Latar Belakang Gambaran Determinan Permintaan Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di RSU X Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan plasenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri Manuaba, 2004. Persalinan normal adalah proses lahirnya janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam Manuaba, 2004. Seperti yang diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam yang telah dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan sectio caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesarea. Saat ini sectio caesarea bukan hal yang baru lagi bagi para ibu maupun pasangan suami istri. Sejak awal tindakan sectio caesarea merupakan pilihan yang harus dijalani karena keadaan gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janinnya Kasdu, 2003. Menurut Gruendemann 2005, Sectio caesarea adalah pengeluaran janin melalui insisi abdomen dan rahim. Persalinan ini digunakan jika kondisi ibu menimbulkan distress pada janin atau jika telah terjadi distress janin. Berdasarkan survei WHO tahun 2004 – 2008 di tiga benua, yakni Amerika latin, Afrika dan Asia dilaporkan bahwa angka persalinan sectio caesarea mencapai 25,7 , mulai angka terendah di Angola 2,3 sampai angka tertinggi 46,2 di Cina. Angka persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di 23 negara dalam tiga benua tersebut adalah 0,01 – 2,10 . Pada masa lalu melahirkan dengan cara operasi merupakan hal yang menakutkan karena dapat menyebabkan kematian. Namun dengan berkembangnya Universitas Sumatera Utara kecanggihan ilmu kedokteran kebidanan pandangan tersebut mulai bergeser. Kini sectio caesarea kadang menjadi alternatif pilihan persalinan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pusat studi Obstetri dan Ginekologi di Washington DC tahun 1994 menunjukkan bahwa setengah dari jumlah kelahiran sectio caesarea yang tercatat, secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea juga terus meningkat di rumah sakit pendidikan maupun rumah sakit swasta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Basalamah dan Gulardi tahun 1993, terhadap 64 rumah sakit di jakarta tercatat 17.665 kelahiran, dari angka kelahiran tersebut sebanyak 35,7 - 55,3 melahirkan dengan sectio caesarea. Sementara data lain dari RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta menyebutkan bahwa dari persalinan sebanyak 404 perbulan didapati 30 persalinan dengan sectio caesarea. Dan dari persalinan sectio caesarea tersebut sekitar 13,9 merupakan permintaan yang dilakukan tanpa pertimbangan medis Kasdu, 2003. Data sectio caesarea di RSU Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2002, ibu-ibu yang melahirkan yang dilakukan tindakan sectio caesarea berjumlah 309 orang dari 1476 persalinan. Peningkatan indikasi melakukan tindakan sectio caesarea dan kemajuan dalam teknik operasi dan anastesi serta obat-obat antibiotika merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kejadian persalinan dengan tindakan sectio caesarea Margaretha,2007. Di Indonesia sendiri, persentase sectio caesarea 5 . Di Rumah sakit pemerintah rata – rata 11 , sementara di Rumah sakit swasta bisa lebih dari 30 Juditha, 2009. Melihat kecenderungan meningkatnya angka kejadian sectio caesarea dari tahun ke tahun membuat Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia bersama Pemerintah Departemen Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara melakukan pemantauan terhadap tindakan persalinan caesar dengan mengeluarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Dirjen Yanmedik Departemen Kesehatan RI tanggal 12 September 2000, menyatakan bahwa angka sectio caesarea untuk rumah sakit pendidikan atau rujukan propinsi ditargetkan turun menjadi 20 , sedangkan untuk rumah sakit swasta 15 Kasdu, 2003. Pada kongres VIII Perinasia tanggal 8 oktober 2003 yang dilaksanakan di Medan, diketahui bahwa beberapa alasan sectio caesarea atas permintaan ibu di Brazil adalah karena dorongan dari suami maupun keluarga, kekhawatiran akan terjadinya fetal distress, persalinan lebih dari 6 jam tidak tertahankan ibu, pengalaman buruk partus pervaginam sebelumnya, kekhawatiran bahwa persalinan akan merusak hubungan sexual serta anggapan bahwa sectio caesarea lebih baik dan modern Sumapraja, 2003. Penelitian Gulardi dan Basalamah, beberapa alasan yang mendasari permintaan sectio caesarea adalah karena para ibu yang bekerja sangat terikat dengan waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu. Alasan lainnya yaitu masalah kebudayaan yang mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib dengan harapan apabila anak yang dilahirkan pada tanggal atau jam sekian, maka rejeki dan kehidupannya kelak lebih baik, namun alasan yang paling banyak adalah bahwa ibu khawatir dan cemas menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada persalinan spontan Kasdu, 2003. Dalam penelitian yang pernah dilakukan di RSU Santa Elisabeth medan tahun 2003, angka persalinan sectio caesarea sebesar 27,76, dan sebesar 13,88 didapati sectio caesarea atas permintaan sendiri. Permintaan sectio caesarea tentu bukan tanpa alasan, banyak hal yang mungkin dapat mendorong ibu untuk meminta persalinan dengan sectio caesarea. Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa Universitas Sumatera Utara determinan non medis yang mendorong ibu memilih persalinan sectio caesarea adalah karena rasa sakit pada persalinan, kebudayaan, kesepakatan suami istri, pekerjaan, kosmetik sex, ekonomi, sosial dan sterilisasi sehingga ibu lebih memilih sectio caesarea daripada persalinan spontan Sarmana,2004. Salfariani Saidah 2012, dalam Ayu, 2009 mengatakan bahwa Pertolongan operasi persalinan dengan sectio caesarea mempunyai sejarah yang panjang. Bahaya infeksi merupakan ancaman serius sehingga banyak terjadi kematian. Perkembangan teknologi sectio caesarea demikian majunya sehingga bahayanya makin dapat ditekan. Oleh karenanya persalinan sectio caesarea makin banyak dilakukan. Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RSU X periode januari – desember tahun 2013 jumlah persalinan dengan tindakan sectio caesarea sebanyak 630 kasus dari 1265 dengan indikasi medis yang diperoleh adalah partus tak maju, previous sectio caesarea, postdate, cephalo pelvic disproportion CPD, ketuban pecah dini dan beberapa diantaranya dilakukan tanpa indikasi medis. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang apa determinan permintaan persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di RSU X.

B. Perumusan Masalah