Isolasi Dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Bioaktif Anti Kanker Dari Buah Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)

(1)

TUMBUHAN BAWANG HUTAN

(Scorodocarpus borneensis Becc)

DISERTASI

Oleh

RUDI KARTIKA

108103004/KIM

PROGRAM DOKTOR ILMU KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR KIMIA SENYAWA

BIOAKTIF ANTI KANKER DARI BUAH

TUMBUHAN BAWANG HUTAN

(Scorodocarpus borneensis Becc)

DISERTASI

Untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Kimia pada

Universitas Sumatera Utara dibawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K)

untuk dipertahankan dihadapan Sidang Terbuka Promosi Doktor di Universitas Sumatera Utara ,Medan

Oleh

RUDI KARTIKA

108103004/KIM

PROGRAM DOKTOR ILMU KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

PROMOTOR

Prof. Dr. Tonel Barus

Guru Besar Kimia Bahan Alam

Fakultas MIPA USU

CO-PROMOTOR

Prof.Dr. Partomuan Simanjuntak MSc

Guru Besar Kimia Bahan Alam Puslit Bioteknologi

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong

Dr.H. Ribu Surbakti MS

Lektor Kepala Biokimia

Fakultas MIPA USU


(4)

Telah diuji dan dinyatakan lulus pada Tanggal : 17 Juni 2013

Panitia Penguji :

Ketua Komisi Penguji :

Prof. Dr. Tonel Barus

Guru Besar Kimia Bahan Alam

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Anggota Komisi Penguji :

1. Prof. (Ris) Dr. Partomuan Simanjuntak MSc

Guru Besar Kimia Bahan Alam Puslit Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong 2. Dr.H. Ribu Surbakti MS

Lektor Kepala Biokimia

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara 3. Prof. Dr. Jamaran Kaban, M.Sc

Guru Besar Kimia Organik

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara 4. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D

Guru Besar Kimia Polimer

Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara 5. Prof. Dr. Yunazar Manjang

Guru Besar Kimia Bahan Alam Fakultas MIPA Universitas Andalas


(5)

borneensis Becc)

Nama Mahasiswa : RUDI KARTIKA

Nomor Pokok : 108103004/KIM

Program Studi : S3 Ilmu Kimia

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Tonel Barus Promotor

Prof. (Ris) Dr. Partomuan Simanjuntak MSc. Dr.H. Ribu Surbakti MS.

Co-Promotor Co-Promotor

Mengetahui

Ketua Program Studi S3 Ilmu Kimia Dekan FMIPA USU

Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D Dr. Sutarman, M.Sc


(6)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR KIMIA SENYAWA BIOAKTIF ANTI KANKER DARI BUAH TUMBUHAN BAWANG HUTAN

(Scorodocarpus borneensis Becc)

DISERTASI

Dengan ini saya nyataka nahwa saya mengakui semua kaya disertasi ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, Juni 2013

Rudi Kartika NIM. 108103004


(7)

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rudi Kartika NIM : 108103004/KIM Program Studi : Ilmu Kimia Jenis karya Ilmiah : Disertasi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Disertasi saya yang berjudul :

Isolasi Dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Bioaktif Anti Kanker Dari Buah Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)

Beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk

data-base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Juni 2013

Rudi Kartika NIM. 108103004


(8)

i

ISOLATION AND ELUSIDATION OF BIOACTIVE COMPOUND CHEMICAL STRUCTURE OF ANTI-CANCER FROM FRUITS OF FORESTRY ONION

(Scorodocarpus borneensis Becc)

ABSTRACT

Forestry onion (Scrodocampus borneensis Becc) is growth in east kalimantan and riau which is a community used as diare medicine because of alkaloid compounds. That research was doing isolation and getting chemical structure from activity of anti cancer compound L1210. That isolation has been maseration process with fruit of

forestry onion. That result do partition and then be analyzed coloumn chromatography with stationary phase is silica gel and mobile phase is n-hexane and ethyl acetat. After that coloumn chromatography find two alkaloid compounds and then do identify with UV, FTIR, NMR-1H, NMR-13C DEPT, and NMR-2D (COSY, HMQC, and HMBC). That compounds called as Dehidroksi Scorordocarpin B had activity of anticancer L1210 with IC50 of 1,7053 µg/mL Scorodocarpin B had been

activity of anticancer L1210 with IC50 of 1,1061 µg/mL.

Keywords: Forestry Onions, Dehidroksi Scorodocarpin B, Scorodocarpin B, anticancer


(9)

ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR KIMIA SENYAWA BIOAKTIF ANTI KANKER DARI BUAH TUMBUHAN BAWANG HUTAN

(Scorodocarpus borneensis Becc)

ABSTRAK

Bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc) adalah tanaman yang tumbuh di Kalimantan Timur dan Riau yang secara tradisional digunakan masyarakat sebagai obat diare dan diketahui mengandung senyawa alkaloid. Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan penentuan struktur kimia pada senyawa yang memiliki aktifitas antikanker L1210. Isolasi dilakukan dengan maserasi buah bawang hutan, lalu dipartisi dan

dikromatografi kolom dengan fasa diam silika gel dan fasa gerak n-heksana dan etil asetat. Hasil kromatografi kolom ditemukan dua senyawa alkaloid yang dilanjutkan dengan identifikasi dengan analisis UV, FT-IR, NMR-1H, NMR-13C DEPT, dan NMR-2D (COSY, HMQC, dan HMBC). Senyawa yang ditemukan tersebut dinyatakan sebagai Dehidroksi Scorordocarpin B dengan memiliki aktivitas antikanker L1210 dengan IC50 sebesar 1,7053 µg/mL, dan Scorodocarpin B dengan

memiliki aktivitas antikanker L1210 dengan IC50 sebesar 1,1061 µg/mL.

Kata Kunci : Bawang Hutan, Dehidroksi Scorodocarpin B, Scorodocarpin B, Antikanker.


(10)

iii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga disertasi yang berjudul “Isolasi

dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Bioaktif Anti Kanker Dari Buah Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis becc)” ini dapat diselesaikan.

Dengan diselesaikannya disertasi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K), yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Studi S3 Ilmu Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Medan ini.

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Dr. Sutarman, M.Sc, yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada saya untuk menjadi peserta Program Studi S3 Ilmu Kimia Angkatan 2010.

3. Ketua Program Studi S3 Ilmu Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, dan Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Kimia Dr. Hamonangan, M.Sc yang telah memberikan dorongan kepada saya untuk dapat segera menyelesaikan Program Studi S3 Ilmu Kimia ini.

4. Dengan tulus dan ikhlas penulis mengucapkan terima kasih kepada Promotor saya Prof. Dr. Tonel Barus, Co-Promotor Prof. (Ris) Dr. Partomuan Simanjuntak MSc., dan Co-Promotor Dr.H. Ribu Surbakti MS., yang dengan segala kesabaran dan tanpa bosan-bosannya telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan disertasi ini.


(11)

5. Tim penguji saya Prof. Dr. Jamaran Kaban, M.Sc, Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D, dan Prof. Dr. Yunazar Manjang saya ucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas kesediaan beliau untuk memberikan penilaian maupun saran-saran untuk perbaikan dan penyempurnaan disertasi saya.

6. Rektor Universitas Mulawarman Prof. Dr.H. Zamruddin Hasid, SU., yang telah memberikan kesempatan kepada saya mengikuti Program Studi S3 Ilmu Kimia serta bantuan biaya perkuliahan.

7. Dekan Fakultas MIPA Universitas Mulawarman Drs. Sudrajat SU., atas segala bantuan, ijin, dan semangat yang diberikan kepada saya untuk dapat segera menyelesaikan Program Studi S3 Ilmu Kimia.

8. Gubernur Kalimantan Timur yang telah memberikan bantuan stimulan penelitian

tugas akhir melalui program “Kaltim Cemerlang”.

9. Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI di Cibinong Dr. Witjaksono, M.Sc., yang telah memberikan ijin penelitian dan juga kepada Bustanussalam S.Si, M.Si dan Fauzi Rahman STP staf di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Puslit Bioteknologi - LIPI yang telah membantu selama melakukan penelitian.

10. Prof. Hirotaka Shibuya yang telah membantu dalam penelusuran senyawa baru melalui Scifinder pada Chemical Abstract Society (CAS) secara online.

11. Dra. Ernawati Simanjuntak M.Si dan Yumna staf Laboratorium KESDA Propinsi DKI Jakarta yang telah membantu dalam penelitian pengambilan data LC-MS. 12. Pimpinan beserta staf di Laboratorium Kimia, Pusat Penelitian Kimia LIPI

Serpong yang telah membantu dalam penelitian pengambilan data NMR.

13. Pimpinan dan staf PPLH Universitas Mulawarman, Pimpinan dan staf Laboratorium Terpadu Universitas Mulawarman yang juga telah membantu selama penelitian.

14. Drs. Tuahta Tarigan M.Si staf Puslit Limnologi - LIPI Cibinong, Prof. Dr. Maria Bintang, dr. Tjandra Sidarta, dan Eddyanto, Ph.D., yang telah memberikan masukan-masukan selama penelitian.


(12)

v

15. Kepala, staf, dan asisten laboratorium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU Medan.

16. Semua teman sejawat dan peserta Program Studi S2 dan S3 llmu Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara yang memberikan dukungan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pada saat ini tidak lupa saya mengucapkan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada orang tua saya Abdullah dan Sa’anah atas jasa-jasanya yang telah melahirkan, membesarkan, dan mendidik saya dengan sepenuh hati serta memberikan dorongan kepada saya untuk terus belajar sehingga saya dapat mencapai tingkat pendidikan seperti sekarang ini.

Kepada kedua mertua saya Alm. Tugiman K.S dan Kapsah, istri saya Hj. Yusnelly, anak-anak saya Arya Pratama dan Liza Kartika yang telah memberikan bantuan moril dan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan disertasi ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu baik langsung maupun tidak langsung, hanya Allah SWT yang mampu memberikan balasan terbaik. Mudah-mudahan disertasi ini dapat memberi sumbangan yang berharga bagi perkembangan ilmu kimia. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Hormat Penulis,


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Februari 1967 di Medan, anak dari Abdullah

dan Sa’anah merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis memiliki istri

bernama Hj. Yusnelly dan dua orang anak bernama Araya pratama dan Liza Kartika. Penulis menjalani pendidikan SD Negeri 060822 di Medan dari tahun 1974 sampai dengan tahun 1980, kemudian pendidikan SMP Negeri 4 Medan dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1983, dan selanjutnya SMA Negeri 6 Medan dari tahun 1983 sampai dengan tahun 1986. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan perguruan tinggi pada tahun 1986 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Kimia. Penulis lulus sebagai sarjana kimia dengan penelitian di bidang Biokimia dari tahun 1992, dan penulis pernah menjadi koordinator assisten di Laboratorium Biokimia FMIPA USU.

Penulis melanjutkan pendidikan program pasca sarjana di Intitut Pertanian Bogor dalam program studi Bioteknologi dari tahun 1997 sampai dengan 1999. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis mengikuti Program Doktor (S3) Ilmu Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulis pernah bekerja sebagai tenaga pengajar di Bimbingan Test Bina Siswa Jaya Medan pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1994. Bekerja sebagai tenaga pengajar dan Kepala Laboratorium Kimia Akademi Analis Kesehatan pada tahun 1990 sampai dengan tahun 1994. Dan sebagai tenaga operator PT. Aribhawana Utama Medan pada tahun 1994. Selanjutnya pindah bekerja di Kalimantan Timur sebagai tenaga pengajar kimia FKIP Universitas Mulawarman pada tahun 1994 sampai dengan 2001. Dan bekerja sebagai tenaga pengajar kimia FMIPA Universitas Mulawarman dari tahun 2001 sampai dengan sekarang.


(14)

vii

DAFTAR ISI

ABSTRACT i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

RIWAYAT HIDUP . vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1. Latar Belakang 1

2. Perumusan Masalah 4

3. Tujuan Penelitian 4

4. Manfaat Penelitian 4

5. Hipotesis Penelitian 5

6. Metodologi Penelitian 5

7. Lokasi Penelitian 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Sistematika Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus

borneensis Becc) 7

2.1.1 Kandungan Kimia Aktif Biologis Tumbuhan Bawang

Hutan 9

2.1.2 Ekstrak Bahan Alam Yang Memiliki Aktivitas Antikanker 11 2.1.3 Aktivitas Biologis Penghambatan Sel Kanker 12 2.2 Mekanisme Pembentukan Kanker 15


(15)

2.3 Kanker Darah/Leukimia dan Jenis-Jenisnya 26 2.3.1 Leukimia Akut 27 2.3.2 Leukimia Kronis 29 2.3.3 Mekanisme Penghambatan Sel Leukimia 30

2.4 Lini Sel L1210 33

2.5 Peran Antioksidan Dalam Memutus Reaksi Berantai Radikal

Bebas Serta Jenis-Jenisnya 35

1. Obat Antikanker 37

2. Metode Penentuan Struktur Kimia 43 2.7.1 Spektrofotometri UV-Vis 43 2.7.2 Spektrofotometri Infra Merah 44 2.7.3 Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (RMI) 44 2.7.4 Kromatografi Cair – Spektrometri Massa (KC-SM) 46

BAB 3 METODE PENELITIAN 47

3.1 Bahan-Bahan 47

3.2 Alat-Alat 47

3.3 Prosedur Kerja 48

3.3.1 Persiapan Sampel Buah Bawang Hutan, Isolasi dan

Pemurnian Senyawa Aktif 48 3.3.1.1Pembuatan Ekstraksi Etanol Dari Buah Bawang

Hutan Secara Maserasi 48 3.3.1.2Partisi Ekstraksi Etanol Dengan n-Heksana – Air 48 3.3.1.3Pemurnian Senyawa Aktif Dengan Kromatorafi

Kolom 49

3.3.1.4Kromatorafi Kolom Pertama Untuk Fraksi 8 49 3.3.1.5Kromatorafi Kolom Kedua Untuk Fraksi 9 50 3.3.1 Uji Fitokimia Pada Ekstrak 50 3.3.1.1Identifikasi Golongan Alkaloid 50


(16)

ix

3.3.1.2Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid. 50 3.3.1.3Identifikasi Golongan Flavonoid, Saponin, Tannin,

Dan Kuinon 50

3.3.3 Uji Antioksidan 1,1-Di Phenil-2-Picryl Hidrazil (DPPH) Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas 51 3.3.4 Uji Leukimia Ekstrak Buah Bawang Hutan Pada Lini

Sel L1210 53

3.3.4.1 Medium Untuk Pertumbuhan Sel 53 3.3.4.2 Cara Penyediaan Sel Untuk Uji Aktivitas

Antikanker 53 3.3.4.3 Uji Aktivitas Antikanker Ekstrak Buah Bawang

Hutan Pada Lini Sel L1210 54

3.3.5 Identifikasi Komponen Kimia Buah Bawang Hutan

Yang Memiliki Aktivitas Antikanker 54 3.3.6 Pengukuran Data UV, IR, NMR, dan MS 55

3.4 Skema Penelitian 56

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 58

4.1 Determinasi Tanaman 58 4.2 Pembuatan Ekstrak Etanol dan Partisi 58 4.3 Uji Antioksidan Dari Hasil Partisi Dengan Metode

Peredaman Radikal Bebas 59 4.4 Pemurnian Dengan Kromatografi Kolom 59 4.4.1 Hasil Kromatografi Kolom Pertama Untuk Fraksi 8 61 4.4.2 Hasil Kromatografi Kolom Kedua Untuk Fraksi 9 62 4.5 Identifikasi Struktur Kimia Isolat 8.4.1 64 4.5.1 Hasil Analisis Spektrofotometer Ultraviolet Isolat 8.4.1 64 4.5.2 Hasil Analisis Spektrofotometer FTIR Isolat 8.4.1 64 4.5.3 Hasil Analisis Data Spektra 1H–NMR dan 13C–NMR

Isolat 8.4.1 66

4.5.3.1 Spektra 1H – NMR Untuk Isolat 8.4.1 66 4.5.3.2 Spektra 13C – NMR Untuk Isolat 8.4.1 71


(17)

4.5.3.3 Spektra NMR 2 Dimensi (HMQC; COSY dan

HMBC) Untuk Isolat 8.4.1 84 4.5.4 Hasil Analisis Spektrometer Massa (MS) Isolat 8.4.1 104 4.6 Identifikasi Struktur Kimia Isolat 9.4.2 110 4.6.1 Hasil Analisis Spektrofotometer Ultraviolet Isolat 9.4.2 110 4.6.2 Hasil Analisis Spektrofotometer FTIR Isolat 9.4.2 110 4.6.3 Hasil Analisis Data Spektra 1H–NMR dan 13C–NMR

Isolat 9.4.2 112

4.6.3.1 Spektra 1H-NMR Untuk Isolat 9.4.2 112 4.6.3.2 Spektra 13C-NMR Untuk Isolat 9.4.2 118 4.6.3.3 Spektra NMR 2 Dimensi (HMQC, COSY dan

HMBC) Untuk Isolat 9.4.2 126 4.6.4 Hasil Analisis Spektrometer Massa (MS) Isolat 9.4.2 150

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 156

5.1 Kesimpulan 156

5.2 Saran 157

DAFTAR PUSTAKA 158


(18)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Hal

2.1 Aktivitas antimikroba dari senyawa yang terdapat dalam tumbuhan

bawang hutan 9

2.2 Perbedaan antara sel normal dengan sel kanker 25 2.3 Obat antikanker dan penggolongannya 38 2.4 Beberapa obat antikanker yang dijual secara komersial 39 4.1 Hasil bobot sampel yang dipartisi 58 4.2 Hasil uji aktivitas antioksidan hasil partisi 59 4.3 Hasil kromatografi kolom menggunakan eluen (n-heksana : etil asetat) 60 4.4 Hasil uji aktivitas antioksidan pada fraksi n-heksana 60 4.5 Hasil fraksinasi kromatografi kolom 1 untuk fraksi 8 61 4.6 Hasil uji aktivitas antioksidan pada fraksi 8 61 4.7 Hasil fraksinasi kromatografi kolom 2 untuk fraksi 9 62 4.8 Hasil uji aktivitas antioksidan pada fraksi 9 62 4.9 Data hasil spektrum FTIR Isolat 8.4.1 65 4.10 Korelasi pergeseran kimia karbon 13C dan 1H – NMR untuk isolat

8.4.1 berdasarkan RMI 2 D HMQC 83 4.11 Perbandingan pergeseran kimia (proton dan karbon) untuk senyawa

isolat 8.4.1 dengan Scorodocarpin B 109 4.12 Data hasil spektrum FTIR isolat 9.4.2 111 4.13 Korelasi pergeseran kimia karbon 13C dan 1H – NMR untuk isolat

9.4.2 berdasarkan RMI 2 D HMQC 126 4.14 Perbandingan pergeseran kimia (proton dan karbon) untuk senyawa


(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Hal

2.1 Tumbuhan bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc) 8 2.2 Buah dari tumbuhan bawang hutan 8 2.3 Struktur kimia senyawa sesquiterpen dan beberapa alkaloid dari

tanaman Scorodocarpus borneensis 10

2.4 Struktur kimia β-amyrin 11

2.5 Struktur kimia Vinblastine dan Vincristine 12 2.6 Reaksi penghambatan rantai DNA yang mengandung Adenin, Guanin,

dan Sitosin 13

2.7 Mekanisme terbentuknya sel kanker 15 2.8 Pembelahan sel normal dengan metode semi konservatif 18 2.9 Pembelahan sel tidak terkendali dengan metode fragmentasi Okazaki 21 2.10 Pembelahan sel normal 24 2.11 Pembelahan sel kanker 24 2.12 Mekanisme reaksi 6-Merkaptopurin menjadi 6-Merkaptopurin ribosit 30 2.13 Mekanisme reaksi Folat menjadi Tetrahidrofolat (THF) 31 2.14 Reaksi dalam bentuk ion asam amino 32 2.15 Reaksi dalam bentuk asam amino 32 2.16 Struktur kimia Predmison 32 2.17 Struktur kimia D-4-amino-N10- metil pteroil asam glutamat 34 2.18 Struktur kimia a) Diphenylpicrylhydrazyl (radikal bebas) 37 b) Diphenylpicrylhydrazyl(tereduksi) 37 3.1 Diagram kerja isolasi buah bawang hutan 56 3.2 Diagram pemurnian hasil ekstrak partisi buah bawang hutan 57 4.1 Struktur molekul Doxorubisin 63 4.2 Spektrum UV Isolat 8.4.1 64 4.3 Spektrum FTIR Isolat 8.4.1 65 4.4 Spektra RMI proton untuk isolat 8.4.1 (δH 0,86 - 2,11 ppm) 67


(20)

xiii

Nomor Judul Gambar Hal

4.5 Spektra RMI proton untuk isolat 8.4.1 (δH 0,86 - 8,23 ppm) 68 4.6 Spektra RMI proton untuk isolat 8.4.1 (δH 2,9 - 5,5 ppm) 69 4.7 Spektra RMI proton untuk isolat 8.4.1 (δH 7,03 - 8,14 ppm) 70 4.8 Spektra RMI karbon untuk isolat 8.4.1 (δC 0,0 - 200 ppm) 72 4.9 Spektra RMI karbon untuk isolat 8.4.1 (δC 14,31 - 39,80 ppm) 73 4.10 Spektra RMI karbon untuk isolat 8.4.1 (δC 110 - 173,33 ppm) 74 4.11 Spektra RMI karbon untuk isolat 8.4.1 (δC 29,40 - 30,2 ppm) 75 4.12 Spektra RMI DEPT untuk isolat 8.4.1 (δC 0 - 170 ppm) 76 4.13 Spektra RMI DEPT untuk isolat 8.4.1 (δC 110 - 170 ppm) 77 4.14 Spektra RMI DEPT untuk isolat 8.4.1 (δC 14,31 - 40,0 ppm) 78 4.15 Spektra RMI DEPT untuk isolat 8.4.1 (δC 14,31 - 40,0 ppm) 79 4.16 Spektra RMI DEPT untuk isolat 8.4.1 (δC 111,0 - 130,0 ppm) 80 4.17 Spektra RMI DEPT untuk isolat 8.4.1 (δC 14,31 - 40,0 ppm) 81 4.18 Spektra RMI DEPT untuk isolat 8.4.1 (δC 29,40 - 30,2 ppm) 82 4.19 Spektra RMI 2D HMQC untuk isolat 8.4.1 (δH 0 - 8,0 dan δC

0 - 200 ppm) 85

4.20 Spektra RMI 2D HMQC untuk isolat 8.4.1 (δH 7,0 - 7,6 dan δC

111,41 - 122,40 ppm) 86

4.21 Spektra RMI 2D HMQC untuk isolat 8.4.1(δH 3,59 - 5,36 dan δC

39,80 - 130,09 ppm) 87

4.22 Spektra RMI 2D HMQC untuk isolat 8.4.1 (δH 0,87 - 2,99 dan δC

14,31 - 37,11 ppm) 88

4.23 Spektra RMI 2D HMQC untuk isolat 8.4.1 (δH 1,15 - 1,40 dan δC

25,55 - 32,09 ppm) 89

4.24 Hasil analisis spektra COSY untuk senyawa isolat 8.4.1 90 4.25 Spektra RMI 2D COSY untuk isolat 8.4.1 (δH 0,0 - 8,0 dan δH


(21)

Nomor Judul Gambar Hal

4.26 Spektra RMI 2D COSY untuk isolat 8.4.1 (δH 7,0 - 8,2 dan δH

7,03 - 8,2 ppm) 92

4.27 Spektra RMI 2D COSY untuk isolat 8.4.1 (δH 2,02 - 5,35 dan δH

2,00 - 5,35 ppm) 93

4.28 Spektra RMI 2D COSY untuk isolat 8.4.1 (δH 0,88 - 2,09 dan δH

0,80 - 2,09 ppm) 94

4.29 Hasil analisis spektra HMBC untuk senyawa isolat 8.4.1 95 4.30 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 8.4.1 (δH 0,0 - 8,0 dan δC

0,0 - 140 ppm) 96

4.31 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 8.4.1 (δH 1,2 - 1,6 dan δC

27,0 - 35 ppm) 97

4.32 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 8.4.1 (δH 6,9 - 7,61 dan δC

111,41 - 122,40 ppm) 98

4.33 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 8.4.1 (δH 7,03 - 7,61 dan δC

127,53 - 138,0 ppm) 99

4.34 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 8.4.1 (δH 2,02 - 3,60 dan δC

111,41 - 130,09 ppm) 100

4.35 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 8.4.1 (δH 2,09 - 3,60 dan δC

161,0 - 178 ppm) 101

4.36 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 8.4.1 (δH 2,98 - 5,35 dan δC

25,55 - 39,80 ppm) 102

4.37 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 8.4.1 (δH 0,88 - 2,98 dan δC

22,87 - 37,11 ppm) 103

4.38 Spektra massa untuk isolat 8.4.1 (Instrumen LC-MS) 104 4.39 Pola fragmentasi senyawa isolat 8.4.1 106 4.40 Fragmentasi struktur kimia senyawa isolat 8.4.1 107 4.41 Struktur kimia Scorodocapine B dan Dehidroksil Scorodocarpine B 108 4.42 Spektrum Ultraviolet isolat 9.4.2 110 4.43 Spektrum FTIR isolat 9.4.2 111


(22)

xv

Nomor Judul Gambar Hal

4.44 Spektra RMI proton untuk isolat 9.4.2 (δH 0,86 - 8,00 ppm) 113 4.45 Spektra RMI proton untuk isolat 9.4.2 (δH 0,86 - 1,58 ppm) 114 4.46 Spektra RMI proton untuk isolat 9.4.2 (δH 1,9 - 3,5 ppm) 115 4.47 Spektra RMI proton untuk isolat 9.4.2 (δH 5,35 - 6,81 ppm) 116 4.48 Spektra RMI proton untuk isolat 9.4.2 (δH 6,96 - 8,00 ppm) 117 4.49 Spektra RMI karbon untuk isolat 9.4.2 (δC 0,18 - 173,86 ppm) 119 4.50 Spektra RMI karbon untuk isolat 9.4.2 (δC 14,30 - 39,86 ppm) 120 4.51 Spektra RMI karbon untuk isolat 9.4.2 (δC 29,51 - 29,96 ppm) 121 4.52 Spektra RMI karbon untuk isolat 9.4.2 (δC 103,4 - 173,8 ppm) 122 4.53 Spektra RMI DEPT untuk isolat 9.4.2 (δC 14,30 - 173,86 ppm) 123 4.54 Spektra RMI DEPT untuk isolat 9.4.2 (δC 103,40 - 173,86 ppm) 124 4.55 Spektra RMI DEPT untuk isolat 9.4.2 (δC 14,30 - 39,86 ppm) 125 4.56 Spektra RMI 2D HMQC untuk isolat 9.4.2 (δH 0 - 8 dan δC

0 - 140 ppm) 127

4.57 Spektra RMI 2D HMQC untuk isolat 9.4.2 (δH 5,35 - 7,19 dan δC

103,40 - 130,08 ppm) 128

4.58 Spektra RMI 2D HMQC untuk isolat 9.4.2 (δH 2,88 - 5,35 dan δC

25,64 - 39,87 ppm) 129

4.59 Spektra RMI 2D HMQC untuk isolat 9.4.2 (δH 0,88 -1,28 dan δC

14,31 - 29,51 ppm) 130

4.60 Hasil analisis spektra COSY untuk senyawa isolat 9.4.2 131 4.61 Spektra RMI 2D COSY untuk isolat 9.4.2 (δH 2,00 - 5,65 ppm) 132 4.62 Spektra RMI 2D COSY untuk isolat 9.4.2 (δH 0 - 8 ppm) 133 4.63 Spektra RMI 2D COSY untuk isolat 9.4.2 (δH 6,80 - 8,00 ppm) 134 4.64 Spektra RMI 2D COSY untuk isolat 9.4.2 (δH 0,88 - 2,13 ppm) 135 4.65 Hasil analisis spektrum HMBC untuk senyawa isolat 9.4.2 136 4.66 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 0,0 - 8,0 dan δC


(23)

Nomor Judul Gambar Hal

4.67 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 6,80 - 7,03 dan δC

103,40 - 112,44 ppm) 138

4.68 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 6,80 - 7,03 dan δC

103,40 - 112,44 ppm) 139

4.69 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 0 - 8,00 dan δC

112,44 ̴ 131,69 ppm) 140

4.70 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 6,97 - 7,03 dan δC

112,06 – 123,15 ppm) 141

4.71 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 6,80 - 7,19 dan δC

128,25 - 150,20 ppm) 142

4.72 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 2,00 - 2,13 dan δC

130,08 - 173,86 ppm) 143

4.73 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 2,88 - 3,55 dan δC

112,06 ̴ 173,86 ppm) 144

4.74 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 2,88 - 3,55 dan δC

112,06 - 130,08 ppm) 145

4.75 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 3,55 - 5,35 dan δC

23 - 40 ppm) 146

4.76 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 2,00 - 2,88 dan δC

25,95 - 39,87 ppm) 147

4.77 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 0,88 - 1,57 dan δC

22,87 - 32,10 ppm) 148

4.78 Spektra RMI 2D HMBC untuk isolat 9.4.2 (δH 1,26 - 1,57 dan δC

27,41 - 32,10 ppm) 149

4.79 Spektra massa untuk isolat 9.4.2 (Instrumen LC-MS) 150 4.80 Pola fragmentasi senyawa isolat 9.4.2 152 4.81 Fragmentasi struktur kimia senyawa isolat 9.4.2 153 4.82 Struktur kimia Scorodocapine B 155


(24)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Hal

1 Tabel pergeseran kimia karbon isolat 8.4.1 dan isolat 9.4.2 dengan

senyawa Scorodocarpin B 162 2 Tabel IC50 dari uji aktivitas antikanker fraksi ekstrak n-heksana buah

bawang hutan terhadap sel leukimia L1210 163

3 Tabel IC50 dari uji aktivitas antikanker fraksi etil asetat buah bawang

hutan terhadap sel leukimia L1210 164

4 Tabel IC50 dari uji aktivitas antikanker fraksi n-heksana 8.4.1 buah

bawang hutan terhadap sel leukimia L1210 165

5 Tabel IC50 dari uji aktivitas antikanker fraksi n-heksana 9.4.2 buah

bawang hutan terhadap sel leukimia L1210 166

6 Tabel IC50 dari uji aktivitas antikanker doxorubisin (kontrol positif)

terhadap sel leukimia L1210 167

7 Tabel tes probit perhitungan IC50 pada uji aktivitas antikanker 168

8 Perhitungan penentuan nilai IC50 untuk uji aktivitas antikanker pada

fraksi n-heksana buah bawang hutan 169 9 Tabel IC50 dari uji aktivitas antioksidan tiga fraksi hasil partisi ekstrak

etanol pekat buah bawang hutan 170 10.1 Tabel IC50 uji aktivitas antioksidan pada fraksi n-heksana buah bawang

hutan 171

10.2 Tabel IC50 uji aktivitas antioksidan pada fraksi n-heksana buah bawang

hutan 172

11 Tabel IC50 uji aktivitas antioksidan pada fraksi 8 n-heksana buah

bawang hutan 173

12 Tabel IC50 uji aktivitas antioksidan pada fraksi 9 n-heksana buah

bawang hutan 174

13 Tabel IC50 dari uji aktivitas antioksidan Vitamin C (kontrol positif) 175

14 Perhitungan penentuan nilai IC50 untuk uji aktivitas antioksidan pada

fraksi n-heksana buah bawang hutan 176 15 Hasil identifikasi/determinasi tumbuhan 177 16 Surat izin penelitian di LIPI 178


(25)

Nomor Judul Lampiran Hal

17 Kondisi alat spekroskopi massa (MS) 179

18 Kondisi alat HPLC 180

19.1 Foto penelitian 181

19.2 Foto penelitian 182

19.3 Foto penelitian 183

19.4 Foto penelitian 184


(26)

i

ISOLATION AND ELUSIDATION OF BIOACTIVE COMPOUND CHEMICAL STRUCTURE OF ANTI-CANCER FROM FRUITS OF FORESTRY ONION

(Scorodocarpus borneensis Becc)

ABSTRACT

Forestry onion (Scrodocampus borneensis Becc) is growth in east kalimantan and riau which is a community used as diare medicine because of alkaloid compounds. That research was doing isolation and getting chemical structure from activity of anti cancer compound L1210. That isolation has been maseration process with fruit of

forestry onion. That result do partition and then be analyzed coloumn chromatography with stationary phase is silica gel and mobile phase is n-hexane and ethyl acetat. After that coloumn chromatography find two alkaloid compounds and then do identify with UV, FTIR, NMR-1H, NMR-13C DEPT, and NMR-2D (COSY, HMQC, and HMBC). That compounds called as Dehidroksi Scorordocarpin B had activity of anticancer L1210 with IC50 of 1,7053 µg/mL Scorodocarpin B had been

activity of anticancer L1210 with IC50 of 1,1061 µg/mL.

Keywords: Forestry Onions, Dehidroksi Scorodocarpin B, Scorodocarpin B, anticancer


(27)

ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR KIMIA SENYAWA BIOAKTIF ANTI KANKER DARI BUAH TUMBUHAN BAWANG HUTAN

(Scorodocarpus borneensis Becc)

ABSTRAK

Bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc) adalah tanaman yang tumbuh di Kalimantan Timur dan Riau yang secara tradisional digunakan masyarakat sebagai obat diare dan diketahui mengandung senyawa alkaloid. Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan penentuan struktur kimia pada senyawa yang memiliki aktifitas antikanker L1210. Isolasi dilakukan dengan maserasi buah bawang hutan, lalu dipartisi dan

dikromatografi kolom dengan fasa diam silika gel dan fasa gerak n-heksana dan etil asetat. Hasil kromatografi kolom ditemukan dua senyawa alkaloid yang dilanjutkan dengan identifikasi dengan analisis UV, FT-IR, NMR-1H, NMR-13C DEPT, dan NMR-2D (COSY, HMQC, dan HMBC). Senyawa yang ditemukan tersebut dinyatakan sebagai Dehidroksi Scorordocarpin B dengan memiliki aktivitas antikanker L1210 dengan IC50 sebesar 1,7053 µg/mL, dan Scorodocarpin B dengan

memiliki aktivitas antikanker L1210 dengan IC50 sebesar 1,1061 µg/mL.

Kata Kunci : Bawang Hutan, Dehidroksi Scorodocarpin B, Scorodocarpin B, Antikanker.


(28)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia telah mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penyembuhan berbagai penyakit, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal yang menggunakan obat–obatan modern dikenal secara luas. Pengetahuan tentang tanaman obat yang merupakan warisan budaya bangsa bisa dijadikan modal dasar untuk terus mengembangkan potensi tumbuh–tumbuhan yang begitu kaya di bumi Indonesia untuk dimanfaatkan sebagai tanaman yang berkhasiat obat. Pengembangan pengetahuan akan tanaman berkhasiat obat di samping memaksimalkan potensi sumber daya alam Indonesia yang kaya dengan floranya, juga dapat meminimalkan efek samping yang banyak ditimbulkan dari pemakaian obat–obat modern.

Pada tanaman ada dua metabolisme yaitu metabolisme primer dan sekunder. Proses metabolisme primer menghasilkan senyawa-senyawa yang digunakan dalam proses biosintesis sehari-hari, yaitu karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Sebaliknya proses metabolisme sekunder menghasilkan senyawa dengan aktivitas biologis tertentu seperti alkaloid, terpenoid, flavonoid, tannin dan steroid. Kadangkala senyawa yang dikandung oleh satu tanaman dari genus tertentu bersifat spesifik. Misalnya tanaman dari genus papaver, Papaver somniferum dan Papaver septigerum

yang menghasilkan morfin dan berkhasiat menenangkan.

Senyawa hasil metabolisme sekunder lazim dikenal sebagai metabolit sekunder yang diproduksi sebagai benteng pertahanan tumbuhan dari pengaruh buruk lingkungan atau serangan hama penyakit. Metabolit sekunder tidak memiliki fungsi khusus dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Senyawa-senyawa tersebut lebih dibutuhkan untuk eksistensi kelangsungan hidup tanaman itu di alam.


(29)

Fungsi pertama metabolit sekunder adalah melindungi tanaman dari serangan mikroba, contohnya tanaman akan membentuk fitoaleksin, senyawa khusus yang disintesis di sekitar sel yang terinfeksi. Kedua, mempertahankan diri dari gangguan predator. Ketiga, untuk melawan gangguan herbivora yaitu dengan membentuk senyawa toksik yang menyebabkannya menjadi beracun. Keempat, perlindungan terhadap lingkungan, misalnya antosianin diproduksi untuk melindungi tanaman dari terpaan sinar UV. Kelima, memenangkan persaingan dengan cara menghasilkan senyawa yang bersifat alelopati, beracun terhadap tanaman lain di sekitarnya. Keenam, sebagai agen atraktan, menarik kehadiran serangga dan herbivora lain untuk membantu penyebaran biji. Senyawanya berupa pigmen yang membuat organ reproduksi berwarna cerah. Di dalam satu tanaman, tidak mungkin hanya mengandung satu macam metabolit sekunder, hal itu yang menyebabkan mengapa tanaman tertentu dapat memiliki beberapa macam khasiat terapi yang berbeda-beda sesuai dengan metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya (Hanani E, 2010).

Tumbuhan seperti benalu (Macrosolen cochinchinesis), buah makasar (Bruea javanica (L.) Merr.), dan tapak dara (Catharanthus roseus) mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder jenis alkaloid yang memiliki potensi sebagai antikanker.

Senyawa alkaloid yang berpotensi sebagai anti kanker pada tumbuhan benalu yaitu β -amyrin, yang berfungsi menghambat S180 dan sel kanker JTC-26. Sedangkan pada

buah makasar, alkaloid yang berpotensi sebagai antikanker yaitu jenis brucamarine dan yatamine, dimana alkaloid jenis ini dapat mengobati kanker saluran pencernaan, kanker payudara, dan kanker leher rahim. Sementara pada tumbuhan tapak dara mengandung 70 jenis alkaloid, dimana ada beberapa jenis yang berpotensi sebagai antikanker yaitu vinblastine dan vincristine yang dapat digunakan untuk mengobati leukimia limfostik akut (LLA), leukimia monositik akut (LMA), kanker kelenjar getah bening, dan lainnya (Fowler, 1983). Sedangkan menurut Montgomery (1993) menyatakan bahwa metotraksat juga salah satu turunan alkaloid yang dapat berfungsi sebagai antikanker, tetapi menurut beliau penggunaan obat antikanker sebaiknya dikombinasi dengan antikanker lain yang sistem kerja antikankernya berbeda-beda.


(30)

3

Beberapa jenis obat alternatif untuk antikanker yang sudah diperdagangkan secara komersil di negara-negara Eropa adalah ekstrak benalu dengan merk dagang antara lain Iscador, Eurixor, dan Isorel. Ekstrak benalu ini adalah spesies Viscum album L. yang merupakan parasit pada tumbuhan apel, oak, dan pinus, dimana komposisi kimia dari produk komersial ekstrak benalu tergantung pada jenis tumbuhan inang (National Cancer Institute, 2001).

Salah satu tanaman khas Indonesia yang berkhasiat sebagai obat adalah tumbuhan bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc) yang banyak tumbuh di hutan tropis seperti Sumatera dan Kalimantan. Bagian dari tumbuhan ini banyak dimanfaatkan secara tradisional sebagai bumbu masak karena bau dan fungsinya mirip dengan bawang putih (Allium sativa L). Selain itu, bawang hutan sering pula digunakan sebagai obat tradisional. Menurut Kubota, et.al (1994), buah bawang hutan dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri maupun antifungi karena adanya kandungan senyawa flavonoid, saponin, steroid, dan senyawa metiltiometil. Selain dari buah, kulit batang dari tumbuhan bawang hutan juga mengandung senyawa yang dapat berfungsi sebagai antibakteri (Kartika, 1999). Sementara pada bagian lain dari tumbuhan bawang hutan adalah daun yang juga banyak dimanfaatkan sebagai obat untuk penyakit diare. Abe dan Yamauchi (1993) melaporkan bahwa dalam daun bawang hutan terkandung beberapa senyawa seperti metiltiometil dan flavonoid. Hasil beberapa penelitian pada tumbuhan bawang hutan memberikan informasi awal untuk dilakukannya penelitian lanjutan dalam rangka mengisolasi senyawa metabolit sekunder pada fraksi aktif buah tumbuhan bawang yang diduga berpotensi sebagai antikanker.

Isolasi komponen aktif antikanker dilakukan dengan cara mengekstrak bagian buah tumbuhan bawang hutan. Hasil isolasi selanjutnya diuji secara fitokimia serta dilanjutkan dengan uji aktivitas menggunakan metode brine shrimp lethality test, uji antioksidan serta test terhadap lini sel kanker L1210. Isolat komponen yang

mempunyai daya aktivitas selanjutnya dielusidasi struktur kimianya berdasarkan data UV, IR, NMR 1D, NMR 2 D, dan LC-MS.


(31)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengisolasi senyawa bioaktif dari buah tumbuhan bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc).

2. Golongan senyawa apakah dari senyawa metabolit sekunder yang diperoleh dalam buah tumbuhan bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc).

3. Bagaimana aktivitas senyawa metabolit sekunder buah tumbuhan bawang hutan sebagai antikanker.

4. Bagaimana struktur kimia dari senyawa metabolit sekunder buah tumbuhan bawang hutan tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara mengisolasi senyawa bioaktif dari buah tumbuhan bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc).

2. Untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang diperoleh dalam buah tumbuhan bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc).

3. Untuk mengetahui aktivitas senyawa metabolit sekunder buah tumbuhan bawang hutan sebagai antikanker.

4. Untuk mengetahui struktur kimia dari senyawa metabolit buah tumbuhan bawang hutan sekunder tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Memberikan informasi tentang struktur senyawa kimia yang memiliki aktivitas anti kanker yang terkandung di dalam buah dari tumbuhan bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc).


(32)

5

1.5 Hipotesis Penelitian

Pada buah tumbuhan bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc) mengandung senyawa bioaktif yang berkhasiat sebagai antikanker.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium yang dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu :

1. Persiapan sampel

Buah tumbuhan bawang hutan yang diperoleh dari Kebun Raya Samarinda dan dideterminasi di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong.

2. Ekstraksi dan partisi

Sampel buah bawang hutan yang telah dipotong kecil dimaserasi secara berulang-ulang dengan etanol, dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan rotavapor. Selanjutnya ekstrak etanol pekat yang diperoleh dipartisi berdasarkan kepolarannya menggunakan tiga pelarut yaitu n-heksana, etil asetat, dan air. Hasil partisi tersebut menghasilkan tiga fraksi yaitu n-heksana, etil asetat, dan air. 3. Pengujian aktivitas antioksidan dan antikanker

Ketiga fraksi yang diperoleh dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas menggunakan reagen DPPH dan pengujian antikanker leukimia lini sel L1210. Hasil pengujian aktivitas antikanker diperoleh

nilai IC50 untuk n-heksana lebih kecil dari fraksi lainnya serta nilai IC50nya di

bawah 20 ppm, yang berarti memiliki potensi sebagai antikanker. 4. Pemurnian senyawa aktif

Pemurnian senyawa aktif untuk fraksi n-heksana dilanjutkan menggunakan kromatografi kolom (SiO2; n-heksana-etil asetat = 20 : 1 ~ 1 : 1). Hasil

kromatografi terdiri dari beberapa fraksi yang selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dan pengujian antikanker terhadap fraksi-fraksi tersebut. Fraksi 8 dan 9 merupakan fraksi dengan aktivitas tertinggi diantara fraksi lainnya.


(33)

Sehingga pemurnian dengan kromatografi kolom (SiO2; n-heksana-etil asetat = 2 :

1, isokratik) kembali dilakukan terhadap kedua fraksi tersebut yang diketahui bahwa fraksi 8.4 dan fraksi 9.4 memiliki aktivitas tertinggi diantara fraksi lainnya. 5. Elusidasi struktur kimia

Elusidasi struktur kimia dilakukan terhadap dua fraksi yaitu fraksi 8.4 yang selanjutnya disebut dengan isolat 8.4.1 dan fraksi 9.4 yang selanjutnya disebut dengan isolat 9.4.2 menggunakan data UV, FT-IR, NMR (1D, 2D), dan LC-MS.

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam FMIPA Universitas Sumatera Utara Medan dan Laboratorium Kimia Bahan Alam Puslit Bioteknologi LIPI Cibinong. Pengujian dengan NMR dilakukan di Laboratorium Kimia Puslit LIPI Serpong Tangerang. Pengujian LC-MS dilakukan di Laboratorium KESDA Propinsi DKI Jakarta, dan Pengujian leukimia dilakukan di Laboratorium Kimia BATAN Jakarta.


(34)

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistematika Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)

Tumbuhan bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc) termasuk tumbuhan Olacaceae, tumbuhan ini mempunyai nama lokal antara lain :

Sumatera : Bawang, Kulim, Rengom.

Kalimantan : Ansam, Bawang, Bawang hutan, Cepeluk, Jauhi, Kudur, Marsindu, Madudu, Sedau, Selaru, Seluru, Teradu, Sindu dan Kayu bawang. Sistematika tumbuhan kayu bawang menurut Abe dan Yamauchi (1993) adalah :

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Santalales Famili : Olacaceae Marga : Scorodocarpus

Jenis : Scorodocarpus borneensis Becc

Pohon ini merupakan tumbuhan yang sangat tinggi ( 36 m), seperti pada Gambar 2.1. Banyak tumbuh di Sumatera dan hutan primer Kalimantan pada ketinggian 300 m di atas permukaan laut, terutama pada tanah kering, tidak tumbuh di rawa–rawa, tidak membentuk hutan murni, di hutan rimba tumbuh secara berkelompok dan hanya di tempat–tempat tertentu tumbuh secara umum (Heyne, 1987).

Kulit batangnya berwarna abu–abu coklat atau merah coklat, beralur dangkal, dan banyak mengelupas. Kulit hidupnya berwarna merah atau coklat. Tumbuhan ini berdaun tunggal, licin berwarna agak hijau muda, seperti yang tercantum pada Gambar 2.2, dan memiliki ukuran panjang 2,5 – 17,5 cm dan lebar 6,25 – 8,75 cm.


(35)

Gambar 2.1 Tumbuhan bawang hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)


(36)

9

2.1.1 Kandungan Kimia Aktif Biologis Tumbuhan Bawang Hutan

Tumbuhan bawang hutan mengandung senyawa polisulfida yang mirip dengan jalur pembentukan senyawa polisulfida pada spesies Allium lainnya sehingga mempunyai aktivitas sebagai anti mikroba, yaitu 2,4,5,7–tetrathiaoctane-4,4-dioksida dan 5-thioxo-2,4,6trithiaheptane-2,2-dioksida. Tumbuhan ini juga diduga memiliki senyawa O-etil S-metiltiometil tiosulfit (CH3SCH2SS(O)OCH2CH3) (3). Ekstrak

kasar kulit batang bawang hutan mengandung sesquiterpen saponin, steroid, flavonoid, dan senyawa metiltiometil yang menyebabkan bau seperti bawang putih dan mempunyai aktivitas anti mikroba (Kubota et al., 1999; Lim et al., 1998).

Tumbuhan bawang hutan sering dipergunakan sebagai bumbu untuk memasak oleh penduduk lokal Kalimantan. Bau dan kegunaan dari kayu bawang sangat mirip dengan bawang, sehingga dapat diperkirakan bahwa bawang hutan memiliki aktivitas fisiologis yang sama dengan bawang. Aktivitas antimikroba dari ketiga senyawa yang terkandung di dalam tumbuhan bawang hutan ditunjukkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Aktivitas antimikroba dari senyawa yang terdapat dalam tumbuhan bawang hutan (Lim, et al, 1998)

Mikroorganisme

Konsentrasi Hambat Minimum (MIC, g/mL)

1 2 3 Kontrol*

Bakteri

Staphylococcus aureus FDA 209P > 100 > 100 > 100 6.25

Micrococcus luteus PCI 1002 > 100 > 100 > 100 1.56

Bacillus substilis PCI 219 50 50 > 100 0.39

Microbacterium smegmatis ATCC 607 > 100 50 > 100 0.39

Escherichia coli NIHJ 50 50 > 100 6.25

Pseudomonas aeruginosa IFO 3080 50 > 100 > 100 > 100

Fungi

Candida albicans KF 1 50 50 > 100 1.56

Saccharomyces cerevisiae ATCC 9763 50 50 > 100 1.56

Mucor racemosus IFO 4581 50 25 > 100 0.39

Aspergillus niger KF 105 50 50 > 100 > 100

 Senyawa kontrol : untuk bakteri adalah penisilin, untuk fungi adalah nistatin.


(37)

Wiart (2001) telah meneliti tentang tanaman Scorodarpus borneensis (Baill.) Becc (Olacaceae) yang diperoleh dari negara Malaysia, dan dari hasil isolasi tanaman tersebut diperoleh senyawa sesquiterpen, scodopin dan tiga senyawa alkaloid tipe triptamin yaitu Scorodocarpine A-C. Berdasarkan hasil elusidasinya diperoleh struktur kimia dari senyawa-senyawa tersebut seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Struktur kimia senyawa sesquiterpen dan beberapa alkaloid dari tanaman Scorodocarpus borneensis (Wiart, 2001)


(38)

11

2.1.2 Ekstrak Bahan Alam Yang Memiliki Aktivitas Antikanker

Beberapa ekstrak bahan alam yang berpotensi sebagai anti kanker terdapat dalam beberapa tumbuhan antara lain yaitu :

1. Benalu (Macrosolen cochinchinesis), ekstrak tumbuhan ini mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid (β-amyrin), glukosida, flavanoid, saponin, asam oleanolat, lupeol, dan avicularin. Alkaloid jenis ini dapat menghambat S180 dan sel kanker JTC-26.

Gambar 2.4 Struktur kimia β-amyrin

2. Buah makasar (Bruea javanica (L.) Merr.), ekstrak tumbuhan ini mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid (brucamarine, yatamine), glukosida (Brucea javani, brucealiue, yatanosida), bruceosida A dan B, fenol (brucenol dan asam bruceolat), dan brucetol. Alkaloid jenis brucamarine dan yatamine ini dapat mengobati kanker saluran pencernaan (esophagus, lambung, usus, dan rektum), kanker paru-paru, payudara, dan leher rahim (servik).

3. Tapak dara (Catharantus roseus L.) mengandung 70 jenis alkaloid seperti vinblastine, vincristine, vincadioline, leurosine, leurosidine, catharanthine, vindoline, vindolinine, locherinine, tetrahidroaestonine, dan lainnya. Alkaloid jenis vinblastine dan vincristine mempunyai zat aktif yang dapat menghambat sel kanker leukimia maupun sel kanker yang lain. Kedua zat aktif ini dapat menghentikan pembelahan sel kanker pada tingkat metafase (mitosis), menghambat sintesis basa purin DNA maupun RNA sel kanker sehingga perkembangan sel kanker dapat dihambat. Alkaloid jenis vinblastine efektif


(39)

menghambat sel kanker linisel L1210 , P1534, HKR, EAC, S180 dan sel kanker

payudara. Sedangkan efektifitas antikanker dari vincristine lebih besar dari vinblastine yang dapat menghambat ridge way osteosarcoma, mecca limfosarcoma, dan kanker X563 sarcoma. Ekstrak air dan alkohol tumbuhan tapak dara dapat menghambat sarcoma 180 dengan tingkat keberhasilan 95,7% dan sudah tersedia dalam bentuk obat paten injeksi (Fowler, 1983).

Gambar 2.5 Struktur kimia Vinblastine dan Vincristine

2.1.3 Aktivitas Biologis Penghambatan Sel Kanker

Aktivitas biologis untuk penghambatan sel kanker dapat dilakukan dengan mekanisme penghambatan sintesa DNA. Replikasi DNA dapat terjadi dengan adanya sintesis rantai nukleotida baru dimana rantai nukleotida lama berfungsi sebagai patron (cetakan ). Prosesnya dengan menggunakan komplementasi pasangan basa untuk menghasilkan suatu molekul yang berfungsi sebagai cetakan (template) DNA baru yang sama dengan molekul DNA lama. Proses yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh enzim helikase, enzim polimerase, ligase dan dNTP - dNTP. Adapun tahapan – tahapan yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Denaturasi mol DNA utas rangkap (double helix) menjadi DNA utas tunggal dilakukan oleh enzim unwindase.

2. Sintesa DNA baru dengan menggunakan DNA hasil denaturasi sebagai tamplate (cetakan).


(40)

13

3. Agar point 2 dapat berlangsung harus tersedia dNTP2, enzim DNA polimerase. 4. Setelah rantai DNA baru sempurna disintesis maka oleh enzim ligase dibentuk

DNA utas rangkap yang dapat terjadi melalui 2 metode yaitu :

a. Metode konservatif apabila DNA utas rangkap yang terbentuk hasil penggabungan rantai DNA lama dengan rantai DNA lama.

b. Metode semi konservatif apabila DNA utas rangkap yang terbentuk merupakan hasil penggabungan dari DNA lama dengan DNA baru.

5. Untuk sel kanker diperlukan unsur tambahan selain dari pada komponen – komponen pada point 1 s/d 4 diatas yaitu enzim telomerase yang memotong rantai DNA awal menjadi fragmen – fragmen dimana urutan nukleutidanya sudah menemui unsur gen.

Dengan mekanisme tahapan sebagai berikut : C T

A

Inisiasi

Unwindase + dNATP2 DNA Polimerase

C C B B Elonggasi C C C B + + B B B C Konservatif Semi Konservatif Terminasi

Ada tiga kemungkinan terjadinya replikasi DNA, yaitu konservatif, semikonservatif, dan dispersif.

1. Model konservatif, yaitu dua rantai DNA lama tetap tidak berubah, berfungsi sebagai cetakan untuk dua rantai DNA baru. Replikasi ini mempertahankan molekul dari DNA lama dan membuat molekul DNA baru.

2. Model semikonservatif, yaitu dua rantai DNA lama terpisah dan rantai baru disintesis dengan prinsip komplementasi pada masing-masing rantai DNA lama. Akhirnya dihasilkan dua rantai DNA baru yang masing-masing mengandung satu rantai cetakan molekul DNA lama dan satu rantai baru hasil sintesis.


(41)

3. Model dispersif, yaitu beberapa bagian dari kedua rantai DNA lama digunakan sebagai cetakan untuk sintesis rantai DNA baru. Oleh karena itu, hasil akhirnya diperoleh rantai DNA lama dan baru yang tersebar pada rantai DNA lama dan baru. Replikasi ini menghasilkan dua molekul DNA lama dan DNA baru yang saling berselang-seling pada setiap untai (Reggy, 2012).

Limus (2007) telah meneliti tentang mencegah kanker melalui mekanisme DNA. Metilasi DNA dan penekanan produksi Histon Deacetylase (HDAC) akibat rangsangan sulforaphane yang bekerja sama untuk mempertahankan fungsi sel normal, makin tinggi kadar sulforaphane maka semakin efektif untuk melawan kanker. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian terhadap kanker payudara pada tikus-tikus percobaan serta mencegah perkembangan sel-sel yang baru tumbuh (Munchberg, 2007).

Gambar 2.6 Reaksi penghambatan rantai DNA yang mengandung adenin, guanin dan sitosin


(42)

15

Apabila gugus metil dari senyawa organo sulfida mensubstitusi gugus –OH posisi C no 3 dari DNA, maka sintesa DNA pada sel kanker akan terhambat karena tidak terjadi perpanjangan rantai DNA seperti pada Gambar 2.6. Akibatnya masuknya metil pada Citosin, maka perpanjangan DNA berikutnya akan terhambat karena pospat tidak dapat berikatan lagi pada atom C no. 3 sehingga sintesa DNA akan terhenti (Munchberg, 2007).

2.2 Mekanisme Pembentukan Kanker

Pada dasarnya, pembelahan sel dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pembelahan sel secara langsung dan secara tak langsung. Pembelahan sel secara langsung jika proses pembelahan tidak didahului dengan pembentukan gelondong pembelahan dan penampakan kromosom disebut dengan amitosis.

Adapun pembelahan sel secara tak langsung jika proses pembelahan didahului dengan pembentukan gelondong pembelahan dan penampakan kromosom. pembelahan secara tidak langsung ini meliputi pembelahan mitosis dan pembelahan meiosis.


(43)

Dari mekanisme pada Gambar 2.7 terlihat bahwa pembelahan sel diawali dari terbentuk nya kompleks antara IGF1 dengan reseptor nya (IGF1 reseptor) lalu

mengaktifkan Tyrosin Kinase dengan bantuan ATP lalu PI3 akan aktif dengan

bantuan ATP untuk membentuk kompleks dengan RAS , kemudian kompleks PI3

Kinase – RAS akan mengaktifkan AKT Kinase dengan bantuan ATP selanjut nya akan memberi sinyal kepada Nukleus untuk memulai melakukan pembelahan sel sesuai dengan kebutuhan nya. Setelah keperluan sel yang dibutuhkan tercukupi maka PTEN akan merebut ATP yang akan dipergunakan PI3 Kinase sehingga kompleksnya

dengan RAS tidak berlangsung dan sinyal selanjutnya juga akan terhenti maka pembelahan sel berikutnya akan terhenti juga.

Proses terbentuknya sel kanker diawali terganggunya PTEN oleh faktor inflamasi maupun paparan benda asing mengakibatkan PI3 Kinase akan mengikat ATP secara tidak terkendali sehangga respon untuk pembelahan sel juga tidak terkendali yang menghasilkan sel yang tidak dewasa dan tidak memiliki hubungan antar sel sehingga sel tidak memiliki fungsi biologis sebagaimana mestinya yang disebut sel kanker

Setiap makhluk hidup dibentuk oleh berjuta-juta sel dan setiap sel dibentuk oleh organ-organ sel yang lebih dikenal dengan istilah organel sub selular. Salah satu organel selular yang penting yang terlibat di dalam pembelahan sel (perkembangbiakan sel) adalah inti sel. Inti sel terdiri dari 3 komponen yaitu :

a. Deoxyribonucleic Acid (DNA) b. Ribonucleic Acid (RNA) c. Nukleoprotein (Protein Inti)

Yang berperan penting dalam pembelahan sel adalah DNA yang mampu menurunkan sifat baka (kekal) setiap mahkluk hidup dari generasi ke sekresi berikutnya sehingga DNA ini lebih dikenal dengan unsur genetika. Komposisi DNA secara umum dibagi menjadi 2 bagian yaitu intron dan exon. Intron biasa juga disebut faktor pengendali di dalam pembelahan sel dan terdiri dari nuklueotida di dalam jumlah tertentu dan berbeda untuk setiap spesies, sedangkan exon adalah urutan


(44)

17

nukleutida dalam jumlah tertentu yang berfungsi untuk mensintesis komponen sel di dalam perkembangannya.

Penggambaran struktur DNA berdasarkan pernyataan diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

R P O X Y Z

DNA Ekson

Intron

R (Repressor), P (Promotor), dan O (Operator) ketiga unsur ini termasuk komponen intron. X, Y, dan Z ketiganya disebut dengan gen struktural yaitu gen yang mensintesis komponen yang dibutuhkan oleh sel di dalam perkembangannya misalnya gen pembentuk/mensintesis enzim atau komponen lain yang dibutuhkan oleh sel. Di dalam proses pembelahan sel baik intron maupun exon semuanya mengalami pembelahan/denaturasi sehingga DNA yang tadinya merupakan utas rangkap (berbentuk untai ganda) terdenaturasi menjadi DNA utas tunggal. DNA utas tunggal yang terbentuk ini akan menjadi cetakan pateron didalam sintesis DNA baru dimana DNA baru dengan adanya dNTP2 serta enzim DNA polimerase. Baik intron

maupun exon mempunyai ciri dan jumlah nukleotida yang spesifik untuk setiap gen. Jumlah nukleotida pada intron jauh lebih besar (banyak) dari jumlah nukleotida pada

exon.

Pembelahan mitosis berfungsi untuk menggandakan pertumbuhan (termasuk mengganti sel-sel yang rusak atau mati), sedangkan pembelahan meiosis bertujuan untuk membentuk sel-sel perkembangbiakan (gamet). Secara normal, pembelahan mitosis menghasilkan dua bahan nukleus anak (sel anak) dengan perangkat kromosom yang identik. Sel yang normal dalam tubuh akan tumbuh dan mati secara terkendali, seperti pada Gambar 2.8. Di samping itu, kadangkala dapat juga terjadi penyimpangan yaitu sekelompok sel yang tumbuh dan membelah secara abnormal dapat membentuk tumor (benjolan). Beberapa tumor bersifat jinak, artinya sampai tahap tertentu pertumbuhannya berhenti. Sebaliknya ada pula tumor ganas atau


(45)

kanker, yang sel-selnya terus menerus tumbuh dan membelah sehingga mendesak dan merusak jaringan yang ada di sekitarnya (Plain, 2008).

Gambar 2.8 Pembelahan sel normal dengan metode semi konservatif

Kromosom organisme eukariotik memiliki struktur yang linier. Ujung kromosom ini memiliki struktur yang dikenal sebagai Telomer. Telomer dari semua

kromosom eukariotik terdiri atas rangkaian nukelotida pendek yang cenderung berulang pada ujung-ujung kromosomal DNA. Sebagai contoh, telomer dari manusia (sperma dan sel telur) mengandung antara 100-1700 perulangan heksanukleotida TTAGGG.

Telomer berkontribusi untuk memelihara integritas kromosomal dengan melindungi DNA dari degradasi atau rearngement. Telomer ditambahkan ke ujung DNA kromosomal oleh suatu RNA yang mengandung enzim yang dikenal sebagai telomerase. Telomerase merupakan suatu sinusual DNA polimerase yang ditemukan pada tahun 1985 oleh Elizabeth Blacburn dan Casol Creider dari Universitas California, San Fransisco, Amerika.


(46)

19

Namun, sebagian besar sel somatik mengunci telomerase. Akibatnya, pada setiap siklus pembelahan sel ketika sel mereplikasi DNA nya, sekitar 50 porsi nukleotida hilang dari ujung tiap telomer. Sehingga semakin lama telomer sel somatik pada hewan semakin pendek, dan akhirnya berujung pada ketidakstabilan dan

kematian sel. Fenomena ini membuat beberapa ilmuan mendukung suatu “teori penuaan telomer” yang mengimplikasi pada pemendekan telomer sebagai faktor utama dalam sel, jaringan, dan bahkan pada penuaan organisme. Menariknya, sel

kanker tampak “kekal” karena dapat terus berproduksi secara tidak terbatas. Sebuah

survey dari 20 jenis tumor yang berbeda oleh Geron Corporation dari Meuto Pask, California mengungkapkan bahwa semua tumor tersebut memiliki aktivitas Telomer.

Telomer pada kromosom manusia mengandung rangkaian heksanukleotida TTAGGG yang berulang antara 100 hingga 1700 kali. Perulangan rangkaian-rangkaian TTAGGG ini tersambung pada ujung-ujung 3’ dari untaian DNA dan

dipasangkan dengan rangkaian komplemen 3’-AATCCC-5’ pada untaian DNA yang lain. Sehingga daerah kaya-G terbentuk pada ujung 3’ dari tiap untaian DNA, dan daerah kaya-C terbentuk pada ujung 5’ dari tiap untaian DNA. Secara khusus pada tiap ujung kromosom dengan daerah kaya-G protucedes 12 hingga 16 nukleotida diluar komplemen untaian kaya-C nya.


(47)

Seperti halnya telomerase lain, telomerase manusia adalah suatu ribonukleoprotein. Asam ribonukleik pada telomerase manusia adalah suatu molekul RNA dengan panjang 962 nukleotida. RNA ini berfungsi sebagai template untuk aktivitas DNA polimerase dari enzim telomerase. Nukleotida ke 56 dari RNA ini adalah CUAACCCUAAC dan menyediakan fungsi template (cetakan) untuk reaksi adisi terkatalisasi-telomerase dari unit-unit TTAGGG pada ujung 3’ dari untaian DNA (Watson, 1988).

Replikasi DNA bersifat semi diskontinyu. Penggabungan timin yang dilabeli dengan unsur radio aktif kedalam DNA selama replikasi, diikuti oleh autorediografi replikasi DNA mengungkapkan bahwa kedua untaian dari dupleks DNA tereplikasi pada tiap replikasi lanjutan oleh DNA polimerase. DNA polimerase menggunakan satu untaian DNA (single-stranded DNA/ssDNA) sebagai template dan membuat suatu untaian komplemennya (pelengkapnya) dengan mempolimerisasi deoksinukleotida yang sesuai dengan basa yang ada pada template. DNA polimerase

mensintesis DNA hanya pada arah 5’→3’, pembacaan untaian template antiparalel pada 3’→5’. Pertanyaan muncul pada bagaimana DNA polimerase mengkopi untaian induk yang terjadi pada arah 5’→3’ pada proses replikasi. Ini menunjukkan bahwa

replikasi bersifat semidiskontinue saat heliks DNA yang terbuka selama proses

replikasi dengan model 3’→5’.

Dengan demikian satu untaian induk dikopi secara kontinyu untuk membentuk suatu kopian baru yang tersintesis yang disebut untaian utama pada tiap percabangan replikasi. Untaian induk yang lain terkopi secara intermiten, atau dengan model diskontinyu untuk menghasilkan seperangkat fragmen-fragmen. Fragmen-fragmen ini tergabung untuk membentuk untaian pelapis utuh. Secara keseluruhan masing-masing dari dua dupleks DNA menghasilkan satu DNA lama dan satu DNA baru dalam suatu proses replikasi DNA (Watson, 1988).

Setengah dari untaian baru berasal dari proses sintesis untaian utama dan setengah lainnya dengan sintesis untaian pelapis. Untaian pelapis berasal dari Fragmen Okazaki pada tahun 1968. Tuneko dan Reiji Okazaki menyediakan


(48)

21

verifikasi biokimia dari pola semidiskontinyu pada replikasi DNA yang baru saja diubah. Okazaki memaparkan suatu biakan E. coli yang membelah dengan cepat dengan thymidine yang dilabeli-3H selama 30 detik, dengan cepat mengumpulkan sel-sel, dan menemukan bahwa setengah dari bahan terlabel tersebut telah bergabung kedalam asam nukleat yang muncul dalam single strain DNA rantai pendek dengan panjang 1000 hingga 2000 nukleotida (setengah radioaktif lainnya telah tertutup dalam molekul DNA yang sangat besar). Fragmen Okazaki kemudian bergabung secara kovalen membentuk rantai polinukleotida yang lebih panjang, sesuai dengan replikasi model mikroskopik. Kebenaran dari model replikasi ini telah dikuatkan dengan mikrografik elektron dari DNA yang sedang mengalami replikasi pada sel eukariotik (902-904).

Umumnya sel kanker mempunyai sifat pertumbuhan yang berlebihan, gangguan diferensiasi sel dan jaringan, bersifat invasif terhadap jaringan di sekitarnya, dan menyebar ke jaringan lain (metastatis) yang menyebabkan pertumbuhan baru, dan terjadi perubahan metabolisme ke arah pembentukan makromolekul dari nukleosida serta asam amino juga peningkatan katabolisme karbohidrat untuk energi sel, seperti pada Gambar 2.9 (Watson, 1987).


(49)

Kanker merupakan salah satu isu yang penting dalam bidang kimia medis. Saiz-Urra (2005) melaporkan bahwa 7,6 juta kematian dari 58 juta kematian yang tercatat disebabkan oleh kanker. Lebih dari 70% kematian yang disebabkan oleh kanker ini terjadi di negara berkembang dengan pendapatan yang rendah serta kurangnya atau bahkan tidak adanya akses untuk diagnosis dan pengobatan .

Kanker diklasifikasikan sesuai dengan jaringan atau tipe sel dari mana ia timbul. Kanker yang timbul pada sel–sel epitelial (sel–sel permukaan) dinamakan karsinoma (carcinoma), misalnya kanker payudara, kanker kulit, dan kanker lambung. Kanker yang timbul pada jaringan konektif (penyambung) atau sel–sel otot disebut sarkoma, misalnya fibrosarkoma (kanker jaringan ikat) dan kanker yang tidak memenuhi salah satu dari dua kategori di atas adalah termasuk dalam berbagai jenis leukimia yaitu kanker yang berasal dari sel–sel hemopoietik (sel darah) dan kanker yang berasal dari sistem syaraf (Alberts, 1994).

Di alam banyak terdapat faktor-faktor penyebab kanker (karsinogen). Karsinogen adalah zat atau bahan yang dapat merangsang pembentukan kanker. Beberapa macam karsinogen dapat berbentuk senyawa kimia (karsinogen kimiawi), faktor fisika seperti radiasi sinar X atau sinar UV, virus atau juga disebut virus onkogenik serta ketidak setimbangan hormonal (Bulan, 2002).

Kanker umumnya didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan atau tumor hasil dari pembelahan sel yang tidak normal dan tidak terkendali. Sel-sel normal dalam tubuh terus mengalami pembelahan sel-sel tua lalu menggantinya dengan sel yang baru. Proses pertumbuhan dan kematian sel tua secara benar disebut sebagai homeostasis, yang mana bertujuan untuk menjaga keseimbangan yang sehat dalam kehidupan. Untuk mencapai tujuan ini, pertumbuhan sel dan pembelahan terjadi dalam proses yang disebut siklus sel, dan langkah-langkah itu dikendalikan oleh berbagai mekanisme genetik dan molekuler. Bila salah satu atau beberapa bagian mekanisme itu mengalami kerusakan dalam siklus sel, itulah yang menyebabkan kanker (Mulyadi, 1997).


(50)

23

Siklus sel merupakan urutan kejadian di dalam sel sejak sel muncul hingga membelah menjadi dua (mengalami duplikasi atau replikasi) sedangkan reproduksi sel merupakan bagian dari siklus sel, bagaimana sel tersebut membelah menjadi dua sel anak dan mendistribusikan seluruh DNA (genom) dari sel induk ke sel anak. Fungsi dasar dari siklus sel adalah menduplikasi secara akurat jumlah DNA dalam kromosom yang kemudian dipisahkan ke dalam dua sel anak yang identik secara genetik. Sel dari organisme eukariot mempunyai sistem pengendali siklus sel yang sangat kompleks, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun luar sel. Sistem ini dapat mengendalikan perubahan biokimiawi, termasuk replikasi DNA, segregasi pada duplikasi kromosom, dan duplikasi organel maupun makromolekul. Bila sistem mengalami malfungsi antara lain dapat mengalami pertumbuhan berlebihan yang menyebabkan kanker.

Transformasi keganasan sel terjadi akibat akumulasi mutasi pada sejumlah gen tertentu, dan hal ini yang merupakan kunci terjadinya kanker pada manusia. Gen terdapat dalam kromosom pada inti sel. Sebuah gen akan menentukan untaian asam amino yang harus dirangkaikan antara satu dengan lainnya untuk membentuk suatu protein, dan protein ini kemudian akan melaksanakan fungsi gen tersebut. Bila gen diaktifkan, maka sel akan bereaksi dengan jalan mensintesis protein yang telah disandinya. Sehingga mutasi gen dapat mengubah jumlah atau aktivitas produk proteinnya (Soeng S dkk, 2009).

Pada pembelahan sel yang terjadi secara normal seperti pada Gambar 2.10 diketahui untuk daur hidup siklus sel melalui empat tahap proses, yaitu dengan dimulai saat sel terlibat dalam fungsi normal, kemudian bersiap untuk membuat duplikat dari dirinya sendiri dengan memasuki fase dimana materi genetik DNA bereplikasi menjadi duplikat genetik. Yang selanjutnya kembali ke fungsi normal untuk beberapa saat sebelum memasuki tahap akhir, ketika sitoplasma dan duplikat genetik berpisah dan menghasilkan dua sel dan begitu seterusnya. Pada pembelahan sel normal membutuhkan beberapa faktor eksternal dari lingkungannya untuk melangsungkan proses siklus hidupnya.


(51)

Gambar 2.10 Pembelahan sel normal Keterangan : 1 – Apoptosis

2 – Sel yang rusak (National Cancer Institute, 2008).

Sementara pada pembelahan sel yang terjadi secara tidak normal (sel kanker) seperti pada Gambar 2.11 untuk daur hidup sel-sel kanker juga melakukan siklus yang hampir sama dengan siklus sel normal tetapi mereka memotong salah satu kontrol yang membuat dirinya ber-replikasi terlalu banyak sehingga menyebabkan kematian dari sel kanker itu sendiri. Sel kanker ini tidak berhenti membelah diri secara normal. Dan pada pembelahan sel kanker tidak membutuhkan faktor eksternal untuk membelah dirinya dalam siklus sehingga proses pertumbuhannya sangat cepat (Hendri, 2011).


(52)

25

Beberapa ciri spesifik sel kanker dibandingkan dengan sel normal antara lain: sel kanker tidak mempunyai kontrol pertumbuhan; daya lekat sel kanker berkurang atau bahkan sudah tidak ada. Inhibisi kontak sel kanker sudah tidak ada sehingga jika ditanam pada media kultur jaringan akan diperoleh pertumbutan yang berlapis-lapis dan tidak teratur.

Sel kanker mempunyai sistem enzim yang berbeda yaitu jumlah macam enzim pada sel kanker lebih sedikit jika dibandingkan dengan sel normal, sebagai contoh sel kanker tidak mempunyai enzim asparagin sintetase, sehingga tidak dapat mensintesis asparagin. Enzim-enzim untuk pertumbuhan pada sel kanker lebih besar jika dibandingkan dengan sel normal (Mulyadi, 1997)

Tabel 2.2 Perbedaan antara sel normal dengan sel kanker

Sel Kanker Sel Normal

a Kontrol pertumbuhan sudah hilang kendali Masih ada kontrol pertumbuhan b Daya melekat sel satu dengan yang lain

berkurang atau hilang

Masih ada daya lekat sel c Inhibisi kontak sudah tidak ada*) Masih ada inhibisi kontak d Sistem enzimnya lebih sedikit

jumlahnya/macamnya, sebagai contoh sel kanker tidak mempunyai asparagin sintetase

Sistem enzim masih normal

e Enzim-enzim untuk pertumbuhan lebih besar Sistem enzim masih normal

*) Inhibisi kontak dapat diketahui dengan menumbuhkan sel normal dan sel kanker pada media yang cocok, kemudian pertumbuhan diamati.

Sel normal akan tumbuh hanya satu lapis setelah sampai dinding tempat media (dinding Petri jika di dalam cawan Petri) akan terhenti pertumbuhannya, sedangkan untuk sel kanker akan tumbuh terus dan terbentuk lapisan-lapisan yang tidak teratur (Mulyadi, 1997).


(53)

2.3 Kanker Darah/Leukimia dan Jenis-Jenisnya

Leukemia merupakan kanker di dalam sel darah. Darah normal terdiri dari cairan yang disebut plasma serta memiliki tiga jenis sel yaitu sel darah putih, sel darah merah, dan keping darah (Platelets.) Sel darah putih atau leukosit, membantu tubuh melawan infeksi dari penyakit.

Sel darah merah atau eritrosit berfungsi membawa oksigen dari paru-paru menuju jaringan tubuh. Juga mengambil karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dibawa ke paru-paru . Sel darah merah ini yang membuat darah berwarna merah. Keping darah disebut juga trombosit berfungsi untuk membantu penggumpalan darah ketika seseorang terluka. Dengan penggumpalan trombosit, pendarahan bisa terkendali dan orang yang terluka tidak terlalu banyak kekurangan darah. Sel-sel darah dibentuk di dalam spon yang lembut di dalam tulang yang disebut sumsum tulang. Sedangkan sel-sel darah yang tidak terbentuk disebut blasts.

Beberapa blasts berada dalam sumsum hingga masak, sementara beberapa yang lain menuju bagian tubuh yang lain hingga masak. Secara normal, sel darah diproduksi secara terkendali, sebagaimana kebutuhan tubuh. Proses ini menjaga tubuh agar tetap sehat. Ketika leukemia terbentuk, tubuh memproduksi sejumlah sel darah putih secara abnormal. Sel-sel leukemia biasanya tampak berbeda dengan sel darah putih normal dan tidak dapat berfungsi dengan baik.

Penyakit leukimia dikelompokkan atas penyakit leukimia akut dan leukimia kronis, yaitu :

a. Leukemia akut, penyakit leukimia yang kondisinya akan semakin memburuk secara cepat.

b. Leukemia kronis, penyakit leukimia yang kondisinya akan semakin memburuk secara bertahap.

Leukemia juga dinamai sesuai dengan sel darah putih yang mempengaruhinya. Lymphocytic leukemia dan myelogenous leukemia adalah 2 (dua) diantaranya (Plain, 2008).


(54)

27

2.3.1 Leukimia Akut

Leukimia akut menunjukkan gejala klinik suhu badan naik, ada tanda–tanda infeksi, pendarahan karena trombositopenia, pucat, lesu, karena anemia dan nyeri pada tulang. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kesamaan, kecuali jenis sel leukemianya, yaitu kadar haemoglobin turun, jumlah leukosit naik, jumlah eritrosit turun, ditemukan banyak sel muda (immature), jumlah trombosit turun dan waktu pendarahan lama. Ada dua jenis leukimia akut yaitu Leukimia Mielositik Akut (LMA) dan Leukimia Limfositik Akut (LLA).

Leukimia Mielositik Akut (LMA) adalah penyakit yang bisa berakibat fatal, dimana mielosit (yang dalam keadaan normal berkembang menjadi granulosit) berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di sumsum tulang. Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang, menghancurkan dan menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya, selanjutnya tumbuh dan membelah diri. Mereka bisa membentuk tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan meningitis,

anemia, gagal hati, gagal ginjal, dan kerusakan organ lainnya.

Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah yang normal dalam jumlah yang memadai, ditandai dengan lemah, sesak nafas, infeksi, perdarahan, demam. Gejala lainnya adalah sakit kepala, muntah, gelisah dan nyeri tulang dan sendi. Penyakit LMA terutama menyerang orang dewasa. Tanpa pengobatan, jangka waktu bertahan hidup penderita dalam batas tiga bulan. Tujuan pengobatan adalah menghancurkan semua sel leukemik sehingga penyakit bisa dikendalikan. LMA hanya memberikan respon terhadap obat tertentu dan pengobatan seringkali membuat penderita lebih sakit sebelum mereka membaik. Penderita menjadi lebih sakit karena pengobatan menekan aktivitias sumsum tulang, sehingga jumlah sel darah putih semakin sedikit (terutama granulosit) dan hal ini menyebabkan penderita mudah mengalami infeksi (Medi, 2010).


(55)

Pada kemoterapi awal biasanya diberikan sitarabin (selama 7 hari) dan daunorubisin (selama 3 hari). Kadang diberikan obat tambahan (misalnya tioguanin atau vinkristin) dan prednison. Dengan kemoterapi yang intensif harapan hidup pasien LMA lebih dari satu tahun dan beberapa pasien ada yang bertahan sampai tiga tahun dan sekitar 20% kemungkinan dapat sembuh. Obat tunggal yang paling aktif bagi pasien LMA adalah sitarabin, tetapi lebih baik bila digunakan kombinasi dengan obat lain. Kombinasi yang baik yaitu sitarabin dengan tioguanin atau sitaraban dengan daunorubisin.

Leukimia Limfositik Akut (LLA) adalah suatu penyakit yang berakibat fatal, dimana sel-sel yang dalam keadaan normal berkembang menjadi limfosit berubah menjadi ganas dan dengan segera akan menggantikan sel-sel normal di dalam sumsum tulang. Leukemia jenis ini merupakan 25% dari semua jenis kanker yang mengenai anak-anak di bawah umur 15 tahun. LLA ini paling sering terjadi pada anak usia antara 3-5 tahun, tetapi kadang dapat juga terjadi pada usia remaja dan usia dewasa.

Sel-sel yang belum matang, yang dalam keadaan normal berkembang menjadi limfosit, berubah menjadi ganas. Sel leukemik ini tertimbun di sumsum tulang, lalu menghancurkan dan menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke hati, limpa, kelenjar getah bening, otak, ginjal dan organ reproduksi; dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. Sel kanker bisa mengiritasi se. laput otak, menyebabkan meningitis dan bisa menyebabkan anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya.

Penderita Leukimia Limfositik Akut (LLA) mengalami anemia, pendarahan dan mudah terkena infeksi. Dengan proses kemoterapi yang intensif harapan hidup pasien LLA antara tiga sampai lima tahun dan lebih dari 50% peluang untuk dapat sembuh. Beberapa pusat medis menggunakan proses kemoterapi dengan kombinasi obat yaitu vinkristin dan prednison (Medi, 2010).


(56)

29

2.3.2 Leukimia Kronis

Leukimia kronis mempunyai ciri–ciri utama seperti timbulnya pada usia yang agak lanjut, jumlah leukosit tinggi, penurunan kadar haemoglobin ringan atau sedang dan sering berubah menjadi leukimia akut. Ada dua jenis leukimia kronis yaitu Leukimia Mielositik Kronis (LMK) dan Leukimia Limfositik Kronis (LLK).

Pada penyakit Leukimia Mielositik Kronis (LMK) perbandingan sel yang belum matang (immature) dengan sel yang sudah matang (mature) berbeda pada satu penderita dengan penderita yang lain. Pada tahap awal jumlah sel yang belum matang relatif sedikit, jumlah trombosit meningkat dan penurunan kadar haemoglobin ringan. Perubahan penyakit Leukimia Mielositik Kronis (LMK) menjadi stadium akut (stadium akhir) yang disebut blastic transformation atau blast crisis, terjadi perubahan sebagai berikut: jumlah mieloblas dan sel yang belum matang lain meningkat, jumlah basofil meningkat, trombosit menurun, leukosit meningkat dan kadar haemoglobin menurun drastis. Transformasi blastik ini umumnya timbul setelah tiga sampai empat tahun setelah diagnosis dan penyakit ini berubah menjadi leukimia akut. Dengan proses penghambatan dapat dilakukan menggunakan proses kemoterapi menggunakan busulfan.

Leukimia Limfositik Kronis (LLK) merupakan penyakit yang timbul akibat akumulasi sel limfosit dalam sumsum tulang, darah, kelenjar getah bening, limfa dan hati sehingga sel pembentuk darah lainnya di dalam sumsum tulang berkurang. Penyakit Leukimia Limfositik Kronis (LLK) ini sering timbul pada pasien-pasien yang berusia lanjut (usia 45 tahun keatas) dan sangat jarang terjadi pada pasien sebelum umur 45 tahun.

Leukimia limfositik kronik (LLK) meliputi kortikosteroid atau kemoterapi obat alkilasi. Obat alkilasi ini akan dapat menurunkan jumlah limfosit pada kebanyakan pasien penderita penyakit ini dan yang biasa digunakan adalah klorambusil dan mempunyai efek samping yang sangat kecil. (Medi, 2010).


(57)

2.3.3 Mekanisme Penghambatan Sel Leukimia

Menurut teori Dogmasentral bahwa DNA akan mengalami transkripsi dan translasi untuk mensintesa protein, dan keadaan ini dapat terhenti apabila atom C no 3 dari deoksiribosa di metilasi sehingga sintesa proein secara otomatis juga terhenti. Kemudian secara alami pula sel dapat mereperasi diri sehingga proses sintesa protein dapat berlangsung kembali. Hal ini yang menyebabkan pemakaian obat kanker harus dikombinasi agar kinerjanya dapat maksimal. Sebagai contoh obat untuk leukimia akut yang digunakan selama ini adalah kombinasi dari 6-Merkaptopurin, Metotraksat, Prednison dan L-Asparaginase. Dimana fungsi masing- masing obat adalah sebagai berikut :

a) 6-Merkaptopurin merupakan analog basah adenin dan hiposantin. Bila difosporilasi dengan 5-fosfo-α-D-ribosilposfat menghasilkan 6-Merkaptopurin ribosit merupakan inhibitor perubahan 1MP menjadi AMP.


(58)

31

b) Metotraksat analog asam folat merupakan inhibitor enzim dehidrofolat reduktase sehingga reaksi berikut tidak dapat berlangsung.

Gambar 2.13 Mekanisme reaksi Folat menjadi Tetrahidrofolat (THF)

Enzim ini sangat peka terhadap senyawa-senyawa analog asam folat (anti metabolit) sehingga digunakan pada kemoterapi untuk sel kanker. Beberapa senyawa analog seperti metotraksat, aminopterin. Fungsi folat terutama di dalam mensintesis prekursor asam nukleat dimana analog-analog senyawa tersebut akan menghambat sintesis DNA sel-sel kanker.

c) Aspargin merupakan asam amino essensial bagi sel kanker, dengan adanya enzim L-asparaginase maka aspargin akan diubah menjadi asam aspartat. Dan ion amonium karena matrik essensialnya tidak terpenuhi maka sel kanker akan mati.


(59)

Gambar 2.14 Reaksi dalam bentuk ion asam amino

Gambar 2.15 Reaksi dalam bentuk asam amino

d) Predmison seperti pada Gambar 2.16 merupakan senyawa anti inflamasi (peradangan) menghambat sintesis DNA/RNA limfosit.


(60)

33

Mekanisme kerja predmison belum begitu jelas tetapi aktivitas penyembuhan leukimia dihubungkan dengan penghambatan sintesis DNA dan RNA limfosit. Predmison adalah suatu ortikosteroid golongan glukokartikoid yang berfungsi untuk menghambat pengambilan glukosa oleh sel-sel kanker sehingga membatasi energi yang sangat dibutuhkan untuk biosintesis asam nukleat dan beberapa kasus sintesis DNA dan RNA mungkin langsung dipengaruhi (Montgomery, 1993).

2.4 Lini Sel L1210

Salah satu komponen sel digunakan untuk menguji sifat anti kanker suatu zat adalah inti sel L1210, di samping sel yang lainnya seperti sel hela (sel kanker yang

berasal dari kanker leher rahim manusia), sel P388, sel KB (nasopharynx carcinoma), sel sarkoma 180 A, sel V 79, sel walker 256 dan lain–lain (Itokawa dan Takeya, 1993; Bulan, 2002). Lini sel L1210 atau limfoid leukimia L1210 adalah sel tumor yang

diisolasi dari limfa tikus. Sifat–sifat yang spesifik dari lini sel L1210 adalah terjadinya

perkembangbiakan yang tersebar luas ke organ lainnya dan dapat menyebabkan kematian dalam kurun 8-11 hari, merupakan sel tumor yang tumbuh cepat dengan persentase sel cukup tinggi dan memiliki tingkat pertumbuhan 100% (Bauguess, dkk., 1981). Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa lini sel L1210

memiliki resistensi terhadap obat antikanker metotraksat (White dan Goldman, 1981; Wallerstein dkk, 1971).

Kemampuan sitostatika dari Metrotraksat (MTX) terjadi karena inhibisi kompetitif dari dihidrofolat reduktase (DHFR). MTX mengikat sangat kuat DHFR sehingga dapat mencegah aktivitas DHFR dalam mempertahankan jumlah folat tereduksi, dalam bentuk tetrahidrofolat. Tetrahidrofolat (THF) berfungsi sebagai kofaktor dalam sintesis nukleotida purin dan thymidylat secara de novo. Hal ini mengakibatkan sel kekurangan timidin. Resistensi terhadap MTX telah dilaporkan akibat peningkatan sintesis gen DHFR, modifikasi perlekatan DHFR dengan MTX, poliglutamasi tak berpasangan dari MTX serta penurunan penyerapan MTX (Bhushan dkk., 1999).


(61)

Metrotraksat (MTX) memiliki indikasi sebagai antikanker, dan terdiri atas 3 kelas yaitu :

1. L-4-amino-N10- metil pteroil asam glutamat, atau L-Ametopterin Hidrat 98% (133073-73-1), dengan FW = 454,45, mp. 195 oC,

 

 25D = + 17 oC, C = 1,00 M Na2CO3, Index merck 13,5908, safety 2.129C, FT-IR 1(2) 898D, dan teratogen

yang toksik. Senyawa ini potensial untuk menghambat dehidrofolatreduktase dan untuk antitumor.

2. DL-4-amino-N10- metil pteroil asam glutamat 96% (60338-53-6), dengan FW = 454,45, mp. 195 oC, FT-IR 1(2) 898B, safety 2.129B dan teratogen yang toksik. 3. D-4-amino-N10- metil pteroil asam glutamat, 95% (133073-73-1), dengan FW =

454,45, mp. 195 oC,

 

 20D = - 19,4 oC, C = 2,01 M NaOH, Index merck 13,6015, FT-IR 1(2) 898C, safety 2.129D, dan teratogen yang toksik (Aldrich, 2003).

Gambar 2.17 Struktur kimia D-4-amino-N10- metil pteroil asam glutamat (Bushan dkk, 1999)

Evaluasi sitoksitas suatu senyawa terhadap lini sel L1210 dilakukan dalam tiga

tahapan yaitu :

1. Tahap isolasi lini sel, 2. Tahap penggandaan sel

3. Tahap tes bioassay, untuk tahapan tes bioassay dilakukan dalam mikroplate 96 sumur (1 mL sel/sumur) (Kardono dkk., 2006).


(1)

(2)

Gambar 1. Foto Peneliti Dengan Tumbuhan Bawang Hutan


(3)

Lampiran 19.2 Foto penelitian

Gambar 3. Foto Buah Bawang Hutan


(4)

Gambar 5. Foto Peneliti Pemekatan Ekstrak Etanol Menggunakan Rotari Evaporator

Gambar 6. Foto Peneliti Melakukan Kromatografi Kolom


(5)

Lampiran 19.4 Foto penelitian

Gambar 7. Foto Peneliti Menginkubasi Sel Leukimia L1210 dengan Paparan Ekstrak Buah Bawang Hutan

Gambar 8. Foto Peneliti Menghitung Sel Leukimia yang Hidup Menggunakan Mikroskop


(6)

Gambar 9. Foto Peneliti Dengan Alat LC-MS


Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Antibakteri Kandungan Minyak Atsiri Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella typhimorium dari Buah Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis .Becc)

4 16 94

Isolasi Senyawa Antibakteri dalam Kulit Batang Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis Becc)

0 24 60

Isolasi dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Alkaloida Dari Buah Ranti Hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) Yang Bersifat Anti Kanker

0 0 19

Isolasi dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Alkaloida Dari Buah Ranti Hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) Yang Bersifat Anti Kanker

0 0 2

Isolasi dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Alkaloida Dari Buah Ranti Hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) Yang Bersifat Anti Kanker

1 1 7

Isolasi dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Alkaloida Dari Buah Ranti Hitam (Solanum blumei Nees ex Blume) Yang Bersifat Anti Kanker

0 0 53

BAB 1 PENDAHULUAN - Isolasi Dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Bioaktif Anti Kanker Dari Buah Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)

0 1 6

ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR KIMIA SENYAWA BIOAKTIF ANTI KANKER DARI BUAH TUMBUHAN BAWANG HUTAN (Scorodocarpus borneensis Becc) DISERTASI

0 1 25

Isolasi Dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Bioaktif Anti Kanker Dari Buah Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)

0 0 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Isolasi Dan Elusidasi Struktur Kimia Senyawa Bioaktif Anti Kanker Dari Buah Tumbuhan Bawang Hutan (Scorodocarpus borneensis Becc)

0 0 40