Hipotesis Kelapa Sawit PENGARUH INOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN DOSIS PUPUK FOSFAT PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DI PEMBIBITAN

1.7 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah: 1. Glomus sp. isolat mv 10 dan Glomus sp. isolat mv 15 merupakan jenis FMA yang paling cocok bersimbiosis dengan tanaman kelapa sawit dan jarak pagar pada pembibitan. 2. Dosis pupuk P yang sesuai dengan dosis anjuran merupakan dosis pupuk yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan jarak pagar di pembibitan. 3. Tanaman kelapa sawit dan jarak pagar yang diinokulasi FMA memberikan respons yang berbeda terhadap dosis pupuk P yang diberikan. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq. merupakan tanaman penghasil minyak yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini pertama kali ditanam di Indonesia oleh Bangsa Belanda dengan bibit yang berasal dari Mauritius dan Amsterdam. Bibit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor untuk dijadikan tanaman koleksi pada tahun 1848. Tanaman koleksi inilah yang menjadi nenek moyang dari tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Asia Tenggara khususnya Indonesia dan Malaysia Hadi, 2004. Menurut Pahan 2008, kelapa sawit dibedakan menjadi 3 tipe yaitu: 1. Pisifera, umumnya tidak memiliki cangkang dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Kandungan minyak pada buah tanaman ini mencapai 40. 2. Dura, memiliki cangkang dengan tebal sekitar 2—8 mm. Kandungan minyak pada buahnya sekitar 16 —18 dan pada umumnya digunakan sebagai pohon induk untuk menghasilkan varietas komersial. 3. Tenera, tanaman ini merupakan hasil persilangan dari Dura dan Pisifera. Buahnya memiliki cangkang dengan tebal 0,5 —4 mm dan kandungan minyaknya sekitar 22 —32. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada jenis tanah podzolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial atau regosol, tanah gambut, dataran pantai, dan muara sungai. Tanaman ini dapat tumbuh optimum pada tanah dengan pH sekitar 5,0 —5,5 dan berdrainase baik. Lama penyinaran yang optimum untuk tanaman ini adalah 5 —7 jamhari dengan curah hujan tahunan 1.500 —4.000 mm dan suhu optimum berkisar 24—28 o C Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2008. Pemupukan merupakan hal yang sangat penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Hakim 2007 menyatakan bahwa 50 biaya produksi kelapa sawit digunakan untuk pemupukan. Oleh karena itu pemupukan yang tepat waktu dan tepat dosis harus diterapkan untuk mencapai hasil produksi yang optimal. Standar dosis pemupukan yang dianjurkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit PPKS terdapat pada Tabel 1. Tabel 2. Dosis pemupukan bibit kelapa sawit PPKS, 2009. Umur Minggu Jenis dan dosis pupuk gbibit Urea NPKMg 15:15:6:4 NPKMg 12:12:17:2 Kieserite Pembibitan Awal 12 2gl air100 2,5g - - Pembibitan Utama 14 - 15 - 2,5 - - 16 - 17 - 5 - - 18 - 20 - 7,5 - - 22 - 24 - 10 - - 26 - - 10 - 28 - - 10 5 30 - - 10 - 32 - - 10 5 34 - - 15 - 36 - - 15 7,5 38 - - 15 - 40 - - 15 7,5 42 - - 20 - 44 - - 20 10 46 - - 20 - 48 - - 20 10 50 - - 25 - 52 - - 25 10 Secara alami akar tanaman kelapa sawit membentuk simbiosis mutualisme dengan fungi mikoriza arbuskular FMA untuk menyerap unsur hara di dalam tanah. Berdasarkan penelitian Nurhalisyah 2012 pada perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur, jenis FMA yang ditemukan pada kebun pembibitan awal kelapa sawit adalah Glomus dan Acaulospora. Kemudian pada pembibitan utama kelapa sawit yang ditemukan hanya Glomus saja. Sedangkan pada tanaman belum menghasilkan TBM yang ditemukan hanya Acaulospora saja.

2.2 Jarak Pagar

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis Guineensis Jacq.) Dengan Menggunakan Media Sekam Padi dan Frekuensi Penyiraman di Main Nursery

10 98 74

Uji Kompatibilitas Mikoriza Vesikular Arbuskular Pada Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guimensis Jacq) di Pembibitan Pada Media Tanam Histosol dan Ultisol

0 26 82

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) Terhadap Pupuk Cair Super Bionik Pada Berbagai Jenis Media Tanam di Pembibitan Utama

0 30 78

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Pupuk Mutiara 15-15-15 dan Dolomit Pada Media Tanah Gambut Di Pembibitan Utama

0 47 83

Respon Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Media Kombinasi Gambut Dan Tanah Salin Yang Diaplikasi Tembaga (Cu) Di Pembibitan Utama

0 42 79

Pertumbuhan Mucuna Bracteata L. Dan Kadar Hara Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati

3 63 66

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis quenensis Jacq), Coklat (Theobroma cacao) Dan Karet (Havea brasiliensis) Di Desa Belinteng Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

0 26 52

PENGARUH WAKTU INOKULASI DAN DOSIS INOKULUM SPORA FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR PADA PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

0 6 51