BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Proses pengangkatan anak Adopsi oleh orang tua yang belum menikah pada
dasarnya sama dengan orang tua yang sudah menikah. Proses pengangkatan anak tersebut dilakukan melalui Pengadilan Agama setempat bagi warga negara yang
beragama Islam yang meliputi: a. Permohonan dimaksud diajukan kepada Pengadilan Agama dalam wilayah
hukum dimana anak tersebut berada b. Pengadilan agama setelah menerima dan didalam memeriksa perkara tersebut
harus berpedoman pada surat edaran mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 1979 dan surat edaran mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1983 serta Nomor 3
Tahun 2005 c. Pengangkatan anak dalam hukum islam dan dalam praktek yang berlaku di
Pengadilan Agama adalah tidak menghilangkan atau memutus hubungan nasab antara anak dengan orang tua atau ayah kandungnya
d. Pengadilan Agama dalam memeriksa dan mengadili perkara tersebut berpedoman pula kepada syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 29 UU no. 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak dan Pasal 5 Ayat 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan RI.
2. Akibat hukum adanya pengangkatan anak Adopsi oleh orang tua yang belum
Universitas Sumatera Utara
menikah adalah: a. Perwalian
Dalam hal perwalian, sejak putusan diucapkan oleh pengadilan, maka orang tua angkat menjadi wali dari anak angkat tersebut. Sejak saat itu pula, segala
hak dan kewajiban orang tua kandung beralih pada orang tua angkat. Kecuali bagi anak angkat perempuan beragama Islam, bila dia akan menikah maka
yang bisa menjadi wali nikahnya hanyalah orangtua kandungnya atau saudara sedarahnya.
b. Waris Khazanah hukum kita, baik hukum adat, hukum Islam maupun hukum
nasional, memiliki ketentuan mengenai hak waris. Ketiganya memiliki kekuatan yang sama, artinya seseorang bisa memilih hukum mana yang akan
dipakai untuk menentukan pewarisan bagi anak angkat. 3.
Hambatan-hambatan yang ditemui dalam proses pengangkatan anak Adopsi oleh orang tua yang belum menikah adalah kurangnya sosialisasi aparat
pemerintah terhadap perubahan undang-undang yang berlaku di negeri ini dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap undang-undang yang berlaku.
B. Saran