan sungguh-sungguh dalam memperhatikan proses pemberikan
informasi yang sebenar-benarnya.
Contoh:
Situation
: Apa yang terjadi pada keadaan pasien saat ini
Dokter, saya ani dari ruang 25, pasien Bapak Koko mengalami distress pernapasan
Background
: Bagaimana kondisi background pasien tersebut sebelumnya.
Bapak joko, 60 tahun dengan COPD berat, keadaanya semakin menurun dan saat ini kondisi
semakin buruk.
Assesment
: penilaian terhadap mengapa problem pada situasi tersebut terjadi
Suara napas makin menurun pada paru kanan. Kemungkinan pasien mengalami pneumothorax
Recomendation : apa yang seharusnya dilakukan dan konfirmasi kesediaan dokter yang bersangkutan
Menurut saya pasien perlu dilakukan chest x-ray dan diperiksa segera. Apakah dokter bias hadir
untuk memeriksa pasien tersebut?
2.2. Metode yang digunakan pada saat transfer atau serah terima pasien.
Tindakan serah terima pasien merupakan suatu tindakan yang rentan terjadi kesalahan bila tidak terjadi komunikasi
yang baik. Komunikasi yang tidak adequate dapat menimbulkan timbulnya kejadian yang tidak diharapkan.
Untuk itu maka terdapat strategi berupa : ‘I pass the baton’ yang terbukti efektif dan akurat untuk mengurangi angka
kejadian tidak diharapkan
II.
Langkah komunikasi
Langkah komunikasi Saat Membuat Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)
1.
Berikan informasi tentang diagnosis (diagnosis kerja & diagnosis banding)
2.
Berikan penjelasan kepada pesien / keluarganya tentang dasar diagnosis tersebut
3.
Sampaikan kepada pasien / keluarganya tentang jenis tindakan kedokteran yang akan dilakukan kepada
pasien
4.
Jelaskan tentang indikasi dari dilakukannya tindakan kedokteran tersebut
5.
Jelaskan kepada pasien / keluarganya tentang tata cara dari tindakan kedokteran yang akan dilakukan
6.
Jelaskan tentang Tujuan dari tindakan kedokteran yang akan dilakukan
7.
Jelaskan tentang Resiko yang mungkin terjadi dari tindakan kedokteran tersebut
8.
Jelaskan tentang komplikasi yang mungkin terjadi dari dilakukannya tindakan kedokteran tersebut
9.
Berikan informasi tentang alternatif lain
10.
Berikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas
11.
Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu
12.
Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua (second opinion) dari dokter lain
13.
Bila memungkinkan, juga diberikan informasi tentang perincian biaya
Langkah komunikasi saat melakukan Tindakan Laporan Pasien (konsultasi pasien) - SBAR
1. Berikan informasi terkini menganai kondisi terakhir pasien yang sangat perlu dilaporkan dan menjadi masalah
penting
2. Berikan informasi tentang kondisi dan perjalanan penyakit pasien sebelumnya
3. Jelaskan mengenai penilaian tentang mengapa maslah atau problem tersebut bisa terjadi
4. Mintalah konfirmasi tindakan untuk mengatasi maslah tersebut dan lakukan konfirmasi kedatangan dokter konsultan
atau supervisor
Langkah komunikasi saat melakukan transfer pasien – I PASS the BATON
1. Perkenalkan diri saat melakukan pemindahan pasien kepada tenaga medis yang akan menerima pasien
2. Sebutkan idntitas pasien yang ditransfer
3. Jelaskan hasil pemeriksaan (asesmen) atas pasien tersebut pada saat dipindah (ditrasnsfer): keluhan terbaru, vital
sign, gejala, diagnosis dan terapi yang sudah diberikan
4. Berikan informasi penting terkait keselamatan pasien yang bersifat individu: hasil lab, alergi, kondisi ekonomi
5. Berikan informasi riwayat kesehatan pasien
6. Tindakan yang sudah dilakukan
7. Berikan penjelasan tentang hal yang bersifat segera (urgent) harus dilakukan
8. Berikan informasi penanggung jawab (baik medis maupun pihak keluarga)
9. Berikan informasi rencana selanjutnya
TUGAS MODUL
1. Skenario 1
Datang ke rumah sakit seorang wanita muda dengan cara berjalan sedikit membungkuk kearah kanan sambil
memegangi perutnya. Pasien usia 20 tahun, belum menikah, mengeluh nyeri perut kanan bawah hingga pinggang,
semakin nyeri bila digunakan untuk berjalan dan digerakkan. Sifat nyeri hilang timbul. Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan:
Tanda peritonitis abdomen kanan bawah, Mc Burney dan kontra Mc Burney positif. Pemeriksaan colok dubur,
ditemukan nyeri tekan daerah lingkaran rectum jam 9-12.
Pemeriksaan tambahan laboratorium ditemukan lekositosis dan LED meningkat.
Pasien didiangnosa dengan appendicitis akut dengan tindakan rencana / pro-operasi.
Lakukan langkah komunlkasi informed consent pada pasien dan atau keluarga pada kasus tersebut!
Bila pasien tersebut dirawat sebelumnya didalam ruang perawatan UGD dan telah setuju dilakukan operasi
kemudian akan dilakukan persiapan dan tindakan operasi, bagaimana cara anda memberikan informasi pada
petugas kesehatan di ruang persiapan operasi atas keadaan pasien anda? (metoda transfer- i pass the
baton)
2. Skenario 2
Seorang ibu datang ke UGD sebuah rumah sakit, mengantar anaknya, laki-laki usia 4 tahun, berat 18 kg dengan
keluhan utama panas selama 7 hari, Panas tinggi kadang disertai menggigil. Keluar nintik-bintik merah dikulit dan
bila ditekan tidak hilang. Keluar keringat dingin, pucat dan kadang mimisan.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan:
T: 90/,,,,,,, nadi kecil, petechiae positif, kesadaran menurun, epistaksis positif. Akral dingin, Rumplee leed positif
Pemeriksaan tambahan laboratorium ditemukan trombositopenia < 10.000
Pasien didiagnosa dengan Denggue Syok Sindrome (DSS) atau Sindroma Renjatan Dengue (SRD)
Lakukan langkah komunlkasi informed consent pada pasien dan atau keluarga pada kasus tersebut dan
tindakan yang akan anda lakukan!
Bila kondisi pasien makin memburuk, coba lakukan langkah komunikasi untuk melakukan konsultasi pasien
kepada supervisor anda! (metoda SBAR)
III. Check List 1
KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI SAAT MELAKUKAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
(INFORMED CONSENT)
Nama
NIM
Kelompok
Tanggal
:
:
:
:
No
Jenis kegiatan
1.
Memberikan informasi tentang diagonosis (Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding)
2.
Berikan penjelasan kepada pasien / keluarganya tentang dasar diagnosis tersebut
3.
Sampaikan kepada pasien jenis tindakan yang akan dilakukan
4.
Jelaskan indikasi tindakan tersebut
5.
Jelaskan tata cara melakukan tindakan tersegbut
6.
Jelaskan tujuan tindakan tersebut
7.
Jelaskan resiko yang mungkin terjadi dari tindakan tersebut
8.
Jelaskan komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan tersebut
9.
Berikan informasi tentang alternatif lain
10.
Berikan kesempatan kepada pasien menanyakan hal-hal yang belum jelas
11.
Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu
12.
Mengingatkan bahwa pasien berhak mendapatkan second opinion dari dokter lain
13.
Bila dimungkinkan disampaikan tenteng perincian biaya
Komponen Afeksi:
14.
Dokter dapat berempati terhadap rasa takut, cemas dan khawatir pasien
15.
Dokter dapat berempati dan memberikan dukungan ada kendala biaya
Keterangan: 0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2 = dikerjakan dengan benar
Nilai akhir
Jumlah nilai
= -------------------------- x 100 =
30
0
Nilai
1
2
CHECK LIST 2
Nama
NIM
Kelompok
Tanggal
KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI SAAT MELAKUKAN TINDAKAN PELAPORAN KASUS
(KONSULTASI – SBAR)
:
:
:
:
No
Jenis kegiatan
1.
Memberikan ilustrasi situasi pasien saat ini
2.
Berikan penjelasan latar belakang kondisi –perjalanan sakit pasien
3.
Menyampaikan penilaian terhadap mengapa problem pada situasi tersebut terjadi
4.
Mengkonfirmasikan tindakan yang akan diambil atau tindak lanjut dokter yang memberikan
konsultasi
Nilai
1
0
2
Total nilai = jumlah nilai x 100%
8
CHECK LIST 3
KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI SAAT MELAKUKAN TINDAKAN TRASNFER PASIEN
(I PASS the BATON)
Nama
NIM
Kelompok
Tanggal
:
:
:
:
No
Jenis kegiatan
1.
5
Perkenalkan diri saat melakukan pemindahan pasien kepada tenaga medis yang akan menerima
pasien
Sebutkan idntitas pasien yang ditransfer
Jelaskan hasil pemeriksaan (asesmen) atas pasien tersebut pada saat dipindah (ditrasnsfer):
keluhan terbaru, vital sign, gejala, diagnosis dan terapi yang sudah diberikan
Berikan informasi penting terkait keselamatan pasien yang bersifat individu: hasil lab, alergi,
kondisi ekonomi
Berikan informasi riwayat kesehatan pasien
6
Tindakan yang sudah dilakukan
7
Berikan penjelasan tentang hal yang bersifat segera (urgent) harus dilakukan
8
Berikan informasi penanggung jawab (baik medis maupun pihak keluarga)
2.
3.
4.
9
Berikan informasi rencana selanjutnya
Total nilai = jumlah nilai x 100%
18
0
Nilai
1
2
TOPIK: Komunikasi Dalam Keselamatan Pasien - Informed Consent
I. Deskripsi modul
Kontributor
:
dr. Eriko Prawestiningtyas, Sp.F
Area Kompetensi
:
Modul ini merupakan bagian dari menerapkan keselamatan pasien dalam praktik kedokteran yang mencakup area
kompetensi 7: Area etika, moral, medikolegal dan profesionalisme serta keselamatan pasien.
Tujuan Pembelajaran
:
Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan mahasiswa diharapkan mampu untuk :
Menjelaskan pentingnya komunikasi dalam menciptakan keselamatan pasien dan memahami timbulnya resiko
dalam pelayanan medis
Melatih peserta untuk dapat berkomunikasi dengan pasien saat memberikan persetujuan tindakan kedokteran
(Hubungan langsung dokter-pasien / keluarga)
Melatih peserta untuk dapat berkomunikasi dengan pasien bila resiko terjadi (hubungan langsung dokter – pasien
/ keluarga)
Melatih peserta untuk dapat berkomunikasi dengan rekan sekerja lain pada saat kegiatan yang bersifat konsultatif
dan transfer (serah terima) pasien (hubungan dokter –tenaga kesehatan lain)
Metode
:
Modul ini merupakan bagian dari Modul Patient safety Management, yang dirancang untuk mahasiswa semester 7.
Dilaksanakan dengan cara pemberian kuliah dan diskusi kasus serta permainan peran.
Peralatan
:
Meja kursi
Multimedia
Scenario
Modul
Waktu
:
150 menit ( 50 menit kuliah umum , 2 x @ 50 menit terdiri dari introduction 15 menit, latihan 60 menit,
pembahasan 25 menit)
Tutor
:
Evaluasi
:
Skill drill test (demonstrasi yang diobservasi berdasar checklist)
Referensi
:
1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran, Indonesia,Jakarta.
3. Peraturan Menteri Kesehatan, No. 290/MENKES/PER/III/2008,
Overview
:
Untuk mencapai hasil yang optimal atas pelayanan kesehatan baik perorangan maupun kepada masyarakat yang pada
hakekatnya merupakan upaya bersama antara dokter – tenaga kesehatan lain dengan pasien, maka diperlukan komunikasi
efektif sebagai salah satu indicator tercapainya keselamatan pasien selain faktor profesionalisme pelayanan dan sarana
prasarana.
Untuk pelayanan kesehatan di RS, keselamatan pasien merupakan hal yang paling utama dalam upaya pelayanan
kesehatan, demikian juga bagi pelayanan kesehatan pribadi atau swasta. Keberagaman dan kerutinan berbagai pelayanan
kesehatan yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan KTD, dan hal tersebut hendaknya dapat dicegah. Data yang
didapatkan dari WHO pada tahun 2004 mengumpulkan angka penelitian dari berbagai RS di Amerika, Inggris, Denmark, dan
Australia ditemukan terjadi KTD antara 3.2 – 16.6% dan dari data tersebut beberapa berakhir dengan kematian.
Di negara kita, data tentang KTD akibat kesalahan medis masih jarang, namun justru tuntutan akan tuduhan “malpraktek”
meningkat, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Maka dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien maka
diperlukan acuan mengaktifkan upaya-upaya keselamatan pasien. Untuk pelayanan kesehatan di RS telah dibentuk Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) dan telah aktif melaksanakan langkah persiapan pelaksanaan keselamatan
pasien rumah sakit dengan mengembangkan program keselamatan pasien rumah sakit.
Titik fokus, poin utama dalam keselamatan pasien adalah pada insiden kelematan pasien itu sendiri, baik yang bersifat
Kejadian nyaris cedera (KNC), Kejadian tidak diharapkan (KTD), Kejadian sentinel ataupun yang bersifat kejadian potensial
cedera.
Untuk Kejadian tidak diharapkan maka terdapat kategori yang tidak dapat dicegah meliputi: foreseeable-unavoidable,
acceptable, unforeseeable- risk, dll. Serta kejadian tidak diharapkan yang dapat dicegah berupa error atau negligence.
Fakta berdasarkan penelitian dari US Patient Safety Experience, permasalahan umum dari timbulnya kesalahan medis
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data tersebut diatas tampak bahwa sebagian besar permasalahan kesalahan medis terletak pada komunikasi
yang tidak baik. Oleh karena itu sangat penting dalam rangka kolaborasi dokter- pasien yang sejak awal hendaknya berupaya
dengan optimal dalam pelayanan kesehatan terutama dalam mengobati pasien, untuk mengutamakan masalah komunikasi
yang tidak hanya antara dokter dengan pasien namun juga dokter dengan tenaga kesehatan lain.
Dalam komunikasi tersebut akan diketahui bahwa semua tindakan yang kita lakukan pada pasien hendaknya disampaikan
dengan jelas dan dimengerti termasuk efek samping tindakan dan resikonya. Adapun resiko tersebut bervariasi ringan hingga
berat dan wajib ketahui oleh dokter dengan pengetahuan sebaik-baiknya, mengingat bahwa ilmu kedokteran bukanlah ilmu
pasti, maka keberhasilan tindakan kedokteran bukan pula suatu kepastian, melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor yang
dapat berbeda-beda dari satu kasus ke kasus lainnya.
1. Untuk hubungan langsung (dokter-pasien)
Hubungan mandiri dokter-pasien dan dengan alasan pasien mempunyai pengetahuan yang semakin luas tentang dunia
kedokteran, serta memiliki keinginan terlibat dalam pembuatan keputusan perawatan terhadap diri mereka, maka persetujuan
yang diperoleh dengan baik dapat memfasilitasi keinginan pasien tersebut, serta menjamin bahwa hubungan antara dokter
dengan pasien adalah berdasarkan keyakinan dan kepercayaan.
Jadi proses persetujuan tindakan kedokteran merupakan manifestasi dari terpeliharanya hubungan saling menghormati dan
komunikatif antara dokter dengan pasien, yang bersama-sama menentukan pilihan tindakan yang terbaik bagi pasien demi
mencapai tujuan pelayanan kedokteran yang disepakati.
Persetujuan tindakan kedokteran (Informed Consent) merupakan pernyataan sepihak pasien atau yang sah mewakilinya yang
isinya berupa persetujuan atas rencana tindakan kedokteran yang diajukan dokter, setelah menerima informasi yang cukup
untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan.
Informed consent merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan seorang dokter kepada pasien. Dokter harus
memiliki ketrampilan dalam masalah ini, karena informed consent merupakan salah satu syarat sahnya dilakukan tindakan
kedokteran terhadap pasien, sebagaimana yang tercantum pada UU No. 29 tahun 2004, tentang Praktek Kedokteran dan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Informed consent juga merupakan salah satu
dokumen atau alat yang bisa membantu dokter apabila ada tuntutan malpraktek.
Persetujuan tindakan kedokteran (Informed consent) dianggap sah bila:
- Pasien telah diberkan penjelasan / informasi
- Pasien / yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan keputusan / persetujuan
- Persetujuan harus diberikan secara sukarela
Prinsip pemberian informasi kepada pasien:
- Penangggung jawab pemberian informasi kepada pasien adalah dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan
/ tindakan
- Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang mereka
- Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain
- Tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga atau teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan tape
recorder
- Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan agar diberkan dengan cara yang sensitive dan empati
- Dapat mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam diskusi
- Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas
- Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang diberikan
Selain persetujuan tindakan kedokteran yang dilakukan oleh dokter kepada pasien yang didalamnya tercantum tentang resiko
medis, maka dokter hendaknya juga memahami tentang cara memberikan informasi bila kejadian tidak diharapkan kepada
pasien dan keluarganya. Prinsip pemberian informasi tersebut berupa:
- Pendekatan kekeluargaan kepada pasien ( perkenalan peserta kepada pasien dan penjelasan tentang apa yang
telah terjadi)
- Komunikasikan dengan pasien dan keluarga tentang tingkat pemahaman mereka
- Menyampaikan dan memperagakan prinsip keterbukaan
- Pastikan pasien akan didukung dan dirawat hingga kejadian tidak diharapkan tersebut teratasi
- Mengelola faktor-faktor yang mungkin mengarah pada keluhan / complain pasien
2. Untuk hubungan dokter dengan tenaga kesehatan lain
Dalam mengelola pelayanan pasien maka juga dipengaruhi factor komunikasi yang baik antara individu yang satu dengan
yang lain danlam hubungan tim kerja. Untuk mengoptimalkan hubungan kerja tersebut tidak lepas dari tujuan utama
pelayanan yaitu bermuara pada kesembuhan dan keselamatan pasien. Area komunikasi dokter dengan tenaga kesehatan
lain tersebut sangat bervariasi disesuaikan dengan kedudukan dan kondisi dokter tersebut, antara lain:
2.1. Metode SBAR
Merupakan metode komunikasi berbasis informasi kritis pasien yang membutuhkan perhatian dan tindakan yang
bersifat segera. Cara ini membutuhan kemauan sungguh-sungguh dalam memperhatikan proses pemberikan
informasi yang sebenar-benarnya.
Contoh:
Situation
: Apa yang terjadi pada keadaan pasien saat ini
Dokter, saya ani dari ruang 25, pasien Bapak Koko mengalami distress pernapasan
Background
: Bagaimana kondisi background pasien tersebut sebelumnya.
Bapak joko, 60 tahun dengan COPD berat, keadaanya semakin menurun dan saat ini kondisi
semakin buruk.
Assesment
: penilaian terhadap mengapa problem pada situasi tersebut terjadi
Suara napas makin menurun pada paru kanan. Kemungkinan pasien mengalami pneumothorax
Recomendation : apa yang seharusnya dilakukan dan konfirmasi kesediaan dokter yang bersangkutan
Menurut saya pasien perlu dilakukan chest x-ray dan diperiksa segera. Apakah dokter bias hadir
untuk memeriksa pasien tersebut?
2.2. Metode yang digunakan pada saat transfer atau serah terima pasien.
Tindakan serah terima pasien merupakan suatu tindakan yang rentan terjadi kesalahan bila tidak terjadi komunikasi
yang baik. Komunikasi yang tidak adequate dapat menimbulkan timbulnya kejadian yang tidak diharapkan.
Untuk itu maka terdapat strategi berupa : ‘I pass the baton’ yang terbukti efektif dan akurat untuk mengurangi angka
kejadian tidak diharapkan
II.
Langkah komunikasi
Langkah komunikasi Saat Membuat Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)
1.
Berikan informasi tentang diagnosis (diagnosis kerja & diagnosis banding)
2.
Berikan penjelasan kepada pesien / keluarganya tentang dasar diagnosis tersebut
3.
Sampaikan kepada pasien / keluarganya tentang jenis tindakan kedokteran yang akan dilakukan kepada
pasien
4.
Jelaskan tentang indikasi dari dilakukannya tindakan kedokteran tersebut
5.
Jelaskan kepada pasien / keluarganya tentang tata cara dari tindakan kedokteran yang akan dilakukan
6.
Jelaskan tentang Tujuan dari tindakan kedokteran yang akan dilakukan
7.
Jelaskan tentang Resiko yang mungkin terjadi dari tindakan kedokteran tersebut
8.
Jelaskan tentang komplikasi yang mungkin terjadi dari dilakukannya tindakan kedokteran tersebut
9.
Berikan informasi tentang alternatif lain
10.
Berikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas
11.
Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu
12.
Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua (second opinion) dari dokter lain
13.
Bila memungkinkan, juga diberikan informasi tentang perincian biaya
Langkah komunikasi saat melakukan Tindakan Laporan Pasien (konsultasi pasien) - SBAR
1. Berikan informasi terkini menganai kondisi terakhir pasien yang sangat perlu dilaporkan dan menjadi masalah
penting
2. Berikan informasi tentang kondisi dan perjalanan penyakit pasien sebelumnya
3. Jelaskan mengenai penilaian tentang mengapa maslah atau problem tersebut bisa terjadi
4. Mintalah konfirmasi tindakan untuk mengatasi maslah tersebut dan lakukan konfirmasi kedatangan dokter konsultan
atau supervisor
Langkah komunikasi saat melakukan transfer pasien – I PASS the BATON
1. Perkenalkan diri saat melakukan pemindahan pasien kepada tenaga medis yang akan menerima pasien
2. Sebutkan idntitas pasien yang ditransfer
3. Jelaskan hasil pemeriksaan (asesmen) atas pasien tersebut pada saat dipindah (ditrasnsfer): keluhan terbaru, vital
sign, gejala, diagnosis dan terapi yang sudah diberikan
4. Berikan informasi penting terkait keselamatan pasien yang bersifat individu: hasil lab, alergi, kondisi ekonomi
5. Berikan informasi riwayat kesehatan pasien
6. Tindakan yang sudah dilakukan
7. Berikan penjelasan tentang hal yang bersifat segera (urgent) harus dilakukan
8. Berikan informasi penanggung jawab (baik medis maupun pihak keluarga)
9. Berikan informasi rencana selanjutnya
TUGAS MODUL
1. Skenario 1
Datang ke rumah sakit seorang wanita muda dengan cara berjalan sedikit membungkuk kearah kanan sambil
memegangi perutnya. Pasien usia 20 tahun, belum menikah, mengeluh nyeri perut kanan bawah hingga pinggang,
semakin nyeri bila digunakan untuk berjalan dan digerakkan. Sifat nyeri hilang timbul. Hasil pemeriksaan fisik
menunjukkan:
Tanda peritonitis abdomen kanan bawah, Mc Burney dan kontra Mc Burney positif. Pemeriksaan colok dubur,
ditemukan nyeri tekan daerah lingkaran rectum jam 9-12.
Pemeriksaan tambahan laboratorium ditemukan lekositosis dan LED meningkat.
Pasien didiangnosa dengan appendicitis akut dengan tindakan rencana / pro-operasi.
Lakukan langkah komunlkasi informed consent pada pasien dan atau keluarga pada kasus tersebut!
Bila pasien tersebut dirawat sebelumnya didalam ruang perawatan UGD dan telah setuju dilakukan operasi
kemudian akan dilakukan persiapan dan tindakan operasi, bagaimana cara anda memberikan informasi pada
petugas kesehatan di ruang persiapan operasi atas keadaan pasien anda? (metoda transfer- i pass the
baton)
2. Skenario 2
Seorang ibu datang ke UGD sebuah rumah sakit, mengantar anaknya, laki-laki usia 4 tahun, berat 18 kg dengan
keluhan utama panas selama 7 hari, Panas tinggi kadang disertai menggigil. Keluar nintik-bintik merah dikulit dan
bila ditekan tidak hilang. Keluar keringat dingin, pucat dan kadang mimisan.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan:
T: 90/,,,,,,, nadi kecil, petechiae positif, kesadaran menurun, epistaksis positif. Akral dingin, Rumplee leed positif
Pemeriksaan tambahan laboratorium ditemukan trombositopenia < 10.000
Pasien didiagnosa dengan Denggue Syok Sindrome (DSS) atau Sindroma Renjatan Dengue (SRD)
Lakukan langkah komunlkasi informed consent pada pasien dan atau keluarga pada kasus tersebut dan
tindakan yang akan anda lakukan!
Bila kondisi pasien makin memburuk, coba lakukan langkah komunikasi untuk melakukan konsultasi pasien
kepada supervisor anda! (metoda SBAR)
III. Check List 1
KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI SAAT MELAKUKAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
(INFORMED CONSENT)
Nama
NIM
Kelompok
Tanggal
:
:
:
:
No
Jenis kegiatan
1.
Memberikan informasi tentang diagonosis (Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding)
2.
Berikan penjelasan kepada pasien / keluarganya tentang dasar diagnosis tersebut
3.
Sampaikan kepada pasien jenis tindakan yang akan dilakukan
4.
Jelaskan indikasi tindakan tersebut
5.
Jelaskan tata cara melakukan tindakan tersegbut
6.
Jelaskan tujuan tindakan tersebut
7.
Jelaskan resiko yang mungkin terjadi dari tindakan tersebut
8.
Jelaskan komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan tersebut
9.
Berikan informasi tentang alternatif lain
10.
Berikan kesempatan kepada pasien menanyakan hal-hal yang belum jelas
11.
Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu
12.
Mengingatkan bahwa pasien berhak mendapatkan second opinion dari dokter lain
13.
Bila dimungkinkan disampaikan tenteng perincian biaya
Komponen Afeksi:
14.
Dokter dapat berempati terhadap rasa takut, cemas dan khawatir pasien
15.
Dokter dapat berempati dan memberikan dukungan ada kendala biaya
Keterangan: 0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2 = dikerjakan dengan benar
Nilai akhir
Jumlah nilai
= -------------------------- x 100 =
30
0
Nilai
1
2
CHECK LIST 2
Nama
NIM
Kelompok
Tanggal
KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI SAAT MELAKUKAN TINDAKAN PELAPORAN KASUS
(KONSULTASI – SBAR)
:
:
:
:
No
Jenis kegiatan
1.
Memberikan ilustrasi situasi pasien saat ini
2.
Berikan penjelasan latar belakang kondisi –perjalanan sakit pasien
3.
Menyampaikan penilaian terhadap mengapa problem pada situasi tersebut terjadi
4.
Mengkonfirmasikan tindakan yang akan diambil atau tindak lanjut dokter yang memberikan
konsultasi
Nilai
1
0
2
Total nilai = jumlah nilai x 100%
8
CHECK LIST 3
KETRAMPILAN BERKOMUNIKASI SAAT MELAKUKAN TINDAKAN TRASNFER PASIEN
(I PASS the BATON)
Nama
NIM
Kelompok
Tanggal
:
:
:
:
No
Jenis kegiatan
1.
5
Perkenalkan diri saat melakukan pemindahan pasien kepada tenaga medis yang akan menerima
pasien
Sebutkan idntitas pasien yang ditransfer
Jelaskan hasil pemeriksaan (asesmen) atas pasien tersebut pada saat dipindah (ditrasnsfer):
keluhan terbaru, vital sign, gejala, diagnosis dan terapi yang sudah diberikan
Berikan informasi penting terkait keselamatan pasien yang bersifat individu: hasil lab, alergi,
kondisi ekonomi
Berikan informasi riwayat kesehatan pasien
6
Tindakan yang sudah dilakukan
7
Berikan penjelasan tentang hal yang bersifat segera (urgent) harus dilakukan
8
Berikan informasi penanggung jawab (baik medis maupun pihak keluarga)
2.
3.
4.
9
Berikan informasi rencana selanjutnya
Total nilai = jumlah nilai x 100%
18
0
Nilai
1
2