Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis

10 c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik; d. Membuat surat dakwaan; e. Melimpahkan perkara ke pengadilan; f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan; g. Melakukan penuntutan; h. Menutup perkara demi kepentingan hukum; i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini; j. Melaksanakan penetapan hakim. Pasal 15 KUHAP, menentukan bahwa penuntut umum menuntut perkara tindak pidana yang terjadi dalam daerah hukumnya menurut ketentuan undang-undang. Peran jaksa dalam proses eksekusi putusan pengadilan pada dasarnya merupakan serangkaian penegakan hukum. Penegakan hukum adalah bagian dari seluruh akitivitas kehidupan yang pada hakikatnya merupakan interaksi antara berbagai perilaku manusia yang mewakili kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam bingkai aturan yang telah disepakati bersama dalam suatu peraturan yang berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Pengaturan bersama secara tertulis yang 11 tertuang dalam suatu produk perundang-undangan dimaksudkan dalam rangka mengatur tata kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara agar lebih tertib dan berkepastian hukum. Soerjono Soekanto, 7 berpendapat bahwa dalam pelaksanaan penegakan hukum dipengaruhi beberapa faktor : 1. Faktor hukumnya sendiri atau peraturan itu sendiri. Contohnya, tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang-undang, belum adanya peraturan pelaksana yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan undang-undang serta ketidakjelasan arti kata-kata di dalam undang-undang yang mengakibatkan kesimpangsiuran di dalam penafsiran serta penerapannya. 2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Contohnya, keterbatasan kemampuan untuk menempatkan diri dalam peranan pihak lain dengan siapa dia berinteraksi, tingkat aspirasi yang relatif belum tinggi, kegairahan yang sangat terbatas untuk memikirkan masa depan, sehingga sulit sekali untuk membuat suatu proyeksi. 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Contohnya, dapat dianut jalan pikiran sebagai berikut : yang tidak ada, diadakan yang baru betul; yang rusak atau salah, diperbaiki atau dibetulkan; yang kurang, ditambah; serta yang macet, dilancarkan. 4. Faktor masyarakat, yakni faktor lingkungan dimana hukum tersebut diterapkan. Contohnya, masyarakat tidak mengetahui akan adanya upaya- upaya hukum untuk melindungi kepentingan-kepentingannya; tidak berdaya untuk memanfaatkan upaya-upaya hukum karena faktor-faktor keuangan, psikis, sosial atau politik, dan lain sebagainya. 5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Contohnya, nilai ketertiban dan nilai ketentraman, nilai jasmaniahkebendaan dan nilai rohaniahkeakhlakan, nilai kelanggengankonservatisme dan nilai kebaruaninovatisme. Lahan adalah tanah terbukatanah garapan. Lahan diartikan sebagai suatu tempat terbuka di permukaan bumi yang dimanfaatkan oleh manusia 8 . Lahan dalam 7 Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Edisi 1 Cetakan Ketujuh. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 2007. hlm. 8-11. 8 Surayin. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung. Yarsif Watamfone. 2007. hlm. 321 12 penelitian ini merupakan lahan yang ditanamin ganja, baik itu milik pribadi, orang lain, maupun yang tumpang tindih dengan tanaman produksi.

2. Konseptual

Menurut Soerjono Soekanto, kerangka konseptual adalah suatu kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti, baik dalam penelitian normatif maupun empiris. 9 Istilah-istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Peranan merupakan seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat atau bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. 10 b. Jaksa menurut Pasal 6 huruf a Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. c. Eksekusi adalah pelaksanaan terhadap suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. 11 d. Lahan adalah tanah terbuka, tanah garapan. Lahan diartikan sebagai suatu tempat terbuka di permukaan bumi yang dimanfaatkan oleh manusia. 12 9 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. UI Press. 1984. hlm. 124. 10 Surayin. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung. Yarsif Watamfone. 2007. hlm. 427 11 Marwan dan Jimmy. Kamus Hukum Dictionary Of Law Complete Edition. Surabaya. Reality Publisher. 2009. hlm.188. 12 Surayin. Lo cit. 13 e. Alat bukti adalah apa saja yang menurut undang-undang dapat dipakai untuk membuktikan sesuatu, maksudnya segala sesuatu yang menurut undang- undang dapat dipakai untuk membuktikan benar tidaknya tuduhan atau gugatan. 13 f. Barang rampasan di dalam Pasal 46 Ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana merupakan barang bukti yang berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dinyatakan dirampas untuk negara. Barang bukti rampasan yaitu barang bukti yang diputusditetapkan pengadilan dirampas untuk negara dimanfaatkan untuk kepentingan negara atau dilelang atau dimusnahkan. g. Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum, larangan mana yang disertai dengan ancamansanksi yang berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut. 14 h. Narkotika berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini. 13 Sumarsono. Kamus Hukum. Jakarta. Rineka Cipta. 2005. hlm. 50 14 Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta. Rineka Cipta. 2005. hlm. 37. 14

E. Sistematika Penulisan

Supaya mempermudah dan memahami penulisan ini secara keseluruhan, maka penulisan ini dibagi menjadi 5 lima bab dengan sistematika yang tersusun sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul yang akan diangkat dalam penulisan skripsi, kemudian permasalahan-permasalahan yang dianggap penting disertai pembatasan ruang lingkup penelitian. Selanjutnya juga membuat tujuan dan kegunaan penelitian yang dilengkapi dengan kerangka teori dan konseptual serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tinjauan pustaka yang merupakan pengaturan dalam suatu pembahasan tentang pokok permasalahan mengenai pengertian peran, tugas dan fungsi Jaksa, pengertian eksekusi, pengertian dan jenis-jenis tindak pidana, serta pengertian dan jenis-jenis narkotika.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian berupa langkah-langkah yang akan digunakan dalam melakukan pendekatan masalah, penguraian tentang sumber data dan jenis data, serta prosedur analisis data yang telah didapat.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas pokok-pokok permasalahan yang ada dalam skripsi serta menguraikan pembahasan dan memberikan masukan serta penjelasan tentang 15 peran Jaksa dalam proses eksekusi lahan ganja yang tumpang tindih dengan tanaman produksi sebagai barang bukti tindak pidana narkotika dan faktor penghambat peran Jaksa dalam proses eksekusi lahan ganja yang tumpang tindih dengan tanaman produksi sebagai barang bukti tindak pidana narkotika.

V. PENUTUP

Merupakan Bab Penutup dari penulisan skripsi yang secara singkat berisikan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan serta saran-saran yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peran

Philipus M. Hadjon mengatakan bahwa peranan dapat diidentikkan sebagai kewajiban atau hak. Kewajiban merupakan peranan role imperatif karena tidak boleh tidak dilaksanakan, sedangkan hak adalah peranan role yang fakultatif sifatnya karena boleh tidak dilaksanakan. 15 Menurut Soerjono Soekanto, peranan merupakan aspek dinamis kedudukan status, apabila seseorang telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan, tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. 16 Lebih lanjut, Soerjono Soekanto 17 , mengatakan bahwa peranan mencakup 3 tiga hal yaitu : a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. b. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai suatu organisasi. c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu penting bagi struktur organisasi kemasyarakatan. 15 Philipus M. Hadjon. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. 1993. hlm. 3. 16 Soerjono Soekanto. Loc cit. 17 Ibid. hlm. 13 17 Ditambahkan oleh Soerjono Soekanto, bahwa peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau satatus, peranan adalah perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanankan hak dan kewajiban sesuai dengan status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena tidak ada peranan tanpa status dan tidak ada status peranan. 18 Peran sosial adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Antara peran dan status sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Tidak ada peran tanpa status sosial atau sebaliknya. Peran sosial bersifat dinamis sedangkan status sosial bersifat statis. Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena peran mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan demikian pola peran sama dengan pola perilaku. Soerjono Soekanto, 19 menjabarkan pola peran dalam masyarakat dapat ke dalam 4 empat dasar, berikut ini. a. Peranan yang ideal ideal role. b. Peranan yang seharusnya expected role. c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri perceived role. d. Peranan yang sebenarnya dilakukan actual role. Gross, Mason, McEachem, mendefinisikan peranan adalah seperangkat harapan- harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Sedangkan Margono Slamet, berpendapat bahwa peranan adalah mencakup 18 Soerjono Soekanto. Sosiologi suatu Pengantar. Ibid. hlm. 14 19 Loc cit.

Dokumen yang terkait

PROSES PELAKSANAAN PENYITAAN BARANG BUKTI OLEH PENYIDIK KEPOLISIAN PADA TINDAK PIDANA NARKOTIKA Proses Pelaksanaan Penyitaan Barang Bukti Oleh Penyidik Kepolisian Pada Tindak Pidana Narkotika Di Polresta Surakarta.

0 3 18

PROSES PELAKSANAAN PENYITAAN BARANG BUKTI OLEH PENYIDIK KEPOLISIAN PADA TINDAK PIDANA NARKOTIKA Proses Pelaksanaan Penyitaan Barang Bukti Oleh Penyidik Kepolisian Pada Tindak Pidana Narkotika Di Polresta Surakarta.

0 2 13

PENDAHULUAN Proses Pelaksanaan Penyitaan Barang Bukti Oleh Penyidik Kepolisian Pada Tindak Pidana Narkotika Di Polresta Surakarta.

0 4 14

TINDAKAN PENYITAAN BARANG BUKTI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DIKEPOLISIAN Tindakan Penyitaan Barang Bukti Dalam Penyidikan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dikepolisian Resort (Polres) Sukoharjo.

4 16 20

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA.

0 1 9

Eksekusi Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika Yang Dirampas Untuk Negara (Studi Putusan Hakim Pengadilan Negeri Balige)

0 0 16

Eksekusi Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika Yang Dirampas Untuk Negara (Studi Putusan Hakim Pengadilan Negeri Balige)

0 0 2

Eksekusi Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika Yang Dirampas Untuk Negara (Studi Putusan Hakim Pengadilan Negeri Balige)

0 0 34

Eksekusi Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika Yang Dirampas Untuk Negara (Studi Putusan Hakim Pengadilan Negeri Balige)

0 0 61

Eksekusi Barang Bukti Tindak Pidana Narkotika Yang Dirampas Untuk Negara (Studi Putusan Hakim Pengadilan Negeri Balige)

0 0 6