22
2.8 Pemeriksaan Hapusan Sayatan Kulit
Pemeriksaan hapusan sayatan kulit atau slit skin smear merupakan pemeriksaan sediaan yang diperoleh melalui irisan atau kerokan kecil pada kulit
yang kemudian diberikan pewarnaan tahan asam untuk melihat M. leprae. Dari keseluruhan pemeriksaan laboratorium yang tersedia untuk penyakit kusta,
pemeriksaan hapusan kulit merupakan pemeriksaan yang paling sederhana. Tujuan pemeriksaan ini antara lain untuk konfirmasi diagnosis kusta, klasifikasi
penyakit, untuk mengetahui derajat infeksius penderita, progresivitas penyakit dan pemantauan pengobatan. Pengambilan lokasi yang banyak mengandung bakteri
yaitu kedua telinga, siku kiri, dorsum jari kiri, dan ibu jari kanan Mahajan, 2013. Atau dapat pula diambil pada 2 atau 3 lokasi yaitu cuping telinga kanan dan kiri
serta lesi kulit yang aktif Kemenkes RI, 2012. Pemeriksaan hapusan sayatan kulit memiliki spesifitas sebesar 100 karena secara langsung menunjukkan
gambaran BTA, namun sensitivitasnya rendah yaitu berkisar antara 10-50. Sensitivitas yang rendah ini disebabkan karena pemeriksaan hapusan sayatan kulit
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain keterampilan petugas, teknik pengambilan seperti kedalaman insisi dan ketebalan film serta kelengkapan alat
dan bahan seperti reagan dan mikroskop yang berfungsi dengan baik Desikan dkk., 2006; Bhushan dkk., 2008.
Setelah pengambilan spesimen, kemudian dilakukan pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen dan diperiksa dibawah mikroskop. Jumlah BTA dalam
setiap lapangan pandang dihitung serta morfologi masing-masing basil diperhatikan dengan seksama. Basil yang solid umumnya merupakan basil yang
23 masih hidup dan viabel sedangkan basil dengan morfologi granular, atau
terfragmentasi merupakan basil yang sudah mati dan tidak viabel. Berdasarkan jumlah dan kepadatan bakteri serta morfologi bakteri dilakukan penghitungan IB
dan IM Job dan Ponnaiya, 2010; Lee dkk., 2012. Indeks bakteri merupakan ukuran semikuantitatif kepadatan BTA
dalam sediaan apus. Pada IB, penghitungan dilakukan baik pada basil yang masih hidup solid maupun yang telah mati fragmentasi dan granular. Penghitungan
dilakukan menurut skala logaritma Ridley sebagai berikut: a.
+6 terdapat lebih dari 1000 BTA atau lebih dari 5 gumpalan pada satu lapangan pandang.
b. +5 terdapat 100 sampai 1000 BTA pada satu lapangan pandang.
c. +4 terdapat 10 sampai 100 BTA pada satu lapangan pandang.
d. +3 terdapat 1 sampai 10 BTA pada satu lapangan pandang.
e. +2 terdapat 1 sampai 10 BTA pada 10 lapangan pandang.
f. +1 terdapat 1 sampai 10 BTA pada 100 lapangan pandang
g. 0 terdapat 0 BTA pada 100 lapangan pandang Bryceson, 1990; Job dan
Ponnaiya, 2010; Lee dkk., 2012. Pada pasien yang tidak diobati, pemeriksaan pada cuping telinga
menghasilkan jumlah basil yang terbesar. Pada pasien yang diobati, permukaan dorsal dari jari sering merupakan tempat terakhir yang memberikan hasil negatif.
Indeks morfologi merupakan persentase basil kusta berbentuk utuh atau solid terhadap keseluruhan BTA. Indeks morfologi berguna untuk mengetahui
24 kemampuan penularan kuman dan menilai hasil pengobatan Job dan Ponnaiya,
2010; Noto dan Schreuder, 2010. Indeks bakteri umumnya mulai turun setelah setahun mendapatkan
terapi MDT sebesar log 0,6-1,0 per tahun atau +1 per tahun dan berlanjut meskipun MDT telah dihentikan. Penurunan umumnya ditemukan lebih lambat
pada kasus MB dibanding PB Mahajan, 2013. Pada penelitian yang dilakukan oleh Maghanoy dkk 2011 di Filipina, ditemukan 98 pasien kusta dengan IB
yang tinggi ≥+4 masih tetap positif setelah 1 tahun pengobatan sedangkan pada pasien kusta dengan IB yang rendah +4, 74 masih ditemukan dengan IB
positif setelah 1 tahun pengobatan.
2.9 Terapi Kusta