Kinerja Teknis Paket Teknologi

14 I V. HASI L DAN PEMBAHASAN

4.1. Kinerja Teknis Paket Teknologi

Kinerja teknis paket teknologi yang diterapkan sampai dengan bulan Desember 2015 adalah pengolahan lahan, penanaman dan pemanenan. Untuk pengolahan lahan, semua paket teknologi menggunakan hand traktor. Hand traktor dioperasikan oleh 2 orang operator secara bergantian meliputi bajak dan rotari. Penggunaan hand traktor ini dengan sistem sewa borongan. Tarif yang digunakan adalah per blok rata-rata ¼ ha dengan biaya berkisar Rp.250.000,- s d Rp.300.000,-. Penanaman menggunakan indo jarwo transplanter 2: 1 untuk perlakuan rekomendasi dan diperbaiki sedangkan perlakuan cara petani penanaman menggunakan caplak roda legowo 2: 1. Berdasarkan uji kinerja mesin tanam I ndo jarwo transplanter 2: 1 paket teknologi rekomendasi dan diperbaiki tidak berbeda nyatabila dibandingkan antara perlakuan rekomendasi, diperbaiki dengan cara petani perlakuan sangat berbeda nyata. Paket perlakuan rekomendasidan diperbaiki 6.09 jam habila dikalkulasikan dengan hari penanaman menggunakan indo jarwo transplanter 1 hari ha karna sama – sama menggunakan mesin tanam indo jarwo transplanter 2: 1 sedangkan perlakuan cara petani 238.98 jam ha bila dikalkulasi jam ha penanaman menggunakan caplak roda 24.14 hari ha. Berarti ada penghematan waktu tanam 23.14 hari ha. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhendrata, 2013 mesin tanamindojarwo transplanter 2: 1 dengan 2-3 operator mempunyai kapasitas kerja 6-7 jam ha. Tambunan dan Sembiring, 2007mengatakan pada kondisi petakan sawah yang luas, datar dengan kedalaman lumpur kurang dari 40 cm, mesin tanam indo jarwo transplanter dapat membantu memecahkan permasalahan kekurangan tenaga tanam padi sawah. Kinerja mesin tanam padi I ndojarwo Transplanter 2: 1 di Kabupaten Bengkulu Utara masih mengalami beberapa kendala diantaranya kualitas hasil kerja mesin masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari kerapian hasil penanaman yang telah dilakukan belum begitu memuaskan para petani selain itu juga masih terdapat lahan yang kosong terutama dibagian pinggir pematang yang cukup lebarsehingga mengakibatkan waktu penyulaman menjadi lebih lama. Sementara dari segi kecepatan tanam serta efisiensi tenaga kerja dan 15 biaya tanam sudah sangat membantu bagi petani berdasarkan pengukuran kinerja tenaga kerja tanam padi sawah dengan penggunaan mesin tanam indo jarwo transplanter 2: 1 mampu menghemat tenaga kerja tanam dibanding dengan penanaman manual menggunakan caplak roda sebesar 94,14 , sementara biaya yang dikeluarkan dalam penanaman padi mampu dihemat mencapai 79,89 . Pemanenan menggunakan I ndo Combine harvester perlakuan rekomendasi 3.3 jam ha atau 0.5 hari ha perlakuan berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki dan cara petani 173.33 jam ha atau 21.67 hari ha. Bila dilihatdari perlakuan pengukuran kinerja panen cara petani dan diperbaikidibandingkan dengan panen menggunakan mesin panen indo combine harvester, rata–rata hari panen per ha dari mulai ngarit, mengumpulkan hingga perontokan menghabiskan waktu sebanyak 173.33 jam ha atau 21,67 hari ha sedangkan panen menggunakan mesin panen indo combine harvester hanya 3.3 jam ha atau 0,5 hari ha. Dengan demikian dapat menghemat waktu sebanyak 21 hari. Hal ini sesuai dengan pandapat Hasibuan, 1999 mesin panen indo combine harvester mampu bekerja pada areal sawah yang luas hanya membutuhkan waktu yang relative singkat karena combine ini dilengkapi dengan alat pemotong, perontok dan mengarungkan padi dalam suatu proses kinerja saja. Dengan demikian waktu pemanenan lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia manual serta tidak membutuhkan jumlah tenaga kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional Barokah, 2001. Tabel 2. Data Kinerja Teknis Paket Teknologi Parameter Paket Teknologi Rekomendasi Diperbaiki Petani Waktu tanam jam ha Waktu tanam hari ha 6.09a 1a 6.09a 1a 238,98b 24.14b Waktu Panen Jam ha Waktu Panen hari ha 3.3a 0.5a 173.33b 21.67b 173.33b 21.67b Data Agronomis Tanaman Data agronomis tanaman diambil berupa komponen pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan tinggi tanaman diukur menggunakan mistar ukur yang diambil secara acak dalam petak masing – masing perlakuan. Pengukuran tinggi 16 tanaman dengan mengukur tanaman sampel mulai dari tiang standard sampai bagian tanaman tertinggi dengan meluruskan daun tanaman kearah atas. Tiang standard berfungsi agar dasar pengukuran tidak berubah, perlakuan rekomendasi dilihat pada umur 70 hst tinggi tanamannya berbeda nyata 96.80 cm bila dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki81.50 cm dan cara petani tinggi tanaman 85.10 cm. sedangkan perlakuan diperbaiki dan perlakuan cara petani tidak berbeda nyata Tabel 3. Tinggi tanaman juga dipengaruhi kondisi air yang banyak menggenangi tanaman padi karna petani selalu memasukkan air secara berlebihan. Air yang sedikit atau macak-macak kurangi disukai oleh petani karna merasa dengan air yang sedikit pertumbuhan tidak akan optimal padahal disaat petani menggenangi air pada posisi yang tinggi tanah akan kekurangan oksigen menyebabkan pertumbuhan lambat dan perkembangan jumlah anakan tidak maksimal. Tabel 3. Tinggi tanaman padi masing-masing perlakuan Perlakuan 10 hst 30 hst 45 hst 60 hst 70 hst Rekomendasi 29.50a 35.10a 53.23a 65.07a 96.80b Diperbaiki 30.30a 34.10a 52.20a 65.09a 81.50a Petani 31.20b 34.20a 55.40b 66.05b 85.10a Perlakuan cara petani berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki dan rekomendasi pada umur 70 hst. Jumlah anakan perlakuan cara petani 20 batang rumpun sedangkan jumlah anakan perlakuan diperbaiki 24 anakan rumpun sama dengan jumlah anakan perlakuan rekomendasi 24 anakan rumpun. Jumlah anakan yang berbeda pada setiap perlakuan akibat pengaruh perbedaan perlakuan pemeliharaan Tabel 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan paket teknologi rekomendasi dan diperbaiki menunjukkan jumlah anakan yang paling banyak dibanding perlakuan cara petani. Hal ini disebabkan petani selalu menggenangi tanaman padi secara terus menerus sehingga tanaman kekurangan oksigen dalam tanah sawah menjadi hypoxic menyebabkan perkembangan akar terganggu, berkurangnya anakan total dan anakan produktif. 17 Tabel 4. Jumlah anakan tanaman padi masing – masing perlakuan Perlakuan 10 hst 30 hst 45 hst 60 hst 70 hst Rekomendasi 6 11 16b 23b 24b Diperbaiki 5 8a 15a 21a 24b Petani 6 10 14a 19a 20a Pengambilan data ubinan dilahan petani dengan cara mengukur lahan petakan sawah masing–masing perlakukan 2 x 3 m dikarnakan legowo yang digunakan legowo 2: 1. Masing – masing lahan diambil 5 petak ubinan secara acak agar hasil yang didapat mendekati hasil sebenarnya setelah semuanya diubin barulah padi tersebut dipanen menggunakan mesin panen Combine Harvester untuk perlakuan rekomendasi untuk perlakuan diperbaiki pemanenan menggunakan sabit, kumpul dan perontokan menggunakan power thresser. Hasil ubinan 2 x 3 m kemudian dikumpul diirik menggunakan kaki, gabah yang telah terpisah dari tangkainya kemudian dipisahkan dari gabah hampa ke gabah bernas hasilnya gabah kering panen.gabah kering panen tersebut ditimbang menggunakan timbangan 5 kiloan dihitung menggunakan rumus. Hasil pengujian perlakuan rekomendasi, diperbaiki dan cara petani menunjukkan perlakuan berbeda nyata antara perlakuan rekomendasi 6.00 ton ha dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki 5.83 ton ha dan cara petani 5.83 ton ha sedangkan perlakuan diperbaiki dan cara petani tidak berbeda nyata. Tabel 5. Hasil ubinan tanaman padi masing – masing perlakuan Perlakuan 1 2 3 4 5 Rekomendasi 6.00b 6.00b 6.00b 5.83a 6.00b Diperbaiki 6.17b 6.00b 6.00b 5.83a 5.83a Petani 5.83a 5.67a 5.67a 5.83a 5.83a

4.2. Pengujian Efektivitas Paket Teknologi Mekanisasi