b. Morfologi Tanaman
Habitus: pohon, tahunan, tinggi ± 10 m. Batang: berkayu percabangan simpodial, cabang berambut halus, keputih putihan. Daun: tunggal, berseling,
lonjong, panjang 10-60 cm, lebar 2-4 cm, dan pangkal runcing, berbulu, pertulangan menyirip, hijau. Bunga : tunggal, berkelamin dua, di ketiak daun,
mahkota lonjong, putih, benang sari ± 0,5 cm, kuning, putik kecil, putih. Buah: buni, bulat, diameter ± 1 cm. Biji: bulat, kecil, putih kekuningan. Akar: tunggal,
putih kotor Widyaningrum, 2011.
2. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya menggunakan pelarut yang cocok Agoes, 2008.
Ekstrak merupakan sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau
hewani dengan pelarut yang sesuai di luar pengaruh cahaya matahari langsung.
Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk Depkes RI, 1979.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan suatu proses dimana simplisia yang sudah halus direndam sampai meresap dan
melunakkan susunan sel, sehingga zatnya mudah larut Voigt, 1984. Untuk ekstraksi yang optimum memerlukan waktu beberapa jam atau beberapa hari.
3. Fast Disintegrating Tablet FDT
Tablet merupakan sediaan yang sering digunakan, tetapi banyak pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet tersebut. FDT adalah sediaan
padat yang hancur atau larut seketika jika diletakkan di lidah sehingga dapat melepaskan obat dalam beberapa detik tanpa perlu air Deepak et al., 2012.
Waktu hancur FDT berkisar antara 15 detik sampai 3 menit Mehta et al, 2013. Kelebihan dari sediaan FDT adalah dapat digunakan tanpa air, cocok untuk pasien
yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet terutama anak-anak dan pasien yang mudah muntah, sedangkan kekurangannya adalah tablet dapat meninggalkan
rasa yang tidak nyaman apabila tidak diformulasi dengan benar, biasanya memiliki kekerasan yang rendah Bhowmik et al., 2009.
4. Bahan Tambahan dalam Pembuatan FDT
a. Bahan Pengisi
Bahan pengisi diperlukan apabila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Pengisi dapat juga ditambah untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat
dikempa langsung atau untuk memacu aliran Lachman dkk, 1994. Bahan yang umum digunakan sebagai bahan pengisi adalah laktosa, glukosa, manitol dan
levulosa Voigt, 1984. Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu tidak toksik, tersedia dalam jumlah yang cukup, murah, tidak kontraindikasi, inert,
stabil secara fisika kimia, bebas mikroba, tidak mengganggu bioavaibilitas obat Lachman dkk, 1994.
b. Bahan Penghancur Superdisintegran
Bahan penghancur atau superdisintegran berfungsi untuk mempermudah hancurnya tablet ketika terjadi kontak dengan cairan. Superdisintegran bekerja
dengan menarik air sehingga tablet mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian kecil Anwar, 2012. Teori hancurnya tablet dapat
dibedakan menjadi empat bagian yaitu : 1
Mekanisme pengembangan swelling merupakan mekanisme yang pasti terjadi pada pati. Saat kontak dengan air, adhesivitas bahan tambahan lain dalam
tablet dapat dilampaui dan dapat menyebabkan hancurnya tablet. 2
Porositas dan gaya dianggap sebagai jalan masuk atau penetrasi cairan masuk ke dalam tablet. Cairan akan ditarik masuk melalui jalan kapilar dan akan
menghilangkan ikatan antar partikel yang menyebabkan tablet hancur. 3
Deformasi, semakin besar energi yang terkandung karena tekanan, maka kemampuan mengembang akan semakin kuat.
4 Gaya tolak antar partikel, teori ini digunakan untuk bahan penghancur yang
tidak mengembang. Kekuatan tolak menolak antar partikel merupakan mekanisme hancurnya tablet Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013.
Metode penambahan bahan penghancur dalam pembuatan fast disintegrating tablet
dikenal dengan tiga cara yaitu: 1
Intragranular Bahan penghancur ditambahkan pada saat proses granulasi
2 Ekstragranular Pada metode ini bahan penghancur ditambahkan di luar proses
granulasi yaitu ditambahkan pada granul yang sudah diayak no 14 sebelum pencetakan tablet.
3 Intragranular dan ekstragranular Penambahan bahan penghancur sebagian
ditambahkan pada saat pembuatan granul dan sebagian lagi pada saat granul kering yang sudah diayak sebelum pencetakan tablet.
c. Bahan Pelicin
Bahan pelicin berfungsi untuk mengurangi gesekan yang terjadi selama kompresi, untuk meningkatkan sifat alir granul dan untuk mencegah melekatnya
bahan pada dinding ruang cetak tablet Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013. 5.
Metode Pembuatan FDT
Granulasi basah merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara menambahkan cairan pada campuran serbuk dalam suatu wadah
dengan pengadukan yang akan menghasilkan granul Siregar dan Saleh, 2010. Keuntungan metode ini adalah memperbaiki sifat alir serbuk, memperbaiki
kompaktibilitas serbuk, dapat digunakan untuk bahan obat dosis kecil, sedangkan kerugian dari metode ini adalah menggunakan peralatan yang cukup banyak,
proses kerja yang kompleks Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013.
6. Sifat Fisik Granul