Studi terhadap Pelaksanaan Kebijaksanaan Pembinaan Mutu pada Produksi Udang Beku di Propinsi Sumatera Selatan

STUD1 TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKSANAAN
PEMBINAAN MUTU PADA PRODUKSI UDANG
BEKU Dl PROPINSI SUMATERA SELATAN

Oleh

FARIANA DENIWATY
C 26.1113

S K R l P S !

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sajana

PROGRAM STUD1
SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN

INSTITUT PERTANIAN . BOGOR

1994


RINGKASAN
FAlUANA DENWATY. C 26.1113. Studi Terhadap Pelaksanaan Kebijaksanaan Pembinaan Mutu Pada Produksi Udang Beku di Propinsi Sumatera Selatan.
(Diiawah bimbingan ETIY EIDMAN sebagai ketua dan WAHYUDI sebagai
anggota).
Udang sebagai primadona ekspor hasil perikanan merupakan komoditi
ekspor non migas yang cukup potensial. Salah satu daerah di Indonesia yang
cukup potensial bagi pengembangan ekspor udang adalah propinsi Sumatera
Selatan. Komoditi tersebut sebagian besar diekspor berupa udang tanpa kepala
(headless shell on) dalam bentuk balok beku.
Udang sebagaimana hasil perikanan lain merupakan komoditi yang
mudah rusak (perishable), oleh sebab itu diperlukan usaha pembinaan dan
pengawasan mutu yang optimal untuk menghasilkan produk yang bermutu prima.
Produk yang bermutu dapat meningkatkan image produk perikanan Indonesia di
pasaran internasional. Salah satu upaya pemerintah adalah penerapan peraturan
pembinaan mutu yang sesuai tuntutan konsumen dan pelaksanaannya secara
konsekwen di lapang. Hal tersebut memerlukan suatu studi untuk mempelajari
peraturan pembinaan mutu dan evaluasinya terhadap pelaksanaan di lapang.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari peraturan pembinaan mutu
di Indonesia (2) mengevaluasi pelaksanaan peraturan pembinaan mutu pada

produksi udang beku di Sumatera Selatan (3) mengetahui masalah-masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan.
Penelitian ini menggunakan data berdasarkan pengamatan pelaksanaan
pembinaan mutu di PT. Dharma Niaga, PT. Lestari Magris dan P T Laut Raya
Indonesia beserta supplier utama masing-masing perusahaan tersebut, yang didukung dengan studi literatur dan wawancara di berbagai instansi terkait. Semua
data dianalisis secara deskriptif.
Jepang sebagai negara importir utama hasil perikanan Indonesia, menerapkan kebijaksanaan mutu untuk memenuhi tuntutan masyarakatnya yang
semakin tinggi. Pada kenyataannya hasil perikanan Indonesia belum memenuhi
standar mutu yang ditetapkan, antara lain adanya claim terhadap beberapa hasil
perikanan Indonesia dan isu antibiotik terhadap udang hasil budidaya.

Demikian pula di Amerika Serikat hasil perikanan Indonesia menghadapi
masalah berupa status automatic detention (penahanan otomatis) oleh FDA,
sehingga prosedur yang dilalui cukup rumit dan kemungkinan untuk ditolak lebih
besar. Sampai saat ini usaha pemerintah untuk menghilangkan status tersebut
belum berhasil, bahkan data penahanan hasil perikanan Indonesia cenderung
meningkat.
Masyarakat Eropa juga menerapkan ketentuan mengenai higiene produk
perikanan yang diatur dalam Council Directive tanggal 22 Juli 1991. Selain itu
negara tersebut juga mengajukan persyaratan Sertifikat Mutu yang bukan berdasarkan pengujian mutu produk akhir, tetapi berdasarkan reputasi eksportir.

Pembinaan dan pengawasan mutu yang diupayakan pemerintah, merupakan keterkaitan antara lembaga-lembaga pembinaan mutu di Indonesia baik di
tingkat pusat maupun daerah serta instansi terkait lainnya.
Langkah awal pemantapan pembinaan mutu hasil perikanan di Indonesia dimulai dengan penerbitan Peraturan Bersama Mentan dan Menkes
No. 31/Kpts/UM/I/75 ;No. 32A/Kab/B.U./75 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Mutu Hasil Perikanan. Berdasarkan peraturan ini mulai diterapkan jaminan
mutu bagi produk ekspor melalui penerbitan Sertifikat Mutu Ekspor (SME)
berdasarkan pengujian produk akhir oleh LPPMHP. SME diterbitkan apabila
sampel dari produk ekspor tersebut memenuhi Standar Hasil Perikanan Indonesia (SPI-KAN). Selain itu bagi unit pengolahan disyaratkan pula untuk memiliki
Sertifikat Pengolah Ikan (SPI) dan Sertifikat Kesempurnaan Pengolahan (SKP).
Penerbitan SKP ini berdasarkan standar yang tercantum dalam SK Ditjen Perikanan No. H.I1/2/3/6/75 tentang Pedoman Pemenuhan Persyaratan Peraturan
Pembinaan Mutu Hasil Perikanan.
Kemudian terjadi perubahan sistem sertifikasi khusus udang, paha
kodok dan tunalcakalang beku, yaitu dengan diterbitkannya SK Mendag
No. 872/KP/VII/85 tentang Pengawasan Mutu Barang beserta peraturan pendukungnya ;SK Ditjen Daglu No. 54/DAGLU/KP/X/85, No. 55/DAGLU/KP/X/85
dan No. 59/DAGLU/KP/X/85. Berdasarkan peraturan ini ke-3 komoditi tersebut
dapat langsung diekspor tanpa harus menunggu penerbitan SM dan cukup
dengan melampirkan SPM yang ditandatangani oleh pimpinan perusahaan dan
petugas pengambil contoh. Pada kenyataannya eksportir ke-3 komoditi tersebut masih tetap harus menunggu penerbitan SM karena para importir lebih

mempercayai sertifikat tersebut. Dengan demikian peraturan ini yang dimaksudkan untuk memperlancar arus barang, ternyata tidak berjalan sesuai harapan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah mengeluarkan Inp r e s No. 2 t a h u n 1990 d a n S K B Ment'an, M e n k e s d a n M e n d a g
No. 363Kpts/IK.120/5/1990 ;No. 248/Menkes/SKB/V/1990 ; No. 143/KpblV/1990
tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar dan Ikan Beku
untuk Ekspor. Peraturan ini berisikan tentang penerbitan sertifikat ekspor
berdasarkan SM saja dan penyederhanaan birokrasi dalam rangka penerbitan
SKP.
Selain itu pemerintah juga menerbitkan Keppres No. 47 tahun 1986 tentang Peningkatan Penanganan Pasca Panen, SK Ketua Dewan Standardisasi
Nasional No. 791/IV.72/A.4/89 tentang Sistem Standardisasi Nasional, Keppres
No. 12 tahun 1991 dan PP No. 15 tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia.
Pemerintah mengeluarkan pula peraturan mengenai sistem sertifikasi baru, yaitu
SK Ketua Dewan Standardisasi Nasional No. 465/IV.206/HK.01.04/9/92 tentang
Komite Akreditasi Nasional.
Berdasarkan hasil pengamatan pada supplier utama dari 3 buah eksportir
di Sumatera Selatan, penanganan bahan baku udang kurang menerapkan prinsip
rantai dingin dan masih kurangnya pengertian sanitasi dan higiene oleh supplier.
Hal tersebut dimungkinkan karena belum pernah dilakukan penyuluhan oleh
aparat pernbina mutu dan pengarahan yang kurang intensif oleh unit pengolahan
sendiri. Aparat pembina mutu daerah memiliki permasalahan dalam pengadaan
biaya operasional serta sarana dan prasarana pengujian mutu, sehingga pelaksanaan pembinaan mutu ini masih ditekankan pada unit-unit pengolahan.
Seluruh peraturan mutu yang diterbitkan pemerintah belum menekankan

suatu pelaksanan sistem mutu secara terpadu dan sistem sertifikasi yang digunakan masih berdasarkan pengujian produk akhir.
Berdasarkan hasil pengamatan produksi udang beku, unit-unit pengolahan
telah berusaha menjaga kualitas udang sejak penerimaan bahan baku dari supplier, terlihat dari usaha memisahkan udang berdasarkan pengamatan rupa,
warna, bau dan tekstur. Pembinaan mutu oleh aparat pembina mutu daerah
sudah cukup intensif dilakukan, antara lain melalui kursus-kursus dan pelatihan
singkat bagi penanggung jawab produksi dan mutu unit pengolahan. Hal tersebut
dilakukan agar kelak perusahaan dapat melakukan pengawasan mutu secara

mandiri dan bertanggung jawab. Namun kurangnya pengarahan secara intensif
oleh petugas mutu perusahaan baik formal maupun personal pada saat kegiatan
produksi, menyebabkan karyawan bagian produksi kurang disiplin dapat penggunaan perlengkapan kerja. Pengujian mutu produk udang beku yang akan diekspor dilakukan oleh LPPMHP dan sistem sertifikasi masih berdasarkan SM dan
SPM. Dari ke-3 unit pengolahan, hanya PT. Dharma Niaga yang memiliki laboratorium sendiri dan kegiatan laboratorium ini dimaksudkan untuk mengontrol
produk yang disimpan dalam gudang pembeku dan belum memperoleh akreditasi
untuk menerbitkan SM sendiri.
Kasus claim udang beku Sumatera Selatan pada periode 1988 - Januari
1991 sebanyak 92.288,lO kg. Udang yang terkena claim tersebut berasal dari reekspor negara-negara importir udang Sumatera Selatan, karena pada periode
tersebut Sumatera Selatan tidak mengekspor udang langsung ke Arnerika Serikat.
Untuk meningkatkan daya saing udang beku Indonesia di pasar internasional, pembinaan mutu berdasarkan prinsip-prinsip HACCP merupakan tuntutan yang mendesak, dan bagi aparat pembina mutu Sumatera Selatan disarankan untuk melakukan pembinaan mutu yang intensif di tingkat nelayanlpetani
ikan dan supplier serta pembinaan yang lebih intensif di unit-unit pengolahan.
Untuk menunjang pelaksanaan suatu sistem pengawasan mutu yang mandiri (self

quality control), unit-unit pengolahan disarankan untuk lebih aktif mengikutsertakan tenaga ahlinya pada seminar-seminar atau pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan pengawasan mutu dan disarankan memiliki laboratorium sendiri
agar dapat melakukan pengontrolan produk setiap waktu.

Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Mei 1971 di Jakarta, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. A. Fauzie dan Ibu Siti
Rohma.
Penulis memulai pendidikan formal di Taman Kanak-kanak YWKA
Manggarai, Jakarta Selatan pada tahun 1976. Pendidikan dasar penulis dimulai
pada tahun 1977 di SDN Kebon Kelapa Jakarta Pusat, kemudian berhasil diselesaikan pada tahun 1983 dari SDN No. 280 Palembang. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri I Palembang yang diselesaikan
pada tahun 1986, dan pendidikan Lanjutan Tingkat Atas diselesaikan pada tahun
1989 dari SMA Negeri I Palembang.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1989 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dan selanjutnya pada tahun 1990 diterima
sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dengan bidang keahlian Sosial Ekonomi
Perikanan.
Dalam rangka menyelesaikan studi di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan,
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor penulis menyusun skripsi dengan
Judul STUDI TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKSANAAN PEMBINAAN MUTU PADA PRODUKSI UDANG BEKU DI PROPINSI SUMAT E R A SELATAN, dibawah bimbingan Etty Eidman, S.H. dan Ir. Wahyudi,

Dip.Ag.Ec., M.Ec., selanjutnya penulis dinyatakan lulus sebagai Sarjana Perikanan pada tanggal 7 Pebruari 1994 melalui sidang ujian sarjana.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari pengarahan, bantuan dan
dorongan dari banyak pihak. Melalui tulisan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Etty Eidman, S.H. dan Bapak Ir Wahyudi, Dip.Ag.Ec., M.Ec. yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan saran-saran kepada penulis, sejak
persiapan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini,
2. Bapak Ir Sarib Murtadi, M.Sc., Bapak Ayub M. Hanafiah, Ibu Ir. Yatri K.

dan Ibu Ir. Iis Diatin selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
yang bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini,
3. Ibu Ir. Sri Dewi Titisari yang telah banyak memberikan informasi, bantuan

serta kemudahan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian di perusahaanperusahaan ekspor udang di Sumatera Selatan,
4. Bapak pimpinan PT. Dharma Niaga S.J. Abdul Latief beserta seluruh staf

yang telah memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis,


5. Bapak S.M. Djailanie selaku Branch Manager PT. Lestari Magris beserta staf
yang telah memberikan informasi berguna bagi penulisan skripsi ini,

6. Bapak Willy beserta staf PT. Laut Raya Indonesia yang telah memberikan
informasi yang dibutuhkan penulis,
7. Bapak Drs. I.B.M. Ardhana dan Bapak Gumilar atas informasi dan data
mengenai Pembinaan Mutu di Indonesia yang sangat berguna bagi penulis,

8. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan yang telah membekali penulis dengan berbagai disiplin ilmu sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini,

9. Yayasan Toyota Astra atas bantuan beasiswa yang dirasakan sangat berguna
bagi kelancaran penyusunan skripsi ini,

10. Tersayang Ayah dan Mama serta adik-adikku Indah dan Vidial yang dengan

penuh kasih sayang senantiasa memberikan semangat dan iringan doa
kepada penulis,
11. Sahabat-sahabat tercinta di SEI 4B atas kebersamaan dan dorongan sema-


ngat yang terjalin selama penulis menuntut ilmu dan menyusun skripsi,
12. Teman-teman terchayank di W I S M O A W atas suasana akrab, keceriaan dan

kebersamaan yang terjalin selama penulis menuntut ilmu di IPB, especiallyfor
adik-adik yang maniez, lucu dan bandel-bandel : Mita, Nesty, Lia, Desy,
Ningrum, Nita, Fanda, Dani, Adek dan Wita,
13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang turut membantu

hingga lancarnya penyelesaian skripsi ini.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi merupakan saiah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana dalam bidang keahlian Sosial Ekonomi Perikanan pada Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini disusun berdasarkan studi literatur dan wawancara terhadap
aparat pembinaan mutu hasil perikanan serta pengamatan terhadap pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan mutu pada produksi udang beku di PT. Dharma

Niaga, PT. Lestari Magris, PT. Laut Raya Indonesia dan supplier masing-masing
perusahaan tersebut, selama bulan Agustus sampai September 1993 di Sumatera
Selatan.
Skripsi ini berisikan tentang pelaksanaan kebijaksanaan pembinaan mutu
dan evaluasinya menuju sistem pembinaan dan pengawasan mutu yang sesuai
tuntutan konsumen. Pada saat ini mutu produk merupakan isu penting dalam
perdagangan hasil perikanan yang menentukan kepercayaan konsumen terhadap
produk perikanan Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki,
skripsi ini masih banyak kekurangannya, namun penulis berharap tulisan ini dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Pebruari 1994

DAFTAR IS1
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................
i
DAFTAR IS1....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................

vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN .......................................................................................

1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Perumusan Masalah ..............................................................................
1.3 Tujuan dan Kegunaan...........................................................................
1.3.1 Tujuan Penelitian .......................................................................
1.3.2 Kegunaan Penelitian ..................................................................
1.4 Kerangka Pemikiran .............................................................................
1.5 Tempat dan Waktu................................................................................

2. METODOLOGI ...........................................................................................
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6

Metode Penelitian .......................:.........................................................
Teknik Pengambilan Contoh ...............................................................
Jenis dan Sumber Data .........................................................................
Data yang Dikumpulkan .......................................................................
Analisis Data ..........................................................................................
Konsep dan Pengukuran ......................................................................

3. DESKRIPSI UMUM PERIKANAN DI PROPINSI SUMATERA
SELATAN .....................................................................................................

3.1 Peranan Komoditi Hasil Perikanan Terhadap Produk Domestik

STUD1 TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKSANAAN
PEMBINAAN MUTU PADA PRODUKSI UDANG
BEKU Dl PROPINSI SUMATERA SELATAN

Oleh

FARIANA DENIWATY
C 26.1113

S K R l P S !

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sajana

PROGRAM STUD1
SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN

INSTITUT PERTANIAN . BOGOR

1994

RINGKASAN
FAlUANA DENWATY. C 26.1113. Studi Terhadap Pelaksanaan Kebijaksanaan Pembinaan Mutu Pada Produksi Udang Beku di Propinsi Sumatera Selatan.
(Diiawah bimbingan ETIY EIDMAN sebagai ketua dan WAHYUDI sebagai
anggota).
Udang sebagai primadona ekspor hasil perikanan merupakan komoditi
ekspor non migas yang cukup potensial. Salah satu daerah di Indonesia yang
cukup potensial bagi pengembangan ekspor udang adalah propinsi Sumatera
Selatan. Komoditi tersebut sebagian besar diekspor berupa udang tanpa kepala
(headless shell on) dalam bentuk balok beku.
Udang sebagaimana hasil perikanan lain merupakan komoditi yang
mudah rusak (perishable), oleh sebab itu diperlukan usaha pembinaan dan
pengawasan mutu yang optimal untuk menghasilkan produk yang bermutu prima.
Produk yang bermutu dapat meningkatkan image produk perikanan Indonesia di
pasaran internasional. Salah satu upaya pemerintah adalah penerapan peraturan
pembinaan mutu yang sesuai tuntutan konsumen dan pelaksanaannya secara
konsekwen di lapang. Hal tersebut memerlukan suatu studi untuk mempelajari
peraturan pembinaan mutu dan evaluasinya terhadap pelaksanaan di lapang.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mempelajari peraturan pembinaan mutu
di Indonesia (2) mengevaluasi pelaksanaan peraturan pembinaan mutu pada
produksi udang beku di Sumatera Selatan (3) mengetahui masalah-masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan.
Penelitian ini menggunakan data berdasarkan pengamatan pelaksanaan
pembinaan mutu di PT. Dharma Niaga, PT. Lestari Magris dan P T Laut Raya
Indonesia beserta supplier utama masing-masing perusahaan tersebut, yang didukung dengan studi literatur dan wawancara di berbagai instansi terkait. Semua
data dianalisis secara deskriptif.
Jepang sebagai negara importir utama hasil perikanan Indonesia, menerapkan kebijaksanaan mutu untuk memenuhi tuntutan masyarakatnya yang
semakin tinggi. Pada kenyataannya hasil perikanan Indonesia belum memenuhi
standar mutu yang ditetapkan, antara lain adanya claim terhadap beberapa hasil
perikanan Indonesia dan isu antibiotik terhadap udang hasil budidaya.

Demikian pula di Amerika Serikat hasil perikanan Indonesia menghadapi
masalah berupa status automatic detention (penahanan otomatis) oleh FDA,
sehingga prosedur yang dilalui cukup rumit dan kemungkinan untuk ditolak lebih
besar. Sampai saat ini usaha pemerintah untuk menghilangkan status tersebut
belum berhasil, bahkan data penahanan hasil perikanan Indonesia cenderung
meningkat.
Masyarakat Eropa juga menerapkan ketentuan mengenai higiene produk
perikanan yang diatur dalam Council Directive tanggal 22 Juli 1991. Selain itu
negara tersebut juga mengajukan persyaratan Sertifikat Mutu yang bukan berdasarkan pengujian mutu produk akhir, tetapi berdasarkan reputasi eksportir.
Pembinaan dan pengawasan mutu yang diupayakan pemerintah, merupakan keterkaitan antara lembaga-lembaga pembinaan mutu di Indonesia baik di
tingkat pusat maupun daerah serta instansi terkait lainnya.
Langkah awal pemantapan pembinaan mutu hasil perikanan di Indonesia dimulai dengan penerbitan Peraturan Bersama Mentan dan Menkes
No. 31/Kpts/UM/I/75 ;No. 32A/Kab/B.U./75 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Mutu Hasil Perikanan. Berdasarkan peraturan ini mulai diterapkan jaminan
mutu bagi produk ekspor melalui penerbitan Sertifikat Mutu Ekspor (SME)
berdasarkan pengujian produk akhir oleh LPPMHP. SME diterbitkan apabila
sampel dari produk ekspor tersebut memenuhi Standar Hasil Perikanan Indonesia (SPI-KAN). Selain itu bagi unit pengolahan disyaratkan pula untuk memiliki
Sertifikat Pengolah Ikan (SPI) dan Sertifikat Kesempurnaan Pengolahan (SKP).
Penerbitan SKP ini berdasarkan standar yang tercantum dalam SK Ditjen Perikanan No. H.I1/2/3/6/75 tentang Pedoman Pemenuhan Persyaratan Peraturan
Pembinaan Mutu Hasil Perikanan.
Kemudian terjadi perubahan sistem sertifikasi khusus udang, paha
kodok dan tunalcakalang beku, yaitu dengan diterbitkannya SK Mendag
No. 872/KP/VII/85 tentang Pengawasan Mutu Barang beserta peraturan pendukungnya ;SK Ditjen Daglu No. 54/DAGLU/KP/X/85, No. 55/DAGLU/KP/X/85
dan No. 59/DAGLU/KP/X/85. Berdasarkan peraturan ini ke-3 komoditi tersebut
dapat langsung diekspor tanpa harus menunggu penerbitan SM dan cukup
dengan melampirkan SPM yang ditandatangani oleh pimpinan perusahaan dan
petugas pengambil contoh. Pada kenyataannya eksportir ke-3 komoditi tersebut masih tetap harus menunggu penerbitan SM karena para importir lebih

mempercayai sertifikat tersebut. Dengan demikian peraturan ini yang dimaksudkan untuk memperlancar arus barang, ternyata tidak berjalan sesuai harapan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah mengeluarkan Inp r e s No. 2 t a h u n 1990 d a n S K B Ment'an, M e n k e s d a n M e n d a g
No. 363Kpts/IK.120/5/1990 ;No. 248/Menkes/SKB/V/1990 ; No. 143/KpblV/1990
tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar dan Ikan Beku
untuk Ekspor. Peraturan ini berisikan tentang penerbitan sertifikat ekspor
berdasarkan SM saja dan penyederhanaan birokrasi dalam rangka penerbitan
SKP.
Selain itu pemerintah juga menerbitkan Keppres No. 47 tahun 1986 tentang Peningkatan Penanganan Pasca Panen, SK Ketua Dewan Standardisasi
Nasional No. 791/IV.72/A.4/89 tentang Sistem Standardisasi Nasional, Keppres
No. 12 tahun 1991 dan PP No. 15 tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia.
Pemerintah mengeluarkan pula peraturan mengenai sistem sertifikasi baru, yaitu
SK Ketua Dewan Standardisasi Nasional No. 465/IV.206/HK.01.04/9/92 tentang
Komite Akreditasi Nasional.
Berdasarkan hasil pengamatan pada supplier utama dari 3 buah eksportir
di Sumatera Selatan, penanganan bahan baku udang kurang menerapkan prinsip
rantai dingin dan masih kurangnya pengertian sanitasi dan higiene oleh supplier.
Hal tersebut dimungkinkan karena belum pernah dilakukan penyuluhan oleh
aparat pernbina mutu dan pengarahan yang kurang intensif oleh unit pengolahan
sendiri. Aparat pembina mutu daerah memiliki permasalahan dalam pengadaan
biaya operasional serta sarana dan prasarana pengujian mutu, sehingga pelaksanaan pembinaan mutu ini masih ditekankan pada unit-unit pengolahan.
Seluruh peraturan mutu yang diterbitkan pemerintah belum menekankan
suatu pelaksanan sistem mutu secara terpadu dan sistem sertifikasi yang digunakan masih berdasarkan pengujian produk akhir.
Berdasarkan hasil pengamatan produksi udang beku, unit-unit pengolahan
telah berusaha menjaga kualitas udang sejak penerimaan bahan baku dari supplier, terlihat dari usaha memisahkan udang berdasarkan pengamatan rupa,
warna, bau dan tekstur. Pembinaan mutu oleh aparat pembina mutu daerah
sudah cukup intensif dilakukan, antara lain melalui kursus-kursus dan pelatihan
singkat bagi penanggung jawab produksi dan mutu unit pengolahan. Hal tersebut
dilakukan agar kelak perusahaan dapat melakukan pengawasan mutu secara

mandiri dan bertanggung jawab. Namun kurangnya pengarahan secara intensif
oleh petugas mutu perusahaan baik formal maupun personal pada saat kegiatan
produksi, menyebabkan karyawan bagian produksi kurang disiplin dapat penggunaan perlengkapan kerja. Pengujian mutu produk udang beku yang akan diekspor dilakukan oleh LPPMHP dan sistem sertifikasi masih berdasarkan SM dan
SPM. Dari ke-3 unit pengolahan, hanya PT. Dharma Niaga yang memiliki laboratorium sendiri dan kegiatan laboratorium ini dimaksudkan untuk mengontrol
produk yang disimpan dalam gudang pembeku dan belum memperoleh akreditasi
untuk menerbitkan SM sendiri.
Kasus claim udang beku Sumatera Selatan pada periode 1988 - Januari
1991 sebanyak 92.288,lO kg. Udang yang terkena claim tersebut berasal dari reekspor negara-negara importir udang Sumatera Selatan, karena pada periode
tersebut Sumatera Selatan tidak mengekspor udang langsung ke Arnerika Serikat.
Untuk meningkatkan daya saing udang beku Indonesia di pasar internasional, pembinaan mutu berdasarkan prinsip-prinsip HACCP merupakan tuntutan yang mendesak, dan bagi aparat pembina mutu Sumatera Selatan disarankan untuk melakukan pembinaan mutu yang intensif di tingkat nelayanlpetani
ikan dan supplier serta pembinaan yang lebih intensif di unit-unit pengolahan.
Untuk menunjang pelaksanaan suatu sistem pengawasan mutu yang mandiri (self
quality control), unit-unit pengolahan disarankan untuk lebih aktif mengikutsertakan tenaga ahlinya pada seminar-seminar atau pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan pengawasan mutu dan disarankan memiliki laboratorium sendiri
agar dapat melakukan pengontrolan produk setiap waktu.

Penulis dilahirkan pada tanggal 3 Mei 1971 di Jakarta, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. A. Fauzie dan Ibu Siti
Rohma.
Penulis memulai pendidikan formal di Taman Kanak-kanak YWKA
Manggarai, Jakarta Selatan pada tahun 1976. Pendidikan dasar penulis dimulai
pada tahun 1977 di SDN Kebon Kelapa Jakarta Pusat, kemudian berhasil diselesaikan pada tahun 1983 dari SDN No. 280 Palembang. Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri I Palembang yang diselesaikan
pada tahun 1986, dan pendidikan Lanjutan Tingkat Atas diselesaikan pada tahun
1989 dari SMA Negeri I Palembang.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1989 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dan selanjutnya pada tahun 1990 diterima
sebagai mahasiswa Fakultas Perikanan dengan bidang keahlian Sosial Ekonomi
Perikanan.
Dalam rangka menyelesaikan studi di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan,
Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor penulis menyusun skripsi dengan
Judul STUDI TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKSANAAN PEMBINAAN MUTU PADA PRODUKSI UDANG BEKU DI PROPINSI SUMAT E R A SELATAN, dibawah bimbingan Etty Eidman, S.H. dan Ir. Wahyudi,
Dip.Ag.Ec., M.Ec., selanjutnya penulis dinyatakan lulus sebagai Sarjana Perikanan pada tanggal 7 Pebruari 1994 melalui sidang ujian sarjana.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari pengarahan, bantuan dan
dorongan dari banyak pihak. Melalui tulisan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Etty Eidman, S.H. dan Bapak Ir Wahyudi, Dip.Ag.Ec., M.Ec. yang telah

memberikan bimbingan, pengarahan dan saran-saran kepada penulis, sejak
persiapan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini,
2. Bapak Ir Sarib Murtadi, M.Sc., Bapak Ayub M. Hanafiah, Ibu Ir. Yatri K.

dan Ibu Ir. Iis Diatin selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan
yang bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini,
3. Ibu Ir. Sri Dewi Titisari yang telah banyak memberikan informasi, bantuan

serta kemudahan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian di perusahaanperusahaan ekspor udang di Sumatera Selatan,
4. Bapak pimpinan PT. Dharma Niaga S.J. Abdul Latief beserta seluruh staf

yang telah memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis,

5. Bapak S.M. Djailanie selaku Branch Manager PT. Lestari Magris beserta staf
yang telah memberikan informasi berguna bagi penulisan skripsi ini,

6. Bapak Willy beserta staf PT. Laut Raya Indonesia yang telah memberikan
informasi yang dibutuhkan penulis,
7. Bapak Drs. I.B.M. Ardhana dan Bapak Gumilar atas informasi dan data
mengenai Pembinaan Mutu di Indonesia yang sangat berguna bagi penulis,

8. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan yang telah membekali penulis dengan berbagai disiplin ilmu sehingga
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini,

9. Yayasan Toyota Astra atas bantuan beasiswa yang dirasakan sangat berguna
bagi kelancaran penyusunan skripsi ini,

10. Tersayang Ayah dan Mama serta adik-adikku Indah dan Vidial yang dengan

penuh kasih sayang senantiasa memberikan semangat dan iringan doa
kepada penulis,
11. Sahabat-sahabat tercinta di SEI 4B atas kebersamaan dan dorongan sema-

ngat yang terjalin selama penulis menuntut ilmu dan menyusun skripsi,
12. Teman-teman terchayank di W I S M O A W atas suasana akrab, keceriaan dan

kebersamaan yang terjalin selama penulis menuntut ilmu di IPB, especiallyfor
adik-adik yang maniez, lucu dan bandel-bandel : Mita, Nesty, Lia, Desy,
Ningrum, Nita, Fanda, Dani, Adek dan Wita,
13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang turut membantu

hingga lancarnya penyelesaian skripsi ini.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulisan skripsi merupakan saiah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana dalam bidang keahlian Sosial Ekonomi Perikanan pada Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini disusun berdasarkan studi literatur dan wawancara terhadap
aparat pembinaan mutu hasil perikanan serta pengamatan terhadap pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan mutu pada produksi udang beku di PT. Dharma
Niaga, PT. Lestari Magris, PT. Laut Raya Indonesia dan supplier masing-masing
perusahaan tersebut, selama bulan Agustus sampai September 1993 di Sumatera
Selatan.
Skripsi ini berisikan tentang pelaksanaan kebijaksanaan pembinaan mutu
dan evaluasinya menuju sistem pembinaan dan pengawasan mutu yang sesuai
tuntutan konsumen. Pada saat ini mutu produk merupakan isu penting dalam
perdagangan hasil perikanan yang menentukan kepercayaan konsumen terhadap
produk perikanan Indonesia.
Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki,
skripsi ini masih banyak kekurangannya, namun penulis berharap tulisan ini dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Bogor, Pebruari 1994