KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM : Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut.

(1)

KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM

(Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Oleh GENISA MEIRA

0901026

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA DAN KERAJINAN FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN

SUTERA ALAM

(Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun

Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung

Tenun Panawuan Kabupaten Garut)

Oleh Genisa Meira

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Pendidikan Seni Rupa

© Genisa Meira 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

GENISA MEIRA

KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM

(Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dra. Tity Soegiarty, M.Pd. NIP. 19550913 198503 2 001

Pembimbing II

Bandi Sobandi, M.Pd. NIP. 19720613 199903 1 001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia

Bandi Sobandi, M.Pd. NIP. 19720613 199903 1 001


(4)

ABSTRAK Genisa Meira

KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM

(Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut)

Penelitian ini membahas tentang ornamen kain tenun ikat dengan bahan sutera alam di Kampung Tenun. Kampung Tenun adalah sebuah rumah produksi tenun yang merupakan binaan dari Cita Tenun Indonesia (CTI) dan Perusahaan Gas Negara (PGN). Fokus penelitian ini membahas tentang proses pembuatan kain tenun ikat dari bahan sutera alam dan ornamen yang terdapat pada kain tenun ikat dengan bahan sutera alam yang dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut. Berdasarkan fokus tersebut, tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses pembuatan pada kain tenun ikat dari sutera alam yang dihasilkan di Kampung Tenun Panawuan Garut serta untuk mengetahui dan mendokumentasikan jenis, bentuk, garis dan warna serta prinsip penerapan motif pada tenun ikat berupa komposisi, keseimbangan, dan irama yang terkandung pada ornamen kain tenun ikat dari bahan sutera alam yang dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut. Landasan teoritik yang digunakan adalah seputar teori mengenai pengetahuan tentang tenun, ornamen, unsur-unsur seni rupa dan prinsip penerapan motif pada ornamen kain tenun ikat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, lokasi penelitian ini adalah Sutera Alam Family yang merupakan pusat produksi di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut yang berlokasi di Panawuan Loa, Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: studi kepustakaan, wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada penelitian ini penulis mencoba menganalisis proses pembuatan dan dua belas ornamen pada kain tenun di Kampung Tenun. Dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan kain tenun ikat di Kampung Tenun menggunakan alat tradisonal yaitu alat tenun bukan mesin (ATBM) dan ornamen pada kain tenun ikat itu muncul ketika ornamen tersebut didesain, diikat, dicelup sampai proses tenun itu berlangsung. Ide/gagasan pembuatan ornamen ini diambil dari alam sekitar di wilayah Kabupaten Garut dan yang menjadi ciri khas Garut. Dilihat dari jenis ornamen yang diteliti adalah jenis ornamen Wajik, Etnik modifikasi NTT, Bali dan Kalimantan, Bunga Puspa, Bunga Tapak Dara, Bunga Gambir, Bunga Kusuma, Burung Bangau, Sumping, Etnik Garut dan Ukel modifikasi Kalimantan. Ornamen yang tampak pada Kampung Tenun adalah ornamen geometris dan non geometris serta terdapat ornamen modifikasi dari daerah lain. Perajin kain tenun ikat di Kampung Tenun setelah mendapatkan binaan dari CTI dan PGN telah mampu membuat kain bermotif yang secara visual yang cukup menarik untuk dilihat dari ornamen yang ditampilkan. Tetapi, perlu inovasi-inovasi terbaru untuk lebih mengembangkan motif pada ornamen kain tenun ikat yang menjadi ciri khas Garut. Selain itu, pembukuan dan pendokumentasian setiap motif pada oranmen kain tenun ikat harus segera dibuat untuk mengetahui ornamen apa saja yang telah dibuat disana.


(5)

ABSTRACT Genisa Meira

WOVEN FABRICS SILK IKAT WITH NATURAL INGREDIENTS

(Descriptive Analysis Ornament Woven Silk Tie with Natural Ingredients in Kampung Weaving Panawuan Garut)

This study discusses the ikat fabric ornaments with silk material nature in Kampung Weaving. Weaving village is a production house which is under the supervision of weaving Weaving Cita Indonesia (CTI) and Perusahaan Gas Negara (PGN). The focus of the research is about the process of making ikat fabric made from natural silk and ornaments found on the ikat fabric with natural silk material produced by weaving village Panawuan Garut. Based on the focus, the purpose of this study to know the process of making the woven fabric of natural silk produced in Kampung Weaving Panawuan Garut and to investigate and document types, shapes, lines and colors as well as the application of the principle of ikat motifs in the form of composition, balance, and rhythm contained in ikat fabric ornaments made from natural silk produced by Village Weaving Panawuan Garut. Theoretical base used is about the theory of knowledge of weaving, ornaments, art elements and principles of implementation on ornamental motifs woven fabric. The method used is descriptive method of analysis with a qualitative approach this study is the location of Alam Sutera Family which is the production center in Kampung Weaving Panawuan Garut Panawuan located in Loa, Sukajaya Village, Tarogong Kidul District, Garut regency, West Java. Data collection techniques used in this study include: library research, interviews, observation and documentation. In this study, the authors attempted to analyze the process of making and twelve ornaments on a fabric woven in the village of Weaving. It can be concluded that the process of ikat weaving in the village using traditional tools that loom machines (Lurik) and ornaments on the ikat appear when ornaments were designed, tied, dyed to the weaving process takes place. Idea/notion of making these ornaments were taken from the natural surroundings in Garut regency and that became the hallmark of Garut. Judging from the kind of ornaments that were studied were type of ornament Diamonds, Ethnic modifications NTT, Bali and Kalimantan, Flower Puspa, Tread Dara Flowers, Flowers Gambir, Kusuma Flower, Bird Stork, Sumping, Garut and ukel modification Ethnic Borneo. Ornaments that looked at Kampung Weaving is geometric and non-geometric ornaments and ornaments are modifications of other areas. Artisans in the village of ikat weaving after getting guidance from CTI and PGN have been able to create a patterned fabric that is visually interesting enough to be seen from the ornaments displayed. However, should the latest innovations to further develop the motif ornament ikat that characterizes Garut. Additionally, bookkeeping and documentation of each motif on woven fabric ornament should be made to find out what are the ornaments that have been made there.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...i

ABSTRAK... ...ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ...ix

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KONSEP TENUN...8

A. Pengetahuan Tentang Tenun ... 8

1. Pengertian Tenun... 9

2. Perkembangan Tenun... 8

3. Perkembangan Tenun di Jawa Barat... ...16

4. Fungsi Kain Tenun... 17

5. Penciptaan tenun... ...19

B. Pengetahuan Tentang Ornamen... 35

1. Pengertian Ornamen... 35

2. Perkembangan Ornamen di Indonesia ... 36

3. Fungsi Ornamen... 41

4. Jenis-jenis Ornamen... 41

C. Unsur-unsur Seni Rupa ... 55

1. Titik... ...55

2. Garis... ...56

3. Bidang... ...57

4. Bentuk... ...58

5. Warna... 59


(7)

D. Prinsip Penyusunan Unsur Seni Rupa... 65

1. Kesatuan... 65

2. Komposisi... ...65

3. Simetri... 66

4. Irama... 66

5. Keseimbangan... 67

6. Harmoni... 68

BAB III METODE PENELITIAN... 71

A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 71

B. Desain Penelitian... 71

C. Metode Penelitian... 71

D. Definisi Operasional... 72

E. Instrumen Penelitian... 74

F. Teknik Pengumpulan Data... ...75

G. Teknik Pengolahan Data... ...77

H. Analisis Data... ...77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ...79

A. Deskripsi Hasil Penelitian... ...79

1. Gambaran Lokasi Penelitian... 79

2. Gambaran Hasil Penelitian... 89

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 135

1. Pembahasan Hasil Penelitian Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun... 135

2. Pembahasan Hasil Penelitian Ornamen pada Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun... ...140

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 177

A. Kesimpulan... 177

B. Rekomendasi... ...179

DAFTAR PUSTAKA... 182

DAFTAR ISTILAH... 186


(8)

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Bahan untuk Membuat Tenun ... 27

2.2 Data Tanaman Alam dan Warna yang Dihasilkan... 30

2.3 Perkembangan Ornamen di Indonesia... 37

2.4 Pengulangan Bentuk pada Ornamen... 40

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 74

4.1 Macam-Macam Alat untuk Membuat Tenun Ikat... 90

4.2 Macam-Macam Bahan untuk Membuat Tenun Ikat... 90

4.3 Analisis Unsur Seni Rupa pada Jenis Ornamen Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 174

4.4 Analisis Prinsip Seni Rupa pada Jenis Ornamen Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 176


(9)

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1 Tenunan Polos ... ...11

2.2 Tenunan Kepar... ...11

2.3 Tenunan Satin... ...12

2.4 Kain Tenun Renggang... ...13

2.5 Kain Tenun Ikat... ...13

2.6 Kain Tenun Ikat Pakan... ...14

2.7 Kain Tenun Ikat Lungsi... ...14

2.8 Kain Tenun Ikat Lungsi dan Pakan... .15

2.9 Kain Tenun Songket... .15

2.10 Kain Tenun Bersengkelit... ...16

2.11 Busana Tenun Ikat Rote ... ...18

2.12 Sarung Bantal dan Tikar dari Kain Tenun... 19

2.13 Hiasan Dinding dan Kursi dari Kain Tenun... ....19

2.14 Alat Tenun bukan Mesin (ATBM)... ...20

2.15 Penenun dengan Alat Tenun Gendong sedang Menggunakan Liro... 21

2.16 Alat tenun Gendong... ...21

2.17 Alat Epor... ...21

2.18 Alat Liro... ...21

2.19 Penenun dengan Alat Tenun Tijak (ATBM)... .22

2.20 Rangka ATBM... ...22

2.21 Teropong Pipih... ..24

2.22 Alat Hani... 24

2.23 Raddle... ...24

2.24 Gunting... .24

2.25 Pengait/Penyucuk... .25

2.26 Meteran... ...25

2.27 Mesin Tenun... ...26

2.28 Rangka Utama Pergerakan Mesin Tenun... ...26

2.29 Alat Hani... ... 32

2.30 Tali Gun dengan Benang Lungsi Tersususun Sejajar... 33

2.31 Suri/sisir dengan Benang Lungsi Kelihatan Dimasukkan di antara Jeruji... 33

2.32 Sketsa Proses Menenun... ...34

2.33 Motif Tumpal... ...43

2.34 Motif Pilin Ganda... 44

2.35 Motif Pilin pada Kian Tenun Ikat Kalimantan... 44

2.36 Motif Parang Rusak pada Kain Batik... ...45

2.37 Motif Meander... ...45

2.38 Motif Meander pada Bejana... ...46

2.39 Motif Banji... ...47

2.40 Pola Kertas Tempel pada Dinding Candi Sewu, Surakarta dan Pola Kertas pada Dinding Candi Prambanan.... ...47

2.41 Motif Kawung pada Batik... 48


(10)

2.43 Motif Lereng Besar... 49

2.44 Batu Gajah... 50

2.45 Wayang Kulit Purwa... ...51

2.46 Motif Hias Topeng pada Nekara Bulan Panjang... 52

2.47 Motif Aneka Satwa pada Tenun Sumba... 53

2.48 Ukiran Kayu dari Pekalongan dan Madura... 55

2.49 Titik... 55

2.50 Garis... ...56

2.51 Bidang... ...57

2.52 Bentuk... 58

2.53 Bentuk Geometris... 58

2.54 Bentuk Organis... 59

2.55 Lingkaran Warna... ...59

2.56 Penerapan warna Analogus... 62

2.57 Penerapan Warna Monokromatis... ...62

2.58 Penerapan Warna Komplementer... 63

2.59 Warna Tint dan Shade... ...64

2.60 Tekstur dengan Teknik Marbling... ...64

2.61 Penerapan Prinsip Kesatuan... 65

2.62 Irama... ... 66

2.63 Penerapan Irama Zig-zag dan Berombak... ...67

2.64 Keseimbangan... ...67

2.65 Penerapan Keseimbangan Tegak Lurus, Vertikal dan Radial... ... 68

2.66 Harmoni... ...69

2.67 Penerapan Harmoni Karya Peserta Diklat Dasar Seni Rupa/Kriya... ...69

4.1 Peta Administrasi Kabupaten Garut... .80

4.2 Peta Wilayah Kecamatan Tarogong Kidul... . 81

4.3 Peta Administrasi Kampung Tenun... 82

4.4 Pabrik Kampung Tenun Panawuan Garut... . 83

4.5 Pabrik Kampung Tenun Tampak Depan ... . 83

4.6 Art Galeri Kampung Tenun... . 83

4.7 Pabrik Sebelum dan Sesudah Menerima Bantuan dan Binaan dari CTI dan PGN... 85

4.8 ATBM... 90

4.9 Proses Pemasakan Benang...95

4.10 Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat dengan ATBM... 96

4.11 Alat Skeer... .97

4.12 Contoh Desain Pola... ...98

4.13 Proses Pengahanian Benang... ... 98

4.14 Proses Pengikatan Benang... ...99

4.15 Proses Pencelupan Benang... ...99

4.16 Proses Penjemuran... ...100

4.17 Pencoletan... 100


(11)

4.19 Penjemuran Terakhir... ...101

4.20 Pemencaran... 102

4.21 Pemaletan... ...102

4.22 Benang Lungsi yang Dililit pada Tali Gun...103

4.23 Benang Lungsi yang Ditusukan pada Sisir... ....103

4.24 Benang Pakan Hasil Pemaletan yang Digulung pada Teropong ... 104

4.25 Menginjak Pedal ... 104

4.26 Teropong yang akan Digeser ke dalam Laci ... 105

4.27 Menarik Sisir... 105

4.28 Hasil Kain Tenun Ikat... 106

4.29 Jenis Motif Hias pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun...107

4.30 Kerangka Analisis Ornamen... 108

4.31 Motif Hias Wajik... 109

4.32 Motif Etnik Modifikasi dari Tenun NTT... 111

4.33 Kain Tenun Ikat garut dan Tenun Songket NTT...112

4.34 Motif Etnik Modifikasi dari Tenun Bali... 113

4.35 Kain Tenun Ikat Garut dan Kain Tenun Bali ... 114

4.36 Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun Kalimantan ... 115

4.37 Kain Tenun Ikat Garut dan Kain Tenun Ikat Kalimantan... ...116

4.38 Motif Bunga Puspa... 117

4.39 Motif Bunga Tapak Dara... 119

4.40 Motif Bunga Gambir... ...121

4.41 Motif Bunga Kusuma... 123

4.42 Motif Burung Bangau... ...125

4.43 Motif Sumping... 127

4.44 Motif Etnik Garut... ...129

4.45 Motif Ukel... .131

4.46 Kain Tenun Ikat Graut dan Ornamen Dayak Kalimantan... ...132

4.47 Tiang-Tiang ATBM... 136

4.48 Benang Diskeer pada Bum... ...138

4.49 Ornamen Geometris... ...141

4.50 Ornamen Non Geometris... ...142

4.51 Ornamen Geometris pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... ...144

4.52 Ornamen Wajik pada Kain Batik Garut RM... 145

4.53 Keseimbangan Kombinasi Motif Wajik pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 147

4.54 Keseimbangan Kombinasi Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun NTT pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 147

4.55 Keseimbangan Tegak Lurus Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun Bali pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 148

4.56 Keseimbangan Tegak Lurus Motif Etnik Modifikasi Kain Kalimantan pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... 148

4.57 Pengulangan Motif Wajik pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... ...150


(12)

4.58 Pengulangan Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun

NTT pada Kain Tenun Ikat di KampungTenun... 151 4.59 Pengulangan Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun

Bali pada Kain Tenun Ikat di KampungTenun... 152 4.60 Pengulangan Motif Etnik Modifikasi Kain Tenun

Kalimantan pada Kain Tenun Ikat di KampungTenun... 153 4.61 Ornamen Non Geometris Motif Bunga puspa, Bunga tapak Dara,

Bunga gambir, pada Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun... . 155 4.62 Ornamen Non Geometris Motif Bunga Kusuma, Burung Bangau,

Sumping, Etnik Garut, dan ukel pada Kain Tenun Ikat di Kampung

Tenun... 156 4.63 Motif Domba Garut pada Batik Cap Garutan... 157 4.64 Keseimbangan Tegak Lurus Motif Bunga Puspa pada Kain Tenun

Ikat di Kampung Tenun... 159 4.65 Keseimbangan Kombinasi Motif Bunga Tapak Dara pada Kain

Tenun Ikat di Kampung Tenun... 160 4.66 Keseimbangan Kombinasi Motif Bunga Gambir pada Kain

Tenun Ikat di Kampung Tenun... 160 4.67 Keseimbangan Kombinasi Motif Bunga Kusuma pada Kain

Tenun Ikat di Kampung Tenun... 161 4.68 Keseimbangan Kombinasi Motif Burung Bangau pada Kain

Tenun Ikat di Kampung Tenun... 161 4.69 Keseimbangan Kombinasi Motif Sumping pada Kain

Tenun Ikat di Kampung Tenun... 162 4.70 Keseimbangan Kombinasi Motif Etnik Garut pada Kain

Tenun Ikat di Kampung Tenun... 162 4.71 Keseimbangan Kombinasi Motif Ukel pada Kain

Tenun Ikat di Kampung Tenun... 163 4.72 Pengulangan Motif Bunga Puspa pada Kain Tenun Ikat

di Kampung Tenun... 164 4.73 Pengulangan Motif Bunga Tapak Dara pada Kain Tenun Ikat

di Kampung Tenun... 165 4.74 Pengulangan Motif Bunga Gambir pada Kain Tenun Ikat

di Kampung Tenun... 166 4.75 Pengulangan Motif Bunga Kusuma pada Kain Tenun Ikat

di Kampung Tenun... 167 4.76 Pengulangan Motif Burung Bangau pada Kain Tenun Ikat

di Kampung Tenun... 168 4.77 Pengulangan Motif Sumping pada Kain Tenun Ikat

di Kampung Tenun... 169 4.78 Pengulangan Motif Etnik Garut pada Kain Tenun Ikat

di Kampung Tenun... 170 4.79 Pengulangan Motif Ukel pada Kain Tenun Ikat


(13)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

Lampiran 1 Surat Pernyataan Kampung Tenun Panawuan Garut... ..193

Lampiran 2 Instrumen Pedoman Wawancara... ...194

Lampiran 3 Lembar Observasi... 196

Lampiran 4 Koran Harian Bisnis Indonesia... 197

Lampiran 5 Majalah Amica Januari 2012 (hal.24) ... 198

Lampiran 6 Majalah Amica Januari 2012 (hal 25)... 199

Lampiran 7 Majalah Bazaar Februari 2012... 200

Lampiran 8 Majalah Bazaar Juli 2012... 201

Lampiran 9 Majalah Inflight Garuda Juni 2012... 202


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan budaya itu adalah tenun. Tenun merupakan salah satu keanekaragaman warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan karena dapat memperkaya ciri khas bangsa Indonesia dengan motif dan coraknya yang beraneka ragam. Perbedaan letak geografis Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau mengakibatkan keragaman jenis kain dan ragam hiasnya tersebut. Pendapat tersebut diperkuat oleh Kartiwa (2007: 9) bahwa:

Keragaman kain-kain tradisional dihasilkan oleh perbedaan geografis yang mempengaruhi corak hidup setiap suku bangsa di Nusantara. Perbedaan iklim mempengaruhi flora dan fauna yang ada dilingkungannya juga mempunyai andil besar terhadap perbedaan gaya hidup dan mata pencaharian sebuah kelompok masyarakat, sehingga satu yang berbeda dengan yang lainnya.

Tenun adalah kain tradisional Indonesia yang diproduksi di berbagai wilayah Nusantara seperti Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok, dan Sumbawa. Tenun yang dihasilkannya pun berbeda-beda dan memiliki makna, nilai sejarah, dan teknik yang berbeda juga. Hal ini terlihat dari segi warna, ragam hias, dan jenis bahan serta benang yang digunakan. Keahlian bangsa Indonesia dalam membuat kain tenun dapat dilihat dari ragam hiasnya yang tidak terlepas dari makna dan nilai sejarah dari para leluhurnya dahulu. Kain tenun yang dipakai untuk pakaian sehari-hari memakai motif yang sederhana berbeda dengan busana adat yang dijadikan busana pembesar kerajaan pada waktu upacara adat, busana untuk pengantin, kain samping untuk pria, perlengkapan peralatan adat yang memakai kain yang khusus, dan motif yang mempunyai simbol dan makna tertentu.

Indonesia memiliki beraneka ragam jenis dan motif tenun di seluruh Nusantara. Di Batak dikenal dengan ulos, di Bali dengan tenun geringsing, di


(15)

2

Palembang dengan tenun songketnya dan pulau Jawa sendiri memiliki motif yang berbeda dan menarik yang berbeda dengan provinsi lainnya. Ada beberapa wilayah di Jawa yang memiliki tenun dengan motif-motif yang beraneka ragam seperti di Jepara terdapat tenun troso, di Banten terkenal dengan tenun baduy dan juga di Jawa Barat terdapat kain tenun ikatnya. Teknik penciptaan tenun ikat ini lebih rumit dan paling lama dalam proses pembuatannya. Setiap lembar benang diikat terlebih dahulu dalam membuat ragam hiasnya dengan motif tertentu kemudian dicelupkan ke dalam bahan pewarna. Proses tersebut membutuhkan kemahiran dan kreativitas yang tinggi dari pembuatnya.

Kabupaten Garut yang tidak hanya dikenal dengan produksi dodolnya saja. Di kabupaten ini masih tersimpan banyak sekali produk-produk yang sudah dikenal oleh masyarakat Jawa Barat maupun oleh masyarakat luar provinsi, salah satunya adalah kain sutera. Garut sudah terkenal sebagai daerah penghasil sutera, mulai dari bahan sutera hingga tenunnya. Industri pertama sutera alam di Garut, di pelopori oleh Bapak H. Aman Sahuri yang membudidayakan ulat sutera sebagai bahan sarung tenun. Tenun ikat di Garut sudah ada sejak tahun 1960 yang menyebabkan tenun ikat beraneka warna itu mulai berkembang di Garut. Tetapi, pada tahun 1982 dengan banyaknya batik di Indonesia khususnya Garut sendiri maka tenun ikat ini perlahan menghilang. Sehingga menuntut para perajin tenun untuk memproduksi kain tenun polos putihan yang menjadi bahan dasar batik.

Industri tenun Garut sekarang telah menunjukkan peningkatan dan inovasi yang kreatif yang bisa dilihat dari perkembangan industri tenun di wilayah tersebut meskipun untuk bahan dasar membuat tenun yaitu sutera sekarang masih menggunakan bahan baku yang didatangkan dari Cina. Masuknya benang sutera dari Cina dahulu membuat jatuh industri pengembangan sutera alam di Garut. Sutera tersebut harganya sangat murah dan kualitasnya lebih bagus daripada sutera alam di Garut sehingga pasokan bahan dasar untuk membuat tenun menyebabkan biaya proses produksi yang sangat tinggi. Industri tenun di Garut akhirnya lebih memilih sutera yang berasal dari Cina dibandingkan dengan produk lokal sendiri. Sampai saat ini pemerintah juga masih mempelajari dan


(16)

3

mengupayakan supaya pengembangan sutera alam di Garut dapat diproduksi kembali.

Di berbagai wilayah di Indonesia pola untuk membuat kain tenun ikat ini hampir sama tetapi tetap mempunyai ciri, keunikan, dan kekhasan tersendiri. Di Garut terdapat industri kreatif di Kampung Tenun Panawuan dengan bahan sutera alam yang memproduksi tenun ikat yang menambah kerajinan tenun asal Garut. Kampung Tenun ini adalah binaan dari CTI (Cita Tenun Indonesia) dan PT PGN (Perusahaan Gas Negara) Tbk melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang baru diresmikan pada tanggal 27 Juni 2012 oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Pangestu dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan nilai tambah akan kerajinan tenun asal Garut. CTI adalah sebuah perkumpulan yang bekerja untuk melestariakan, mengembangkan pembinaan, dan memasarkan kain tenun Indonesia. Selain itu, CTI membuat perubahan serta melakukan pembinaan dalam mensejahterakan perajin tenun di Indonesia. Sedangkan PGN adalah sebuah perusahaan yang mempunyai sebuah program kemitraan dan program bina lingkungan. Program Kemitraan tersebut adalah menyaluran pinjaman serta membina pemberdayaan ekonomi masyarakat. Adanya program tersebut PGN bekerja sama dengan CTI sehingga Desa Panawuan menjadi binaan dari mereka.

Kampung Tenun tersebut adalah tempat industri tenun produksi rumahan yang membuat kain tenun ikat dan sulaman yang berada di Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kampung tenun baru didirikan selama dua tahun dalam pembuatan kain tenun ikat bermotif dengan bahan sutera alam yang sebelumnya hanya membuat tenun putihan saja. Maka dengan didirikannya Kampung Tenun yang baru memproduksi tenun bermotif, penulis sangat tertarik untuk meneliti seperti apakah ornamen tenun ikat dengan bahan sutera alam Garut yang dibuat di “Kampung Tenun” tersebut. Penulis bermaksud untuk meneliti proses pembuatan dan ornamen tenun hasil dari kain tenun ikat dengan bahan sutera alam yang sangat menarik perhatian untuk digali dan dijadikan objek penelitian. Selain itu, penulis bermaksud untuk membuat referensi tentang kain tenun ikat yang menjadi cikal bakal kain tenun di


(17)

4

Garut yang sudah mulai redup yang kebanyakan sekarang memproduksi kain tenun Garut hanya putihan saja.

Keberadaan kain tenun di Jawa khususnya di Garut yang memproduksi teknik ikat harus dilestarikan karena tenun dapat memperkaya ciri khas bangsa dan telah merambah ke berbagai negara. Indonesia merupakan suatu negara yang kaya dengan daerah-daerah penghasil tenun. Dilihat dari daerah-daerah penghasil tenun seperti di Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan untuk daerah Indonesia Timur kekuatan tenun lebih dikenal pada tenun yang disebut tenun ikat. Maka tenun ikat di Garut yang telah lama hilang harus dilestarikan. Seperti pernyataan yang disebutkan oleh Soewarni (Marah, 1982: 4) bahwa: “Teknik ikat inilah yang membawa nama besar kain tenun Indonesia, sehingga banyak dicari oleh para wisatawan asing maupun museum”. Pernyataan tersebut diperjelas juga oleh Latifah (2012: 2) bahwa:

Tenun dapat merambah ke berbagai negara dikarenakan motif dan coraknya yang sarat makna dan nilai sejarah yang sangat tinggi. Apalagi motif dan corak tenun yang dihasilkan disetiap daerah berbeda-beda dan memiliki nilai teknik yang tinggi, baik dari segi warna, motif, jenis bahan, dan benang yang digunakan.

Adanya kegiatan penelitian ini, penulis khususnya ingin memberikan referensi dan penyebaran informasi bagi warga Indonesia tentang kebudayaan Indonesia yang sekaligus bermaksud untuk meningkatkan kesadaran berbudaya masyarakat untuk menghargai, menghayati dan mengembangkan nilai luhur budaya bangsa, khususnya generasi muda. Penelitian ini diutamakan pada kain tenun ikat dengan bahan sutera alam di “Kampung Tenun” Panawuan Garut, sehingga bisa bermanfaat dalam membantu pengembangan kebudayaan nasional dan dapat dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat di Indonesia. Ornamen tenun ini ditulis secara mendalam oleh penulis dalam karya tulis skripsi yang berjudul: KAIN TENUN IKAT DENGAN BAHAN SUTERA ALAM (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut).


(18)

5

B. Rumusan Masalah

Peneliti dalam penelitian ini akan membatasi penelitian hanya pada proses pembuatan dan ornamen kain tenun ikat dengan bahan sutera alam yang dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut dengan rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembuatan kain tenun ikat dari bahan sutera alam yang dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut?

2. Bagaimana ornamen yang terdapat pada kain tenun ikat dengan bahan sutera alam yang dihasilkan oleh Kampung Tenun Panawuan Garut?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pembuatan pada kain tenun ikat dari bahan sutera alam dari proses pemasakan benang atau gumingan sampai proses pembuatan kain tenun ikat yang dihasilkan Kampung Tenun Panawuan Garut.

2. Untuk mengetahui dan mendokumentasikan jenis, bentuk, garis dan warna serta prinsip penerapan motif pada tenun ikat berupa komposisi, keseimbangan, dan irama pada ornamen kain tenun ikat dari bahan sutera alam yang dihasilkan Kampung Tenun Panawuan Garut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi Penulis

a. Menambah wawasan dan gambaran tentang seni terapan, khususnya tenun di Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

b. Dapat memperoleh penjelasan secara menyeluruh berkenaan dengan proses pembuatan dan ornamen pada kain tenun ikat di desa di Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.


(19)

6

c. Memperdalam apresiasi dan rasa cinta terhadap karya seni rupa, khususnya seni kriya atau terapan.

2. Bagi Pembaca:

a. Menambah wawasan secara teoritis mengenai proses pembuatan dan ornamen yang terkandung pada kain tenun ikat di di Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

b. Memperdalam apresiasi dan rasa cinta terhadap karya seni, khususnya seni kriya.

c. Sebagai bahan rujukan atau dokumentasi bagi keperluan-keperluan yang relevan.

3. Bagi Perajin atau Seniman

Penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi perajin untuk lebih berkreasi baik dalam segi teknis maupun estetisnya sehingga akan lebih diminati oleh masyarakat.

4. Bagi Pemerintah Daerah

Sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya yang berada di Kabupaten Garut.

5. Bagi Masyarakat

a. Menjadi bahan observasi dan referensi bagi masyarakat yang membutuhkan pengetahuan tentang tenun di Indonesia.

b. Sebagai motivasi bagi masyarakat untuk memanfaatkan keterampilan dan kreatifitas sehingga memajukan perekonomian rakyat.

c. Sebagai upaya melestarikan budaya bangsa khususnya tenun agar dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat di Indonesia.

6. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Seni

Hasil penelitian ini akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan seni tentang tenun, khususnya tenun di Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.


(20)

7

E. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN

Bab Pendahuluan di dalamnya membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II. KAJIAN TEORETIS

Bab Kajian Teoritis didalamnya membahas mengenai deskripsi teori dan kerangka teori. Deskripsi teori yaitu teori-teori yang bersangkutan mengenai judul penelitian. Kerangka berpikir yaitu kesimpulan peneliti mengenai teori-teori yang dibahas sebelumnya. Adapun yang dibahas dalam bab ini adalah teori yang berkaitan dengan proses pembuatan dan ornamen pada kain tenun ikat dengan bahan sutera alam di Kampung Tenun Panawuan Garut.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab Metodologi penelitian didalamnya membahas mengenai metode penelitian, objek penelitian, dan teknik penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang menggambarkan masalah aktual dengan jalan mengumpulkan, menguraikan, menafsirkan, serta menganalisis data dengan pendekatan kualitatif.

BAB IV. HASIL PENELITIAN

Bab hasil penelitian didalamnya dibahas mengenai deskripsi data penelitian, analisis data penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. Bab ini akan menguraikan penjelasan hasil penelitian mengenai proses pembuatan dan ornanamen pada tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan Garut.

BAB V. PENUTUP

Bab ini di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran. Kesimpulan di sini yaitu kesimpulan dan teori-teori dan hasil penelitian. Saran yaitu masukan-masukan yang berdasarkan hasil penelitian di Kampung Tenun Panawuan Garut.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi

Lokasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah perajin tenun di Kampung Tenun Panawuan Loa di Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah ornamen pada kain tenun ikat dengan bahan sutera alam di Kampung Tenun. Sutera Alam Family merupakan salah satu anggota industri tenun di Kampung Tenun yang memproduksi kain tenun ikat dan sulaman hasil binaan dari PGN (Perusahaan Gas Negara) dan CTI (Cita Tenun Indonesia) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Peneliti berharap Kampung Tenun ini dapat memberikan informasi yang relevan sesuai dengan data yang dibutuhkan.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian ialah rencana tentang cara melaksanakan penelitian dalam mengumpulkan penelitian dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara teratur untuk mencapai tujuan yang diteliti. Desain penelitian yang digunakan ialah dengan pendekatan kualitatif. Pada penelitian kualitatif desain penelitian hanya bersifat sementara, dan diubah terus menerus selama proses penelitian dan dalam hasil perumusannya, setelah dikonsultasikan maka dimusyawarahkan dan disepakati bersama antara peneliti dan pihak-pihak yang memberikan informasi secara valid mengenai kain tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan, Garut.

C.Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang digunakan sebagai alat bantu untuk menganalisis, mengumpulkan dan menyusun data sehingga menjadi sebuah kesimpulan. Penulis


(22)

72

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Penelitian deskriptif menurut Arikunto (2009: 234) bahwa: “Penelitan deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan”. Maka penelitian dengan menggunakan metode deskriptif analisis adalah sebuah metode yang menggambarkan masalah aktual dengan jalan mengumpulkan, menguraikan, menafsirkan, serta menganalisis data.

Penelitian kualitatif menjelaskan masalah atau gejala yang ada dengan jalan mengumpulkan, menganalisis dan kemudian menginterpretasikan data yang diperoleh. Hal ini bisa dilihat dalam penelitian ini, bentuk laporan kualitatif disusun dengan kata-kata dan ungkapan yang bersifat kreatif, serta menunjukan ciri-ciri alamiah. Data dalam penelitian kualitatif yang dikumpulkan berupa buku, tulisan, gambar, foto, dan hasil wawancara. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif ini untuk mencari informasi dan gambaran tentang jenis ornamen dan proses pembuatan serta pewarnaan pada kain tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan Garut.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa operasional variabel, di antaranya definisi operasional tersebut adalah:

1. Analisis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa (1989: 33) menjabarkan pengertian analisis bahwa: “penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya dan sebagainya)”. Konteks analisa dalam penelitian ini adalah mengkaji dan menguraikan jenis ornamen yang ada pada kain tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan Garut.


(23)

73

2. Ornamen

Ornamen berasal dari bahasa Latin ornare, yang berdasar arti kata tersebut berarti menghiasi. Dikemukakan oleh Sunaryo (Gustami, 1978), bahwa: “ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan”. Konteks ornamen dalam penelitian ini adalah penerapan hiasan pada suatu produk yang terdiri dari motif yang merupakan unsur pokok dari ornamen tersebut yang berfungsi untuk menghiasi.

3. Tenun

Tenun Menurut Soewarni (Marah, 1983: 2), bahwa: “sebuah kain tenun, dihasilkan oleh perjalinan benang lungsi (benang yamg menunggu) dengan benang pakan (benang yang datang)”. Dan menurut Budiyono, dkk (2008: 420), bahwa:

Tenun merupakan teknik dalam kain yang dibuat dengan azas (prinsip) yang sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Dengan kata lain bersilangnya antara benang lusi dan pakan secara bergantian.

Kain tenun ikat dalam konteks penelitian ini adalah kain yang motifnya diperoleh dengan cara mengikat benang ditempat-tempat tertentu sebelum dicelup dan ditenun. Setelah ikatannya dibuka, bagian benang yang diikat, dalam kain akan membentuk ragam hias atau motif, sedangkan bagian yang tidak dicelup merupakan warna dasar dari kainnya.

3. Serat sutera menurut Budiyono, dkk (2009: 64) bahwa:

Serat ini berbentuk filamen dan dihasilkan oleh larva ulat sutera waktu membentuk kepompong. Serat sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang disebut lepidoptera. Serat sutera mempunyai sifat daya serapnya tinggi, kekuatannya tinggi, pegangannya lembut, tahan kusut, dan kenampakannya mewah.

Serat sutera dalam penelitian ini adalah serat yang diperoleh dari ulat yang menghasilkan benang sutera alam yang nantinya akan dijadikan bahan pembuatan kain tenun ikat di Kampung Tenun ini. Sutera yang digunakan adalah sutera alam yang diimpor dari Cina.


(24)

74

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode (Arikunto, 2006: 149). Pembuatan instrumen dengan menggunakan metode dokumentasi, observasi serta wawancara merupakan hal yang sangant penting bagi peneliti. Instrumen penelitian dalam penelitian kualitaitif ini adalah peneliti sendiri untuk mengumpulkan data atau informasi. Peneliti harus mampu membuat dan memberikan pandangan atas hal-hal dan kejadian-kejadian yang dilihatnya. Yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber utama yaitu perajin kain tenun ikat, pemimpin rumah produksi Kampung tenun dan masyarakat yang mengetahui seluk beluk dan sejarah perkembangan kain tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan, Garut.

2. Buku-buku yang relevan seperti buku kerajinan, budaya daerah, tulisan ilmiah, kamus, media cetak dan internet.

3. Hasil kerajinan berupa kain-kain tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan, Garut.

4. Foto-foto hasil observasi.

Secara global instrumen penelitian ini dapat dilihat pada kisi-kisi penelitian. Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian No. Aspek yang

diamati

Sub objek Indikator Teknik

1. Sumber Utama

Sejarah Mendeskripsikan sejarah berdirinya Kampung Tenun

Wawancara

Tujuan Mendeskripsikan tujuan berdirinya Kampung Tenun

Wawancara

2. Ornamen Jenis Motif hias pada Ornamen Kain Tenun Ikat

Mendeskripsikan dan menganalisis jenis motif hias pada ornamen kain tenun ikat di Kampung Tenun

Obsevasi, wawancara dan

dokumentasi Bentuk Memperoleh gambaran

bentuk motif hias pada ornamen kain tenun ikat di Kampung Tenun

Obsevasi, wawancara dan


(25)

75

No. Aspek yang diamati

Sub objek Indikator Teknik

Warna Mendeskripsikan warna motif hias pada ornamen kain tenun ikat di

Kampung Tenun Obsevasi, wawancara dan dokumentasi, Prinsip Seni Rupa (komposisi, keseimbangan dan irama)

Menganalisis prinsip seni rupa (komposisi,

keseimbangan dan irama) pada ornamen kain tenun ikat

Obsevasi, wawancara dan

dokumentasi 3. Proses

pembuatan

Alat dan bahan

Mendeskripsikan alat dan bahan pada pembuatan kain tenun ikat di Kampung Tenun Observasi, wawancara dan dokumentasi Proses menenun Mendeskripsikan proses menenun pada pembuatan kain tenun ikat di

Kampung Tenun

Observasi, wawancara dan

dokumentasi

F. Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan hal yang terpenting dalam sebuah penelitian. Ketika kita ingin mengumpulkan data yang akurat, kita harus teliti dan serius untuk menghasilkan data yang diinginkan supaya tujuan penelitian kita tercapai. Maka pengumpulan data dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan yaitu suatu teknik mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang tertulis (Rizqina Danim, 2002: 106). Sebagian dokumen-dokumen yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini yaitu berasal dari buku-buku sumber yang berkaitan dengan ornamen dan tenun. Untuk mendapatkan teori-teori yang diinginkan, peneliti membaca buku tersebut dan mempelajarinya sesuai dengan data yang dibutuhkan.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara atau Interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi, Nasution (2009: 113). Peneliti dalam melakukan wawancara mengajukan pertanyaan yang dirumuskan secara tajam dan tepat. Serta yang menjadi objek wawancara dalam


(26)

76

penelitian ini yaitu Bapak Hendar Rogesta, seorang pengrajin kain tenun ikat dan sekaligus ketua di Kampung Tenun Panawuan Desa Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat ini.

3. Observasi

Observasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang standar. Melalui observasi kita dapat memperoleh gambaran yang lebih nyata dan jelas tentang objek yang akan kita amati. Objek yang diamati yaitu kain tenun ikat dengan bahan sutera alam di Kampung Tenun Panawuan Garut. Ditinjau dari motif hias dan ornamen serta proses pembuatannya.

Observasi deskriptif ini dilakukan ketika peneliti datang tempat penelitian yang beralamat di Kampung Panawuan, Desa Sukajaya. Pabrik yang beroperasi di Kampung Panawuan ini ada dua. Tetapi yang terkenal dan diresmikan langsung oleh Cti sebagai Kampung Tenun adalah Pabrik Sutera Alam Family. Tempat ini menjadi objek utama bagi peneliti untuk mengumpulkan data dan hasil observasi berupa foto dan data yang menunjang untuk penelitian.

Dalam hal ini peneliti hanya mengobservasi kedalam objek tertentu seperti mengetahui tentang jenis ornamen yang berada di Kampung Tenun dan proses pembuatanya saja yang sesuai dengan pengamatan, penglihatan, dan pendengaran peneliti. Jadi, peneliti tidak terlibat lebih mendalam kedalam kegiatan-kegiatan yang berada di tempat peneliti tersebut. Narasumber, pendokumentasian dan catatan-catatan hasil pengamatanlah yang menjadi hal terpenting untuk menambah informasi yang dibutuhkan dalam objek penelitian.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data melalui dokumen-dokumen berupa gambar-gambar atau foto dan bahan-bahan lainnya yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Data-data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dapat diperoleh dengan menggunakan dokumentasi. Suatu data akan lebih dipercayai kebenarannya ketika data tersebut didukung dengan hasil dokumentasi berupa foto dan tulisan-tulisan yang mendukung data tersebut. Untuk


(27)

77

menambah data dari masalah yang akan dianalisis oleh peneliti, selain wawancara dan observasi maka peneliti juga membutuhkan dokumentasi juga.

Dokumentasi yang diperoleh berupa foto yang berasal dari buku-buku dan sebagiannya lagi merupakan hasil pemotretan sendiri dari tempat yang diteliti. Mulai dari pendokumentasian dengan memotret lokasi penelitian, mendokumentasikan gambar dan jenis ornamen yang merupakan bagian utama yang diteliti di Art Galeri Kampung Tenun, setelah itu dilakukan pendokumentasian pembuatan kain tenun ikat di Pabrik Kampung Tenun mulai dari proses pewarnaan benang lungsi dan pakan. Hal inilah yang membantu peniliti dalam proses pengamatan dan mendeskripsikan hasil penelitian.

G. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data meliputi menghimpun data, mengklasifikasikan data, menelaah data dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh dari hasil beberapa teknik pengumpulan data tentang tenun ikat di Kampung Tenun Panawuan, Garut. Peneliti dalam menghimpun data atas data yang telah ditulis, dikumpulkan dan diambil sesuai dengan objek yang diteliti. Data tersebut diperoleh dari tahapan kegiatan pertama yaitu melakukan observasi ke tempat lokasi, kedua yaitu menyerahkan proposal dan surat izin penelitian ke tempat yang akan diteliti dan tahap ketiga adalah wawancara dari narasumber dan dokumentasi dari hasil observasi.

Data-data yang telah dikumpulkan tersebut selanjutnya diklasifikasikan atau disusun dan dikelompokkan sesuai dengan masalah yang diteliti. Setelah itu data ditelaah dan diberi komentar dan tafsiran terhadap data secara kontekstual. Tahapan terakhir adalah menyimpulkan data yang diperoleh menjadi suatu pernyataan umum dan menyusun data hasil temuan.

H. Analisis Data

Tahapan ini merupakan tahan terakhir setelah peneliti melakukan kegiatan penelitian di lapangan. Setelah data yang peneliti terkumpul maka peneliti setelah itu melakukan pengolahan data dan menuangkannya dalam suatu karya ilmiah.


(28)

78

Karya ilmiah tersebut terdiri dari pendahuluan, landasan teori berupa konsep tenun, metedologi penelitaian, pembahasan mengenai analisis ornamen pada kain tenun ikat dengan bahan sutera alam di Kampung Tenun dan penutup berupa kesimpulan dan rekomendasi. Kegiatan-kegiatan pada tahap analisis ini seperti: 1. Menggumpulkan catatan hasil observasi, dokumentasi, studi pustaka serta

wawancara di Kampung Tenun Panawuan Garut.

2. Mengelompokan data penelitian ke dalam data yang sejenis yang berhubungan dengan Kampung Tenun.

3. Menyusun dan mengelompokkan data sesuai dengan fokus penelitian dan tujuan penelitian.

4. Menganalisis hubungan antara data yang satu dengan data yang lainnnya. 5. Melakukan pengecekan ulang ke tempat penelitian atau menanyakan lewat alat

komunikasi apabila ada hal yang dirasa sulit dan meragukan.

6. Memberikan komentar antara data yang satu dengan data yanag lainnya.

7. Memberikan komentar berupa tanggapan, tafsiran terhadap data hasil wawancara, observasi, studi pustaka dan dokumentasi.

8. Mendeskripsikan dan menyusun hasil temuan pada data yang diperoleh. 9. Menyimpulkan hasil penelitian secara umum dan terpadu.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kain Tenun Ikat di Kampung Tenun (Analisis Deskriptif Ornamen Kain Tenun Ikat dengan Bahan Sutera Alam di Kampung Tenun Panawuan Kabupaten Garut) peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pembuatan kain tenun di Kampung Tenun melalui dua tahapan pembuatan benang yaitu pembuatan benang lungsi dan pakan. Alat yang digunakan masih menggunakan alat tenun tradisional yaitu alat tenun tijak atau sekarang lebih terkenal dengan sebutan alat tenun bukan mesin (ATBM). Teknik yang digunakan untuk membuat kain tenun ikat yaitu dengan cara mengikat benang ditempat-tempat tertentu sebelum dicelup dan ditenun. Setelah ikatannya dibuka, bagian benang yang diikat, dalam kain akan membentuk ragam hias atau motif, sedangkan bagian yang tidak dicelup merupakan warna dasar dari kainnya. Pembuatan kain tenun ikat ini membutuhkan waktu yang cukup lama mulai dari proses persiapan dan proses pembuatan tenun karena alat yang digunakan adalah alat tradisonal.

2. Ornamen di Kampung Tenun dibuat dengan cara mendesain terlebih dahulu pada kertas, setelah itu motif yang telah dirancang diterapkan pada benang sutera yang telah disusun dalam penyangga ketika akan dibuat benang untuk proses tenun. Setelah benang tersebut diikat maka benang dilakukan pencelupan dan pencoletan terlebih dahulu supaya motif yang telah dirancang terlihat menarik. Maka setelah melakukan proses tenun, ornamen dari kain tersebut muncul dan menjadi ornamen dengan motif yang menarik dan unik. Ornamen di Kampung Tenun terdiri dari motif geometris dan non geometris. Motif geometris yaitu motif Wajik, motif Etnik modifikasi dari kain tenun NTT, Bali, dan Kalimantan. Sedangkan motif non geometris yaitu motif Bunga Puspa, Bunga Tapak Dara, Bunga Gambir, Bunga Kusuma, Burung Bangau, Sumping, Etnik Garut, dan Ukel. Motif ini terinspirasi dari alam sekitar Garut


(30)

178

dan ciri khas Garut sendiri. Selain itu, motif-motif yang dibuat ada juga motif lain yang dimodifikasi dari daerah lain. Hal ini membuat kain ikat di Garut menambah motif hias yang beraneka ragam meskipun belum menandakan bahwa kain tenun tersebut adalah khas Garut. Terdapat beberapa kesamaan motif kain tenun ikat di Garut dengan batik tulis dan cap Garutannya. Hal ini bisa kita lihat pada ornamen dengan motif Wajik dan Domba Garut yang menjadi ciri khas Garut.

3. Warna-warna yang ditampilkan adalah warna yang sedang trend pada setiap tahun. Contohnya pada tahun kemarin 2012 warna yang sedang trend adalah warna musim panas, maka warna yang digunakan adalah warna hijau dan kuning, sedangkan warna yang trend pada tahun 2013 adalah warna musim semi seprti warna hijau anggur segar dan warna biru tebal. Tetapi pembuatan kain tenun ikat pada tahun 2013 tidak hanya membuat kain dengan warna yang sedang trend pada tahun itu saja, terdapat warna lain yang tidak menampilkan bahwa kain tersebut dibuat di tahun 2013. Hal itu terjadi karena kain tenun ikat di Kampung Tenun selain membuat motif sesuai dengan yang dibuat oleh perancangnya tetapi ada juga kain hasil pesanan konsumen yang warnanya tidak sesuai dengan warna yang sednag trend pada tahun itu.

4. Berdasarkan analisis dan penyusunan hasil data yang diperoleh yang dikaji secara empirik bahwa menurut penulis jenis ornamen di Kampung Tenun melakukan pengulangan bentuk pada setiap motif di kain tenun ikatnya. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Wajik yaitu 64 kali pengulangan. Pengulangan pada kain tenun ikat motif Etnik modifikasi kain tenun NTT yaitu 68 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Etnik modifikasi kain tenun Bali yaitu 400 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Etnikmodifikasi kain tenun Kalimantan yaitu 176 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Bunga Puspa yaitu 52 kali pengulangan. Pengulangan pada kain tenun ikat motif Bunga Tapak Dara yaitu 30 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Bunga Gambir yaitu 60 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Bunga Kusuma yaitu 22 kali pengulangan. Pengulangan motif


(31)

179

pada kain tenun ikat motif Burung Bangau yaitu 32 kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Sumping yaitu yaitu enam kali pengulangan. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Etnik Garut yaitu yaitu enam buah. Pengulangan motif pada kain tenun ikat motif Ukel yaitu lima kali pengulangan. Pengulangan dengan motif terbanyak ada pada motif Etnik modifikasi kain tenun Bali dan motif yang sedikit pengulanganya ada pada motif Ukel.

5. Keseimbangan yang nampak dari seluruh ornamen yaitu keseimbangan tegak lurus, mendatar dan kombinasi. Ornamen yang memiliki keseimbangan tegak lurus yaitu ornamen kain motif Etnik modifikasi kain tenun Bali dan Kalimantan serta motif Bunga Puspa, keseimbangan mendatar terdapat pada ornamen kain dengan motif Bunga Gambir dan motif Ukel serta keseimbangan kombinasi terdapat pada ornamen kain motif Wajik, Etnik NTT, Bunga Tapak Dara, Bunga Kusuma, Burung Merak, Sumping, dan Etnik Garut. Dapat diketahui bahwa secara keseluruhan ornamen ini mempunyai keseimbangan kombinasi dan menggunakan teknik pengulangan full repeat dikarenakan pembuatan tenun ikat di Kampung Tenun membutuhkan proses yang tidak sebentar. Sehingga kain yang dibuat keseluruhan membentuk pola dan desain yang sederhana dan dibentuk dengan ukuran besar-besar terutama pada motif non geometris.

B.Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini maka peneliti menyampaikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Penulis dan Pembaca

Sebagai generasi penerus bangsa sudah selayaknya kita melestariakan warisan budaya bangsa yang diturunkan secara turun-temurun. Warisan kain tenun ini yang sudah ada sejak zaman dahulu dan berada di berbagai daerah di Indonesia ini. Kain tenun tersebut harus kita jaga dan jangan sampai hilang atau diambil dan diakui oleh negara lain. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan secara teoritis mengenai ornamen yang terkandung pada kain tenun


(32)

180

ikat serta diharapkan menciptakan ornamen dengan inovasi yang baru, kreatif dan unik yang sesuai dengan daerahnya masing-masing.

2. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Jurusan Pendidikan Seni Rupa adalah tempat untuk para mahasiswa yang kreatif dan inovatif. Diharapkan Jurusan Pendidikan Seni Rupa ini selain memberikan pelayanan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan fasilitas yang maksimal kepada mahasiswanya terutama bahan referensi kepustakaan untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya tentang tekstil.

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain yang berminat akan melakukan penelitian di Kampung Tenun untuk kedepannya penulis sarankan supaya mengkaji lebih dalam tentang tenun di Kampung Tenun yang tidak hanya memproduksi kain tenun ikat saja, tetapi ada kain tenun sulaman yang menarik juga untuk diteliti.

4. Bagi Perajin dan Pabrik

Perajin bukanlah tukang yang membuat sesuatu berdasarkan perintah. Tetapi perajin bekerja sesuai dengan kreasinya yang dapat memberikan perhatian lebih dari masyarakat. Tidak adanya pembukuan dalam mendokumentasikan motif yang telah dibuat di pabrik, membuat penulis dan konsumen tidak mengetahui motif apa saja yang dibuat di Kampung Tenun. Hal ini berakibat pada konsumen yang ingin memilih dan mencari motif dengan pilihan yang sedikit karena kain tenun yang ada, hanya ada pada hari itu. Tidak ada pembukuan yang menunjukan motif yang beragam yang bisa dipilih oleh konsumennya. Adanya penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi perajin untuk lebih berkreasi baik dalam segi teknis maupun estetisnya sehingga akan lebih diminati oleh masyarakat serta dapat mengembangkan jenis ornamen kain tenun ikat baru yang menjadi ciri khas Garut serta manajemen di pabrik harus lebih ditingkatkan lagi secara optimal.

5. Bagi Pemerintah daerah dan masyarakat

Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya yang berada di Kabupaten Garut. Masyarakat pun dapat termotivasi untuk memanfaatkan keterampilan dan kreatifitas sehingga memajukan


(33)

181

perekonomian rakyat sekaligus dapat berupaya melestarikan budaya bangsa khususnya tenun agar dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat Indonesia.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budiyono, dkk. (2008). Kriya Tekstil untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 1 dan 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Ernawati, dkk. (2008). Tata Busana untuk SMK Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Hoop, A.N.J.Th. a. (1949). Ragam-ragam Perhiasan Indonesia. Uitgegeven Door Het Koninklijk Bataviasch Genootshap Van Kunsten En Wetenschappen. Jumaeri, dkk. (1977). Pengetahuan Barang Tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi

Teknologi Tekstil.

Kartiwa, S. (2007). Ragam Kain Tenun Indonesia Tenun Ikat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kusrianto, A. (2006). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi. Latifah, I. (2012). Busana Tenun Nusantara. Sleman: KTSP Pengayaan

Pengetahuan.

Marah, R. dan Soewarni TH. (1982). Album Tenun Tradisional Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Media Kebudayaan.

Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Pariwara, I. (2008). Ragam Hias Nusantara. Klaten: Rantinah Sastra.

Poespo, G. (2005). Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI).

Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara Kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia. Semarang: Dahara prize.


(35)

183

Suryahadi, A. (2008). Seni Rupa Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif Jilid 1 SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Fakultas Teknik Surabaya. (2001). Pengetahuan Tentang Tenunan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengolahan SMK Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta.

Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Skripsi

Loita, A. (2011). Analisis Visual Pakaian Kuda Renggong. Bandung: Tidak diterbitkan.

Rizkina, I. (2012). Seni Kriya Lembah Kulit Kerang di Desa Megu Gede. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Internet

Alfaonline. (2012). Dixi Cuka 150 ML. [Online]. Tersedia: http://alfa/ online.com/product/dixi-cuka/-150-ml-/5036/53G [27 Juni 2013]

Anugrah, M. (2012, Januari). Menguntai Warna di Garut. Majalah Amica (Elektronik), 24-25, Tersedia: http://tenun/indonesia.com/news/ pelatihan/ garut.php [25 Juni 2013]

Batik Garut Pangirutan. (2012). Model Batik Khas dari Garut. [Online]. Tersedia: http://batikgarutpangirutan.blogspot.com/2012/03/model-batik-khas-dari-garut.html [24 Mei 2013]

Bilal, I. (2011). Pekalongan, Le Centre du Batik. [Online]. Tersedia: http://ichabilal.wordpress.com/2011/06/16/pekalongan-le-centre-du-batik/ [18 Mei 2013]

Dpi476diana. (2011). Banji. [Online]. Tersedia: http://dpi/ 476/ diana.word/ press.com/metodologi-penelitian/c-metode-dokumenter/motif/tumpal/m [18 Mei 2013]


(36)

184

Dpi476diana. (2011). Tumpal. [Online]. Tersedia: http://dpi/ 476/ diana.word/ press.com/metodologi-penelitian/c-metode-dokumenter/motif/tumpal/m [18 Mei 2013]

Efita, A. (2011, Desember). Desa Kreatif Bertabur Tenun. Koran Harian Bisnis Indonesia (Elektronik), 02, Tersedia: http://tenun/ indonesia.com/news/ pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]

Hammond, B. (2013). Greek Apulian 'White Meander Motif' Black-Glazed Thistle Mug. [Online]. Tersedia: http://www.time-lines.co.uk/greek-apulian-white-meander-motif-black-glazed-thistle-mug-020821-30950-0.html [18 Mei 2013]

Jiwandana, S. (2012). Batik. [Online]. Tersedia: http://my-taman/ langit.blogspot.com/2012/07/batik.html [18 Mei 2013]

Khetong. (2009). Pakaian Adat Rote. [Online]. Tersedia: http://khetong/ wordpress.com/2009/10/02/pakaian-adat-rote/ [24 Juni 2013]

Mengaku bacpaker. (2012). Backpaking ke Blitar: Bung Karno Banget!. [Online]. Tersedia: http:// mengakubackpaker.blogspot.com/2012/09/backpaking-ke-blitar-bung-karno-banget.html?m= [ 25 Juni 2013]

Paguyuban Pencinta Wayang. (2013). [Online]. Wayang Purwa Bali dan Jawa. Tersedia:http://wayang/ pabu.com/galeri-/wayang/tokoh-/ mahabrata/maha/ brata-wayang-p /purwa / [18 Mei 2013]

Sales Teepol. (2012). [Online]. Teepol Multipurpose Detergent. Tersedia: http://teepol.co.uk/?file=products/mpd.page [18 Mei 2013]

Sharmila. (2013). Motif Batik Kawung. [Online]. Tersedia: http://sharmila/ craft.com/index.php?route=information/news&news_id=11 [18 Mei 2013] Situs Resmi Kabupaten Garut. (2010). Letak Geografis Garut. [Online]. Tersedia:

http://garutkab.go.id/pub/static_ [25 Juni 2013]

Teamtouring.Net. (2010). Mblusuk ke Candi Plaosan. [Online]. Tersedia: http://teamtouring.net/mblusuk-ke-candi-pringapus.html [18 Mei 2013] Zaenudin, A. (2012). Motif Pilin Ganda. [Online]. Tersedia: http://akhmad/

zaenudin-zaenu/din.blogspot.com/m/ [18 Mei 2013]

_.(2013). Gambar ATBM. [Online]. Tersedia: dc3/ 15.4.shared.com/doc/itekir/ _k/preview/.html [ 15 Juni 2013]


(37)

185

_. (2013). Kain Tenun Ikat Kalimantan. [Online]. Tersedia: http://kain/ tenun/detik.com/m/ [18 Mei 2013]

_ (2012, Februari). Masa Depan Sang Ikat. Majalah Bazaar. (Elektronik), 60, Tersedia: http://tenunindonesia.com/news_pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]

_ (2012, Juli). Masa Depan Sang Ikat. Majalah Bazaar. (Elektronik), 40-42, Tersedia: http://tenunindonesia.com/news_pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]

_ (2012, Juni). Spring Cultural Event 2012 Comes to the Land of Cherry Blossoms. Majalah Inflight Garuda. (Elektronik), 24, Tersedia: http://tenun/ indonesia.com/news_pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]

_ (2012, Juli). Weaving in the Tokyo Spring. Majalah Inflight Garuda. (Elektronik), 152-153, Tersedia: http://tenun/ indonesia.com/news/ pelatihangarut.php [25 Juni 2013]


(1)

Genisa Meira, 2013

ikat serta diharapkan menciptakan ornamen dengan inovasi yang baru, kreatif dan unik yang sesuai dengan daerahnya masing-masing.

2. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Jurusan Pendidikan Seni Rupa adalah tempat untuk para mahasiswa yang kreatif dan inovatif. Diharapkan Jurusan Pendidikan Seni Rupa ini selain memberikan pelayanan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan fasilitas yang maksimal kepada mahasiswanya terutama bahan referensi kepustakaan untuk memperkaya ilmu pengetahuan khususnya tentang tekstil.

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain yang berminat akan melakukan penelitian di Kampung Tenun untuk kedepannya penulis sarankan supaya mengkaji lebih dalam tentang tenun di Kampung Tenun yang tidak hanya memproduksi kain tenun ikat saja, tetapi ada kain tenun sulaman yang menarik juga untuk diteliti.

4. Bagi Perajin dan Pabrik

Perajin bukanlah tukang yang membuat sesuatu berdasarkan perintah. Tetapi perajin bekerja sesuai dengan kreasinya yang dapat memberikan perhatian lebih dari masyarakat. Tidak adanya pembukuan dalam mendokumentasikan motif yang telah dibuat di pabrik, membuat penulis dan konsumen tidak mengetahui motif apa saja yang dibuat di Kampung Tenun. Hal ini berakibat pada konsumen yang ingin memilih dan mencari motif dengan pilihan yang sedikit karena kain tenun yang ada, hanya ada pada hari itu. Tidak ada pembukuan yang menunjukan motif yang beragam yang bisa dipilih oleh konsumennya. Adanya penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi perajin untuk lebih berkreasi baik dalam segi teknis maupun estetisnya sehingga akan lebih diminati oleh masyarakat serta dapat mengembangkan jenis ornamen kain tenun ikat baru yang menjadi ciri khas Garut serta manajemen di pabrik harus lebih ditingkatkan lagi secara optimal.

5. Bagi Pemerintah daerah dan masyarakat

Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan referensi tentang potensi budaya yang berada di Kabupaten Garut. Masyarakat pun dapat termotivasi untuk memanfaatkan keterampilan dan kreatifitas sehingga memajukan


(2)

181

Genisa Meira, 2013

perekonomian rakyat sekaligus dapat berupaya melestarikan budaya bangsa khususnya tenun agar dicintai dan dibanggakan oleh masyarakat Indonesia.


(3)

Genisa Meira, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budiyono, dkk. (2008). Kriya Tekstil untuk Sekolah Menengah Kejuruan Jilid 1 dan 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Ernawati, dkk. (2008). Tata Busana untuk SMK Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Hoop, A.N.J.Th. a. (1949). Ragam-ragam Perhiasan Indonesia. Uitgegeven Door Het Koninklijk Bataviasch Genootshap Van Kunsten En Wetenschappen.

Jumaeri, dkk. (1977). Pengetahuan Barang Tekstil. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.

Kartiwa, S. (2007). Ragam Kain Tenun Indonesia Tenun Ikat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kusrianto, A. (2006). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi. Latifah, I. (2012). Busana Tenun Nusantara. Sleman: KTSP Pengayaan

Pengetahuan.

Marah, R. dan Soewarni TH. (1982). Album Tenun Tradisional Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Media Kebudayaan.

Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Pariwara, I. (2008). Ragam Hias Nusantara. Klaten: Rantinah Sastra.

Poespo, G. (2005). Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI).

Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara Kajian Khusus Tentang Ornamen Indonesia. Semarang: Dahara prize.


(4)

183

Genisa Meira, 2013

Suryahadi, A. (2008). Seni Rupa Menjadi Sensitif, Kreatif, Apresiatif dan Produktif Jilid 1 SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Fakultas Teknik Surabaya. (2001). Pengetahuan Tentang Tenunan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengolahan SMK Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta.

Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Skripsi

Loita, A. (2011). Analisis Visual Pakaian Kuda Renggong. Bandung: Tidak diterbitkan.

Rizkina, I. (2012). Seni Kriya Lembah Kulit Kerang di Desa Megu Gede. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Internet

Alfaonline. (2012). Dixi Cuka 150 ML. [Online]. Tersedia: http://alfa/ online.com/product/dixi-cuka/-150-ml-/5036/53G [27 Juni 2013]

Anugrah, M. (2012, Januari). Menguntai Warna di Garut. Majalah Amica (Elektronik), 24-25, Tersedia: http://tenun/indonesia.com/news/ pelatihan/ garut.php [25 Juni 2013]

Batik Garut Pangirutan. (2012). Model Batik Khas dari Garut. [Online]. Tersedia: http://batikgarutpangirutan.blogspot.com/2012/03/model-batik-khas-dari-garut.html [24 Mei 2013]

Bilal, I. (2011). Pekalongan, Le Centre du Batik. [Online]. Tersedia: http://ichabilal.wordpress.com/2011/06/16/pekalongan-le-centre-du-batik/ [18 Mei 2013]

Dpi476diana. (2011). Banji. [Online]. Tersedia: http://dpi/ 476/ diana.word/ press.com/metodologi-penelitian/c-metode-dokumenter/motif/tumpal/m [18 Mei 2013]


(5)

Genisa Meira, 2013

Dpi476diana. (2011). Tumpal. [Online]. Tersedia: http://dpi/ 476/ diana.word/ press.com/metodologi-penelitian/c-metode-dokumenter/motif/tumpal/m [18 Mei 2013]

Efita, A. (2011, Desember). Desa Kreatif Bertabur Tenun. Koran Harian Bisnis Indonesia (Elektronik), 02, Tersedia: http://tenun/ indonesia.com/news/ pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]

Hammond, B. (2013). Greek Apulian 'White Meander Motif' Black-Glazed Thistle Mug. [Online]. Tersedia: http://www.time-lines.co.uk/greek-apulian-white-meander-motif-black-glazed-thistle-mug-020821-30950-0.html [18 Mei 2013]

Jiwandana, S. (2012). Batik. [Online]. Tersedia: http://my-taman/ langit.blogspot.com/2012/07/batik.html [18 Mei 2013]

Khetong. (2009). Pakaian Adat Rote. [Online]. Tersedia: http://khetong/ wordpress.com/2009/10/02/pakaian-adat-rote/ [24 Juni 2013]

Mengaku bacpaker. (2012). Backpaking ke Blitar: Bung Karno Banget!. [Online]. Tersedia: http:// mengakubackpaker.blogspot.com/2012/09/backpaking-ke-blitar-bung-karno-banget.html?m= [ 25 Juni 2013]

Paguyuban Pencinta Wayang. (2013). [Online]. Wayang Purwa Bali dan Jawa. Tersedia:http://wayang/ pabu.com/galeri-/wayang/tokoh-/ mahabrata/maha/ brata-wayang-p /purwa / [18 Mei 2013]

Sales Teepol. (2012). [Online]. Teepol Multipurpose Detergent. Tersedia: http://teepol.co.uk/?file=products/mpd.page [18 Mei 2013]

Sharmila. (2013). Motif Batik Kawung. [Online]. Tersedia: http://sharmila/ craft.com/index.php?route=information/news&news_id=11 [18 Mei 2013]

Situs Resmi Kabupaten Garut. (2010). Letak Geografis Garut. [Online]. Tersedia: http://garutkab.go.id/pub/static_ [25 Juni 2013]

Teamtouring.Net. (2010). Mblusuk ke Candi Plaosan. [Online]. Tersedia: http://teamtouring.net/mblusuk-ke-candi-pringapus.html [18 Mei 2013]

Zaenudin, A. (2012). Motif Pilin Ganda. [Online]. Tersedia: http://akhmad/ zaenudin-zaenu/din.blogspot.com/m/ [18 Mei 2013]

_.(2013). Gambar ATBM. [Online]. Tersedia: dc3/ 15.4.shared.com/doc/itekir/ _k/preview/.html [ 15 Juni 2013]


(6)

185

Genisa Meira, 2013

_. (2013). Kain Tenun Ikat Kalimantan. [Online]. Tersedia: http://kain/ tenun/detik.com/m/ [18 Mei 2013]

_ (2012, Februari). Masa Depan Sang Ikat. Majalah Bazaar. (Elektronik), 60, Tersedia: http://tenunindonesia.com/news_pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]

_ (2012, Juli). Masa Depan Sang Ikat. Majalah Bazaar. (Elektronik), 40-42, Tersedia: http://tenunindonesia.com/news_pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]

_ (2012, Juni). Spring Cultural Event 2012 Comes to the Land of Cherry Blossoms. MajalahInflight Garuda. (Elektronik), 24, Tersedia: http://tenun/ indonesia.com/news_pelatihangarut.php php [25 Juni 2013]

_ (2012, Juli). Weaving in the Tokyo Spring. Majalah Inflight Garuda. (Elektronik), 152-153, Tersedia: http://tenun/ indonesia.com/news/ pelatihangarut.php [25 Juni 2013]