Hal tersebut diatas dapat terjadi disebabkan karena adanya perbedaan jumlah penyerapan ion Ca
2+
ke dalam jaringan buah sehingga kemampuan kalsium pektat untuk memperkokoh dinding sel akan berbeda pula. Kokohnya
dinding sel ini diharapkan dapat menekan terjadinya degradasi pada klorofil, laju respirasi dan pelepasan etilen sehingga mampu menekan laju kematangan pada
buah yang diindikasikan dengan proses degradasi pada pigmen
Khlorophyl
. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sosrodihardjo
cit
. Sari 2004 yang mengatakan bahwa Ca yang masuk ke dalam buah akan mengikat enzim lipoksigenase yaitu
enzim yang bekerja untuk menghasilkan oksigen aktif yang diperlukan dalam sintesis etilen. Mengingat fungsi etilen sebagai hormon pematangan buah, maka
hambatan terhadap produksi etilen akan berakibat pada hambatan pematangan buahnya. Terjadinya pengurangan
khlorophyl
pada buah yang matang perubahan warna kulit dari hijau menjadi merah adalah akibat dari peningkatan
karotenoid
Siqueira, 2011. Selain sintesis
karotenoid
, indeks warna hijau juga dipengaruhi oleh indeks warna biru yang didapat saat pengambilan gambar menggunakan teknik
pencitraan pada gambar buah pepaya kupas yang diambil saat penelitian berlangsung. Karena pada pencitraan, indeks warna yang tertangkap oleh
camera digital
adalah indeks warna R
red
untuk warna merah, G
green
untuk warna hijau, dan B
blue
untuk warna biru atau yang kerap disingkat RGB. Indeks warna
– warna tersebut yang apabila dijumlahkan akan bernilai 1 satu.
3. Hue Corak
Gambar 4. Grafik Indeks Nilai Hue Corak
Nilai rataan indeks corak yang paling tinggi dan yang terbaik terdapat pada perlakuan CaCl
2
3 dan yang terendah dialami oleh buah papaya kupas pada perlakuan CaCl
2
0. Hal ini menandakan bahwa pada CaCl
2
3 terjadi penundaan kematangan sehingga kecerahan warna dapat dipertahankan.
Pada konsentrasi larutan CaCl
2
3, jumlah Ca
2+
yang terserap telah mencapai kesetimbangan dengan jumlah ion Ca
2+
pada larutan dan menghambat proses pendegradasian
khlorophyl
. Hal ini mengindikasikan bahwa proses laju kematangan pada buah pepaya kupas juga terhambat. Siqueira 2011 mengatakan
bahwa pada buah yang matang perubahan warna kulit dari hijau menjadi merah terjadinya pengurangan
khlorophyl
adalah akibat dari peningkatan
karotenoid
. Adanya penghambatan pada proses degradasi
khlorophyl
Tidak hanya menandakan bahwa buah mengalami penundaan tingkat ketuaan tetapi juga dapat
mempertahankan tingkat kecerahan pada warna, sehingga akan menyebabkan nilai corak menjadi meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi CaCl
2
. Hal ini didukung oleh pendapat Ahmad 2005 yang mengatakan bahwa semakin jenuh
warna semakin tinggi nilai coraknya. Berdasarkan anilisis varians ANAVA terdapat interaksi antara waktu
pengamatan dan konsentrasi larutan CaCl
2
yang menandakan bahwa lamanya waktu pengamatan mempengaruhi fungsi Kalsium yang terkandung dalam larutan
CaCl
2
yang dapat menunda kematangan. Selain itu juga terlihat bahwa antar perlakuan waktu pengamatan berbeda nyata terhadap rataan nilai corak.
Perlakuan waktu pengamatan yang berbeda nyata terhadap rataan nilai corak disebabkan karena selain indeks kelukaan, faktor
– faktor yang mempengaruhi perubahan kekerasan adalah laju respirasi, pelepasan etilen, dan
pertumbuhan mikroorganisme. Selama penelitian berlangsung, semua perlakuan disimpan pada suhu yang sama, yaitu suhu kamar 25 ± 2
C. Suhu yang tinggi dapat memicu pertumbuhan mikroorganisme dan bakteri sehingga mempercepat
terjadinya proses pembusukan pada buah, terutama yang telah mengalami proses pengupasan dan pemotongan.
Hal ini juga didukung oleh pendapat Muzarnis 1982 yang mengatakan bahwa mikroorganisme mempunyai suhu optimal, artinya mikroorganisme hidup
senang dan dapat tumbuh subur pada suhu optimal ini, yaitu 16 – 38
o
C.
Penyimpanan suhu kamar dapat mempengaruhi pertumbuhan sel – sel pada
mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurwantoro 1997 yang mengatakan bahwa suhu dapat mempengaruhi lamanya fase lag, kecepatan
pertumbuhan, konsentrasi sel, kebutuhan nutrisi, kegiatan enzimatis dan komposisi sel.
4. Saturasi