Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Terhadap Tindakan Hubungan Seksual Pranikah Di Smk Negeri “X” Medan Tahun 2009

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

TERHADAP TINDAKAN HUBUNGAN SEKSUAL

PRANIKAH DI SMK NEGERI “X” MEDAN

TAHUN 2009

Oleh:

JOKO PRANOTO

060100202

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

TERHADAP TINDAKAN HUBUNGAN SEKSUAL

PRANIKAH DI SMK NEGERI “X” MEDAN

TAHUN 2009

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

JOKO PRANOTO

060100202

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Tindakan Hubungan Seksual Pranikah di SMK Negeri “X” Medan Tahun 2009.

Nama : Joko Pranoto NIM : 060100202

Pembimbing Penguji I

Nenni Dwi A Lubis, Sp. MSi

NIP. 19761004 200312 2 002 NIP. 132303378

dr. Dina Keumala Sari, Sp. GK

Penguji II

NIP. 19720501 199303 2 004 dr. Elmeida Effendi, Sp. KJ

Medan, 2 Desember 2009 Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP. 195 402 201 980 111 001


(4)

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pesatnya arus komunikasi dan informasi serta tersedianya prasarana yang menunjang mengakibatkan perilaku reproduksi menyimpang yang dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan keadaan yang berbahaya dalam perilaku seksual remaja terutama hubungan seksual pranikah.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei deskriftif-analitik dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui gambaran perilaku hubungan seksual pranikah. Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa kelas II dan III SMK X Medan sebanyak 803 orang dan total sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 98 siswa.

Dari penelitian diperoleh berturut-turut tingkat pengetahuan responden baik 15%, sedang 77%, dan kurang 8%. Umumnya sikap responden digolongkan baik (65%), sisanya masing-masing bersikap dalam kategori sedang dan kurang yakni 31% dan 4%. Hampir seluruh responden tidak melakukan hubungan seksual pranikah (telah bersikap baik), namun terdapat 2% responden yang melakukan hubungan seksual pranikah . Berdasarkan uji Chi square tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ataupun sikap terhadap tindakan hubungan seksual pranikah. Dari hasil penelitian ini diharapkan sekolah SMK X memberikan penyuluhan atau pendidikan khusus tentang kesehatan reproduksi remaja agar remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksinya.


(5)

ABSTRACT

The Period of adolescents age is the transition period from childhood to adult. Howadays, Reproduction problems occurs due to the crisis of communication an information facilities. This Problem is dangerous and is the major influence for sexual behavior, mainly among pre-marriage sexual relationships

This research is done by holding out a descriptive-analytic by using a queisonner to know the prevalence of pre-marriage sexual behavior. The population of this research is all the students in class II dan III of SMK X Medan which consist of 803 people and the total sample is 98 students.

From the research is know that the knowledge of respondent is good (15%), moderate 77%, and less 8%. Overall, the respondents attitude is good (65%), the balance has fall into the moderate category and less (31% and 4%), Almost all respondents did not have sex before marriage (already be nice), but there are 2% of the respondents who has a pre-marriage sexual relationship. According between knowledge and behavior against pre-marriage sexual relationship.

Therefore, according to this research, we hope that SMK X will advice or will have sex education regarding adolescent reproduction so that teenagers will be responsible for their acts.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmad dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini dengan judul: “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Tindakan Hubungan Seksual Pranikah di SMK X Tahun 2009”. Dimana hasil penelitian ini merupakan tugas akhir dan menjadi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengakui banyaknya kekurangan dalam tulisan ini sehingga laporan hasil penelitian ini tidak mungkin penulis sebut sebagai suatu karya yang sempurna. Kekurangan dan ketidak sempurnaan tulisan ini tidak dapat dilepaskan dari berbagai macam rintangan dan halangan yang selalu datang pada diri penulis. Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat berharga dalam kehidupan penulis. Hanya kesabaran, keteguhan dan ketekunan yang penulis coba lakukan untuk terselesainya karya ini hingga terselesainya laporan hasil penelitian ini.

Penulis sadar dengan kekurangan diri penulis untuk melakukan banyak hal sendirian. Mau ataupun tidak, penulis telah melibatkan beberapa orang, kelompok atau elemen lain untuk membantu, mendukung, dan memberikan saran yang sangat berharga bagi penulis. Kepada merekalah penulis ucapkan banyak terimakasih. Beberapa yang dapat penulis sebut telah mempunyai peranan yang sangat besar dalam penulisan ini penulis akan sebut sebagai berikut:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nenny Dwi A Lubis, SP, Msi selaku Dosen Pembimbing dalam tugas akhir ini, atas segala kesabaran dan ilmu yang telah diberikan.


(7)

3. Kedua Orang tua Penulis, Alm. Wira Suwardi dan Roslaini Nst atas segala pengorbanan dan kasih sayangnya yang diberikan kepada penulis. Tetaplah iringi ananda dengan doa dan kasih sayang kalian.

4. Kepada adik-adik penulis, Mustika Pratiwi dan Tri Prabowo atas segala doa dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

5. Ibu Dra. Sulistianingsih selaku Kepala SMK X yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti di sekolah tersebut.

6. Kepada Teman-teman penulis ( Taufik, Amin, Andre, Ari, Khairuddin, Wira, Annisa, Sarah, Yunny, Dona) yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di SMK X.

7. Seluruh teman-teman Stambuk 2006, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

8. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan laporan penelitian ini. Kepada semua pihak tersebut penulis haturkan banyak terima kasih.

Akhir kata penulis Ucapkan Terima Kasih atas semua dan apapun yang telah diberikan kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu membalas semua kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan rahmat-Nya.

Medan, November 2009 Penulis,

Joko Pranoto 060100202


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR………... DAFTAR ISI………... DAFTAR TABEL………. DAFTAR GAMBAR ……… DAFTAR LAMPIRAN ...

i ii iii iv vi viii ix x

BAB 1 PENDAHULUAN………

1.1Latar Belakang………. 1.2Rumusan Masalah ………... 1.3Tujuan Penelitian ………. 1.4Manfaat Penelitian………

1 1 3 3 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………...

2.1 Perilaku………. 2.2 Remaja……….. 2.3 Hubungan Seksual Pranikah ……… 2.4 Kesehatan Reproduksi ……….

5 5 12 17 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL...

3.1 Kerangka Konsep………. 3.2 Defenisi Operasional ………... 3.3 Hipotesis ………..

23 23 23 26


(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN………

4.1 Jenis Penelitian ……… 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian……….. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 4.4 Metode Pengumpulan Data ………. 4.4 Pengolahan dan Analisis Data ……….

26 26 26 26 28 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

5.1 Hasil Penelitian ... 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 5.1.2 Deskripsi Karekteristik Responden ... 5.1.3 Tingkat Pengetahuan ... 5.1.4 Tingkat Sikap ... 5.1.5 Tindakan Hubungan Seksual Pranikah ... 5.1.6 Tingkat Pengetahuan Siswa Berdasarkan Tindakan ... 5.1.7 Tingkat Sikap Berdasarkan Tindakan Siswa ... 5.2 Pembahasan ... 5.2.1 Pengetahuan Tentang Hubungan Seksual Pranikah... 5.2.2 Sikap Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah ... 5.2.3 Tindakan Hubungan Seksual Pranikah ... 5.2.4 Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tindakan Siswa... 5.2.5 Tingkat Sikap Berdasarkan Tindakan Siswa...

29 29 29 29 30 31 32 34 34 35 35 36 37 38 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...

6.1 Kesimpulan ... 6.2 Saran ...

40 40 40 DAFTAR PUSTAKA……… LAMPIRAN 41


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur,

dan skala Ukur ... 24

Tabel 5.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 30

Tabel 5.2 Distribusi Berdasarkan Umur ... 30

Tabel 5.3 Distribusi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswa ... 30

Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

Tabel 5.5 Distribusi Berdasarkan Tingkat Sikap Siswa ... 31

Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Sikap Siswa berdasarkan Jenis Kelamin ... 32

Tabel 5.7 Distribusi Berpacaran Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32

Tabel 5.8 Distribusi Tindakan Hubungan Seksual Pranikah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33

Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tindakan Hubungan Seksual Pranikah ... 34

Tabel 5.10 Distribusi Tingkat Sikap Siswa Berdasarkan Tindakan Hubungan Seksual Pranikah ... 35


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1

Gambar 3.1

Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi…………... Kerangka Konsep Penelitian………...

8 23


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Informed Consent Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Lampiran 5 Data Induk


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas secara biopsiko sosial maka penting diketahuinya kesehatan reproduksi sejak usia dini. Persiapan dini dapat dimulai sejak usia remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pesatnya arus globalisasi dan suburnya industri video dan buku-buku pornografi serta kurangnya kontrol orangtua dan tersedianya prasarana yang menunjang perilaku reproduksi menyimpang dapat menyebabkan remaja lepas kontrol dalam hal kesehatan reproduksi remaja. Kondisi ini menyebabkan banyaknya remaja yang hamil pranikah dan tertular infeksi menular seksual akibat kurangnya pengetahuan dan sikap remaja terhadap perilaku kesehatan reproduksi (Mochsen, 2004).

Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKBN Pusat) menyatakan hasil survei terakhir suatu lembaga survei yang dilakukan di 33 provinsi tahun 2008 terhadap remaja usia sekolah SMP dan SMA, sebanyak 63 persen remaja mengaku sudah mengalami hubungan seks sebelum nikah dan 21 persen diantaranya melakukan aborsi. Berdasar data penelitian pada 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, masih berkisar 47,54 persen remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah. persentase remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (Yahdillah, 2008).

Dari berbagai penelitian menunjukkan, perilaku seksual pada remaja mempunyai korelasi dengan sikap remaja terhadap seksualitas. Penelitian tentang perilaku seksual di empat kota tahun 2001 menunjukkan 3,6% remaja di kota Medan, 8,5% remaja dikota Yogyakarta, 3,4% di Surabaya, serta


(14)

31,1% remaja di kota Kupang telah terlibat hubungan seksual secara aktif (Tito, 2001). Sementara 42,3 persen pelajar di Cianjur sudah pernah melakukan hubungan seks saat duduk di bangku sekolah (BKKBN, 2007). Di kota Denpasar dari pelajar SLTA di dapati 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual (Indieclesta, 2008).

Selain itu hasil survey UNFPA tahun 2000 mengenai jumlah penduduk usia 20-24 tahun yang melakukan hubungan seks pranikah di beberapa kota besar yaitu Manado, Surabaya, Malang dan Denpasar sebesar 26-29%, Bandung 20,2%, Bogor 30%, dan Sukabumi 26,5% (BKKBN, 2004).

Remaja merupakan usia yang rentan dalam menanggapi perubahan yang ada di sekitarnya. Hasil riset Synoviet tahun 2004 juga membuktikannya. Riset dilakukan di empat kota yakni Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. Dari 450 responden, 44% mengaku berhubungan seks pertama kali pada usia 16-18 tahun. Bahkan ada 16 responden yang mengenal seks sejak usia 13-15 tahun. Sebanyak 40% responden melakukan hubungan seks di rumah. Sedangkan 26% melakukan ditempat kost, dan 20% lainnya di hotel (Sukendar, 2005).

Meningkatnya perilaku seksual yang menyimpang juga meningkatkan permasalahan seksual salah satunya adalah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) yang akan berdampak pada kasus aborsi dan kematian ibu dan janin. WHO memperkirakan resiko kematian akibat kehamilan dua kali lebih tinggi pada remaja usia 15-18 tahun dibandingkan dengan wanita usia 20-24 tahun. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Siswanto Agus Wilopo mengatakan setiap tahun terjadi 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia. Jika dirata-rata, setiap jamnya terdapat 300 wanita telah menggugurkan kandungannya. Dari jumlah itu, 700 ribu di antaranya dilakukan oleh remaja usia di bawah 20 tahun dan sebanyak 11,13 persen dari semua kasus aborsi di Indonesia dilakukan karena kehamilan yang tidak diinginkan (Yudhi, 2008).


(15)

Di samping itu kehamilan pada usia remaja juga mengakibatkan kemacetan persalinan karena ketidakseimbangan antara besar bayi dengan luas panggul. Akibat lainnya adalah penyakit menular seksual (PMS) yang terjadi di dunia tiap tahunnya terus meningkat sedang di Indonesia berdasarkan data Departemen Kesehatan hingga September 2008, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia, 54 persen di antaranya adalah remaja (Yahdillah, 2008).

Berdasarkan data dan uraian diatas, ternyata kejadian perilaku seks pranikah seperti phenomena gunung es yang hanya menunjukkan sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya, tidak terlihat dari luar namun insidensinya terus meningkat. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat menyodorkan terbukanya kesempatan penyalahgunaan teknologi di daerah yang sangat mudah menjangkau sumber informasi seperti kota Medan. Untuk itu maka peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat perilaku seksual remaja tingkat SMA di Medan yang dikhususkan pada SMK X Medan yang pada tahun 2008 didapati dua orang siswinya dikeluarkan dari sekolah karena hamil di luar nikah.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap remaja terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di SMK X Medan tahun 2009?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di SMK X Medan tahun 2009.


(16)

1.3.2Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang hubungan seksual pranikah di SMK X Medan tahun 2009.

2. Untuk mengetahui sikap siswa tentang hubungan seksual pranikah di SMK X Medan tahun 2009.

3. Untuk mengetahui tindakan siswa tentang hubungan seksual pranikah di SMK X Medan tahun 2009.

1.4Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang bagaimana perilaku seksual remaja terutama hubungan seksual pranikah siswa SMK X Medan dan sebagai wahana dalam menerapkan ilmu metodelogi penelitian yang telah didapatkan dalam kuliah.

2. Bagi Siswa

Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang hubungan seksual pranikah dan kesehatan reproduksi remaja melalui penyuluhan yang diberikan pada saat pengambilan data.

3. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan bagi SMK X Medan agar memberikan pendidikan seksual bagi siswanya sehingga remaja memiliki pengetahuan dan sikap yang bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksinya.

4. Bagi pemerintah

Sebagai data yang dapat digunakan serta bahan masukan bagi Pemerintah supaya lebih intensif lagi dalam mengatasi permasalahan seksualitas pada remaja.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Skinner (1938) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (Covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau unobservable behavior, misalnya: seoang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

b. Perilaku Terbuka (Overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek (practice), misalnya : seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan sebagainya.


(18)

2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap satu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


(19)

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada. 6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2 Sikap (Attitude)

Menurut Notoadmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutip sebagai berikut.

“An individual’s social attitude is a syndrome of response consistency with regard to social object” (Campbell, 1950)

“A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting a directive or dynamic influence up on the individual’s response to all objects and situation with which it is related” (Allport, 1954). “Attitude entails an existing predisposition to response to social objects which in interaction with situational and other dispositional variables, guides and direct the overt behavior of the individual” (Cardno, 1955).


(20)

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap situasi sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Diagram di bawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.

Gambar 2.1 Proses terbentuknya Sikap dan Reaksi Stimulus

Rangsangan Proses Stimulus

Reaksi

Tingkah laku (terbuka)

Sikap (tertutup)


(21)

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok.

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan.

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang


(22)

bersangkutan atau memberikan pendapat dengan menggunakan kata setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap objek.

2.1.3 Tindakan atau Praktek (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Praktek ini memiliki beberapa tingkatan.

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga

4. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dlakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.


(23)

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa faktor yang menentukan atau membentuk perilaku disebut determinan perilaku. Teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat ini adalah:

a. Teori Lawrence Green

Green mencoba menanalsis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior factors) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor.

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dan perilaku masyarakat.

b. Teori Snehandu B. Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari:

1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior intention)

2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social-support) 3. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau


(24)

4. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)

5. situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).

c. Teori WHO

WHO mengatakan bahwa seseorang berperilaku karena adanya empat alasan pokok (determinan), yaitu:

1. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal utama untuk bertindak atau berperilaku. Yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).

2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercaya (personnal references).

3. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Kalau dibandingkan dengan teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana dan prasarana atau fasilitas). 4. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh

terhadap terbentuknya perilaku seseorang.

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” istilah ini mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Rahmawati, 2006).


(25)

Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999) secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang dewasa melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan (Rahmawati, 2006).

Sedangkan pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja lebih konseptual. Dalam defenisi tersebut dikemukakan kriteria yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Remaja adalah suatu masa dimana:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual. 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

Ditinjau dari kesehatan WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja (Rahmawati, 2006).

Sementara itu defenisi remaja untuk masyarakat Indonesia yang dikutip dalam Sarwono (2000) adalah menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik).


(26)

2. Dibanyak masyarakat Indonesia, usia dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).

3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity, menurut Erik Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual (Freud) dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral (Kohilberg) (kriteria psikologis).

4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu untuk memberi peluang bagi mereka sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri kepada orangtua.

5. Dalam defenisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting dalam masyarakat kita secara menyeluruh, seseorang yang sudah menikah pada usia berapa pun, dianggap dan di perlakukan sebagai orang dewasa (Rahmawati, 2006).

2.2.2 Ciri-Ciri Remaja

Hurlock (1999) mengatakan ada delapan ciri-ciri remaja, yaitu: 1. Masa remaja sebagai periode yang penting

Dianggap periode yang penting karena fisik dan akibat psikologis. Perkembangan fisik yang cepat penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

Dalam periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Status yang tidak jelas ini menguntungkan karena status memberi waktu


(27)

kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada lima perubahan yang dialami oleh remaja yaitu: • Pertama, meningginya emosi

• Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial.

• Ketiga, remaja selalu merasa ditimbuni banyak masalah.

• Keempat, dengan berubahnya minat dan pola maka nilai-nilai berubah.

• Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap perubahan.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Ada dua hal yang menyebabkan kesulitan mengatasi masalah baik pria maupun wanita, yaitu:

• Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orangtua dan guru, sehingga banyak remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.

• Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan dari orangtua dan guru.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Erik Erikson, yaitu masa mencari identitas dari seperti usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan streotipe budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja normal.


(28)

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang dia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini hanya bagi dirinya juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan cirri dari awal masa remaja.

8. Masa remaja sebagai masa ambang dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan streotipe belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah ampir dewasa. Berpakaian dan bertindak sebagai orang dewasa ternyata tidaklah cukup (Rahmawati, 2006).

Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.

2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting. Namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed). Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsifitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.


(29)

3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode in remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini (Agustiani, 2006).

2.3 Hubungan Seksual Pranikah

Hubungan seks didefinisikan sebagai persenyawaan, persetubuhan dan satu aktivitas merangsang dari sentuhan kulit secara keseluruhan, sampai mempertemukan alat kemaluan lelaki ke dalam organ vital wanita. Rangsangan ini adalah naluri alamiah semua makhluk hidup untuk menyambung generasi seterusnya agar gen ini tidak terputus. Sedangkan

hubungan seksual pranikah merupakan tindakan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu (Setyawan, 2007).

2.3.1 Dampak Dari Melakukan Hubungan Seksual Pranikah 2.3.1.1 Aspek Medis

Dari aspek medis, melakukan hubungan seksual pranikah memiliki banyak konsekuensi, sebagai berikut :

1. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada usia muda Mudanya usia ditambah minimnya informasi tentang “bagaimana seorang perempuan bisa hamil”, mempertinggi kemungkinan terjadinya kasus kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut data PKBI, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30,0% adalah masih remaja, 27,0% belum menikah, 12,5% masih berstatus pelajar atau mahasiswa dan sisanya adalah ibu rumah tangga (Yudhi, 2008).


(30)

2. Aborsi

Dengan status mereka yang belum menikah maka besar kemungkinan kehamilan tersebut tidak dikehendaki dan aborsi merupakan salah satu alternatif yang kerap diambil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi 300 tindakan pengguguran janin dengan resiko kematian ibu. Sedikitnya 700 ribu diantaranya dilakukan oleh remaja atau perempuan berusia di bawah 20 tahun. Sebanyak 11,13% dari semua kasus aborsi di Indonesia dilakukan karena kehamilan yang tidak diinginkan (Yudhi, 2008).

3. Meningkatkan resiko terkena Kanker Rahim

Pengidap penyakit Kanker Mulut Rahim biasanya perempuan usia produktif, aktif melakukan hubungan seks, sering berganti pasangan seks, kawin dalam usia relatif muda (kurang dari 17 tahun) dan sering melahirkan.

4. Terjangkit Penyakit Menular Seksual

PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang beresiko tingi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah Gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia, trikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS.


(31)

2.3.1.2 Aspek Sosial-Psikologis

Dari aspek psikologis, melakukan hubungan sekual pranikah akan menyebabkan remaja menjadi memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia (remaja) dimasa yang akan datang. Kualitas SDM remaja ini adalah :

1. Kualitas mentalis. Kualitas mentalis remaja perempuan dan laki-laki yang terlibat perilaku seksual pranikah akan rendah bahkan cenderung memburuk. Mereka tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi masa lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi tantangan dan ancaman hidup, rendah diri dan tidak sanggup berkompetisi.

2. Kualitas kesehatan reproduksi. Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis karena kondisi fisik perempuan khususnya. Sedangkan laki-laki akan memiliki kesehatan yang rendah. 3. Kualitas keberfungsian keluarga. Seandainya mereka

menikah dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipahaminya peran-peran baru yang akan disandangnya dalam membentuk keluarga yang sakinah.

4. Kualitas ekonomi keluarga. Kualitas ekonomi yang dibangun oleh keluarga yang menikah karena terpaksa, tidak akan memiliki kesiapan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

5. Kualitas pendidikan. Remaja yang terlibat perilaku seksual pranikah, kemudian menikah, tentunya akan memiliki keterbatasan dalam pendidikan formal.

6. Kualitas partisipasi dalam pembangunan. Karena kondisi fisik, mental, dan sosial yang kurang baik, remaja yang terlibat perilaku seksual pranikah, tidak dapat berpartisipasi dalam pembangunan.


(32)

Adapun beberapa gangguan seksual yang dapat dialami laki-laki dan perempuan karena melakukan hubungan seksual pranikah yaitu :

Gangguan pada laki-laki :

1. Impotensi : jika itu yang terjadi sebagai akibat dari faktor psikologis, maka gangguan itu muncul karena perasaan khawatir yang berlebihan, takut kalau pacarnya hamil dan lain-lain.

2. Jika laki-laki mendapatkan ejakulasi sebelum terjadi atau beberapa detik setelah penetrasi, ini terjadi karena rasa cemas akibat takut dosa atau ketahuan orang, dan lain-lain.

Gangguan pada perempuan :

1. Frigiditas : kelainan yang mengakibatkan perempuan tidak atau kurang mempunyai gairah seksual. Ini terjadi karena hubungan psikologis seperti cewek tidak senang dengan pasangan seksualnya, perasaan malu, takut, perasaan bersalah, disamping bisa juga karena faktor organik.

2. Anorgasmus : tidak tercapainya orgasme/kepuasan jika berhubungan seks, ini bisa terjadi jika perempuan mengalami frigitas, atau juga karena gangguan dan tekanan psikologis akibat hubungan seks pranikah.

3. Vaginismus: kejang dari 1/3 bagian bawah otot vagina. Ini bisa terjadi karena perempuan memiliki pengalaman buruk pada hubungan seks pranikah.

4. Disparemia: perasaan sakit yang timbul pada saat melakukan hubungan seksual (Ma’shum, 2004).


(33)

2.4 Kesehatan Reproduksi

Istilah reproduksi berasal dari kata ‘re’ yang artinya kembali dan kata ‘produksi’ yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah ‘reproduksi’ mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia (BKKBN, 2004).

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem repoduksi, fungsi serta prosesnya (Hadi, 2008).

Sedangkan kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksi (Hadi, 2008).

Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarwono (1994) adalah sebagai berikut.

1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu.


(34)

2. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain)

3. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.

5. Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

6. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria (Setyawan, 2007).


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Yang menjadi kerangka konsep pada penelitian Hubungan pengetahuan dan sikap remaja terhadap tindakan hubungan seksual pranikah adalah variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap siswa tentang hubungan seksual pranikah dan variabel dependen yaitu tindakan hubungan seksual pranikah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Variabel Independen Variabel dependen

PENGETAHUAN

HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH

SIKAP

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Defenisi Operasional

Variable penelitian yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Pengetahuan siswa adalah segala sesuatu yang diketahui siswa tentang hubungan seksual pranikah dan memahaminya.

Pengetahuan responden diukur melalui 13 pertanyaan, responden yang menjawab Benar akan diberi skor 1, sedangkan Salah diberi skor 0, sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 13.

2. Sikap siswa adalah respon/penilaian siswa terhadap segala sesuatu tentang hubungan seksual pranikah.


(36)

Sikap diukur melalui 10 petanyaan, responden yang menjawab slahdiberi skor 0, Benar akan diberi skor 1. sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 10.

3. Hubungan seksual pranikah merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Ada dua hal mengenai tindakan yaitu Ya, jika siswa melakukan hubungan seksual pranikah, dan Tidak, jika siswa tidak melakukan hubungan seksual pranikah.

Tabel 3.1 Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil ukur, dan Skala ukur

Variabel Defenisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Pengetahuan Pengetahuan

siswa tentang hubungan

seksual pranikah

Kuesioner Baik, apabila menjawab benar > 75%

Sedang, apabila

menjawab benar 40-75%

Kurang, apabila

menjawab benar <40%

Ordinal

Sikap Sikap siswa tentang

hubungan seksual pranikah

Kuesioner Baik, apabila menjawab benar > 75%

Sedang, apabila

menjawab benar 40-75%

Kurang, apabila

menjawab benar <40%

Ordinal

Tindakan Tindakan atau praktek secara nyata dalam hubungan

seksual pranikah

Kuesioner Baik apabila siswa tidak melakukan hubungan seksual pranikah.

Tidak baik, apabila siswa melakukan hubungan seksual pranikah


(37)

Uji Validitas dan Reliabilitas

Telah dilakukan uji validitas terhadap 20 orang siswa SMK Eria, yang menghasilkan dari 30 pertanyaan pengetahuan diperoleh 13 pertanyaan yang valid, dari 22 pertanyaan sikap diperoleh 10 pertanyaan yang valid. Setelah dilakukan proses validitas, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut di uji terhadap reliabilitasnya dan hasilnya yaitu reliabel sehingga dapat dipergunakan pada penelitian ini.

3.3Hipotesis

Pengetahuan:

H0 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang seks pranikah terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di SMK XMedan.

Ha = Terdapat hubungan antara pengetahuan remaja tentang seks pranikah terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di SMK X Medan.

Sikap:

H0 = Tidak ada hubungan antara sikap remaja tentang seks pranikah terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di SMK X Medan.

Ha = Terdapat hubungan antara sikap remaja tentang seks pranikah terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di SMK X Medan.


(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan desain Cross sectional.

4.2Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu

Penelitian ini dilakukan di SMK X Medan mulai bulan februari hingga Desember 2009. Dimulai dari penelusuran pustaka, survei awal, pengumpulan data, sampai penulisan laporan.

4.2.2 Lokasi

Lokasi yang dipilih menjadi tempat penelitian adalah SMK X Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa telah diketahuinya dua orang siswi yang dikeluarkan dari sekolah dikarenakan hamil di luar nikah pada tahun 2008. Selain itu juga sekolah tersebut juga berada pada wilayah yang banyak dijumpai warung internet dengan harga yang mudah dijangkau oleh siswa sehingga memudahkan masuknya informasi secara bebas, khususnya informasi yang bersifat negatif.

4.3Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas I dan II di SMK X Medan pada tahun ajaran 2008/2009, yang pada saat pengambilan data dilakukan siswa/siswi tersebut akan berada di kelas II dan III. Hal ini dilakukan karena pada bulan Mei siswa yang kelas III mengikuti UAN. Sehingga populasi dalam penelitian ini berjumlah 803 siswa yang terdiri dari siswa kelas I dan II.


(39)

4.3.2 Sampel

Penariakan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara kelompok atau gugus (cluster sampling), dimana peneliti mengambil satu kelompok kelas siswa dari setiap jurusan yang ada. Dan disini pengambilan data dilakukan pada siswa kelas II yaitu Tataboga 4, Akomodasi Perhotelan 2, Kecantikan 1, dan Tata Busana 2. Adapun penarikan sampel menurut Notoatmodjo (2003) adalah:

Keterangan:

N = Besar populasi n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

Karena ditakutkan terdapat data yang kurang lengkap (drop out) pada saat pengambilan data, maka peneliti mengestimasi penambahan sampel sebesar 10% dari minimal sampel yang seharusnya sehingga sampel minimal menjadi 98 siswa.


(40)

Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah siswa yang terdaftar sebagai siswa di SMK Negeri “X” Medan dan bersedia menjadi responden serta bersedia memberikan keterangan saat pengambilan data berlangsung.

Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah siswa yang tidak hadir pada saat pengambilan data dan siswa yang hadir tetapi tidak bersedia menjadi responden pada penelitian ini.

4.4Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan data sekunder, yaitu:

4.4.1Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner serta memberikan penjelasan dan cara pengisian kuesioner tersebut sebelumnya. Dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner.

4.4.2Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui catatan administator kantor tata usaha SMK X Medan mengenai data siswa dan gambaran umum SMK X Medan.

4.5Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17, an analisis data dilihat analisa statistik univariat dan bivariat antara pengetahuan dan sikap terhadap tindakan seksual pranikah menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan 95% dan p value hitung yang diharapkan adalah < 0,05 yang menyatakan terdapatnya hubungan. Hasil disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi frekuensi.


(41)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2009 di SMK X, dengan jumlah responden yang mengisi kuesioner adalah sebanyak 115 siswa dan 15 diantaranya dikeluarkan karena mengalami ketidaklengkapan data sehingga total sampel dalam penelitian ini menjadi sebanyak 100 orang. Berdasarkan jawaban kuisioner yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

SMK X didirikan pada tahun 1976 yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Kota Medan. Sekolah Menengah Kejuruan ini memiliki masa pendidikan selama tiga tahun dengan empat program keahlian yang dimiliki, yaitu:

1. Tata Kecantikan : 4 Kelas 2. Akomodasi Perhotelan : 7 Kelas 3. Tata Boga : 10 Kelas 4. Tata Busana : 10 Kelas

Sekolah ini memiliki jumlah total siswa sebanyak 803 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 84 siswa dan jumlah siswi perempuan sebanyak 719 serta memiliki tenaga pengajar produktif sebanyak 52 orang.

5.1.2 Deskripsi Karekteristik Responden

Jumlah responden yang berjenis kelamin perempuan pada penelitian ini jauh lebih banyak jika dbandingkan dengan jumlah responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sekitar 1 : 10 (Tabel 5.1).


(42)

Tabel 5.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin di SMK X Tahun 2009

Jenis kelamin Frekuensi Persentase

Laki-Laki 9 9%

Perempuan 91 91%

Sebagian besar responden adalah berusia 16 tahun yaitu sebanyak 77 orang (77%) dan berturut-turut responden berusia 17 tahun dan 15 tahun adalah sejumlah 15 orang (15%) dan tujuh orang (7%) (Tabel 5.2).

Tabel 5.2 Distribusi Berdasarkan Umur di SMK X Tahun 2009

Umur Frekuensi Persentase

15 Tahun 8 8%

16 Tahun 77 77%

17 Tahun 15 15%

5.1.3 Tingkat Pengetahuan

Dalam Kuesioner terdapat 13 pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan responden. Dikatakan pengetahuan baik jika persentase jawaban benar lebih dari 75%, sedang diantara 40-75% dan kurang dari 40%.

Secara umum tingkat pengetahuan responden adalah sedang dengan jumlah berurutan antara tingkat pengetahuan sedang, baik dan kurang adalah 77 %, 15% dan 8 % (Tabel 5.3).

Tabel 5.3 Distribusi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah di SMK X Tahun 2009

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persen (%)

Baik 15 15%

Sedang 77 77%


(43)

Sebagian besar siswa laki-laki memiliki tingkat pengetahuan sedang (89%), sama halnya dengan siswi perempuan yang juga memiliki tingkat pengetahuan yang terbanyak adalah sedang (76%) (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah Berdasarkan Jenis Kelamin di SMK X Tahun 2009

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan Total Baik Sedang Kurang

n % n % n % n %

Laki-laki 1 11 8 89 0 0 9 100 Perempuan 14 15 69 76 8 8 91 100

5.1.4 Tingkat Sikap

Dalam Kuesioner terdapat 10 pertanyaan mengenai sikap tentang hubungan seksual pranikah dimana dikatakan tingkat sikap yang baik jika jawaban sikap yang tepat sebanyak > 75%, sedang 40-75%, dan kurang < 40%.

Tingkat sikap responden yang terbanyak adalah baik yaitu sebesar 65% dari total jumlah responden, yang kemudian diikuti tingkat sikap sedang dan kurang sebesar 31 % dan 4 % (Tabel 5.5).

Tabel 5.5 Distribusi Berdasarkan Tingkat Sikap Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah Siswa di SMK X Tahun 2009

Tingkat Sikap Frekuensi Persen (%)

Baik 65 65%

Sedang 31 31%

Kurang 4 4%

Tingkat sikap siswa laki-laki yang terbanyak adalah baik yaitu sebesar 67% dan tidak ada siswa laki-laki yang memiliki tingkat sikap yang kurang. Begitu juga halnya siswi perempuan yang memiliki tingkat sikap terbesar yaitu baik (65%) (Tabel 5.6).


(44)

Tabel 5.6 Distribusi Tingkat Sikap Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah Berdasarkan Jenis Kelamin di SMK X Tahun 2009

Jenis Kelamin

Tingkat Sikap Total Baik Sedang Kurang

n % n % n % n %

Laki-laki 6 67 3 33 0 0 9 100 Perempuan 59 65 28 31 4 4 91 100

5.1.5 Tindakan Hubungan Seksual Pranikah Siswa

Tabel 5.7 dibawah ini menggambarkan bahwa 78% siswa laki-laki dan 76% siswi perempuan sudah pernah berpacaran. Dan sejauh mana tindakan siswa laki-laki selama berpacaran adalah 67% sudah pernah berpegangan tangan, 33% sudah pernah mencium/dicium di pipi, 11% sudah pernah mencium/dicium bibir, dan tidak ada siswa laki-laki yang sudah pernah memegang payudara ataupun alat kelamin pacar/lawan jenisnya. Sedangkan siswi perempuan 67% sudah pernah berpegangan tangan, 31% sudah pernah mencium/dicium pipi, 21% sudah pernah mencium/dicium bibir, serta sebanyak 6% dan 3 % siswi perempuan berurutan yang sudah pernah dipegang payudaranya dan alat kelaminnya.

Tabel 5.7 Distribusi Berpacaran Siswa berdasarkan Jenis Kelamin di SMK X Tahun 2009

Jenis Tindakan

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Ya Tidak Ya Tidak n % n % n % n % Berpacaran 7 78 2 22 69 76 22 34 Memegang/berpegang Tangan 6 67 3 33 61 67 30 33 Mencium/dicium Pipi 3 33 6 67 28 31 63 69 Mencium/dicium Bibir 1 11 8 89 25 27 66 73 Memegang/dipegang Payudara 0 0 9 100 5 6 86 94 Memegang/dipegang Alat Kelamin 0 0 9 100 3 3 88 97


(45)

Dari 100 orang responden, tidak terdapat siswa laki-laki yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah, beda halnya dengan siswi perempuan yang terdapat dua orang (2%) siswi yang sudah melakukan hubungan seksual pranikah. Adapun pasangan melakukan hubungan seksual kedua siswi tersebut adalah dengan pacarnya dan satu orang di antaranya adalah dengan tunangannya. Alasan melakukan hubungan seksual pranikah kedua siswi adalah dikarenakan cinta atau perasaan suka sama suka dan tempat melakukan hubungan seksual tersebut adalah satu orang di rumah dan satu orang di kos (Tabel 5.8).

Tabel 5.8 Distribusi Tindakan Hubungan Seksual Pranikah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin di SMK X Tahun 2009

Tindakan hubungan Seksual Pranikah

Jenis kelamin

Laki-Laki Perempuan

n % n %

Siswa yang sudah pernah melakukan

hubungan seksual pranikah 0 0 2 100 Pasangan hubungan seksual pranikah

- Pacar/tunangan - Teman (tanpa ikatan) - Pria hidung belang

0 0 0 0 0 0 2 0 0 100 0 0 Alasan melakuakan hubungan seksual

pranikah

- Perasaan suka sama suka - Alasan ekonomi

- Kepuasan 0 0 0 0 0 0 2 0 0 100 0 0 Tempat melakukan hubungan seksual

pranikah - Rumah - Kost - Hotel 0 0 0 0 0 0 1 1 0 50 50 0


(46)

5.1.6 Tingkat Pengetahuan Siswa Berdasarkan Tindakan Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah di SMK X Tahun 2009

Berdasarkan tindakan hubungan seksual pranikah, diperoleh bahwa dari 15 orang responden yang berpengetahuan baik terdapat satu orang responden (7%) yang melakukan hubungan seksual pranikah dan dari 77 responden berpengetahuan sedang terdapat satu orang responden (2%) yang melakukan hubungan seksual pranikah tetapi tidak ada responden yang berpengetahuan kurang melakukan hubungan seksual pranikah. Sedangkan berdasarkan uji Chi Square dengan menggunakan program komputer antara pengetahuan dan tindakan diperoleh nilai p value sebesar 0,364 yaitu nilainya lebih besar dari 0,05 yang berarti H0 diterima

(Tabel 5.9).

Tabel 5.9 Distribusi Pengetahuan Siswa Berdasarkan Tindakan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah di SMK X Tahun 2009

Pengetahuan

Tindakan

Jumlah

p value

Ya Tidak

n % n % n %

Baik 1 7 14 93 15 100

0,364

Sedang 1 2 76 98 77 100

Kurang 0 0 8 100 8 100

5.1.7 Tingkat Sikap Siswa Berdasarkan Tindakan Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah di SMK X Tahun 2009

Tabel 5.10 menggambarkan bahwa tidak terdapat responden yang memiliki sikap baik ataupun kurang pernah melakukan tindakan hubungan seksual pranikah, sedangkan terdapat dua orang responden yang memiliki sikap sedang melakukan tindakan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan uji Chi Square dengan menggunakan program komputer antara sikap dan tindakan diperoleh nilai p value sebesar 0,103 yaitu nilainya lebih besar dari 0,05 sehingga berarti H0 diterima.


(47)

Tabel 5.10 Distribusi Sikap Siswa Berdasarkan Tindakan Melakukan Hubungan Seksual Pranikah di SMK X Tahun 2009

Sikap

Tindakan

Jumlah p value

Ya Tidak

n % n % n %

0,103

Baik 0 0 65 100 65 100

Sedang 2 7 29 93 31 100

Kurang 0 0 4 100 4 100

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 77%, dan yang berpengetahuan baik sebanyak 15% serta yang berpengetahuan kurang sebanyak 4%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kusniaty (1998) perbedaan tingkat pengetahuan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal :

1. Perbedaan kesempatan untuk memperoleh informasi tentang seksual 2. Kurangnya informasi seksual dari orangtua

3. Adanya berbagai informasi yang menyesatkan yang menimbulkan terjadinya salah persepsi tentang seksual

4. Adanya keingintahuan yang dalam terhadap masalah seksual.

Apabila dilihat penelitian terdahulu tentang “Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Seksualitas Remaja di Kotamadya Medan Tahun 1993” yang dilakukan oleh Ahmad (1993), maka didapatkan persamaan mengenai tingkat pengetahuan responden dimana tingkat pengetahuan responden terbanyak adalah sama-sama sedang yaitu 81,71%, sementara pengetahuan baik sebanyak 10,97% dan 7,32% berpengetahuan kurang. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian serupa yang dilakukan Megawati (1999) mengenai “Pemahaman Reproduksi Sehat Terhadap Perilaku Seks Pada pelajar SMU Negeri 1 Medan Tahun 1999” yaitu sebagian


(48)

besar responden berpengetahuan sedang yaitu sebanyak 64,5%, dan 35,5% berpengetahuan baik dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang.

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa siswa laki-laki umumnya berpengetahuan sedang dan baik, dan tidak ada siswa yang berpengetahuan kurang. Hal ini mungkin dikarenakan pihak laki-laki lebih sering mencari informasi tentang seksual baik melalui media cetak maupun media elektronik. Dengan kata lain laki-laki lebih berani secara terbuka memenuhi keingintahuannya tentang seks. Dalam memenuhi keingintahuannya tersebut laki-laki lebih sering bertanya kepada teman sebaya maupun yang lebih tua. Meskipun demikian , tingkat pengetahuan responden baik laki-laki maupun perempuan yang terbanyak adalah sedang.

5.2.2 Sikap Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah

Dari tabel 5.5 diperoleh bahwa 65% responden memiliki sikap yang baik terhadap hubungan seksual pranikah, 31% memiliki sikap yang sedang dan sebanyak 4% memiliki sikap yang kurang. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian sejenis yang dilakukan Kusniaty (1998), diperoleh persamaan hasil bahwa sikap responden terbanyak adalah baik yaitu 58,67%, dan 36,2% responden memiliki sikap yang sedang dan sebanyak 5,1% memiliki sikap yang kurang.

Tetapi beda halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (1993) yang memperoleh sikap responden terbanyak adalah sedang yaitu sebanyak 62,5%, sedangkan sikap baik sebanyak 33,25% serta 4,25% memiliki sikap kurang. Hasil yang sama juga terlihat pada penelitian Megawati (1999), dimana diperoleh tingkat sikap terbanyak adalah sedang sebesar 60%, dan sikap baik sebesar 30% serta sikap kurang sebesar 10%.

Perbedaan-perbedaan hasil ini mungkin disebabkan oleh berbagai macam hal diantaranya pengetahuan, keyakinan, lingkungan, dan emosi yang merupakan memegang peranan penting dalam penentuan sikap. Seseorang akan bersikap baik (positif) terhadap suatu objek bila objek itu memberikan suatu kesenangan


(49)

terhadap individu tersebut, dan sebaliknya seseorang akan memiliki sikap negatif (kurang) bila dia tidak suka terhadap objek itu.

5.2.3 Tindakan Hubungan Seksual Pranikah Siswa

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 100 orang responden yang mengisi kuesioner, terdapat dua responden (2%) yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Walaupun persentasenya rendah hanya sekitar 2% namun telah mampu memberikan gambaran bahwa terjadi pergeseran perilaku seksual tersebut ke arah keserbabolehan (permisif).

Responden yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah ini adalah keduanya perempuan, dimana terdapat perbedaan hasil penelitian dengan yang di lakukan oleh Ahmad (1993) dimana 85% dari 11,75% responden yang melakukan hubungan seksual pranikah adalah laki-laki. Begitu juga dengan hasil penelitian Megawati (1999) yang memperoleh sebesar 2,2 % siswa pernah melakukan hubungan seksual pranikah dan semuanya adalah laki-laki. Laki-laki memang lebih rentan atau lebih sering melakukan hubungan seksual pranikah namun pada penelitian ini terjadi perbedaan perbandingan jumlah responden laki-laki dan perempuan yang sangat besar sekitar 1:10, sehingga resiko ditemukannya perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah jauh lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan dari tabel 5.8 juga dapat dijelaskan bahwa adapun pasangan melakukan hubungan seksual pranikah adalah mayoritas melakukannya dengan pacar dan satu diantaranya sudah bertunangan. Tempat melakukan hubungan seksual pranikah adalah di rumah dan di kost, dimana pada umumnya kebanyakan siswa melakukan hubungan seksual pranikah berada di luar rumah, ketika siswa tidak berada pada pengawasan orangtua. Namun, pengawasan orangtua dalam rangka mengurangi peluang remaja dalam berperilaku beresiko tidaklah cukup. Hubungan yang harmonis antara orangtua dan anak seringkali merupakan perlindungan yang utama bagi mereka terhadap perilaku yang beresiko (Raina dan


(50)

Mercy, 2003). Mayoritas alasan responden melakukan hubungan seksual pranikah adalah rasa saling suka dan cinta. Menurut Hanafiah (2002), alasan yang dikemukakan dalam berhubungan seksual pranikah biasanya sebagai bukti cinta, sayang, pengikat hubungan, serta berencana menikah dalam waktu dekat.

5.2.4 Tingkat Pengetahuan Siswa Berdasarkan Tindakan Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah

Dilihat dari pengelompokan tingkat pengetahuan siswa berdasarkan tindakan melakukan hubungan seksual pranikah pada tabel 5.9, terlihat bahwa siswa yang tidak melakukan hubungan seksual terbesar adalah pada pengetahuan sedang dan tidak ada siswa yang berpengetahuan kurang pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan siswa yang melakukan hubungan seksual pranikah memiliki tingkat pengetahuan sedang dan baik. Hasil ini berbeda dengan pendapat Sarwono (1999) yaitu kurangnya pengetahuan tentang seksual dapat menyebabkan terjadinya hubungan seksual pranikah. Hal senada juga digambarkan dari hasil penelitian Hartono (1988) di sekolah SMU di Jakarta dan Surabaya yang menunjukkan pemahaman yang baik terhadap akibat hubungan seksual pranikah akan menurunkan resiko melakukan hubungan seksual pranikah. Kenyataan ini menggembirakan karena dengan pemahaman demikian diharapkan remaja akan berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

Berdasarkan tabel 5.9 juga diperoleh hubungan antara pengetahuan dan tindakan dengan p value hitung sebesar 0,364. Dimana nilai ini akan menggambarkan apakah H0 ditolak atau diterima dengan H0 ditolak jika p value ≤ 0,05.

Berdasarkan p value hitung diperoleh p value hitung > 0,05 yang berarti H0

diterima. Hal ini menggambarkan bahwa tidak terdapat perbedaan tindakan yang berarti baik siswa yang memiliki pengetahuan baik, sedang dan kurang atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan tindakan hubungan seksual pranikah. Hal ini mungkin dikarenakan bahwa tidak hanya tingkat pengetahuan yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu tindakan, yaitu


(51)

berdasarkan teori Lawrence Green menyatakan bahwa tindakan seseorang terbentuk dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor-faktor pendukung, dan faktor-faktor-faktor-faktor pendorong. Dimana pengetahuan termasuk faktor predisposisi bersama dengan sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang terdapat di masyarakat. Selain itu faktor pendukung juga memiliki peranan penting dalam terjadinya suatu tindakan yaitu dengan tersedianya sarana, fasilitas, ataupun kesempatan untuk terwujudnya suatu tindakan.

5.2.5 Tingkat Sikap Siswa Berdasarkan Tindakan Siswa Tentang Hubungan Seksual Pranikah

Dilihat dari pengelompokan tingkat sikap siswa berdasarkan tindakan melakukan hubungan seksual pranikah pada tabel 5.10 terlihat bahwa sebagian besar siswa yang tidak melakukan hubungan seksual pranikah adalah siswa yang memiliki sikap baik, dan siswa yang melakukan hubungan seksual pranikah keduanya memiliki sikap yang sedang. Sikap terbentuk karena adanya interaksi seseorang terhadap lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting dan media massa (Saifuddin, 1998).

Berdasarkan tabel 5.10 juga diperoleh hubungan antara sikap dan tindakan dengan p value hitung sebesar 0,103. Dimana nilai ini akan menggambarkan apakah H0

ditolak atau diterima dengan H0 ditolak jika p value hitung ≤ 0,05. Berdasarkan p

value hitung diperoleh p value hitung > 0,05 yang berarti H0 diterima. Hal ini

menggambarkan bahwa tidak terdapat perbedaan tindakan yang berarti baik siswa yang memiliki tingkat sikap baik, sedang dan kurang ataupun dengan kata lain bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan hubungan seksual pranikah. hal ini mungkin dikarenakan banyak faktor-faktor lain yang berperan dalam terbentuknya suatu tindakan yaitu kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai di masyarakat, sarana, fasilitas, media komunikasi, dan kesempatan yang mendorong terjadinya suatu tindakan.


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang hubungan seksual pranikah adalah pada tingkatan sedang dengan persentase 77%, sedangkan tingkat pengetahuan baik dan kurang berturut-turut adalah 15% dan 8%.

2. Sebagian besar tingkat sikap responden tentang hubungan seksual pranikah adalah baik yaitu sebesar 65%, tingkat sikap sedang sebesar 31% dan tingkat sikap kurang sebesar 4%.

3. Sebagian besar responden memiliki tindakan hubungan seksual pranikah yang baik yaitu dengan tidak melakukan hubungan seksual pranikah, tetapi sebesar 2% responden pernah melakukan hubungan seksual pranikah.

4. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan tindakan hubungan seksual pranikah.

5. Tidak terdapat hubungan antara sikap dan tindakan hubungan seksual pranikah.

6.2 Saran

Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil penelitian penulis mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Perlu penelitian yang lebih lanjut terhadap penelitian ini, terutama dalam hal menggali faktor-faktor yang mungkin dapat menyebabkan tindakan hubungan seksual pranikah.

2. Sebaiknya pihak sekolah mengadakan penyuluhan atau pendidikan khusus mengenai kesehatan reproduksi remaja yang sehat agar remaja memiliki sikap dan tindakan yang bertanggung jawab mengenai kesehatan reproduksinya. 3. Dibutuhkan peran serta dan kerjasama antara guru, petugas medis, orangtua

ulama, masyarakat dan pemerintah baik secara formal maupun nonformal guna memberikan dan melakukan pengawasan terhadap proses reproduksi yang sehat pada remaja.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, N.U., 2004. Fenomena Remaja : Seks, Aborsi, HIV/AIDS.

Ahmad, S., 1993. Tinjauan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Seksualitas Remaja di Kotamadya Medan Tahun 1993. FKM USU, Medan: 88

Ahmadi, 1999. Psikologi Sosial. Penerbit Rineka Cipta : Jakarta.

Anshor, M.U., 2006. Fikih Aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan). PT Kompas Media Nusantara : Jakarta.

Bagus, 2008. Pendidikan Seksual pada Remaja di Bandung.

http://eidariesky.wordpress.com. /Pendidikan-seksual-pada-remaja. diakses 18

Maret 2009.

Gunarsa, S.D., dan Yulia, 2000. Psikologi Praktis ; Anak, Remaja dan Keluarga. Cet.4. PT BPK Ginung Mulya : Jakarta.

Hanafiah, L., 2002. Pacaran : Benarkah Faktor Utama Hubungan Seksual

Pranikah

Hartono, D., 1998. Perilaku Seksual Remaja dan Persepsi Mereka Tentang Pendidikan Seksual di Sekolah dalan Jaringan epidemiologi Nasional Temu Tahunan VIII. Kumpulan Makalah: Jakarta.

Heri, 2005. Kesehatan Reproduksi Remaja. http.//Situs.kesreproBKKBN.info/krr, diakses 10 Maret 2009.


(54)

Kusniaty, E., 1998. Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMU Negeri Manna Tentang Kesehatan Reproduksi di Kabupaten Bengkulu Selatan. FKM USU. Medan: 68 Lubis, M., 2000. Perilaku Seksual di 3 Kota. http: perilaku-seksual-di-3-kota, diakses 9 Maret 2009.

Ma’shum,Y., Widyandana, 2004. Gangguan-gangguan Seksualitas.

Megawati, S., 1999. Pemahaman Reproduksi Sehat Terhadap Perilaku Seks pada Pelajar SMU Negeri Medan Tahun 1999. FKM USU. Medan : 62

Mochsen, R., 2004. Pengaruh Bimbingan Kelompok terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Remaja SMU tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.

Negara, oka, 2008. Remaja dan Perubahan Psikososial.

Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta : Jakarta

Raihana, dan Mercy, 2003. Hubungan Antara Remaja Aktif Seksual Dengan

Kurangnya Pengewasan Orangtua.

September 2009.

Riduwan, 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta : Bandung.

Saifuddin, A., 1998. Penomena Perilaku Seksual pada Remaja.


(55)

Sarwono, S.W., 1999. Kesehatan Reproduksi Remaja.

Sarwono, S.W., 2006. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta

Setyawan, et al. 2007. Pendidikan Seksual SMA Negeri 1 Bandung.

Sukendar, E., Hidayat, R., Farida, I., 2005. Revolusi Seks Dibangku Sekolah.

Tito, 2001. Potret Remaja dalam Data. Maret 2009.

Yahdillah, 2008. BKKBN:63% Remaja Berhubungan Seks Diluar Nikah.

Yudhi, 2008. 9000 Perempuan di Indonesia Aborsi.


(56)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Joko Pranoto Tempat/tanggal Lahir : Kisaran/4 Juli 1988

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Kopas No 30 A, Kisaran Riwayat Pendidikan : 1. SD 014610 Kisaran

2. SMP Negeri 2 Kisaran 3. SMA Negeri 1 Kisaran

Riwayat Organisasi : Anggota Departemen Pengabdian Masyarakat BEM PEMA FK USU


(57)

INFORMED CONSENT

Saya adalah mahasiswa program S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK X Medan mengenai hubungan seksual pranikah.

Setiap data yang ada pada kuesioner ini tidak akan disebarluaskan. Data-data tersebut hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan segala kerahasiaan menjadi tanggungjawab peneliti. Sehingga saya mengharapkan jawaban yang saudara berikan sesuai dengan pendapat saudara dan jujur tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Hubungan pengetahuan dan sikap remaja terhadap tindakan hubungan seksual pranikah di SMK X Medan tahun 2009”.

Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya sampaikan dengan sadar tanpa ada paksaan dari siapapun

Responden Peneliti


(58)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TERHADAP TINDAKAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH

DI SMK X MEDAN TAHUN 2009

Petunjuk pengisian:

1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan berikan tanda (X) pada salah satu jawaban tersebut.

2. Setelah selesai, kembalikan kuesioner ini kepada petugas yang memberikannya kepada anda.

3. Angket ini tidak ada kaitannya dengan institusi pendidikan dimana anda mengikuti pendidikan.

No. Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Kelas :

I. Pengetahuan remaja tentang hubungan seksual

1. Yang dimaksud dengan hubungan seksual ialah...

a. Pengetahuan mengenai berhubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan

b. Kekuatan/dorongan hidup yang ada diantara laki-laki dan perempuan yang memungkinkan terjadinya keturunan/kelangsungan hidup manusia

c. Persenyawaan, persetubuhan & aktivitas merangsang dari sentuhan kulit secara keseluruhan, sampai mempertemukan alat kemaluan laki-laki kedalam organ vital wanita


(59)

2. Yang dimaksud dengan hubungan seksual pranikah adalah….

a. Tindakan yang dilakukan seseorang untuk memuaskan nafsunya baik dengan lawan jenis maupun sesama jenisnya

b. Tindakan yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim tanpa ikatan perkawinan

c. Masuknya penis ke dalam vagina dengan dasar suka sama suka 3. Hubungan kelamin sebelum menikah dapat berakibat…..

a. Menyebabkan ketidaksuburan / kemandulan b. Menyebabkan penyakit kandungan

c. Menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan 4. Kehamilan dapat terjadi karena…..

a. Bertemunya antara sperma dan ovum

b. Bercumbu/bermesraan antara laki-laki dan perempuan c. Hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan 5. Kehamilan dapat dicegah dengan cara...

a. Aborsi b. Minum jamu

c. Obat/alat kontrasepsi

6. Untuk menjaga kesehatan reproduksinya, sebaiknya perempuan hamil pada usia…..

a. 17-20 tahun b. 20-35 tahun c. > 35 tahun

7. Umur melakukan hubungan seksual yang meningkatkan resiko terkena kanker rahim adalah...

a. < 17 tahun b. 20-35 tahun c. > 35 tahun


(60)

8. Gangguan yang sering timbul pada seorang pria akibat melakukan hubungan seksual pranikah adalah….

a. Kemandulan

b. Akan terserang penyakit kelamin c. Impot ensi dan ejakulasi dini

9. Dibawah ini adalah gangguan-gangguan yang dapat ditimbulkan akibat berhubungan seksual pranikah pada perempuan, kecuali....

a. Tidak tercapainya orgasme / kepuasan jika berhubungan kelamin b. Perasaan sakit yang timbul pada saat melakukan hubungan seksual c. Perempuan memiliki gairah seksual yang meningkat

10.Dampak psikologis yang dapat ditimbulkan akibat hubungan seksual pranikah adalah....

a. Pendiam, kaku, lebih suka menyendiri dan tidak mau berteman dengan orang lain

b. Rasa bersalah, depresi, marah dan agresi c. Lebih aktif dan kualitas hidupnya meningkat

11.Perilaku seksual yang sering dilakukan remaja saat ini ialah masturbasi/onani, berpacaran, dan bersenggama. Yang dimaksud dengan masturbasi/onani ialah...

a. Kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksualnya

b. Sentuhan, pegangan tangan, sampai pada ciuman yang pada dasarnya untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual

c. Mengalihkan hasrat seksual kepada kegiatan-kegiatan seperti menonton dan membaca pornografi, dan berfantasi

12.Yang dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual adalah…. a. Penyakit yang diderita akibat ganti-ganti pasangan

b. Penyakit yang diderita orang-orang yang mempunyai perilaku seks menyimpang

c. Sekelompok penyakit yang ditularkan/menular melalui hubungan seksual


(61)

13.Penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual adalah, kecuali…. a. Kanker rahim

b. HIV/AIDS c. Kutil Kelamin

II. Sikap remaja tentang hubungan seksual

1. Perilaku seksual pranikah adalah hal yang tidak wajar untuk remaja yang bersekolah seperti kamu :

a. Setuju b. Tidak Setuju

2. Berhubungan kelamin dengan lawan jenis tanpa ikatan perkawinan adalah hal yang sah-sah saja asalkan dengan dasar rasa saling suka sama suka: a. Setuju b. Tidak Setuju

3. Sebaiknya memakai alat kontrasepsi ketika melakukan hubungan seksual pranikah :

a. Setuju b. Tidak Setuju

4. Melakukan hubungan seksual adalah bukti cinta seseorang kepada lawan jenis/pacarnya :

a. Setuju b. Tidak Setuju

5. Nilai keperjakaan/keperawanan pada seseorang pria/wanita adalah tidak penting zaman sekarang ini:

a. Setuju b. Tidak Setuju

6. Kurangnya informasi yang tepat tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dapat menimbulkan kejadian hubungan seksual pranikah : a. Setuju b. Tidak setuju

7. Remaja dipandang belum pantas mendapatkan pengetahuan tentang seksual:

a Setuju b. Tidak Setuju

8. Film porno bukan salah satu pemicu untuk melakukan hubungan seksual pranikah :


(62)

9. Melakukan aborsi pada kehamilan akibat melakukan hubungan seksual pranikah :

a. Setuju b. Tidak Setuju

10.Menikah akibat kehamilan yang tidak diinginkan akan mengakibatkan kualitas hidup dan keluarga menurun :

a. Setuju b. Tidak setuju

III. Tindakan remaja tentang seksual

1. Apakah kamu pernah berpacaran?

a. Ya b. Tidak

2. Jika Ya, sampai sejauh mana hubungan dengan pacar kamu? Apakah kamu pernah…

a. Berpegangan tangan dengan pacar/lawan jenis/tanpa ikatan b. Mencium/dicium di pipi dengan pacar/lawan jenis/tanpa ikatan c. Mencium/dicium di bibir dengan pacar/lawan jenis/tanpa ikatan d. Memegang/dipegang payudara dengan pacar/lawan jenis/tanpa ikatan e. Memegang/dipegang alat kelamin secara langsung dengan pacar/lawan

jenis/tanpa ikatan. (jawaban boleh lebih dari 1)

3. Apakah kamu pernah melakukan hubungan seksual pranikah dengan lawan jenis tanpa ikatan perkawinan?

a. Ya (lanjut pertanyaan no. 4) b. Tidak 4. Jika pernah, dengan siapa kamu melakukannya?

a. Pacar/tunangan c. Pria hidung belang

b. Teman (tanpa ikatan) d. Lain-lain (sebutkan) ... 5. Mengapa kamu melakukannya?

a. Suka-sama suka/Cinta c. Kepuasan

b. Alasan ekonomi d. Lain-lain (sebutkan) ... 6. Dimana kamu melakukannya?

a. Rumah c. Hotel


(1)

77 S B B B B B B B B B 9 Baik

78 B B B B B B B B B B 10 Baik

79 B B B B B B B B S B 9 Baik

80 B B B B B B S S B B 8 Baik

81 B B B B B B B B B B 10 Baik

82 B B S B B B B B B B 9 Baik

83 B B S B B S B S B B 7 Sedang

84 B S S S S S B S B B 4 Sedang

85 B B B B B B B B B B 10 Baik

86 B S S B B B B B S B 7 Sedang

87 B B B B B B B B B B 10 Baik

88 B B B B B B S B B S 8 Baik

89 B B B B B S B S B B 8 Baik

90 B B B S B B S S B B 7 Sedang

91 B B B B B B B B B B 10 Baik

92 B B S B B B B S B S 7 Sedang

93 B B S B S S B B B B 7 Sedang

94 B B S B B B B S B S 7 Sedang

95 B S S B S B S S B B 5 Sedang

96 B S B S B B B B B B 8 Baik

97 B B S B B B B B B S 8 Baik

98 B B S B S B B B B S 7 Sedang

99 B B B B B B B B B B 10 Baik


(2)

TINDAKAN

No

Resp Berpacaran

Berpegangan Tangan Mencium/dicium Pipi Mencium/dicium Bibir Dipegang/memegang Payudara Dipegang/memegang Alat Kelamin Melakukan Hubungan Seksual

1 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

2 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

3 Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

4 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

5 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

6 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

7 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

8 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

9 Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

10 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

11 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

12 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

13 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

14 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

15 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

16 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

17 Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

18 Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

19 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


(3)

21 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

22 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

23 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

24 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

25 Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

26 Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

27 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

28 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

29 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

30 Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

31 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Tidak

32 Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

33 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

34 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

35 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

36 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

37 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

38 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

39 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

40 Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

41 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

42 Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

43 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

44 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

45 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

46 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak


(4)

48 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

49 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

50 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

51 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

52 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

53 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

54 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

55 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

56 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

57 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

58 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

59 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

60 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

61 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

62 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

63 Ya Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak

64 Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

65 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

66 Ya Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

67 Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

68 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

69 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

70 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

71 Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak

72 Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

73 Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak


(5)

75 Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

76 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

77 Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

78 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

79 Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

80 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

81 Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

82 Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

83 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

84 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

85 Ya Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

86 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

87 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

88 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

89 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

90 Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya

91 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

92 Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

93 Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

94 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

95 Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak

96 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

97 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

98 Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya

99 Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH(PREMARITAL INTERCOURSE)

0 18 2

Hubungan antara pengetahuan dengan sikap seksual pranikah remaja

1 4 50

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja Di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja Di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKSUALITAS DENGAN SIKAP TERHADAP Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Seksualitas Dengan Sikap Terhadap Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas X Di Smk Kasatrian Solo Kartasura Sukoharjo.

0 0 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Seksualitas Dengan Sikap Terhadap Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas X Di Smk Kasatrian Solo Kartasura Sukoharjo.

0 1 6

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKSUALITAS DENGAN SIKAP TERHADAP Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Seksualitas Dengan Sikap Terhadap Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas X Di Smk Kasatrian Solo Kartasura Sukoharjo.

0 0 18

Sikap remaja terhadap seks sebagai mediator dalam hubungan komunikasi seksual dalam keluarga dan perilaku seksual pranikah remaja.

0 1 162

INTENSI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DITINJAU DARI SIKAP DAN NORMA SUBJEKTIF HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH - Unika Repository

0 0 14

INTENSI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DITINJAU DARI SIKAP DAN NORMA SUBJEKTIF HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH - Unika Repository

0 0 46