Latar Belakang T PSN 1402726 Chapter1

Ayu Ridho Saraswsati, 2016 PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesenian daerah merupakan kearifan lokal yang menjadi simbol keadaan masyarakat daerah. Bentuk penyajian sebuah kesenian daerah merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari masyarakat daerah. Potensi seni sebagai sarana sosialisasi nilai-nilai karakter dan pekerti telah dikenal dalam tradisi berbagai suku kita. Kekayaan tradisi suku bangsa meliputi cerita rakyat, nyanyian, dan pepatah-pantun yang mengandung muatan nilai-nilai. Maka, kesenian tradisi merupakan medium yang nyaris tak terbatas untuk menyampaikan nilai-nilai, karena dekat dan akrab dengan masyarakat dan merupakan milik dari masyarakat itu sendiri. Tingkat kebudayaan manusia dapat dilihat melalui kesenian tradisi. Kesenian menjadi cerminan suatu peradaban manusia yang terus berkembang, maka kesenian yang telah ada tidak lepas dari keberadaan kesenian tradisional. Dengan mempelajari kesenian tradisional juga dapat melihat masa lalu, masa sekarang dan dapat merencanakan untuk masa yang akan datang. Dewasa ini pengenalan seni daerah sebagai salah satu kearifan lokal mulai terkikis, salah satu faktor penyebab terkikisnya hal ini adalah lingkungan. Lingkungan membentuk anak menjadi manusia yang modern tidak memberikan ruang bagi kesenian daerah ikut berkontribusi pada perkembangan karakter bangsa. Pembangunan karakter dan pekerti bangsa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik secara eksternal maupun internal. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli, Montesquieu dalam Direktorat Pembangunan Karakter dan Pekerti Bangsa, Direktorat Jenderal Budaya,Seni dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia, hlm. 11, bahwa pembahasan karakter bangsa yang disebut esprit general atau jiwa semangat yang mencakup kerakteristik-karakteristik moral dan kebiasaan-kebiasaan berpikir dan berperilaku yang berasal dari suatu kombinasi unik antara lingkungan alam atau iklim, agama, hukum, kebijaksanaan pemerintah, sejarah, nilai-nilai dan tata krama sopan santun sosial. Suatu bangsa dapat dibedakan dengan bangsa lain melalui pola bentukan yang muncul dalam kombinasi faktor-faktor tersebut serta kualitas-kualitas moral Ayu Ridho Saraswsati, 2016 PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang dihasilkannya. Pendidikan berperan penting dalam pembentukan karakter selain faktor-faktor yang telah dijelaskan sebelumnya. “Character determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good character is the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of behaviour, in every situation” Hill dalam Christina, 2005, hlm. 84. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan Christina,2005, hlm.84. Demikian halnya Reog Bulkiyo adalah salah satu kesenian warisan turun- temurun yang berada di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar. Kesenian Reog Bulkiyo merupakan salah satu kekayaan hasil budaya bangsa Indonesia, kesenian daerah tersebut harus harus dapat dijaga, dilestarikan dan dipertahankan. Karya tari, pada hakekatnya merupakan kerja kreatif dari sosial action yaitu tindakan antara individu atau manusia dalam masyarakat. Apabila dilihat secara kontekstual, tari adalah bagian imanen dan integral dari dinamika sosiokultural masyarakat Hadi dalam Kristyanti,2009, hlm.173. Ada hubungan yang berarti anatar perkembangan seni tari dengan perkembangan masyarakatnya sebagaimana dikatakan soedaersono bahwa suatu daerah dapat dikatakan mengalami perkembangan yang baik apabila seni tari berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat pendukungnya Kristyanti, 2009, hlm.173. Sejalan dengan nilai-nilai pembentuk karakter bangsa yang terkandung dalam seni tradisi daerah, dalam kesenian Reog Bulkiyo sarat akan nilai kearifan lokal. Nasionalisme dan patriotisme yang ada dalam tari ini membuat tari ini patut untuk menjadi bahan ajar di sekolah, tempat lahirnya pejuang bangsa. Jawa Timur sendiri memiliki kesenian daerah dengan nama serupa, dimana wilayah daerah itu berdekatan sehingga memiliki karakter dialek bahasa dan karakter masyarakat yang hampir sama. Daerah tersebut disebut Jawa Timur kulonan yang terdiri dari Pacitan, Ponorogo, Madiun, Kediri, Tulungagung, Blitar. Daerah Ponorogo, Tulungagung dan Blitar memiliki kesenian Reog yang berbeda kemasan pertunjukannya. Ponorogo terdapat Reog Ponorogo yang sudah mendunia dengan bentuk penyajian tari massal dan memiliki tokoh-tokoh dalam cerita peperangan Kerajaan Daha-Kadiri. Tulungagung juga memiliki Reog Ayu Ridho Saraswsati, 2016 PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dhodhog atau Reog Kendang, berbeda dengan Reog Ponorogo, dalam Reog Dhodhog penari membawa alat musik yang disebut Dhodhog sejenis kendang khas Tulungagung. Penari memainkan kendang sesuai dengan irama masing- masing sambil menari dengan gerakan yang khas. Sama halnya dengan daerah Blitar yang memiliki Reog Bulkiyo, pertunjukan tari dimana penari memainkan terbang dengan instrument yang berbeda dan dipimpin oleh seorang Rontek. Kabupaten Blitar memiliki beragam kesenian, seni tari yang ada tidak hanya Reog Bulkiyo saja. Namun, terdapat beberapa tarian yang dikenal di Kabupaten Blitar. Woroanggono merupakan sebuah tarian tunggal yang dapat ditarikan berkelompok, memiliki latar belakang cerita dan gerak dasar dari kesenian tayuban . Tari Emprak merupakan salah satu tari dari Blitar yang mulai dikenal khalayak luas. Tari kelompok namun dapat pula ditarikan secara tunggal merupakan tari lepas garapan baru yang bersumber pada kesenian Tayub dan jaranan yang berkembang di daerah Blitar dan sekitarnya. Tari ini juga berangkat dari kesenian Emprak yang berjaja dari rumah ke rumah, namun digarap sedemikian rupa sehingga menjadi tari lepas sebagai tari selamat datang di Blitar http:gitomaron.blogspot.co.id201011tari-emprak-karya-dimas-pramuka- admaji.html?m=1. Tari Reog Bulkiyo adalah sebuah tari yang berisikan 9 penari dengan membawa properti sambil menari. Berbeda dengan dua tari sebelumnya, Reog Bulkiyo memiliki karakteristik gerak yang lebih tegas, dan lebih terkesan agamis. Reog Bulkiyo di Desa Kemloko menjadi pokok penelitian yang menarik karena memiliki ciri khas atau keunikan tersendiri. Berbeda dengan kesenian Reog yang lain, misal Reog Ponorogo. Kesenian ini jika dillihat dari nama mempunyai jenis kesenian yang sama, yaitu jenis kesenian “Reog” namun mempunyai pengertian yang berbeda. Secara umum pengertian reog adalah bentuk penyajian yang dikenal luas di Jawa Timur dan Jawa Tengah ini mempunyai ciri khas berupa terdapatnya peran barongan yang berkepala harimau dengan hiasan yang meninggi di atasnya, disertai dengan sekelompok pasukan prajurit atau penunggang kuda. Namun pengertian tersebut berbeda dengan Reog Bulkiyo yang tidak memakai barongan, busana serta asesoris yang dipakai dalam pertunjukkan pun berbeda dengan reog di Jawa Timur umumnya. Selain itu Ayu Ridho Saraswsati, 2016 PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu perbedaan yang sangat mudah dilihat adalah musik yang mengiringinya, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan warna musik reog yang berbeda dari kesenian reog yang lain, serta bentuk tarian yang menggambarkan latar belakang peperangan yang berbeda. Menurut penuturan beberapa warga Desa Kemloko Kabupaten Blitar menjelaskan bahwa Reog Bulkiyo selain mempunyai latar belakang cerita yang berbeda dari Reog Ponorogo meskipun berasal dari propinsi yang sama, kesenian ini memiliki sejarah tersendiri yang masih jelas untuk ditelusuri sebab terbentuknya, kesenian Reog Bulkiyo terbentuk dari pengaruh keadaan Negara Indonesia pada waktu itu yang masih dalam iklim peperangan melawan penjajah, keadaan politik, agama, serta akulturasi kebudayaan, akulturasi yang terbentuk dari percampuran budaya Arab yang tergambar melalui cerita Reog Bukiyo dan suasana Jawa yang terlihat dari gerak dan musik iringan tari ini. Latar belakang cerita serta perpaduan alat musik sebagai ciri khas di dalam kesenian Reog Bulkiyo di Desa Kemloko kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar Propinsi Jawa Timur. Penelitian oleh Neny Agung Wibowo 2011 tentang Reog Bulkiyo telah menjelaskan tentang bentuk musik dan cara memainkan alat musik dalam Reog Bulkiyo. Penari dalam kesenian ini tidak hanya menari namun juga memainkan alat musik yang mereka bawa sebagai properti dan iringan tari. Reog Bulkiyo terdiri dari 9 penari yang memiliki peran masing-masing. Selain itu penelitian berikutnya yang menghasilkan sebuah media baru tentang buku bergambar yang berisi gambar cara menggunakan kostum, nama alat musik yang digunakan sebagai properti dan gerak Tari Reog Bulkiyo oleh Ayu Ridho Saraswati 2013 untuk anak usia dini sebagai pengenalan bahwa kesenian ini merupakan kesenian khas daerah yang patut diajarkan sejak dini karena selain menari juga memainkan alat musik sehingga dapat meningkatkan kemampuan fisik motorik anak. Pembelajaran Reog Bulkiyo di tingkat Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu sarana yang tepat mengenalkan kesenian daerah setempat yang bernafaskan Islami dan memiliki nilai patriotisme, perjuangan prajurit dalam memerangi ke dzolim an. Nilai perjuangan yang terdapat dalam cerita Reog Bulkiyo dapat dikaitkan dengan perjuangan generasi muda dalam Ayu Ridho Saraswsati, 2016 PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu memperjuangkan hak sebagai warga negara dalam arus globalisasi yang mulai masuk ke Indonesia. Globalisasi adalah proses perubahan atau pergeseran budaya menuju pada kriteria dan ukuran yang menandai dan merupakan konstelasi umum atau konstelasi mondial yang sedang berlaku Martodirdjo dalam Nasikun dkk., 2007, hlm. 1. Seperti pendapat Haryo S. Martidrdjo dalam buku Pelatihan peningkatan wawasan dosen tentang etika dan estetika dalam pengembangan ipteks bahwa diperlukan sebuah gerakan paradoksal dari globalisasi ini yaitu lokalisasi sebagai salah satu bentuk penyeimbang stabilitas pergeseran budaya yang terjadi. Sebagai wujud proses kompromistis antara globalisasi dan lokalisasi maka terciptalah glokalisasi, sebuah proses yang diharapkan dapat mengangkat dan memerankan kandungan nilai-nilai etika dan estetika yang diasumsikan melekat kuat pada setiap sistem pengetahuan lokal yang bersangkutan. Pendapat di atas diperkuat dengan pendapat Mintargo, Soedarsono dan Ganap 2014, hlm 250 bahwa permasalahan yang dihadapi makna yang terkandung dalam nila-nilai semangat kebangsaan dan cinta tanah air, saat ini mengalami pasang surut akibat perubahan oleh karena kemajuan era globalisasi. Derasnya arus globalisasi, akibatnya bangsa Indonesia mengalami tantangan di antara citacita mengisi kemerdekaan dan kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai nasionalisme mendegradasi dan bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, untuk itu diupayakan agar para pelajar, mahasiswa, aparatur negara dan masyarakat memiliki kesadaran kebangsaan dan cinta tanah air, salah satu cara ialah mengumandangkan kembali lagu perjuangan Indonesia dalam pertemuan dan kegiatan tertentu dimasa perubahan ini, agar tidak dilupakan oleh generasi penerus hingga akhir zaman. Model pembelajaran yang dirancang diharapkan dapat memenuhi komponen pembelajaran yang terdiri dari : 1 tujuan, 2 materi dan bahan pelajaran, 3 metode dan media, 4 evaluasi. Karena pada dasarnya model pembelajaran ini bukan hanya menyangkut kegiatan guru mengajar, tetapi justru lebih menitikberatkan pada aktivitas siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir dan sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara belajar bagaimana belajar Narawati, 2002, hlm. 9.3. Anak sekolah menengah pertama yang berusia antara 12 sampai 15 tahun merupakan objek Ayu Ridho Saraswsati, 2016 PEMBELAJARAN TARI REOG BULKIYO UNTUK MENANAMKAN NILAI PATRIOTISME SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH SUNAN AMPEL DOKO KABUPATEN BLITAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu penerapan yang tepat untuk menanamkan patriotisme melalui Tari Reog Bulkiyo. Sikap-sikap patriotisme yang diharapkan dapat muncul adalah sikap keberanian, keadilan, kemanusiaan dan bela ne gara. Karena pada masa ‘adolensia’ ini merupakan masa peralihan remaja ke dewasa dimana perhatian ditujukan pada diri sendiri, keadaan yang menimbulkan kesimpangsiuran terhadap nilai-nilai moral dan sosial yang membuat anak menjadi bimbang kepada pilihan yang ada didepannya. Adapun pembelajaran Reog Bulkiyo ini diharapkan dapat menjadi salah satu suri tauladan bagi anak-anak yang menempuh pendidikan formal di sekolah yang berlatar belakang pendidikan agama. Terdapat hal lain yang sangat menarik untuk ditelusuri, ditinjau dari sejarah Reog Bulkiyo sendiri yang mengisahkan tentang perjuangan prajurit melawan kebatilan, terdapat nilai-nilai perjuangan dan ajaran bernafaskan islami yang dapat ditanamkan sejak dini kepada anak-anak di pendidikan formal maupun non formal. Pada perkembangannya Reog Bulkiyo yang sebenarnya ditarikan oleh laki-laki, dapat ditarikan oleh wanita. Hal ini membuat kesenian ini lebih menarik, namun tidak merubah esensi nilai-nilai patriotisme yang ada dalam kesenian ini.

B. Rumusan Masalah