Kajian Potensi dan Ancaman Kepunahan Kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.) Pada Hutan Alam di Propinsi Riau

RINGKASAN
Istiiail (E31.0191). "Kajian Potensi dan Allcaman Kepunahan K u l i m (Scorodocnrprrs bortrecrtsis
Becc.)

Pada H u t a n Alam D i Propinsi Riau" d i Bawali Binibingat~Ir. Ervizal A.M. Zultud, MS.

dan Ir. E d l t i Sandra.
~

~

~~

~~

K u l i m lnerupakan balian baku yang potensial digunakan untuk berbagai niacam kcbutuhan, salah
satunya sebagai bahan bangunan khususnya kusen pintu dan scjenisnya, dan bahan baku kapal kayu
kliusosnya pada bagian dindingpalka kapal, lunas dan tiang As.
kulitu ditinjau
Penelitian ini berlujuan untuk menyetaliui kajian potensi dan ancalnari kepu~~ahan
dari tingkat pemanfaatannya pada hutan alam di Propinsi Riau. Penelitian ini dilakukan di dua IHPN,

yaitu I-IPH Rokan Permai Timber dan N P H Kuliin Company. Kedua lokasi tersebut d;~pat dijadikan
sebayai galiibaran kolidisi populasi k u l i ~ ndi Riau secara keselurohan. Disamping itu untuk inengambil
satnpel aspek pcmanfaatan dilakukan di Bagan Siapi-api (galangan kapal kayu) dan Kodya Pckanbarti
(kusen pintu dan sejenisnya). Penelitian ini dilakukatl mulai pada bulan September sampai Nopembel
1999. Data yang dikumpulkan antara lain adalah data tentang luas hutan Propinsi Riau yang diambil
dari studi literatur, data potensi kulim, struklur tegakan, habitat dan penycbaran kulilil melalui
pengarnatal) langsong dilapangan dengan cara rnembuat plot contoh 100 lia, jolnlah petak ukur yang
diboat dengan ukuran 20x20 m sebariyak 2500 PU. Data yang diambil adalali jumlah populasi kulilii
n ~ u l a idari tingkat scrnai, pancang, tiang dan pohon, dan dihitung secara sensus. Sedangkan data
pemanpdatan kulirn diambil 111e1a'lui\vawancara dengan pihak-piliak perusallaan, baik pada perusaliaan
galangan kapal nlaupun industri pengetaman kayu khusus kusen. Data-data

tersebut kemudian

ditabulasikan dan dianalisis secara dcskriptif, kemudian dikatagorikan kedalam katagori keterancaman
biota IUCN 1994. Data penyebaran kuliln diolah dengan menggunakan lndek Morisita.
Luas liutan di Riau terbagi merijadi beberapa tipe hutan, yaitu tipe liutan r a w dengan luas areal
2.436.350 lia. (64,88%), 11utai1payao dengan luas areal 250.000 ha. (G,GG%), dan hutan tanali kering
dengall luas areal 1.068.993 ha. (28,46%). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa wilayah penycbaran
kulim adalali pada areal hutan tanah kering yang luasnya adalah 1,068,990 ha. atau 28,46% dari total

luas areal l ~ i ~ r adii i Riau. Namun pada areal hutan tanah kering juga terdiri dari hutan lindong (4,2%),
Ilulan suaka margasatwa (4,7%),

da11 hutan produksi konversi (50,4%). Bila luas areal Ihutan tanall

kcring tersebut dikul-angi dengan luas fungsi liutan tersebut, tiiaka luas areal hutan tanah kering yang
n~cnjadifokus penyebaran k u l i ~ ndi Propinsi Riau tersebut tinggal 435.080 ha.
sekitar
Kulim di Riau dapat tumbuli dari kctinggian dibawali 100 m dpl sampai dengan ketinggia~~
270 m dpl dan tidak tumbuli di rawa-rawa, ha1 ini sesuai denyan pernyataaii Heyne (1987). Secara
umum jenis tal~ahyang ditlrlnbul~ikulim adalali jenis podsolik n~erahkuning (PMK) d e n y ballan

induk batuarl erldapan dan batuan beku, struktur tanahnya berupa lempung, lempung berpasir dan
lempung liat.
Wilayah penyebaran kuliln berada di beberapa HPH yaitu ; PT. Rokan Perntai Timber, PT. Kulinl
Company, PT. Shorea Mer Tintber, PT. Mandau, PT. Seberidawana, PT. Wana Riau Sentosa, dan PT.
Nanjak Makmur. Wilayalt kerja 1-tPI-l tersebut berada di wilayah Daerah Tingkat I1 Ilidragiri Hulu,
Indragiri Ililir, Kampar, Bengkalis.
Dari hasil attalisis vegctasi didapatkan jumlah tegakan kulim yang terdapat di seluruh petak ukur
penyamatan pada areal I-IPH PT. Rokan Perntai Titnber seluas 100 ha. yang dilakukan secara sensus

yaitu masing-masing pada tingkat semai 34 (33,68%), pancang 16 (8,29%), tiang 29 (15,03%) dan
tinykat pohon sebanyak 83 (43,01%). Sedangkan pada areal I-IPH PT. Kulim Company diperolell
populasi kuliln pad3 tiltgkat sentai berjumlah 14 (23,33%), pancang 4 (6,67%), tiang 5(8,33%) dan
pollon sebanyak 36 (61,67%). Dari llasil analisis vegetasi ini menunjukkan struktitr tegakan kulim
sudah tidak normal, karena secara ekologi tingkat kesetabilan suatu populasi digambarkan dengan
bentuk kurva "J" terbalik, artinya ballwa juntlah semai lebih banyak daripada pancang, pancany lebih
banyak daripada tiang, dan tiarlg lebih banyak daripada pohon. Perubahan kondisi tersebut lebili besar
disebabkan ole11 tingginya tingkat eksploitasi kulim tanpa diimbangi dengan adanya reboisasi.
Ancaman dan baras waklu kebcradaan kulim di hulari alatti di tandai derlgarl keberadaart kulirrl di
hutan alatn dan tingkat petnanfaatannya. Sampai saat ini populasi kulim yang telah berdiameter 20cm
ke atas yang ada di alam tinggal 273.451,2 m3 atau dalattt jumlah pollon berdiri sekitar 195.816 pohotl.
Sedarlgkail kulim yattg diperbolehkan untuk ditebang oleh pernetintali adalah yang telah berdianteter
50 cm ke atas. Ketersediaan kulim tersebut yang disebut sebagai sla17ditig stock yaltg ada di alam
hanya 121.822,4 nt3, bila dihitung dalam jumlah pohon diperkirakan ada 40.608 pohon.
Pemanfaatan kulim yang besar di Propinsi Riau ada dua. Pertama kulim sebagai bahan baku
kapal. Jutillah galanyan kapal yang masih aktif satnpai saat ini di Bagan Siapi-api sebanyak 50 unit
dengan tiga katagori tonase, Yaitu : I ) Galangan kapal kayu ukuran besar (120-150 ton) sebanyak 18
unit. 2) Galangall kapal kayu ukuran sedang (GO-SO ton) sebanyak 15 unit, dan galanyan kapal dengan
ukuratt kecil ( 3 4 ton) sebanyak 17 unit. Apabila selnua galangan kapal kayu tersebut berproduksi,
maka akan me~nbutuhkanbahan baku sebesar 4.191,03 ml/tahun (khusus kayu kulim). Yang kedua

adalah kuliln sebagai bahan baku kusen. Di Riau khususnya Pekanbaru, sebagian besar bahan kusen
pintu datl jendela menggunakan bahan baku dari kayu kuliln. Besamya permintaan pasar dan keawetan
kusen tersebut menyebabkan banyak diminati oleh tnasyarakat. Di Kodya I'ekanbaro terdapat 73
industri pengetaman kayu khusus kusen yang telail tercatat di Depertemen Prindustl-ian dan
Pel-dagangan dari tahun 1994 sampai tahun 1998. Kllusus kusen denyan ballan baku kayu kulitn
kebutuhannya mencapai 44,6% dari setttua bahan baku, dengan delnikian kebuluhan bahan baku kayu
kulillt sebesar 19.165.5 1 m3/tahun. Hal

itii

menunjukkan ballwa kebutuhan industri kusen ini terlladap

kayu kulim lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat kebutuhan kayu kulim untuk kapal yakni
sekitar S2,05%. Apabila kebutuhan kayu kulitl~terhadap dua industri tersebut digabungkan, maka besar
kebutuhkan kayu kulitn keseluruhan adalah 23.356,54 m31tahun.
Dengan potensi kayu kulim yang ada di alatn sebesar 121.822,4 ni3, dan kebutuhan kayu kulim
terliadap dun itidustri sebesar 23.356,54 m31tahun, maka kayu kulim yang berdiameter 50 cm ke atas
hanya matnpo bertahan salnpai 5,2 tahun. Artinya bahwa standing stok kayu yang ada saat ini hanya
dapat menyediakali bahan baku sampai tahon 2005.
Berdasarkan katagori keterancaman populasi biota (IUCN, 1994) ini beratti telah terjadi

penurunali tajani dan tnasuk pada katogori Kritis, balikan dapat dikatakan sangat kritis, karena dalam
katagori keterancalnan populasi biota disebutkan kriteria kritis adalah penurunan populasi menurun
taja111di atas SO% selama sepuluh tahun atau tiga generasi, dan berpeluang untuk punah di alam di atas
50% selatila 5 tali[lli.
Kelatigkaal~kuliln disebabkan olch dua faktor, yaitu faktor tnanusia. Eksploitasi kulitn secara
besar-besamn oleli masyarakat untuk berbagai keperluar~ tanpa adanya penanaman kembali, llal ini
yang men~icukayu kulitn rnet~jadilangka. Di samping itu penciutan lalian tanah kering yang merupakan
habitat kulim akan memperkecil peluang untuk tumbuh dan berketi~bangbagi kulim, pemanfaatan b u a l ~
oleh penduduk sekitar lliltan juga berpengaruh terhadap ketersediaan sumber benih di alarn. Biji kulim
digu~iakansebagni obat cacing secara tradisional, dati juga rerkadang djjadikan sebagai petlggat~ti
butnbu mnsok apnbila baw;ll~gp~lrilitidak ada. Faktor yang kedua adalali faktor alam. Kulitli sangat
Ianibai tutnbill~di d a m , kulili~tersebut hanya berbuah satu kali dalam satu taliun. Di samping itu buah
pang kllas stperti bawang potih mengundang satwa untuk n~eniakannya.Jenis satwa yang memakan
buah kulim tersebut adalali babi hutan (Sus scrofa..), kijang (h41intioc~i.s~irwiljnli), kancil (T,.a.grihis
jnvmiicii.~),bajilig (Lariscirs Sp.), sigung (A@da.~isjovaiiica), landak (Hys1ri.x brocliyora). Pada tingkat
semai juga inasil~mendapat gangguan, yaitu biji yang masili menempel pada selnai akan dimakan ole11
satwa dengall cara ~nendongkelsemai, akibatnya semai yang sudah turnbuh tercabut dan mati.
Ullaya ymig I I ~ U S dilakukan untuk tnenyelamatkan kulim dari kepunahan antara lain adalal~
perlindungan polion induk, mengurangi pemanfaatan kuli~nyang begitu besar atau inencari pengganti
bahan baku lainnya yang memiliki kualitas sama, n~elakukan koordinasi antara pihak Dinas

Perindustrian dan Perdagangan dengan Dinas Kehutanan sehingga pengeluaran dan peredaran bahan
baku kulil~i dapat terkontrol, inemperkctat perizinan penebangan dan melakukan tindakan tegas
terlladap pelaliggaran, d a r ~pembangunan hutan tanaman industri (1-17'1) kulim dengan menyediakan
areal penananian dan budidayanya.

KAJlAN POTENSI DAN ANCAMAN KEPUNAHAN

~ ~ ~ ~ s Becc.) PADA HUTAN ALAM
KULIM ( S c o r o ~ l o c n rbort~cciisis
D l PROPINSI RlAU

ISMAIL
E31.0191

JURUSAN I