Kinerja Dinas Kesehatan Dalam Memanfaatkan Sistem Informasi Manajemen Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin (SIM-JAMKESMAS) Di Dinas Kesehatan Kota Bandung

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh: SHANDY DWI PUTRA

41707005

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG


(2)

v

DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

Tingkat kemajuan teknologi yang terus berkembang dengan pesat akan menghasilkan suatu teknologi yang lebih maju dan informasi yang lebih beragam. Pelaksanaan transparansi informasi dalam program kesehatan terutama Jamkesmas masih merasa kurang maksimal dalam pelaksanaannya karena kinerja yang tidak optimal pada Dinas Kesehatan kepada Masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada orang miskin.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Agus Dwiyanto mengenai Kinerja Organisasi Publik. Kinerja organisasi publik dinilai berdasarkan produktifitas kinerja organisasi, kualitas layanan kinerja organisasi, responsivitas kinerja organisasi, responsibilitas kinerja organisasi, serta akuntabilitas pada suatu organisasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui studi literatur, studi lapangan dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah Tim Pengelola JAMKESMAS Dinas Kesehatan Kota Bandung yang memanfaatkan SIM-JAMKESMAS. Penentuan informan dengan menggunakan teknik purposif.

Berdasarkan hasil penelitian, produktivitas kinerja Dinas Kesehatan dan kualitas layanan kinerja Dinas Kesehatan cukup baik. Responsivitas kepada masyarakat bahwa pelayanan informasi SIM-JAMKESMAS dinilai masyarakat sudah cukup baik. Responsibilitas Dinas Kesehatan Kota Bandung yang berkaitan dengan pelaksanaan dari program JAMKESMAS tepat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan akuntabilitas Kinerja di Dinas Kesehatan dalam bertanggung jawab untuk semua kegiatan terlihat sudah maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa Kinerja Dinas Kesehatan sudah menujukan cukup baik. Dengan demikian kinerja Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS mempunyai kinerja yang bagus.


(3)

vi

IN DEPARTMENT OF HEALTH SERVICE IN BANDUNG

Rate of technological progress that the grow will a result in more advanced technology and information are more diverse. Implementation of information transparency in the health program primarily JAMKESMAS still not optimal than the maximum in implementation because the performance is not optimal in the Department Health service in providing health care to the society.

The theory in used this research from Agus Dwiyanto in Performance of Public Organizations. Performance of Public Organisation assessed on the productivity performance of the organization, quality of service performance, responsiveness organizational performance, organizational performance responsibility, and accountability in organization.

The research method used is descriptive method with qualitative approaches. The techniques of data collection in this research through literature studies, field studies and documentation. Informants in this research is The Team JAMKESMAS in Department health service that utilizes SIM-JAMKESMAS. Informants using purposive tehnique.

The result of a research, productivity performance and quality of Departments of Health Service performance is good. Responsiveness to society about Health information has good been enough. Responsibility Department of Health to the implementation of JAMKESMAS program is right with situations and conditions, accountability performance in Department of Health Service in Bandung for all program is already. So this fact, Department of Health Service in Bandung have good performance.So, performance Department Of Health Service in used SIM-JAMKESMAS have a good performance.


(4)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan ICT (Information and Communication Technology) berkembang sangat pesat sehingga proses penyampaian data dan informasi keseluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia dapat dilakukan dengan cepat. Adanya perkembangan teknologi informasi merupakan suatu acuan bagi negara Indonesia khususnya pemerintah Indonesia dalam menghadapi era globalisasi.

Pemerintah memfokuskan diri pada teknologi, khususnya pengembangan e-Government (electronic Government) yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. Konsep e-Government merupakan suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintah dengan masyarakat dimana melibatkan penggunaan teknologi informasi atau sistem informasi (terutama internet) yang bertujuan untuk memperbaiki mutu atau kualitas pelayanan. e-Government juga dapat memberikan informasi dan data kepada masyarakat secara mudah dan cepat.

e-Government bukan lagi merupakan sebuah teori, karena keberadaannya telah nyata terlihat di tengah-tengah globalisasi dunia saat ini. Konsep e-Government bukanlah merupakan suatu hal yang berlebihan jika dikatakan bahwa dengan diterapkannya konsep tersebut oleh pemerintah di beberapa negara yang telah berhasil meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatnya. Pemanfaatan


(5)

e-Government tentu saja tidak dapat menunggu hingga seluruh masyarakatnya siap, tentunya adanya e-Government ini sudah direncanakan dengan matang. Pemerintah di setiap negara telah memulai e-Government karena dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan kinerja pelayanannya kepada masyarakat. Inovasi ICT berkembang dengan cepat, selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki layanan fleksibel, serba mudah, memuaskan dan efesien. e-Government ini juga menuntut kinerja organisasi khususnya yang ada di pemerintahan untuk dapat menggunakannya dengan optimal.

Kinerja organisasi merupakan salah satu sorotan yang paling tajam dalam pelaksanaan pemerintahan, menyangkut kesiapan, jumlah, pendidikan, dan profesionalisme. Pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance), terutama dalam pelaksanaan otonomi daerah, diperlukan dukungan kesiapan organisasi yang mantap. Adanya otonomi daerah ini, daerah berhak mengurusi urusannya sendiri sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah yang dapat dilihat dari kinerja organisasi yang mampu mewadahi aktivitas pemerintahan, pelayanan publik, dan pembangunan.

Pemerintah akhir–akhir ini memberikan perhatian yang besar pada upaya-upaya peningkatan kemampuan kinerja organisasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya, yakni memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada rakyat sesuai perannya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Upaya-upaya tersebut dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan baik yang bersifat struktural ataupun yang bersifat fungsional. Pendidikan dan pelatihan saja tidaklah cukup,


(6)

diperlukan adanya pembinaan dan motivasi kerja untuk menumbuhkan dan meningkatkan kinerja organisasi yang kuat dalam rangka meningkatkan prestasinya.

Peningkatan kinerja menjadi penting mengingat perubahan arah kebijakan pemerintah sebagaimana dikehendaki oleh semangat reformasi untuk lebih luas memberi ruang gerak dan peran serta yang lebih besar bagi masyarakat dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan, dimana pemerintah beserta organisasinya lebih berperan sebagai fasilitator. Perubahan arah kebijakan ini membawa implikasi terhadap kemampuan profesionalisme suatu organisasi atau instansi dalam menjawab tantangan era globalisasi dalam menghadapi persaingan ketat dengan negara – negara lain didunia. Bertitik tolak dari pemikiran ini, maka peningkatan kinerja organisasi merupakan hal yang mendesak untuk dilaksanakan.

Adanya Sistem Informasi Manajemen yang merupakan kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan untuk sebuah organisasi akan memudahkan instansi atau organisasi pemerintah untuk mengetahui data-data masyarakat yang dibutuhkan, salah satunya adalah informasi tentang Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS). JAMKESMAS merupakan suatu program pemerintah untuk masyarakat miskin untuk mendapatkan kesehatan. Masyarakat miskin akan mendapatkan akses kesehatan sesuai dengan fasilitas kesehatan yang ada, mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar terhadap masyarakat


(7)

miskin, menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan puskesmas dan tingkat rujukan bagi masyarakat kurang mampu atau miskin.

Kesehatan tidak hanya dimiliki oleh orang mampu saja, orang-orang miskin pun berhak mendapatkan kesehatan karena kesehatan adalah hak dan investasi. Semua warga negara berhak atas kesehatannya termasuk masyarakat miskin. Oleh karena itu, adanya JAMKESMAS ini sebagai upaya pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup sehat, dengan mengutamakan pada pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Hak masyarakat miskin dalam rangka memenuhi kesehatan sebagaimana upaya pelaksanaan JAMKESMAS merupakan perwujudan pemenuhan hak rakyat atas kesehatan dan amanat Undang Dasar 1945 pasal 28-H, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sekarang dikenal dengan nama JAMKESMAS, merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Departemen Kesehatan mengeluarkan kebijakan program JAMKESMAS sebagai wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan tersebut. Pelaksanaan kebijakan JAMKESMAS dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


(8)

125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program JAMKESMAS.

Program JAMKESMAS merupakan salah satu program unggulan Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan. Program JAMKESMAS telah dilaksanakan sejak tahun 2005 dengan jumlah peserta 36,1 juta penduduk miskin di Indonesia. Untuk tahun 2010, jumlah penduduk miskin dan hampir miskin yang dijamin pemerintah terus meningkat hingga menjadi sebesar 76,4 juta jiwa, khususnya Kota Bandung sekitar 346,230 jiwa (Badan Pusat Statistik 2008). Peningkatan pemanfaatan program JAMKESMAS menunjukkan bahwa tujuan program tersebut telah tercapai. Departemen Kesehatan menetapkan kebijakan untuk lebih memfokuskan pada pelayanan kesehatan masyarakat miskin. Dasar pemikiran atas pelayanan kesehatan masyarakat tersebut adalah selain memenuhi kewajiban pemerintah juga berdasarkan kajian bahwa indikator-indikator kesehatan seperti menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta penurunan angka kelahiran disamping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan masyarakat miskin pada umumnya sehingga akan lebih baik apabila lebih memperhatikan pelayanan kesehatan yang terkait dengan kemiskinan.

Pemerintah saat ini sedang memantapkan penjaminan kesehatan bagi masyarakat miskin sebagai bagian dari pengembangan jaminan secara menyeluruh. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai negara lain yang telah lebih dahulu mengembangkan JAMKESMAS, sistem ini merupakan suatu pilihan yang tepat untuk menata subsistem pelayanan


(9)

kesehatan yang searah dengan subsistem pembiayaan kesehatan. Sistem JAMKESMAS ini akan mendorong perubahan-perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan formularium dan penggunaan obat rasional, yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya. Program JAMKESMAS ini telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju pada saat ini.

Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju serta pemerintah yang berbasis e-Government dapat memudahkan organisasi atau instansi dalam menggunakan sistem informasi, namun menuntut organisasi atau instansi untuk dapat menggunakan sistem informasi bebasis e-Government secara optimal bukan melainkan menjadi beban kerja. Salah satu sistem informasi kesehatan ialah Sistem Informasi Manajemen Jaminan Kesehatan Masyarakat (SIM-JAMKESMAS), SIM-JAMKESMAS dapat memberikan kemudahan untuk memperoleh data masyarakat yang mendapatkan subsidi JAMKESMAS dari pemerintah.

Dinas Kesehatan Kota Bandung ialah sebagai Tim Pengelola JAMKESMAS dalam rangka memberikan pelayanan sosial yang lebih optimal kepada masyarakat khususnya masyarakat yang kurang mampu atau miskin di Kota Bandung. Dinas Kesehatan melakukan pengembangan sehingga terlaksananya SIM-JAMKESMAS. SIM-JAMKESMAS adalah pengolahan data dan informasi tentang masyarakat yang mendapatkan JAMKESMAS dari pemerintah khususnya di Kota Bandung.


(10)

Pelaksanaan sistem informasi manajemen bukan merupakan pelaksanaan yang mudah, kendala dapat terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana proses pelaporan itu terjadi. Hambatan pelaporan terjadi apabila terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen, sehingga proses pelaporan tidak dapat berlangsung secara efektif.

Penggunaan aplikasi sistem informasi manajemen sebagai alat untuk mengolah data, menghasilkan informasi, dan mengintegrasikan, baik data maupun informasi ternyata memiliki beberapa kendala pada saat pengimplementasiannya, tetapi masalah yang akan peneliti angkat dan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah kurang optimalnya kinerja organisasi pemerintah yang dapat memanfaatkan SIM-JAMKESMAS sehingga mempunyai hambatan atau kendala yang muncul dalam pengelola JAMKESMAS yang diantaranya yaitu:

Pertama kepesertaan, sampai saat ini belum semua database sasaran sebanyak 346,230 jiwa (BPS 2008) di Kota Bandung dapat didistribusikan kartunya terutama terhadap gelandangan, pengemis dan anak-anak terlantar karena sulitnya pendataan terhadap mereka, data mengenai masyarakat yang mendapatkan JAMKESMAS ada yang double entri, peserta pindah daerah, kelahiran baru dan meninggal dunia yang tidak melaporkan kepada Dinas Kesehatan.

Kedua pengorganisasian, peran dan fungsi Pemerintah Daerah. Kendala utama dalam pengorganisasian adalah masih kurang optimal peran fungsi Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Provinsi/Kabupaten/Kota. Belum optimalnya sosialiasi, advokasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan data tentang


(11)

JAMKESMAS serta kinerja pelayanan kesehatan yang masih belum berjalan sebagaimana seharusnya, karena itu diperlukan komitmen dari seluruh Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab pengelolaan JAMKESMAS didaerahnya, kemudian masih kurangnya pemahaman tentang penggunaan SIM-JAMKESMAS oleh karena itu, diperlukannya kerja keras untuk mensosialisasikan SIM-JAMKESMAS tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa tertarik untuk mengambil judul Kinerja Dinas Kesehatan Dalam Memanfaatkan SIM-JAMKESMAS Di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk memfokuskan arah dan proses pembahasan dalam penelitian ini, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana produktifitas kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM JAMKESMASdi Dinas Kesehatan Kota Bandung?

2. Bagaimana kualitas layanan kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM JAMKESMASdi Dinas Kesehatan Kota Bandung?

3. Bagaimana responsivitas kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM JAMKESMASdi Dinas Kesehatan Kota Bandung?

4. Bagaimana responsibilitas kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM JAMKESMASdi Dinas Kesehatan Kota Bandung?


(12)

5. Bagaimana akuntabilitas kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM JAMKESMASdi Dinas Kesehatan Kota Bandung?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan peningkatan kinerja aparatur melalui SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis produktifitas kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM JAMKESMASdi Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis kualitas layanan kinerja Dinas Kesehatan

dalam memanfaatkan SIM JAMKESMASdi Dinas Kesehatan Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis responsivitas kinerja Dinas Kesehatan

dalam memanfaatkan SIM JAMKESMASdi Dinas Kesehatan Kota Bandung. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis responsibilitas kinerja Dinas Kesehatan

dalam memanfaatkan SIM JAMKESMASdi Dinas Kesehatan Kota Bandung 5. Untuk mengetahui dan menganalisis akuntabilitas kinerja Dinas Kesehatan

dalam memanfaatkan SIM JAMKESMASdi Dinas Kesehatan Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis. Adapun kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:


(13)

1. Kegunaan bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan, bahan pembelajaran dan pengalaman bagi peneliti terutama mengenai peningkatan kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

2. Kegunaan Teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dan ilmu yang positif bagi ilmu yang dipelajari serta dapat dijadikan bahan acuan untuk masa yang akan datang bagi yang melaksanakan penelitian mengenai kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

3. Kegunaan Praktis.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sarana untuk membandingkan antara teori yang didapat saat perkuliahan dan praktek di lapangan dan juga dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan pemerintahan setempat, khususnya bagi Dinas Kesehatan Kota Bandung sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan mengenai kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.


(14)

1.5Kerangka Pemikiran

Kinerja merupakan kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi, yakni bagaimana suatu organisasi melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau peranan dalam organisasi. Kinerja bisa juga dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu di suatu organisasi atau instansi. Bagi suatu organisasi atau instansi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

Kinerja merupakan suatu kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Agus Dwiyanto, kinerja organisasi adalah suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya (Dwiyanto, 2006:47).

Berdasarkan pendapat diatas kinerja organisasi adalah tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan program atau kebijakan yang diarahkan selalu berdaya guna untuk mencapai tujuan pemerintahan yang baik. Salah satu cara agar berdaya guna adalah meningkatkan kinerja organisasi. Organisasi pemerintahan menggunakan alat


(15)

untuk mengukur kinerja birokrasi publik, indikator yang digunakan menurut Dwiyanto dalam bukunya yang berjudul Reformasi Birokrasi Publik, yaitu :

1. Produktifitas 2. Kualitas Layanan 3. Responsivitas 4. Responsibilitas 5. Akuntabilitas.

(Dwiyanto, 2008:50-51)

Model kinerja menurut Dwiyanto di atas terdapat lima faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu produktifitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas.

Pertama, produktivitas yaitu rasio antara input dan output dimana suatu proses produksi dalam periode tertentu. Semakin baik hasil kerja yang dicapai oleh suatu organisasi atau instansi dalam suatu proses kinerja, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula jika semakin buruk hasil kerja yang dicapai oleh suatu organisasi atau instansi, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan sangat besar untuk terjadi.

Kedua, kualitas layanan yaitu pemberian informasi dan kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah. Kepastian dalam pemberian pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat merupakan suatu hal yang penting untuk melihat kinerja suatu organisasi atau instansi dalam penggunaan sistem informasi sehingga kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan terpuaskan.

Ketiga, responsivitas yaitu kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program-program pelayanan.


(16)

Keempat, responsibilitas yaitu kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi pelayanan yang baik dalam menggunakan sistem layanan. Responsibilitas pelayanan publik dijabarkan menjadi beberapa yang diantaranya adalah infrastruktur pelayanan dan aktivitas administrasi pelayanan.

Kelima, akuntabilitas yaitu suatu ukuran yang menunjukan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran nilai-nilai atau norma eksternal yang ada di masyarakat. Jika penyelenggaraan pelayanan publik diukur dengan nilai-nilai yang baik, maka kemungkinan besar mereka akan menggunakan sistem layanan secara bersungguh-sungguh seperti tujuan yang diharapkannya. Sebaliknya jika penyelenggaraan pelayanan publik tidak diukur dengan nilai-nilai yang baik dalam menggunakan sistem layanan, maka proses kinerja dalam pelayanan publik akan mengalami kesulitan.

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja organisasi sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja di suatu organisasi atau instansi.

Sejalan dengan hal tersebut pengertian organisasi menurut Ernie dan Kurniawan, organisasi ialah sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut melalui


(17)

kerjasama (Ernie&Kurniawan, 2005:14). Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki. Adanya organisasi ini dalam perkembangan teknologi dan informasi akan memudahkan menggunakan sistem informasi, bukan melainkan menjadi beban di organisasi itu sendiri.

Penggunaan teknologi dan informasi pada instansi pemerintah akan berdampak pada peningkatan kinerja organisasi atau instansi pemerintah dan menghasilkan kualitas kerja yang optimal dan tepat guna. Peningkatan tersebut tidak akan berjalan lancar, apabila tidak diimbangi dengan kinerja yang efektif maka penerapan aplikasi e-Government tidak akan terwujud dengan baik sesuai dengan visi dan misi sebelumnya.

Perkembangan teknologi informasi yang semakin berkembang dengan pesat sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sebagian organisasi perusahaan, organisasi kemasyarakatan dan partai politik bahkan oleh pemerintah. Penggunaan teknologi informasi dalam pemerintahan, dikenal dengan e-Government, yaitu penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan dan masyarakat, terutama dalam penyimpanan data dan memperluas akses publik sehingga terciptanya akuntabilitas dan terwujudnya goodgovernance.

Pemerintahan berbasis elektronik atau dikenal dengan e-Government menjadi populer seiring perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Pemerintah dalam hal ini sebagai organisasi kekuasan harus dapat


(18)

meningkatkan kemampuan dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Kemampuan pemerintah sebagai organisasi kekuasaan seharusnya dapat menerapkan berbagai hal, termasuk di dalam penerapan e-Government yang menyediakan layanan dalam bentuk elektronik. Implementasi teknologi informasi pada pemerintahan dengan istilah e-Government diharapkan menjadi jawaban atas pelayanan yang diinginkan masyarakat. Pengertian e-Government menurut Edi Sutanta adalah:

e-Government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru, seperti pemerintah kepada masyarakat, pemerintah kepada pemerintah dan pemerintah kepada bisnis atau pengusaha” (Sutanta, 2003:150).

Melalui e-Government dapat terciptanya hubungan secara elektronik antara pemerintah dengan masyarakat sehingga dapat mengakses berbagai informasi dan layanan dari pemerintah, melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan masyarakat ke arah yang lebih baik kemudian menuju good governance. Berdasarkan hal tersebut, maka implementasi e-Government diharapkan dapat merubah sistem pelayanan pada manajemen pemerintahan dan dapat dimanfaatkannya dengan baik. Munculnya e-Government dapat meningkatkan kinerja di suatu organisasi atau instansi pemerintah dalam melayani masyarakat.

Aplikasi e-Government biasanya berupa penyediaan sumber informasi, berupa akses data-data dalam melayani publik secara cepat terlaksana dan penyampaian informasi kepada publik lebih akurat. Setiap organisasi atau instansi sebaiknya harus bisa mengaplikasikan sistem ini dengan mudah, sehingga keterbukaan menjadi lebih efektif dan tidak adanya birokrasi yang berbelit belit.


(19)

Aplikasi e-Government diharapkan dapat memberikan kemudahan di suatu organisasi atau instansi pemerintah serta dapat memberikan pelayanan terbaik kepada publik atau masyarakat serta memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada stakeholdernya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektifitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan negara.

Pemerintah dalam menerapkan e-Government melakukan usaha-usaha agar terwujud e-government, salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah dengan dibangunnya sistem informasi. Sistem Informasi yang mudah dan dapat diakses langsung oleh masyarakat luas. Sistem informasi pada intinya merupakan alat komunikasi yang memberikan informasi kepada masyarakat melalui penggunaan teknologi komputerisasi. Penggunaan teknologi komputerisasi diharapkan organisasi atau instansi pemerintah dan masyarakat dapat berkomunikasi dengan pemerintah melalui sistem informasi ini.

e-Government ini dapat memudahkan organisasi atau instansi sehingga dapat meningkatkan kinerja organisasi atau instansi pemerintah. Aplikasi e-Government ini biasanya berupa penyediaan sumber informasi, salah satunya ialah informasi mengenai data-data masyarakat yang mendapatkan subsidi kesehatan dari pemerintah yang dilakukan oleh bidang program kesehatan di Kota Bandung. Sistem informasi merupakan bagian dari hasil pengolahan data yang lebih berguna bagi penerimanya.

Pengolahan data secara elektronik merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi dengan menggunakan komputer yang mencangkup pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, dan pengawasan hasil


(20)

pengolahan tersebut. Penerapan sistem informasi merupakan salah satu upaya Dinas Kesehatan Kota Bandung untuk memudahkan pemberian informasi.

Sistem informasi ini akan mempermudah dalam memasukan data-data yang ada, sehingga prosesnya menjadi lebih cepat dan akurat. Adanya penerapan sistem informasi ini akan mendukung terciptanya penggunaan e-Government di dalam instansi pemerintah khususnya Dinas Kesehatan. Husein dan Wibowo mengatakan dalam bukunya, Sistem Informasi Manajemen bahwa sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan (Husein dan Wibowo, 2006:137).

Pengertian di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sistem adalah sejumlah komponen yang saling berhubungan antara manusia, komputer, teknologi informasi dan prosedur kerja, dan diproses data menjadi informasi dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan. Sistem informasi juga digunakan untuk mendukung didalam pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian dan untuk memberikan gambaran efektivitas dalam suatu perusahaan. Jika komponen-komponen tersebut yang membentuk sistem tidak saling berhubungan dan tidak bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan maka komponen tersebut atau kumpulan tersebut bukanlah suatu sistem. Maka suatu sistem sangat diperlukan untuk menentukan dan mencapai suatu tujuan tertentu.

Sistem harus memiliki input, proses dan output. Menurut Sutanta mengemukakan bahwa: ”Sistem merupakan sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling bekerjasama atau yang dihubungkan dengan


(21)

cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu tujuan” (Sutanta, 2003:4).

Jadi suatu sistem harus mempunyai tujuan dalam proses pelaksanaanya. Sistem ini telah dijalankan oleh organisasi atau instansi pemerintah melalui program JAMKESMAS. Model umum dari suatu sistem terdiri atas masukan (input), pengolah (procces), dan keluaran (output). Sebagaimana dalam ditunjukan dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 1.1

Keterkaitan antara input, proses dan output

(Sumber: Sutanta, 2003:4).

Model Penjelasan bagan tersebut dapat dilihat bahwa hubungan antara input dengan proses dan output sangat berpengaruh sekali. Menunjukan bagaimana suatu sistem berpengaruh terhadap kinerja, bila sistem informasi berjalan sesuai prosedur dan didukung dengan kualitas sumber daya yang dimiliki, maka kinerja akan terlihat berupa kepuasan dan efektifitas penerapan sistem. Sedangkan pengertian data menurut Wahyono:

“Bahan baku informasi, didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol -simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda dan sebagainya informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadiankejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan” (Wahyono, 2004:3)


(22)

Suatu informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya. Suatu informasi mengambarkan kejadian-kejadian nyata yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan. Pengolahan data secara elektronik merupakan serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi dengan menggunakan komputer yang mencakup pengumpulan data, pemrosesan data, penyimpanan data dan pengawasan hasil pengolahan tersebut.

Salah satu sistem informasi yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah SIM-JAMKESMAS. SIM-JAMKESMAS adalah sistem informasi manajemen tentang penyelenggaraan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin di Indonesia. Melihat pengertian tersebut, bahwa SIM-JAMKESMAS merupakan salah satu bagian dari sistem informasi pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, instansi pemerintah untuk dapat memanfaatkan sistem informasi ini dengan baik, maka telah dibuat suatu sistem informasi manajemen.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Kinerja Organisasi adalah suatu tingkat pencapaian yang digunakan sebagai ukuran hasil kerja Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam mencapai tujuan mengenai manfaat SIM-JAMKESAMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2. Dinas Kesehatan adalah sebagai Tim Pengelola JAMKESMAS dalam rangka

memberikan pelayanan mengenai kesehatan kepada masyarakat khususnya masyarakat yang kurang mampu atau miskin di Kota Bandung dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS.


(23)

3. Kinerja Dinas Kesehatan dapat diukur dari suatu keberhasilan pelayanan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung yang dapat dilihat dengan indikator sebagai berikut:

1) Produktivitas adalah rasio output dan input yang terkait dengan kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung, yang meliputi:

a. Input adalah masukan dari program dan kegiatan JAMKESMAS tentang masyarakat miskin melalui pemanfaatan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

b. Output adalah hasil dari kegiatan JAMKESMAS tentang kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

2) Kualitas layanan adalah pelayanan di Dinas Kesehatan dengan memanfaatkan SIM- JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung, yaitu:

a. Pemberian Informasi adalah suatu pemberian informasi data-data yang dibutuhkan masyarakat mengenai JAMKESMAS melalui pemanfaatan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

b. Kualitas Sumber Daya Manusia adalah kinerja Dinas Kesehatan (Tim Pengelola JAMKESMAS) yang mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.


(24)

3) Responsivitas adalah kemampuan Dinas Kesehatan untuk mengenali kebutuhan masyarakat miskin, melaksanakan prosedur, aturan kerja, dan rencana umum dalam mengembangkan program-program pemanfaatan SIM-JAMKESMAS, khususnya kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung yang meliputi:

a. Tujuan Kegiatan adalah suatu maksud kegiatan dibuat agar sesuai dengan terwujudnya SIM-JAMKESMAS dengan baik di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

b. Keinginan Masyarakat adalah harapan masyarakat dari kegiatan tentang kesehatan yang berhubungan dengan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

4) Responsibilitas ialah tindakan Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam melaksanakan program kerja yang peka akan situasi dan target yang akan dicapai khususnya dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung yang meliputi:

a. Tanggung Jawab adalah kesediaan untuk menyiapkan diri dalam menghadapi resiko terburuk sekalipun, memberikan kompensasi atau informasi terhadap yang pernah dilakukannya dalam melaksanakan tugas dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

b. Aktivitas administrasi pelayanan adalah keseluruhan proses kegiatan pelaksanaan JAMKESMAS yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam


(25)

memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

5) Akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung yang meliputi:

a. Ukuran (pencapaian target) ialah suatu kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

4. SIM-JAMKESMAS adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan informasi yang dibutuhkan mengenai masyarakat yang mendapatkan subsidi kesehatan dari pemerintah di Kota Bandung.


(26)

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran SIM-JAKESMAS

Kota Bandung

Kinerja Dinas Kesehatan Kota Bandung

Terwujudnya Kinerja Dinas Kesehatan yang optimal di Dinas Kesehatan

Kota Bandung 1. Produktivitas Dinas Kesehatan

a. Input (dana, SDM) b. Output ( Hasil Kegiatan ) 2. Kualitas layanan Dinas kesehatan

a. Pemberian Informasi ( Aturan atau Prosedur) b. Kualitas SDM

(Mempunyai Keahlian) 3. Responsivitas Dinas Kesehatan

a. Tujuan Kegiatan

(sesuai target yang diharapkan) b. Keinginan Masyarakat

(JAMKESMAS)

4. Responsibilitas Dinas Kesehatan a. Tanggung Jawab

(Proses Pelaksanaan Kegiatan) b. Aktivitas administrasi pelayanan

(Proses Kegiatan JAMKESMAS) 5. Akuntabilitas Dinas Kesehatan


(27)

1.6Metode Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti pada saat ini, yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan untuk mencari kebenaran dalam penelitian adalah berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penyusunan dalam melakukan penelitian dan pengamatan.

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih (Soehartono, 2008:35).

Metode penelitian deskriptif menurut Bagong Suyanto dalam buku Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Metode penelitian deskriptif adalah:

“Penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci. Penelitian deskriptif dapat bertipe kuantitatif dan kualitatif dan biasanya dilakukan peneliti untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau objek amatan secara rinci” (Suyanto, 2005:17-18).

Sesuai penjelasan diatas metode deskriptif bertujuan untuk menjelaskan masalah secara rinci, dalam metode deskriptif terdapat dua tipe kuantitatif dan kualitatif. Melihat dua tipe tersebut maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, karena pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Pendekatan kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian untuk


(28)

mendeskripsikan peristiwa, prilaku seseorang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi.

Peneliti menggunakan metode deskriptif ini, karena penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Studi Pustaka, yaitu cara yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang bersumber dari buku-buku, koran, majalah, internet dan literatur yang berkaitan dengan SIM- JAMKESMAS.

2. Studi Lapangan, yang terdiri dari:

a. Observasi non partisipan yaitu teknik pengumpulan data dengan cara peneliti berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga peneliti dapat lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang diharapkan. Peneliti meneliti tentang kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS Di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dan keterangan melalui tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti mengenai JAMKESMAS melaui pemanfaatan SIM-JAMKESMAS.


(29)

c. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan buku, buku, majalah dan sebagainya. Metode ini dimaksudkan untuk mempelajari dan mengkaji secara mendalam data-data mengenai kinerja Dinas Kesetahan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive. Menurut Soehartono teknik pengambilan sampel purposif adalah:

“Dalam teknik ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan pada pertimbangan pengumpulan data yang menurut dia yang telah diberi penjelasan oleh peneliti akan mengambil siapa saja yang menurut pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian” (Soehartono, 2008:63).

Sesuai pengertian diatas, bahwa informan diambil sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian peneliti. Penentuan dan pengambilan informan pada proses kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung, Peneliti mengambil beberapa orang aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung (Tim Pengelola JAMKESMAS) yang dianggap memiliki cukup informasi tentang SIM-JAMKESMAS.

Adapun informan yang merupakan aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung (tim pengelola JAMKESMAS) dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Kepala Bidang Program Kesehatan, informan pertama ini dipilih karena orang

yang mengetahui keseluruhan tentang program-program kegiatan yang ada di Dinas Kesehatan khususnya SIM-JAMKESMAS.


(30)

2. Koordinator Operasional, informan kedua ini dipilih karena mengetahui pelaksanaan dan penyusuan program JAMKESMAS melalui pemanfaatan SIM-JAMKESMAS.

3. Tiga Staf pengelola JAMKESMAS, informan ketiga ini dipilih karena mengetahui program dan pelaksanaan JAMKESMAS yang telah dilaksanakan khususnya dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS.

4. Masyarakat yang mendapatkan JAMKESMAS dijadikan informan karena sebagai objek dari JAMKESMAS dan sebagai penilai atas kinerja Dinas Kesehatan dalam memanfaatkan SIM-JAMKESMAS di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

1.6.4 Teknik Analisis Data

Suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian, hubungan diantara bagian dan hubungan bagian dalam keseluruhan. Teknik analisis data yang sesuai dengan penulisan ini adalah analisis deskriptif, yaitu suatu kegiatan yang mengacu pada penelaahan atau pengujian yang sistematik mengenai suatu hal dalam rangka menentukan bagian-bagian hubungan diantara bagian dalam keseluruhan.

Terdapat unsur utama dalam proses analisis data pada penulisan kualitatif yaitu: 1). Pengumpulan data, 2).Penilaian data dan 3).Interprestasi data dan 4).Menarik kesimpulan (Winarno, 2005:133).


(31)

Berdasarkan unsur-unsur yang dikemukakan diatas maka peneliti mejabarkanya sebagai berikut:

1. Pengumpulan data: dilakukan dengan teknik dokumentasi atau penelitian kepustakaan untuk memperoleh baik data primer maupun sekunder. Kemudian pengamatan tentang kinerja organisasi atau instansi. Yang terakhir dengan pelengkap wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam hal-hal yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.

2. Penilaian data: pada tahap ini masalahnya adalah validitas dan obyektifitas sehingga perlu melakukan kategorisasi data primer dan sekunder dengan pencatatan serta mereduksi data sekunder, kemudian diseleksi agar relevan dengan masalah penelitian.

3. Interpretasi data: yakni memberikan penilaian (penafsiran), menjelaskan pola atau kategori serta mencari dan menggambarkan hubungan pengaruh antar berbagai konsep. Langkah ini dilakukan berdasarkan pemahaman intelektual dalam arti dibangun berdasar pengamatan empiris. Untuk ini, memerlukan seperangkat konsep yang telah tersusun, yang dalam penelitian ini berupa teori-teori tentang kinerja organisasi publik dan e-government.

4. Menarik kesimpulan atau generalisasi: yaitu ditujukan untuk menjawab pertanyaan dalam permasalahan yang dirumuskan dengan melihat dasar analisis yang dilakukan, kemudian disusul dengan komentar terhadap hasil kesimpulan (Winarno, 2005:133).

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berdasarkan pada pengumpulan data. Pengumpulan data primer maupun data sekunder berdasarkan dokumentasi atau penelitian. Penilaian data untuk menyeleksi kategorisasi data primer atau data sekunder. Interpretasi data dilakukan untuk menafsirkan data-data yang ditemui di lapangan. Kesimpulan dihasilkan berdasarkan generalisasi dari pertanyaan-pertanyaan tentang permasalahan.

Peneliti menggunakan teknik analisa data deskriptif. Hal ini dikarenakan peneliti hanya akan mendeskripsikan fakta-fakta yang ada di lapangan. Analisa data deskriptif akan menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan.


(32)

1.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi penelitian yang peneliti laksanakan yaitu di Dinas Kesehatan Kota Bandung yang beralamat di Jl. Supratman No.73 Kota Bandung. Telp 022-4203752 / Fax. 022-7202210.

Adapun jadwal penelitian pada bulan Januari sampai dengan bulan Juli 2011 dengan perincian sebagai berikut sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

No. Waktu Kegiatan

Tahun 2011

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul 1 Observasi awal

2 Pengajuan Judul UP 3 Penyusunan UP 4 Seminar UP

5 Pengajuan Surat Ijin 6 Pelaksanaan Penelitian 7 Pengumpulan Data

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi 8 Pengolahan data dan

analisis data 9 Penulisan Skripsi 10 Sidang Skripsi


(33)

30 2.1 Kinerja Organisasi

2.1.1 Konsep Kinerja Organisasi

Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan kata dari bahasa asing yaitu prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja. Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil. Kinerja bisa juga dapat dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yang dilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Selanjutnya, kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dalam suatu organisasi. Bagi suatu organisasi, kinerja merupakan hasil dari kegiatan kerjasama diantara anggota atau komponen organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

Kinerja merupakan produk dari kegiatan administrasi, yaitu kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan yang pengelolaannya biasa disebut sebagai manajemen. Sedangkan organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi Kinerja organisasi adalah hasil kerja yang didapatkan didalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Keban, menyebutkan bahwa kinerja (performance) dalam organisasi didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil “the degree of


(34)

accomplishment “ atau kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi secara berkesinambungan (Keban, 2003:43). Menurut Steers pengertian kinerja organisasi adalah tingkat yang menunjukan seberapa jauh pelaksanaan tugas dapat dijalankan secara aktual dan misi organisasi tercapai (Steers, 2003:67). Sedangkan menurut Mahsun kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi (Mahsun,2006:25).

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa kinerja organisasi adalah seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas organisasi dalam rangka pencapaian tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan program/ kebijakan/ visi dan misi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para instansi sering tidak memperhatikan kinerja instansi atau organisasi kecuali kinerja sudah amat buruk.

Kinerja suatu organisasi dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada visi dan misi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu, diperlukan beberapa informasi tentang kinerja organisasi. informasi tersebut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses kerja yang dilakukan organisasi selama ini, sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum. Faktanya, banyak organisasi tidak mempunyai informasi tentang kinerja dalam organisasinya.


(35)

2.1.2 Indikator Kinerja Organisasi

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (Mahsun, 2006:71). Sementara menurut Lohman (2003) indikator kinerja adalah suatu variable yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektifitas dan efisiensi proses dengan pedoman pada target-target dan tujuan organisasi (dalam Mahsun,2006:71).

Berdasarkan beberapa definisi diatas, indikator kinerja adalah kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Untuk menilai kinerja organisasi ini tentu saja diperlukan indikator-indikator atau kriteria-kriteria untuk mengukurnya secara jelas, tanpa indikator yang jelas tidak akan ada arah yang dapat digunakan untuk menentukan mana yang relatif lebih efektif diantara alternatif alokasi sumber daya yang berbeda, alternatif desain-desain organisasi yang berbeda, dan diantara pilihan-pilihan pendistribusian tugas dan wewenang yang berbeda.

Dalam organisasi publik, sulit untuk ditemukan alat ukur kinerja yang sesuai. Bila dikaji dari tujuan dan misi utama dari suatu organisasi publik adalah untuk memenuhi kebutuhan dan melindungi kepentingan publik. Ukuran kinerja organisasi publik terlihat sederhana, namun tidaklah demikian kenyataannya, karena hingga kini belum ditemukan kesepakatan tentang ukuran kinerja organisasi publik.

Berkaitan dengan kesulitan yang terjadi dalam pengukuran kinerja organisasi publik ini dikemukakan oleh Agus Dwiyanto ialah sebagai berikut:


(36)

“kesulitan dalam pengukuran kinerja organisasi pelayanan publik sebagian muncul karena tujuan dan misi organisasi publik seringkali bukan hanya kabur akan tetapi juga bersifat multidimensional. Organisasi publik memiliki stakeholders yang jauh lebih banyak dan kompleks ketimbang organisasi swasta. Stakeholders dari organisasi publik seringkali memiliki kepentingan yang berbenturan satu dengan yang lainnya, akibatnya ukuran kinerja organisasi publik dimata para stakeholders juga menjadi berbeda-beda” (Dwiyanto, 2008: 49).

Berdasarkan pendapat diatas bahwa untuk mengukur kinerja organisasi publik cukuplah sulit karena bersifat multidimensional karena steakholder memiliki kepentingan yang berbeda-beda sesuai kebutuhan mereka masing-masing. Beberapa indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik menurut Agus Dwiyanto dalam bukunya Reformasi kebijakan Publik indikator-indikator atau kriteria-kriteria kinerja organisasi publik adalah produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas. Indikator-Indikator atau kriteria-kriteria tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output.

b. Kualitas Layanan

Kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat sering kali tersedia secara mudah dan murah yang dapat diperoleh dari media massa dan diskusi publik.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukan sebagai salah satu indikator kinerja organisasi publik karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.


(37)

Responsivitas sangat diperlukan dalam pelayanan publik karena hal tersebut merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjukan pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat, asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat (Dwiyanto, 2008 : 50-51).

Berdasarkan pengertian diatas maka untuk mengukur kinerja organisasi terdiri dari produktifitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas. Produktivitas dari suatu organisasi dapat dilihat dari rasio input dan output, kualitas layanan dapat dilihat dari sumber daya manusia dan kepuasan masyarakat, responsivitas dapat dilihat dari prosedur dan keinginan masyarakat, responsibilitas dapat dilihat dari tanggung jawab dan administrasi pelayanan sedangkan akuntabilitas dapat dilihat dari ukuran target yang dicapai.

Menurut Kumorotomo menggunakan beberapa kriteria dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik, antara lain adalah berikut ini:

a.Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. b.Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai? Hal tersebut erat kaitannya organisasi rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen pembangunan.

Salah satu faktor yang berkaitan dengan keberhasilan suatu organisasi adalah kemampuannya untuk mengukur seberapa baik semua komponen organisasi bekerja dan menggunakan informasi, guna memastikan bahwa


(38)

pelaksanaannya memenuhi standar sekarang dan meningkat sepanjang waktu.

Pada dasarnya pengertian efektifitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya.

c. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik.

d. Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini (dalam Dwiyanto,2008: 52-53).

Berdasarkan pendapat diatas maka selain pendapat dari teori Agus Dwiyanto, untuk mengukur kinerja organisasi publik dapat di ukur dari efisiensi, efektifitas, keadilan dan daya tangkap. Keempat ukuran ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dari mulai pertimbangan dari suatu manfaat yang didapat yang sesuai dengan visi dan misi yang ditentukan sehingga keadilan akan dirasakan yang kemudian daya tangkap kepada masyarakat akan lebih optimal.

Sedangkan menurut Mahsun dalam bukunya Pengukuran Kinerja Sektor Publik terdapat beberapa indikator dalam kinerja organisasi ialah sebagai berikut:

a) Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti dana, SDM dan sumber daya yang dimiliki.

b) Proses. Dalam inidikator proses, organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketetapan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi. Efisiensi berati besarnya hasil yang diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah masukan. Sedangkan ekonomis adalah bahwa


(39)

suatu kegiatan dilaksanakan lebih murah dibandingkan dengan standar biaya dan waktu yang telah ditentukan untuk itu.

c) Keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik atau nonfisik. Tolok ukur keluaran digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan dari suatu kegiatan.

d) Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Indikator keluaran lebih utama dari sekedar keluaran. Outcomes menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil yang lebih tinggi yang mungkin mencangkup kepentingan banyak pihak.

e) Manfaat (Benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator manfaat menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut akan dirasakan setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang.

f) Dampak (Impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif ataupun negatif (Mahsun, 2006:77-78).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas bahwa kinerja organisasi sebenarnya dapat dilihat melalui berbagai dimensi seperti dimensi dari mulai produktifitas, kualitas layanan, akuntabilitas, efisiensi, efektivitas, responsivitas, responsibilitas, keadilan, daya tangkap, masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat bahkan dampak dari suatu kebijakan atau program tersebut, setiap dimensi saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya.

Produktifitas, tidak hanya mengukur efisiensi seperti menyangkut tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis tetapi juga efektifitas di dalam suatu organisasi apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai ataukah belum sehingga dapat mengukur kemampuan suatu organisasi atau instansi untuk seberapa baik semua komponen organisasi bekerja dan menggunakan informasi, guna memastikan


(40)

bahwa pelaksanaannya memenuhi standar sekarang dan meningkat sepanjang waktu.

Apabila efektivitas sudah tercapai sesuai harapan didapat suatu rasio antara input dan output dari suatu kegiatan atau program disuatu organisasi atau instansi, sehingga dihasilkan suatu kualitas layanan yang baik yang diharapkan sesuai tujuan yang telah ditetapkan dan dapat meningkatkan kinerja disuatu organisasi sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan yang maksimal. Adanya kualitas layanan yang baik maka kinerja organisasi akan sangat respon terhadap kebutuhan masyarakat.

Responsivitas sangat diperlukan karena merupakan bukti kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda, dan mengembangan program-program pelayanan publik. Adanya responsivitas ini maka keadilan dalam suatu organisasi dapat dirasakan. Responsivitas dapat berpengaruh ke dalam responsibilitas karena responsibilitas dapat menggambarkan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit, sehingga akuntabilitas di dalam suatu organisasi akan lebih pro rakyat dan kebijakan-kebijakan yang dihasilkan di dalam program-program kerja suatu organisasi dapat mensejahterakan rakyatnya agar manfaat dari kebijakan tersebut akan terasa oleh semua pihak, baik masyarakat ataupun instansi atau organisasi yang mengelola kebijakan tersebut.


(41)

Kebijakan tersebut akan bermanfaat dan tidak percuma dengan adanya kebijakan yang telah dibuat agar dampak yang dihasilkan dari setiap kebijakan yang dikeluarkan akan lebih mementingkan kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat akan patuh dan tunduk terhadap kebijakan yang telah dibuat.

Dimensi-dimensi didalam mengukur indikator kinerja organisasi pada dasarnya memiliki kesamaan substansial yakni untuk melihat seberapa jauh tingkat pencapaian hasil yang telah dilakukan oleh birokrasi pelayanan atau instansi tersebut apakah sesuai atau tidak dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja organisasi merupakan suatu konsep yang disusun dari berbagai indikator yang sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penggunaannya untuk mencapai tujuan yang telah atau ingin dicapai oleh suatu organisasi atau instansi.

2.1.3 Tujuan Penilaian Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor input dan proses-proses manajemen dalam organisasi, maka upaya peningkatan kinerja organisasi juga terkait erat dengan peningkatan kualitas faktor input dan kualitas proses manajemen dalam organisasi tersebut. Analisis terhadap kondisi input dan proses-proses administrasi maupun manajemen dalam organisasi merupakan analisis kondisi internal organisasi. Selain kondisi internal tersebut kondisi-kondisi eksternal organisasi juga mempunyai peran yang besar dalam mempengaruhi kinerja organisasi. Penilaian terhadap faktor-faktor kondisi eksternal tersebut dapat dilakukan dalam analisis menurut Keban,yaitu sebagai berikut:


(42)

“(a) kecenderungan politik, ekonomi, sosial, tekhnologi, fisik, dan pendidikan; (b) peranan yang dimainkan oleh pihak-pihak yang dapat diajak bekerja sama (collaborators) dan pihak-pihak yang dapat menjadi kompetitor, seperti swasta, dan lembaga-lembaga lain; dan (c) dukungan pihak-pihak yang menjadi sumber resources seperti para pembayar pajak, asuransi, dan sebagainya” (Keban, 2004:91).

Sesuai definisi diatas maka untuk menilai kinerja organisasi terdapat kondisi-kondisi eksternal seperti keadaan politik, ekonomi, social dan pihak-pihak yang dapat membantu agar tujuan penilaian tercapai. Menurut Syafarudin Alwi tujuan penilaian dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development. Penilaian yang bersifat evaluation harus menyelesaikan yang antara lain :

1). Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi, 2).Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decisio, dan 3).Hasil penilaian digunakan sebagai dasar meengevaluasi sistem seleksi. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan antara lain 1). Prestasi riil yang dicapai individu, 2).Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja dan 3). Prestasi-pestasi yang dikembangkan (Alwi, 2001 : 187).

Sedangkan menurut Mahsun tujuan penilaian kinerja organisasi agar dapat mengidentisifikasi strategi dan perubahan operasional apa yang dibutuhkan serta proses yang diperlukan dalam perubahan tersebut. Pengukuran kinerja menyediakan dasar bagi organisasi untuk menilai:

1. Bagaimana kemajuan atas sasaran yang telah ditetapkan.

2. Membantu dalam mengenali area-area kekuatan dan kelemahan. 3. Menujukan bagaimana kegiatan mendukung tujuan organisasi. 4. Menetukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan organisasi. 5. Membantu dalam membuat keputusan dan langkan inisiatif. 6. Mengutamakan alokasi sumber daya.

7. Meningkatkan produk-produk dan jasa-jasa kepada pelanggan (Mahsun,2006:35).


(43)

Menurut pendapat diatas maka manfaat penilaian kinerja bagi perencanaan kebijakan organisasi ini dapat meningkat yang dapat dilihat dari penyesuaian-penyesuaian kompensasi perbaikan kinerja, kebutuhan latihan dan pengembangan, pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja, untuk kepentingan penelitian pegawai, membantu diaknosis terhadap kesalahan desain pegawai. Oleh karena itu penilaian kinerja organisasi sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja agar visi dan misi ataupun tujuan dapat tercapai sesuai harapan.

Manfaat penilaian kinerja merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara terperinci penilaian kinerja bagi organisasi adalah :

1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi 2. Perbaikan kinerja

3. Kebutuhan latihan dan pengembangan.

4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.

5. Untuk kepentingan penelitian pegawai.

6. Membantu diaknosis terhadap kesalahan desain pegawai (Alwi, 2001 : 192).

Sesuai beberapa pendapat tersebut maka penilaian kinerja organisasi sangat diperlukan karena untuk memudahkan perencanaan agar lebih terperinci lagi sehingga tujuan yang diharapkan akan tercapai dan juga dapat meminimalisir dampak negatif yang akan terjadi dikemudian hari karena semua tindakan yang akan dilakukan sudah dibuat suatu pedoman untuk melaksanakan suatu program atau kebijakan yang akan dilaksanakan. Tujuan penilaian dikategori yang bersifat evaluasi di dalam suatu kinerja organisasi dapat digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi, staffing decision sehingga penempatan pegawai agar


(44)

terarah dan sesuai kemampuan yang dimiliki agar tujuan dapat tercapai dan meminimalisir kegagalan yang akan terjadi, kemudian tujuan penilaian ini dapat digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi, dengan adanya sistem seleksi maka kemampuan-kemapuan pegawai yang dimiliki tidak perlu diragukan lagi karena sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diharapkan di suatu organisasi atau instansi dan dapat memicu para pegawai yang lebih dulu atau senior untuk lebih baik lagi didalam kinerjanya sehingga kinerja organisasi akan lebih baik pula.

Tujuan penilaian dikategori yang bersifat development bertujuan untuk prestasi riil yang dicapai individu agar kemampuannya berguna di dalam organisasi sehingga kinerja organisasi dapat meningkat. Tujuan penilaian yang lain adalah menilai kelemahan-kelemahan yang menghambat kinerja. Organisasi akan tahu dimana kelemahan-kelemahan organisasi mereka, sehingga mereka mencari soulsi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan yang di miliki di suatu organisasi dan meningkatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki untuk menutupi kekurangan yang di miliki organisasi tersebut.

Apabila kelemahan dapat diatasi maka untuk kemajuan atas sasaran yang telah ditetapkan akan lebih mudah untuk dicapai, dapat menujukan bagaimana kegiatan mendukung tujuan organisasi, dapat membantu membuat keputusan, sehingga manfaatnya dapat mengutamakan alokasi sumber daya dan meningkatkan produk-produk dan jasa-jasa kepada masyarakat.


(45)

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Organisasi

Menurut Salusu menyatakan bahwa ada dua kondisi yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi, yaitu kapabilitas organisasi dan lingkungan eksternal, yang akan dijelaskan sebagai berikut:

A. Kapabilitas organisasi

Kapabilitas organisasi yaitu konsep yang dipakai untuk menunjuk pada kondisi lingkungan internal yang terdiri atas dua faktor strategi, yaitu kekuatan dan kelemahan. Kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif, yang memungkinkan organisasi memiliki keuntungan strategi dalam mencapai sasarannya; sedangkan kelemahan adalah situasi dan ketidakmampuan internal yang mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Kedua faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Faktor yang perlu diperhitungkan dalam melihat kemampuan internal organisasi antara lain; struktur organisasi, sumberdaya baik dana maupun tenaga, lokasi, fasilitas yang dimiliki, integritas seluruh karyawan dan integritas kepemimpinan.

B. Lingkungan eksternal

Kondisi yang kedua adalah lingkungan eksternal, yang terdiri atas dua faktor strategi, yaitu peluang dan ancaman atau tantangan. Peluang sebagai situasi dan faktor-faktor eksternal yang membantu organisasi mencapai atau bahkan bisa melampaui pencapaian sasarannya; sedangkan ancaman adalah faktor-faktor eksternal yang menyebabkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Dalam mengamati lingkungan eksternal, ada beberapa sektor yang peka secara strategi, artinya bisa menciptakan peluang, atau sebaliknya merupakan ancaman. Perkembangan teknologi misalnya, peraturan perundang-undangan, atau situasi keuangan, dapat saja memberi keuntungan atau kerugian bagi organisasi (Salusu, 2001:53).

Berdasarkan pendapat dari diatas maka faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah lingkungan internal dan eksternal serta pemberian penghargaan sehingga dapat memicu peningkatan kinerja. Penilaian kinerja yang disertai penghargaan dapat memotivasi dan memicu peningkatan kinerja. Namun terdapat beberapa kelemahan di dalam penerapannya seperti faktor internal yaitu kelemahan ialah ketidakmampuan internal yang mengakibatkan organisasi tidak


(46)

dapat mencapai sasarannya serta penerapan reward yang salah pada suatu organisasi sehingga menurunkan kinerja didalam suatu organisasi.

Menurut Mahsun dalam bukunya Pengukuran Kinerja Sektor Publik menyebutkan bahwa Reward dapat mengubah prilaku seseorang dan memicu peningkatan kinerja. Pada dasarnya ada dua tipe reward yang dapat memotivasi dan memicu peningkatan kinerja yaitu social reward and psychic reward. Social reward adalah pujian dan pengakuan dari dalam dan luar organisasi. Sedangkan psychic reward datang dari self esteem (berkaitan dengan harga diri), kepuasaan diri dan kebanggan atas hasil yang dicapai.

Adapun alasan mengapa reward justru dapat menurunkan motivasi kinerja, antara lain:

1. Terlalu banyak menekankan pada reward moneter. 2. Rasa menghargai terhadap reward sangat kurang. 3. Banyak yang menerima reward.

4. Memberikan reward dengan kriteria yang salah.

5. Lamanya penanguhan antara kinerja dan reward sehingga merasa sesorang kurang dihargai

6. Kriteria reward sangat fleksible (tidak ada ukuran yang baku). 7. Sasaran reward hanya jangka pendek.

8. Pemberian kompensasi terhadap top menejer yang berlebihan (Mahsun, 2006:113-114).

Berdasarkan pendapat dari diatas Faktor-faktor internal di dalam organisasi salah satunya seperti ketidakmapuan pegawai dalam memanfaatkan teknologi sehingga menghambat lajunya informasi yang harus diberikan kepada masyarakat yang mengakibatkan masyarakat tidak mendapatkan informasi yang mereka butuhkan sehingga tujuan atau program yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi menjadi tidak dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.


(47)

Faktor yang kedua ialah salahnya penerapan reward di dalam suatu organisasi seperti terlalu banyak menekankan pada reward moneter. Hal ini sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu bahwa mereka tidak semuanya merasa puas dengan imbalan berupa finansial, kemudian rasa menghargai terhadap reward sangat kurang karena reward diberikan dalam bentuk berwujud namun tidak disertai dengan pengakuan yang layak.

Ada beberapa pegawai yang membutuhkan pengakuan atas prestasi yang di perolehnya tidak hanya sekedar bonus atau tunjangan saja, kemudian banyak yang menerima reward. Semakin banyak yang menerima penghargaan dengan nilai yang tidak proporsional akan mengurani motivasi seseorang dalam memperoleh penghargaan. Memberikan reward dengan kriteria yang salah, misalnya diukur dari waktu kerja sehingga pegawai termotivasi hanya untuk mempercepat pekerjaan tanpa mempertimbangkan hasil. Lamanya penanguhan antara kinerja dan reward sehingga merasa sesorang kurang dihargai atas apa yang telah diperolehnya.

Kriteria reward sangat fleksibel (tidak ada ukuran yang baku). Tidak pernah ada ukuran yang baku dalam pemberian penghargaan membuat kesenjangan antara apa yang diharapkan seseorang dengan apa yang sebenarnya diterima. Sasaran reward hanya jangka pendek. Reward hanya berpengaruh sementara terhadap motivasi dan kinerja pegawai. Pemberian kompensasi terhadap top menejer yang berlebihan. Hal ini dapat mengurangi motivasi pegawai operasional karena merasa adanya perbedaan penghargaan dan tak adil


(48)

Faktor eksternal ialah ancaman yang dapat menyebabkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya. Salah satu faktor eksternal yang dihadapi oleh suatu organisasi ialah keuangan, dengan defisitnya anggaran yang dimiliki oleh suatu organisasi akan berimbas dengan tertundanya atau bahkan gagalnya suatu kebijakan yang telah dibuat, karena tidak memiliki biaya untuk implementasinya sehingga kebijakan yang telah dibuat tidak terlaksana sesuai waktu yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.2 Sistem Informasi Manajemen 2.2.1 Definisi Sistem

Pendefinisian mengenai sistem terdapat dua pendekatan sistem, yaitu kelompok yang menekankan kepada prosedur dan kelompok yang menekankan pada elemen atau komponennya. Pandekatan yang menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Lain halnya dengan pendefinisian sistem menurut Jogiyanto yang menekankan pada elemen, yaitu mangatakan sistem sebagai kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Jogiyanto, 2005:34).

Menurut Sutabri dalam bukunya Analisa Sistem Informasi, mengatakan bahwa suatu sistem secara sederhana dapat diartikan sebagai “Suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling bergantung satu sama lain dan terpadu” (Sutabri, 2004:3). Sedangkan menurut M. Khoirul Anwar dalam buku SIMDA: Aplikasi


(49)

Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah menjelaskan pengertian sistem, sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan (Anwar, 2004:4).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa suatu sistem merupakan kumpulan dari beberapa subsistem yang terorganisir guna menghasilkan suatu informasi bagi manajemen atau suatu organisasi dalam meningkatkan kualitas keluaran (output) yang diinginkan bersama sehingga tujuan dapat tercapai sesuai rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengembangan sistem informasi merupakan suatu tugas yang kompleks yang membutuhkan banyak sumber daya dan memakan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan dari mulai sistem itu direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan, kemudian dioperasikan dan dipelihara.

Sistem merupakan suatu komponen-komponen atau unsur-unsur yang saling berkaitan satu sama lain, dimana elemen-elemen tersebut didesain secara tidak sembarangan dengan memperhatikan karakteristik dari sistem itu sendiri dan memperhatikan faktor-faktor yang menjadi pendukung kelancaran suatu sistem tersebut. Model umum sebuah sistem terdiri dari input, proses dan output. Hal ini merupakan konsep sebuah sistem yang sangat sederhana mengingat sistem dapat mempunyai beberapa masukan dan keluaran sekaligus. Selain itu, sebuah sistem juga memiliki karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yang mencirikan bahwa hal


(50)

tersebut bisa dikatakan sebuah sistem, adapun karakteristik yang dimaksudkan menurut Sutabri sebagai berikut:

1. “Komponen Sistem (components)

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen tersebut dapat berupa subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat memunyai sistem yang lebih besar, yang disebut supra sistem.

2. Batasan Sistem (bourdary)

Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi sistem dengan sistem yang lain. Batasan ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

3. Lingkungan Luar Sistem (enveriontment)

Lingkungan luar sistem ini dapat menguntungkan bahkan merugikan sistem tersebut. Hal yang menguntungkan merupakan energi bagi sistem tersebut, yang secara otomatis lingkungan luar tersebut harus dijaga dan dipelihara. Hal yang merugikan harus dikendalikan karena kalau tidak maka akan mengganggu kelangsungan kehidupan sistem tersebut.

4. Penghubung Sistem (interface)

Penghubung sistem tersebut memungkinkan sumber daya mangalir dari satu subsistem ke subsistem yang lain. Keluaran subsistem akan menjadi masukan subsistem yang lain dengan melewati penghubung. Oleh karena itu terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.

5. Masukan Sistem (input)

Energi yang dimasukan ke dalam sistem disebut masukan sistem, yang dapat berupa pemeliharaan (mainternance input) dan sinyal (signal input).

6. Keluaran Sistem (output)

Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran tersebut menjadi masukan bagi subsistem yang lain. 7. Pengolahan Sistem (prosses)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran.

8. Sasaran Sistem (objective)

Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deresministik. Suatu sistem tidak memiliki sasaran, maka operasi sistem tidak ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan (Sutabri, 2004:12-13)”.


(1)

163

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku :

Anwar, M. Khoirul dan Oetojo S, Asianti. 2004. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan di Era Otonomi Daerah SIMDA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dwiyanto, Agus. 1995. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

____________. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Effendy, Onong Uchjana. 1996. Sistem Informasi Manajemen, Bandung: CV Mandar Maju

Faisal, Sanapiah. 1999. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hasibuan S. P Malayu. 1996, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakatra: PT. Toko Gunung Agung.

____________. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengertian Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.

Husein M. Fakhri dan Wibowo, Amin. 2006. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Isnanto, Bambang. 2009. Manajemen Pemerintahan dalam Persfektif Pelayanan Publik, Jakarta: STIAMI dan Mitra Wacana Media.

Jogiyanto. 2005. Sistem Teknologi Informasi Edisi II Pendekatan Terintegrasi: Konsep Dasar, Teknologi, Aplikasi, Pengembangan dan Pengelolaan. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.

Keban, Jeremias. T. 2003. “Indikator Kinerja Pemerintah Daerah :Pendekatan Manajemen dan Kebijakan”, Makalah, Seminar Sehari, Fisipol UGM, Yogyakarta.


(2)

164

Teori dan Issue, Penerbit Gava Media, Yogyakarta.

Kirom, Bahrul. 2009. Mengukur Kinerja pelayanan dan Kepuasan Konsumen. Jawa Barat: Pustaka Reka Cipta.

Kristanto, Herianto. 1994. Konsep dan Perancangan Database. Yogyakarta: Andi Offset.

Kurniawan, J. Luthfi dan Puspitosari, Hesri. 2007. Wajah Buram Pelayanan Publik. Jakarta: YAPPIKA.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Unit Penerbit & Percetakan Akademi Manajemen Bersih.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2006. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.Repika Aditama.

Mc Leod, Jr Raymond. 2001. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Prenhallindo.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, Eko. 2008. Sistem Informasi Manajemen Konsep, Aplikasi dan Perkembangannya. Yogyakarta: PENERBIT ANDI.

Salusu, J, 2001. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik Non Profit, Pt. Grasindo, Yogyakarta.

Satori, Djaman. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV Mandar Maju.

Soehartono, Irwan. 2008.Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Steers, R. M. 2003. Organization Effectiveness, A Behavioral View, Good Year Publishing Company, diterjemahkan oleh Magdalena Jamin. 1980. Jakarta :Erlangga.

Sujana, Nana 2005. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Surjadi, 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung: Refika Aditama.


(3)

Sule, Ernie Tisnawati dan Kurniawan Saefullah. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta : Prenada Media.

Sutabri, Tata. 2004. Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Sutanta, Edhy. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: PT.Graha Ilmu.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternative Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.

Wahyono, Teguh. 2004. e-Government Sistem Informasi:Konsep Dasar, Analisis Desain dan Implementasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Pressindo (Anggota IKAPI).

B. Dokumen-Dokumen

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 316/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana Pasca Tanggap Darurat.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Bandung Tahun 2010.

Laporan Tahunan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Kota Bandung.

Peraturan daerah Nomor 13 tahun 2007 tentang pembentukan dan susunan organisasi Dinas Daerah Kota Bandung

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 318/MENKES/SK/V/2009 tentang program pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28-H tentang Kesehatan.


(4)

166

Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Undang–Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

Surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung No : 445/2490 – Dinkes tanggal 03 Maret 2009.

C. Rujukan Elektronik

Indikator Kinerja Organisasi melalui http://digilib.petra.ac.id/viewer. diakses pada tanggal 24 Mei 2011. 17.30

Website SIM-JAMKESMAS melalui http://www.ppjk.depkes.go.id. diakses pada tanggal 10 Mei 2011. 12.35


(5)

1.1 Identitas Diri

a. Nama Lengkap : Shandy Dwi Putra b. Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 12 Juli 1989 c. Status Perkawinan : Belum kawin

d. Alamat Lengkap : Jl. Cikajang 6 No.68 Antapani Bandung e. Nama Ayah : Trisno S.

f. Pekerjaan Ayah : PNS g. Nama Ibu : Sarina S. h. Pekerjaan Ibu : Wiraswasta

i. Alamat Lengkap : Jl. Cikajang 6 No.68 Antapani Bandung

1.2 Pendidikan Formal

a. SDN GRIBA 23 Bandung : 1995 s/d 2001 b. SMPN 45 Bandung : 2001 s/d 2004 c. SMA BPI 2 Bandung : 2004 s/d 2007 d. Strata I Prodi Ilmu Pemerintahan

FISIP UNIKOM : 2008 s/d 2011

1.3 Pendidikan Non Formal

2004- 2008 : Kursus Bahasa Inggris, LBPP LIA Bandung. 2007 : Latihan Dasar Kepemimpinan, Miracle UNIKOM 2008 : Kegiatan Semi half Day Public Speaking, Prodi IP

UNIKOM

2009 : Latihan Protokoler Penggurus HIMA IP,Prodi IP UNIKOM

2010 : Table Manner Course, Hotel Golden Flower Bandung


(6)

2011 : Kegiatan Seminar budaya Preneurship, Pusat Inkubator Bisnis Mahasiswa, UNIKOM

I.V Pengalaman Berorganisasi

2001- 2003 : Anggota OSIS SMPN 45 Bandung 2004-2006 : Anggota OSIS SMA BPI 2 Bandung 2007-2009 : Anggota HIMA IP UNIKOM Bandung

Peneliti