Penyebab SKA secara pasti belum diketahui, namun secara umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya SKA yang disebut
sebagai faktor risiko SKA. Berdasarkan penelitian epidemiologis prospektif, seperti penelitian Framingham, Multiple Risk Factors Interventions Trial dan
Minister Heart Study PROCAM, diketahui bahwa faktor risiko seseorang untuk menderita SKA ditentukan melalui interaksi dua atau lebih faktor risiko antara
lain : faktor yang tidak dapat dikendalikan nonmodifiable risk factors dan faktor yang dapat dikendalikan modifiable risk factors. Faktor yang tidak dapat
dikendalikan terdiri dari umur dan jenis kelamin. Faktor yang dapat dikendalikan terdiri dari merokok, hipertensi, penyakit diabetes mellitus, obesitas dan
dislipidemia Supriyono, 2008. Identifikasi faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi
pada SKA sangat penting untuk mengendalikan kejadian SKA di Indonesia. Oleh karena itu, berdasarkan identifikasi faktor tersebut maka dapat dilakukan tindakan
pencegahan dan penanggulangan SKA sedini mungkin untuk menurunkan angka kejadian SKA.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah: Bagaimana faktor-faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi
pada penderita sindrom koroner akut yang dirawat inap di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2011?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui frekuensi kejadian faktor-faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi pada penderita SKA pada pasien rawat inap RSUP. H.
Adam Malik Medan tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbandingan laki-laki dan perempuan sebagai faktor yang tidak dapat dimodifikasi SKA.
2. Mengetahui usia rata-rata sebagai faktor yang tidak dapat dimodifikasi SKA.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3. Mengetahui riwayat penyakit keluarga sebagai faktor yang tidak dapat dimodifikasi SKA.
4. Mengetahui persentase kebiasaan merokok sebagai faktor yang dapat dimodifikasi pada penderita SKA.
5. Mengetahui persentase riwayat hipertensi sebagai faktor yang dapat dimodifikasi pada penderita SKA.
6. Mengetahui persentase diabetes melitus sebagai faktor yang dapat dimodifikasi pada penderita SKA.
7. Mengetahui persentase hiperkolesterolemia sebagai faktor yang dapat dimodifikasi pada penderita SKA.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. RSUP. H. Adam Malik Medan dan dokter
o Memberikan informasi bagi pihak RSUP. H. Adam Malik Medan
sebagai unit pelayanan kesehatan agar mengetahui frekuensi kejadian faktor-faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi pada
penderita SKA di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2011. o
Dengan mengetahui frekuensi kejadian faktor-faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi pada penderita SKA, pihak
RSUP. H. Adam Malik Medan dapat meningkatkan pelayanan pengobatan SKA di RSUP. H. Adam Malik Medan secara khusus.
2. Peneliti o
Memberikan informasi pada peneliti gambaran frekuensi kejadian faktor-faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi pada
penderita SKA. o
Peneliti memperoleh pengetahuan dan pengalaman melakukan penelitian.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sindroma Koroner Akut 2.1.1
Definisi Sindroma Koroner Akut
Sindroma Koroner Akut SKA merupakan kumpulan sindroma klinis nyeri dada disebabkan oleh kerusakan miokard yang diistilahkan dengan infark
miokard. SKA terdiri dari unstable angina UA atau angina pektoris tidak stabil APTS, infark miokard dengan ST-elevasi dan tanpa ST-elevasi. Ketiga keadaan
tersebut merupakan keadaan kegawatan dalam kardiovaskuler yang memerlukan tatalaksana yang baik untuk menghindari tejadinya suddent death Ramrakha dan
Hill, 2006. Secara klinis, untuk mendiagnosis infark miokard menurut Supriyono
2008 diperlukan 2 dua dari 3 tiga kriteria sebagai berikut : 1. Terdapat riwayat klinis: perasaan tertekan dan nyeri pada dada angina, selama
30 menit atau lebih. 2. Perubahan gambaran EKG: segmen ST elevasi lebih dari 0,2 mV paling sedikit
2 dua precordial leads, depresi segmen ST lebih besar dari 0,1 mV paling sedikit 2 dua leads, ketidaknormalan gelombang Q atau inversi gelombang T
paling sedikit 2 dua leads. 3. Peningkatan enzim pada jantung terutama kreatinin kinase 2 dua kali lebih
besar dari nilai normal pada pemeriksaan laboratorium dan peningkatan troponin yang diakibatkan adanya kerusakan miosit pada otot jantung.
Data dari GRACE terhadap pasien yang datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dada ternyata diagnosis ST-Elevasi Miocardial Infraction STEMI
yang terbanyak 34, Non ST-Elevasi Miocardial Infraction NSTEMI 31 dan Unstable Angina UA 29 Budaj dkk, 2011.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara