Invers Modulo Extended Euclidean Uji Bilangan Prima Algoritma Lehmann

29 + 25 2 – 3 899 = 219 29 + 26 2 – 3 899 = 328 29 + 27 2 – 3 899 = 439 29 + 28 2 – 3 899 = 552 29 + 29 2 – 3 899 = 667 29 + 30 2 – 3 899 = 784 = 28 2 Sehingga 3 899 = 59 – 2859 +28 = 331 87. Jadi, n = 31 873 = 31 29. Batten, 2013

2.8. Invers Modulo Extended Euclidean

Jika a dan m relatif prima dan m 1, maka kita dapat menemukan invers dari a modulo m adalah bilangan bulat a sedemikian sehingga aa -1 ≡ 1 mod m Bukti: Dua buah bilangan bulat a dan m dikatakan relatif prima jika Gcda, m = 1, dan jika a dan m relatif prima, maka terdapat bilangan bulat p dan q sedemikian sehingga pa + qm = 1 yang mengimplikasikan bahwa pa + qm ≡ 1 mod m Karena qm ≡ 0 mod m, maka pa ≡ 1 mod m. Kekongruenan yang terakhir ini berarti bahwa p adalah invers dari a modulo m. Pembuktian di atas juga menceritakan bahwa untuk mencari invers dari a modulo m, kita harus membuat kombinasi lanjar dari a dan m sama dengan 1. Koefisien a dari kombinasi lanjar tersebut merupakan invers dari a modulo m. Contoh : Tentukan invers dari 4 mod 9 dan 17 mod 7. 1. Karena Gcd4, 9 = 1, maka invers dari 4 mod 9 ada. Dari algoritma Euclidean diperoleh bahwa 9 = 2 . 4 + 1 Susun persamaan di atas menjadi –2 . 4 + 1 . 9 = 1 Universitas Sumatera Utara Dari persamaan terakhir ini kita peroleh –2 adalah invers dari 4 modulo 9. Periksalah bahwa –2 . 4 ≡ 1 mod 9 9 habis membagi –2 . 4 – 1 = –9 2. Karena Gcd17, 7 = 1, maka invers dari 17 mod 7 ada. Dari algoritma Euclidean diperoleh rangkaian pembagian berikut: 17 = 2 . 7 + 3 i 7 = 2 . 3 + 1 ii 3 = 3 . 1 + 0 iii yang berarti: Gcd17, 7 = 1 Susun ii menjadi: 1 = 7 – 2 . 3 iv Susun i menjadi 3 = 17 – 2 . 7 v Sulihkan v ke dalam iv: 1 = 7 – 2 . 17 – 2 . 7 = 1 . 7 – 2 . 17 + 4 . 7 = 5 . 7 – 2 . 17 atau –2 . 17 + 5 . 7 = 1 Dari persamaan terakhir ini kita peroleh –2 adalah invers dari 17 modulo 7. –2 . 17 ≡ 1 mod 7 7 habis membagi –2 . 17 – 1 = –35 Munir, 2006

2.9. Uji Bilangan Prima Algoritma Lehmann

Sebagaimana diketahui bahwa bilangan prima tidak mengikuti pola yang jelas dan untuk mengetahui bahwa suatu bilangan prima atau tidak bukanlah tugas yang mudah. Bilangan n disebut prima, jika tidak boleh ada pembagi n berada antara 2 dan √n. Jika nilai bilangan n kecil maka pengujian sangat mudah dihitung, tetapi kesulitannya meningkat jika nilai n semakin besar. Salah satu metode yang cukup cepat untuk menguji keprimaan suatu bilangan n adalah algoritma Lehmann. Algoritma Lehmann: Universitas Sumatera Utara 1. Bangkitkan bilangan acak a, 1 ≤ a ≤ p p adalah bilangan yang diuji keprimaannya 2. Hitung a p – 12 mod p 3. Jika a p – 12 ≡ 1 atau – 1 mod p, maka p tidak prima 4. Jika a p – 12 ≡ 1 atau – 1 mod p, maka peluang p bukan prima adalah 50. 5. Ulangi pengujian di atas sebanyak t kali dengan nilai a yang berbeda. Jika hasil perhitungan langkah 2 sama dengan 1 atau – 1, tetapi tidak selalu sama dengan 1, maka peluang p adalah bilangan prima mempunyai kesalahan tidak lebih dari 12 t . Contoh 1 : Ujilah keprimaan bilangan p = 7 dengan algoritma Lehmann Hitung a 7 – 12 mod 7 dengan mencoba nilai-nilai a 1 ≤ a ≤ 7 a = 1 1 7 – 12 mod 7 ≡ 1mod 7 a = 2 2 7 – 12 mod 7 ≡ 1mod 7 a = 3 3 7 – 12 mod 7 ≡ 1mod 7 a = 4 4 7 – 12 mod 7 ≡ 1mod 7 a = 5 5 7 – 12 mod 7 ≡ 1mod 7 a = 6 6 7 – 12 mod 7 ≡ 1mod 7 a = 7 7 7 – 12 mod 7 ≡ 1mod 7 Jadi, 7 adalah Bilangan Prima karena memenuhi syarat a p – 12 ≡ 1 atau – 1 mod p sebanyak tiga kali yaitu sama dengan ½ dari banyaknya penghitungan 1 ≤ a ≤ 7 sebanyak 72 = 3,5 = 3 dengan tingkat kesalahan sebesar 12 7 = 0,78125 atau tingkat kebenarannya mencapai 99, 21875. Contoh 2 : Ujilah keprimaan bilangan p = 9 dengan algoritma Lehmann Hitung a 9 – 12 mod 9 dengan mencoba nilai-nilai a a = 1 1 9 – 12 mod 9 ≡ 1mod 9 a = 2 2 9 – 12 mod 9 ≡ 1mod 9 a = 3 3 9 – 12 mod 9 ≡ 1mod 9 a = 4 4 9 – 12 mod 9 ≡ 1mod 9 a = 5 5 9 – 12 mod 9 ≡ 1mod 9 a = 6 6 9 – 12 mod 9 ≡ 1mod 9 a = 7 7 9 – 12 mod 9 ≡ 1mod 9 Universitas Sumatera Utara a = 8 8 9 – 12 mod 9 ≡ 1mod 9 a = 9 9 9 – 12 mod 9 ≡ 1mod 9 Jadi, 9 adalah Bukan Bilangan Prima karena banyaknya penghitungan a 1 ≤ a ≤ 9 yang memenuhi syarat atau hanya sebanyak dua kali yaitu tidak mencapai ½ dari banyaknya penghitungan a sebanyak 92 = 4,5 = 4.Lehmann, 1982 Munir, 2006 Berikut ini adalah perbandingan uji keprimaan metode Lehmann dengan beberapa metode keprimaan lainnya: 1. Metode Trial-Division: mudah diterapkan dan akurat tidak ada bilangan yang akan terlewati hanya bergantung pada definisi keprimaannya tetapi akan melambat karena mencoba setiap angka hingga √n dan memeriksanya satu per satu. 2. Tes keprimaan Fermat: sangat mudah dan cepat, tetapi tidak terlalu akurat Adanya bilangan Carmichael yaitu angka komposit akan dilaporkan sebagai bilangan prima. 3. Tes Solovay-Strassen dan tes Miller-Rabin: cepat dan akurat , tapi tidak mudah untuk menerapkan karena mengharuskan memahami Simbol Legendre dan Jacobi konsep-konsep matematika rahasia dan membutuhkan algoritma faktorisasi yang efisien. Kemungkinan error tes Solovay-Strassen adalah 12 t , sedangkan kemungkinan error tes Miller-Rabin adalah terbatas di atas oleh 14 t . Menezes, et al. 2001 Universitas Sumatera Utara BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1. Analisis Sistem