Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU

MEMILIH PERSALINAN

SECTIO CAESAREA

TANPA INDIKASI MEDIS

DI RSU BUNDA THAMRIN

MEDAN

SKRIPSI

INTAN SALFARIANI M 081101006

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis Di Rumah Sakit umum Bunda Thamrin Medan”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp., MNS selaku dosen pembimbing akademik.

4. Ibu Siti Saidah Nasution S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, masukan, arahan, dukungan serta telah bersedia meluangkan waktunya.

5. Ibu Nur Afi Darti S.Kp.,M.Kep. selaku dosen penguji I dan Ibu Erniyati S.Kp.,MNS selaku dosen penguji II.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademik Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama masa


(4)

7. Kepada Direktur Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan yang telah memberikan izin penelitian di RSU Bunda Thamrin Medan.

8. Teristimewa buat Ayahanda Drs. H.P Marpaung dan Ibunda Salminawati Ritonga S.PdI tercinta yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan semangat, motivasi, dukungan baik moril maupun materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis. Kemudian kepada adinda tersayang Khairul Iqbal Marpaung, Ady Rahman Marpaung (Alm), Zulfadly Arfah Marpaung yang senantiasa memberikan doa dan dukungan untuk penulis.

9. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Isra, Icut, Wiyanna, Nanda, Rina, Wani, Eliza, Delia, Shandra, Maia, Dina yang selalu membantu dan mendukungdalam perkuliahan, terima kasih atas saran, kritik dan segala canda tawa selama ini.

10.Teman-teman stambuk 2008 Grace, Astini dan juga yang lain yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas kebersamaan dan kerja samanya selama empat tahun ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan serta penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2012


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Persetujuan ... ii

Prakata ……….. iii

Daftar Isi... v

Daftar Tabel ………. vii

Daftar Skema ………... viii

Abstrak ………. ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 6

3. Tujuan Penelitian... 6

4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Persalinan ... 8

1.1. Tanda-tanda Permulaan Persalinan ... 8

1.2. Tahapan Persalinan ... 9

1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan... 11

2. Konsep Persalinan Sectio Caesarea ... 12

2.1. Istilah ... 13

2.2. Indikasi Sectio Caesarea ... 14

2.3. Resiko Sectio Caesarea ... 20

2.4. Jenis-jenis Operasi ... 22

2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis ... 25

3. Pengambilan Keputusan ... 28

3.1. Keputusan ... 28

3.2. Jenis-jenis Pengambilan Keputusan ... 29

3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan .. 30

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 32

2. Definisi Operasional ... 33

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 35

2. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 35

2.1. Populasi ... 35

2.2 Sampel ... 35

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4. Pertimbangan Etik ... 36


(6)

6. Validitas dan Reliabilitas ... 37 7. Pengumpulan Data ... 38 8. Analisa Data ... 39

BAB 5. HASIL dan PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 40 2. Pembahasan ... 44 BAB 6. KESIMPULAN dan REKOMENDASI

1. Kesimpulan ... 54 2. Rekomendasi ... 54 DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN

1. Permohonan Menjadi Responden 2. Jadwal Penelitian

3. Taksasi Dana

4. Instrumen Penelitian 5. Hasil Uji Validitas 6. Hasil Reliabel

7. Surat Izin Survey Awal 8. Surat Izin Penelitian 9. Surat Selesai Penelitian 10.Hasil Penelitian

11.Daftar Riwayat Hidup


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Defenisi Operasional ………..… 33 Tabel Data Demografi ………... 40 Tabel Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan


(8)

DAFTAR SKEMA


(9)

Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

Nama : Intan Salfariani M

NIM : 081101006

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun Akademik : 2012

Abstrak

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Dalam perkembangannya, selain untuk menolong kegawatan persalinan, operasi Caesar kadang dilakukan untuk alasan yang irasional. Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea terus meningkat baik di rumah sakit pendidikan maupun rumah sakit swasta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis dan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalinan dengan tindakan sectio caesarea tanpa indikasi medis. Sampel penelitian berjumlah 22 orang ibu bersalin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah ibu dengan rentang usia 25-30 tahun, tingkat pendidikan tinggi, ibu bekerja, primigravida dan tidak memiliki pengalaman persalinan sebelumnya. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis yaitu kesepakatan suami istri 86,4%, pengetahuan 81,8%, faktor sosial 72,7%, kecemasan persalinan normal 59,1%, kepercayaan 54,5%, faktor ekonomi 36,4%, dan pekerjaan 18,2%. Disarankan perlu adanya penyuluhan dan konseling sebelum persalinan agar menentukan pilihan secara matang dalam mengambil suatu tindakan persalinan.


(10)

Title : Factor Affecting Birth Mother Choosing Sectio Caesarea Without Medical Indications in Bunda Thamrin General Hospital Medan

Name : Intan Salfariani M

NIM : 081101006

Program : Bachelor Of Nursing

Academic Year : 2012

Abstract

Sectio caesarea is a surgery to have children through an incision in the abdominal wall and uterus. During its development, in addition to helping the gravity of labor, caesarean sectio is sometimes done for irrational reasons. In Indonesia the incidence continues to rise sectio caesarea in both general hospitals and private hospitals. This study is a descriptive study aimed to identify characteristics of women choosing sectio caesarea without medical indication and identify factors that influence women to choose sectio caesarea without medical indication in Bunda Thamrin General Hospital Medan. The population in this study were all pregnant with sectio caesarea without medical indication. Total study sample is 22 mothers. The results showed that the majority of respondents were women with an age range 25-30 years, higher education level, maternal worker, primigravida and had no previous experience of childbirth. And the factors that affect mothers choose sectio caesarea labor without medical indications that agreement of husband and wife (86.4%), knowledge (81.8%), the social factor (72.7%), anxiety of normal labor (59.1%), reliance (54.5%), economic factors (36.4%), and employment (18.2%). Suggested the need for education and counseling before delivery in order to determine the choices carefully in taking an action.


(11)

Judul : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

Nama : Intan Salfariani M

NIM : 081101006

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun Akademik : 2012

Abstrak

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Dalam perkembangannya, selain untuk menolong kegawatan persalinan, operasi Caesar kadang dilakukan untuk alasan yang irasional. Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea terus meningkat baik di rumah sakit pendidikan maupun rumah sakit swasta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis dan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalinan dengan tindakan sectio caesarea tanpa indikasi medis. Sampel penelitian berjumlah 22 orang ibu bersalin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah ibu dengan rentang usia 25-30 tahun, tingkat pendidikan tinggi, ibu bekerja, primigravida dan tidak memiliki pengalaman persalinan sebelumnya. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis yaitu kesepakatan suami istri 86,4%, pengetahuan 81,8%, faktor sosial 72,7%, kecemasan persalinan normal 59,1%, kepercayaan 54,5%, faktor ekonomi 36,4%, dan pekerjaan 18,2%. Disarankan perlu adanya penyuluhan dan konseling sebelum persalinan agar menentukan pilihan secara matang dalam mengambil suatu tindakan persalinan.


(12)

Title : Factor Affecting Birth Mother Choosing Sectio Caesarea Without Medical Indications in Bunda Thamrin General Hospital Medan

Name : Intan Salfariani M

NIM : 081101006

Program : Bachelor Of Nursing

Academic Year : 2012

Abstract

Sectio caesarea is a surgery to have children through an incision in the abdominal wall and uterus. During its development, in addition to helping the gravity of labor, caesarean sectio is sometimes done for irrational reasons. In Indonesia the incidence continues to rise sectio caesarea in both general hospitals and private hospitals. This study is a descriptive study aimed to identify characteristics of women choosing sectio caesarea without medical indication and identify factors that influence women to choose sectio caesarea without medical indication in Bunda Thamrin General Hospital Medan. The population in this study were all pregnant with sectio caesarea without medical indication. Total study sample is 22 mothers. The results showed that the majority of respondents were women with an age range 25-30 years, higher education level, maternal worker, primigravida and had no previous experience of childbirth. And the factors that affect mothers choose sectio caesarea labor without medical indications that agreement of husband and wife (86.4%), knowledge (81.8%), the social factor (72.7%), anxiety of normal labor (59.1%), reliance (54.5%), economic factors (36.4%), and employment (18.2%). Suggested the need for education and counseling before delivery in order to determine the choices carefully in taking an action.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Melahirkan merupakan fungsi yang bersifat fisiologis. Wajar apabila para ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan cara yang mereka pertimbangkan paling tepat. Anggapan individu sebelum hamil, media dan latar belakang sosial serta kultural merupakan hal-hal yang turut berperan terhadap harapan ibu mengenai persalinan. Keselamatan ibu dan janin atau bayi baru lahir harus menjadi tujuan utama (David, 2008).

Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Persalinan bisa saja berjalan secara normal, namun tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan dengan operasi. Artinya janin dan ibu dalam keadaan gawat darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan operasi (Kasdu, 2003).

Pada masa lalu melahirkan dengan cara operasi merupakan hal yang menakutkan karena dapat menyebabkan kematian. Namun dengan berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran kebidanan pandangan tersebut mulai bergeser. Kini sectio caesarea kadang menjadi alternatif pilihan persalinan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan suatu badan di Washington DC tahun 1994 menunjukkan bahwa setengah dari jumlah kelahiran sectio caesarea yang tercatat, secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Hasil laporan Departemen Kesehatan Amerika, sebanyak 25%


(14)

angka kelahiran yang tercatat pada tahun itu di seluruh Amerika merupakan permintaan sectio yang dilakukan oleh ibu-ibu yang tidak memiliki resiko tinggi maupun komplikasi persalinan lain (Kasdu, 2003).

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn, 2010). Pertolongan operasi persalinan dengan sectio caesarea mempunyai sejarah yang panjang. Bahaya infeksi merupakan ancaman serius sehingga banyak terjadi kematian. Perkembangan teknologi sectio caesarea demikian majunya sehingga bahayanya makin dapat ditekan. Oleh karenanya pertolongan persalinan dengan sectio caesarea makin banyak dilakukan dengan pertimbangan

"well born baby and well health mother". Pertolongan persalinan melalui vagina yang berat lebih baik dengan sectio caesarea yang lebih aman bagi keduanya (Ayu, 2009).

Indikasi sectio caesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut untuk sectio abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat sectio caesarea

akan aman bagi ibu, anak, ataupun keduanya (Oxorn, 2010).

Sectio caesarea sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis, bukan keinginan pasien yang tidak mau menanggung rasa sakit. Hal ini karena resiko operasi Caesar lebih besar dari persalinan alami. Dalam kondisi ibu


(15)

dan bayi yang sehat dan tidak ada kesulitan, sectio caesarea memiliki resiko. Persalinan dengan operasi memiliki kemungkinan resiko lima kali lebih besar terjadi komplikasi dibandingkan persalinan normal. Faktor resiko paling banyak dari sectio caesarea adalah akibat tindakan anestesi, jumlah darah yang dikeluarkan oleh ibu selama operasi berlangsung, komplikasi penyulit, endometritis (radang endometrium), tromboplebilitis (pembekuan darah pembuluh balik), embolisme (penyumbatan pembuluh darah), dan pemulihan bentuk serta letak rahim menjadi tidak sempurna. Komplikasi lain yang bisa bersifat ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas (Kasdu, 2003).

Dalam menghadapi persalinan dengan bedah Caesar penting dilakukan perencanaan karena menyangkut kesehatan ibu dalam menghadapinya. Perencanaan ini juga menyangkut perencanaan ekonomi karena biaya yang dikeluarkan jika melahirkan dengan persalinan Caesar tidak sedikit. Persalinan dengan Caesar akan menghabiskan biaya 3-5 kali lebih besar dari persalinan normal. Perencanaan kehamilan kembali juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Pemulihan persalinan yang berlangsung lama sehingga ibu akan lebih lama tinggal di rumah sakit, dan otomatis biayannya semakin mahal. Selain itu, karena pemulihannya lebih lama akibat sayatan yang belum kering dan masih sakit, ibu akan menunda aktivitas lebih lama dibandingkan ibu yang melahirkan alami, termasuk hubungan seksual dan olahraga sehingga penurunan berat badan berlangsung lebih lama. Selain itu seorang ibu yang mengalami sectio caesarea hanya


(16)

dibatasi memiliki tiga anak saja. (Kasdu, 2003).

Angka sectio caesarea terus meningkat dari insiden 3 dari 4% 15 tahun yang lampau sampai insidensi 10 hingga 15% sekarang ini. Angka terakhir mungkin bisa diterima dan benar. Bukan saja pembedahan menjadi lebih aman bagi ibu, tetapi jumlah bayi yang cedera akibat partus lama dan pembedahan traumatic vagina menjadi berkurang. Di samping itu, perhatian terhadap kualitas kehidupan dan pengembangan intelektual pada bayi telah memperluas indikasi sectio caesarea (Oxorn, 2010).

Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea juga terus meningkat baik di rumah sakit pendidikan maupun di rumah sakit swasta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Basalamah dan Galuardi, terhadap 64 rumah sakit di Jakarta tercatat 17.665 kelahiran, dari angka kelahiran tersebut sebanyak 35,7- 55,3% melahirkan dengan bedah Caesar. Sementara data lain dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta menyebutkan bahwa dari persalinan sebanyak 404 perbulan didapati 30% persalinan dengan sectio caesarea. Dan dari persalinan sectio caesarea tersebut sekitar 13,9% merupakan permintaan sectio caesarea yang dilakukan tanpa pertimbangan medis (Kasdu 2003).

Kecenderungan untuk melakukan sectio caesarea tanpa dasar yang cukup kuat terus meningkat yang salah satunya adalah permintaan ibu bersalin itu sendiri. Pada tahun 1997 sebuah jurnal obstetrik melaporkan suatu survey bahwa 31 % ibu akan memilih sectio caesarea apabila mengalami kehamilan (American Journal dalam Sarmana, 2004).


(17)

Penelitian Basalamah dan Galuardi beberapa alasan yang mendasari permintaan sectio caesarea adalah karena para ibu yang bekerja sangat terikat dengan waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu. Alasan lainnya adalah masalah kepercayaan yang mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal atau jam sekian maka rezeki dan kehidupannya kelak lebih baik, keyakinan bayi yang dilahirkan dengan bedah caesarea akan lebih terjamin kesehatannya. Namun alasan yang paling banyak adalah anggapan yang salah bahwa dengan operasi, ibu tidak akan mengalami rasa sakit seperti halnya pada persalinan alami. Hal ini terjadi karena kekhawatir dan kecemasan menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada persalinan alami (Kasdu, 2003).

Dari survey awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan didapatkan persalinan sectio caesarea pada tahun 2010 sebesar 78,97% dan sebesar 21,03% dilakukan tanpa indikasi medis. Dan pada tahun 2011 pada bulan Januari - September didapatkan persalinan sectio caesarea sebesar 73,26% dan sebesar 32,17% dilakukan tanpa indikasi medis. Disini terlihat adanya peningkatan permintaan persalinan sectio caesarea

tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea


(18)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu "Bagaimana gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan."

3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.

2. Tujuan Khusus

Mengidentifikaasi karakteristik ibu memilih persalinan sectio caesarea

tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan 4. Manfaat Penelitian

1. Praktek Keperawatan

Dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan hasilnya dapat sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan khususnya keperawatan untuk penanganan ibu bersalin dengan permintaan tindakan sectio caesarea.

2. Pendidikan Keperawatan

Dengan terlaksananya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu keperawatan maternitas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis.


(19)

3. Penelitian keperawatan

Dengan terlaksananya penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian keperawatan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasii konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup di luar dari dalam rahim melalui jalan lahir atau dengan cara lain (Mochtar, 2002). Menurut Bobak (2005), persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir.

Menurut caranya persalinan dapat dikelompokkan atas dua cara yaitu partus biasa atau partus normal dan partus luar biasa (abnormal). Partus biasa atau partus normal disebut juga partus spontan yaitu proses lahirnya bayi berdasarkan letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Partus luar biasa (abnormal) yaitu persalinan pervaginam abnormal dengan bantuan alat atau melalui dinding perut dengan operasi Caesar.

2.1.1 Tanda-Tanda Permulaan Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki "bulannya" atau "minggunya" atau "harinya" yang disebut kala pendahuluan. Tanda-tanda tersebut seperti lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida, perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun, perasaan sering-sering atau susah kencing


(21)

(polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin, perasaan sakit di perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Mochtar, 2002).

2.1.2 Tahapan persalinan

Proses persalinan terdiri dari empat kala. Pada kala I pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Kala II adalah kala pengeluaran janin karena uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir. Kala III waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Kala IV mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam.

1). Kala I (Kala pembukaan)

In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.

Kala pembukaan dibagi atas dua fase, yaitu fase laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3cm berlangsung dalam 7-8 jam dan fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas subfase yaitu periode akselerasi yang berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4cm, periode


(22)

dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9cm, periode deselerasi berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10cm atau lengkap.

2). Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu seperti rasa mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan j anin.

3). Kala III

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusar, dan berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau denagn sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kirakira 100-200 cc (Mochtar, 2002).


(23)

4). Kala IV

Kala empat adalah kala pengawasan selam satu jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda - tanda vital ; tekanan darah, nadi, dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Sumarah, 2009).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Pada setiap persalinan harus diperhatikan faktor - faktor yang mempengaruhinya. Tiga faktor utama yang menentukan prognosis persalinan adalah jalan lahir (passage), janin (passanger), kekuatan (power) dan faktor lain juga sangat berpengaruh terhadap proses persalinan yaitu faktor posisi dan psikologis.

a. Jalan Lahir (Passage)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan - lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum


(24)

persalinan dimulai. b. Janin (Passanger)

Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.

c. Kekuatan (Power)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter (Sumarah, 2009)

2.2 Persalinan Sectio Caesarea

Istilah Caesar berasal dari bahasa Latin caedere yang artinya memotong atau menyayat. Tindakan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk melahirkan bayi melalui tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Kasdu, 2003).


(25)

2.2.1 Istilah

a) Sectio caesarea primer (efektif)

Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara

sectio caesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit.

b) Sectio caesarea sekunder

Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio caesarea.

c) Sectio caesarea ulang

Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesarea (previous caesarean section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan

sectio caesarea ulang

d) Sectio caesarea histerektomi

Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi (Mochtar, 2002).

Bedah Caesar bisa dibedakan antara yang direncanakan dan yang tidak direncanakan. Di sini yang dibicarakan adalah tindakan operasi Caesar yang dilakukan karena adanya alasan medis. Apabila persalinan dipaksakan untuk dilakukan secara alami, akan mengancam keselamatan ibu dan janin. Hal ini terjadi karena kesulitan kehamilan yang sudah terdeteksi sejak dini, misalnya


(26)

karena keadaan panggul yang sempit atau ibu mengalami plasenta previa. Keadaan ini biasanya sudah terdeteksi dari pemeriksaan kehamilan akhir semester tiga. Inilah yang disebut dengan operasi Caesar yang direncanakan atau operasi Caesar primer.

Sementara itu, bedah Caesar yang tidak direncanakan biasanya baru diputuskan pada saat atau ketika persalinan berlangsung. Bedah Caesar yang mendadak bisa terjadi jika dokter memperkirakan bayi akan lahir alami, tetapi dalam perkembangan terakhir terjadi sesuatu di luar dugaan. Misalnya, setelah sekian lama tidak terjadi kemajuan dalam proses persalinan. Contohnya, kepala bayi tidak dapat keluar sehingga menyebabkan ibu kehabisan tenaga, sementara bayi sudah kehabisan oksigen karena terlalu lama berada di jalan lahir (Kasdu, 2003).

2.2.2 Indikasi Sectio Caesarea

Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam rahim ibunya. Jadi, apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi, menurut buku Obstetrics and Gynecology, ada empat alasan yaitu untuk keselamatan ibu dan janin ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kontraksi, distosia (persalinan macet) sehingga menghalangi persalinan alami, dan bayi dalam keadaan keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan, tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin.


(27)

Jadi, indikasi dilakukannya sectio caesarea dapat dibagi berdasarkan faktor janin dan ibu yaitu:

a. Faktor janin

1. Bayi terlalu besar

Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan sulit keluar dari jalan lahir. Selain janin besar, janin dengan berat badan kurang (<2,5 kg), lahir prematur, dan dismatur (intrauterine growth retardation) atau pertumbuhan janin terhambat, juga mengkaji pertimbangan dilakukannya sectio caesarea. 2. Kelainan letak janin

Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak melintang. Keadaan janin sungsang apabila letak janin di dalam rahim memanjang dengan kepala berada di bagian atas rahim, sementara pantat berada di bagian bawah rongga rahim. Sedangkan pada letak lintang atau miring yang menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepal pada posisi yang satu dan bokong akan berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sementara bahu berada pada bagian atas panggul. Letak lintang biasanya ditemukan pada perut ibu yang menggantung atau karena adanya kelainan bentuk rahimnya.


(28)

3. Ancaman gawat janin

Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat oksigen dari ibunya melaui ari-ari dan tali pusat. Apabila terjadi gangguan pada ari-ari, serta gangguan pada tali pusat maka jatah oksigen yang disalurkan ke bayi pun menjadi berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena kehabisan napas. Kondisi ini bias menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim. 4. Janin abnormal

Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan hidrosefalus.

5. Faktor plasenta

Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu maupun janin seperti plasenta previa yaitu posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir, plasenta lepas (solution placenta) yaitu plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya, plasenta accrete yaitu menempelnya plasenta di otot rahim, dan vasa previa yaitu keadaan pembuluh darah di selaput ketuban berada di mulut rahim (osteum uteri) jika pecah dapat menimbulkan perdarahn banyak yang membahayakan janin dan ibunya.


(29)

6. Kelainan tali pusat

Ada dua kelainan tali pusat yang biasa terjadi yaitu prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung) dan terlilit tali pusat. Prolapsus tali pusat merupakan keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping bagian terbawah janin atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi. Sebenarnya, lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atu terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman. Lilitan tali pusat ke tubuh janin baru berbahaya apabila kindisi tali pusat terjepit atau terpelintir yang menyebabkan aliran oksigen dan nutrisi ke tubuh janin tidak lancar.

7. Bayi kembar

Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara Caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara alami.


(30)

b. Faktor ibu 1. Usia

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tabun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan preeklamsi.

2. Tulang panggul

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai denagn ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.

3. Persalinan sebelumnya dengan operasi Caesar

Sebenarnya, persalinan melalui bedah Caesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukannya operasi. Umumnya operasi Caesar dilakukan lagi pada persalinan kedua apabila operasi sebelumnya menggunakn sayatan vertical (corporal).

4. Faktor hambatan jalan lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya


(31)

pembukaan, adanya tumor, dan kelainan bawaan jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernapas. Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet, yang biasa disebut distosia.

5. Kelainan kontraksi rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkoordinate buterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat m'elebar pada proses persalinan, maka kepala bayi tidak terdorong dan tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.

6. Ketuban pecah dini

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban yang pecah sebelum waktunya akan membuka rahim sehingga memudahkan masuknya bakteri dari vagina. Dengan masuknya bakteri lewat vagina, infeksi akan terjadi pada ibu hamil dan janin di dalam kandungannya.

7. Rasa takut kesakitan

Umumnya seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit pinggang dan pangkal paha yang


(32)

semakin kuat dan "menggigit". Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan akan merasa takut, khawatir, dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan itu semua mereka berpikir untuk melahirkan dengan sectio caesarea. Namun bisa pula hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan dokter. Hal ini bisa karena alasan secara psikologis tidak tahan melahirkan dengan rasa sakit. Kecemasan yang berlebihan juga akan menghambat proses persalinan alami yang berlangsung (Kasdu, 2003).

2.2.3 Resiko Sectio Caesarea

Di bawah ini adalah resiko-resiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan dengan operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu maupun bayi.

1. Alergi

Biasanya resiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu. Penggunaan obat-obatan pada pasien sectio caesarea lebih banyak dibandingkan dengan cara melahirkan alami. Jenis obat-obatan ini beragam, mulai dari antibiotik obat untuk pembiusan, penghilang rasa sakit serta beberapa cairan infus. Oleh karena itu, biasanya sebelum operasi akan ditanyakan kepada pasien apakah mempunyai alergi tertentu.


(33)

2. Perdarahan

Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul. Oleh karena itu, sebelum operasi, seorang wanita harus melakukan pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk mengetahui masalah pembekuan darahnya. Selain itu, perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uteri ikut terbuka atau karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat menyebabkan syok secara mendadak. Kalau perdarahan tidak dapat diatasi, kadang perlu tindakan histerektomi, terutama pada kasus atonia uteri yang berlanjut.

3. Cedera pada organ lain

Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya organ lain seperti rectumatau kandung kemih. Penyembuhan luka bekas bedah Caesar yang tidak sempurna dapat menyebabkan infeksi pada organ rahim atau kandung kemih. Selai itu, dapat juga berdampak pada organ lain dengan menimbulakn perlekatan pada organ-organ di dalam rongga perut untuk kehamilan resiko tinggi yang memerlukan pengangan khusus.

4. Parut dalam rahim

Seorang wanita yang telah mengalami pembedahan akan memiliki parut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap


(34)

kehamilan serta persalinan berikutnya ia memerlukan pengawasan yang cermat sehubungan dengan bahaya rupture uteri, meskipun jika operasi dilakukan secara sempurna resiko ini sangat kecil terjadi. Pada beberapa jenis kulit, sayatan bekas operasi juga dapat mengakibatkan terbentuknya jaringan parut berlebih pada kulit perut (keloid) yang dapat menggangu karena terasa nyeri dan gatal. Tidak itu saja, juga akan mengganggu keindahan daerah perut.

5. Demam

Kadang-kadang, demam setelah operasi tidak bisa dijelaskan penyebabnya. Namun, kondisi ini bisa terjadi karena infeksi.

6. Mempengaruhi produksi ASI

Efek pembiusan bisa mempengaruhi produksi ASI jika dilakukan pembiusan total (narkose). Akibatnya, kolostrum tidak bisa dinikmati bayi dan bayi tidak dapat segera menyusui begitu ia dilahirkan. Namun, apabila dilakukan dengan pembiusan regional tidak banyak mempengaruhi produksi ASI (Kasdu, 2003).

2.2.4 Jenis-jenis Operasi

Ada dua jenis sayatan operasi yaitu sayatan melintang dan vertical. Apapun jenis sayatannya, operasi Caesar berlangsung sekitar 45-60 menit, tetapi proses malahirkan bayi sendiri hanya berlangsung 5-10 menit.


(35)

1. Sayatan Melintang

Dalam istilah kedokteran, sayatan dalam operasi Caesar ini disebut sayatan sesarea pfannenstiel. Orang awam lebih akrab mengenal sebagai sayatan atau irisan bikini atau horizontal. Sayatan pembedahan dilakukan di bagian bawah rahim (SBR). Sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangnya (simphysisis) di atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm.

Pada saat ini sayatan melintang sangat banyak dilakukan pada proses operasi Caesar. Pertimbangannya, dikemudian hari bekas luka operasi tidak tampak jelas. Pada buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal disebutkan bahwa persalinan dengan operasi lebih baik dilakukan dengan syatan melintang, keculai pada operasi darurat dengan anaestesi local atau pada parut abdomen bekas luka operasi sayatan vertikal.

Umumnya, parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karena pada masa nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka operasi dapat sembuh lebih sempurna.

2. Sayatan vertikal

Sayatan vertical disebut juga dengan operasi Caesar klasik atau sectio caesarea corporal. Sayatan dibuat vertical atau mediana,


(36)

tegak lurus mulai dari tepat di bawah pusar sampai tulang kemaluan. Pembedahan dilakukan lapis demi lapis, mulai dari kulit perut. Pertimbangan dilakukan sayatan vertikal adalah apabila bayi harus cepat dilahirkan atau preterm (lahir dini), perlekatan rahim pada selaput perut di bekas operasi Caesar terdahulu, kembar siam, sampai rahim, tumor (miomi uteri) di segman bawah uterus, hipervaskularisasi (pembuluh darah meningkat) di segmen bawah uterus pada plasenta previa, kanker serviks, resiko bahaya pendarahan apabila dilakukan tindakan sayatan melintang berhubung letak plasenta, misalnya pada plasenta previa, janin letak lintang atau, kembar dengan letak abnormal, dan apabila akan melakukan histerektomi setelah janin dilahirkan.

Sayatan ini memiliki beberapa resiko, dibanding dengan sayatan horizontal yaitu lebih beresiko terkena peritonitis (radang selaput perut), memiliki resiko empat kali lebih besar terkena rupture uteri pada kehamilan selanjutnya, otot-otot rahimnya lebih tebal dan lebih banyak pembuluh darahnya sehingga sayatan ini lebih banyak mengeluarkan darah akibatnya lebih banyak parut di daerah dinding atas rahim sehingga pasien tidak dianjurkan hamil lagi, dan jika menggunakan anestesi lokal, sayatan ini akan memerlukan waktu dan obat lebih banyak (Kasdu, 2003).


(37)

2.2.5 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio Caesarea tanpa Indikasi Medis

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis. Faktor dari masing-masing individu berbeda- beda (Kasdu, 2003).

1. Faktor sosial

Manusia selau dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ia juga dituntut untuk dapat beradaptasi dan bertingkah laku sesuai norma yang ada (Mubarak, 2009). Dalam penelitian yang dilakukan Varghes (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial memang sangat kompleks salah satunya adalah pengaruh orang lain atau sugesti teman. Menurut Deucth dan Gerard (1995) dalam Maramis 2006 hali ini disebabkan karena pengaruh informasional yaitu pengaruh agar informasi yang diperoleh dari orang lain diterima sebagai fakta, sehingga dengan pengaruh tersebut individu mempunyai dua sumber informasi mengenai kenyataan : pengalaman sensorik pribadi dan laporan serta perilaku orang-orang yang berada disekitarnya (Foster & Anderson, 1986). Operasi Caesar mulai memasyarakat sehingga persalinan dengan operasi cenderung meningkat tiap tahunnya (Kasdu, 2003).

2. Faktor ekonomi

Ekonomi adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti keuangan,


(38)

perindustrian dan perdagangan (Depdiknas, 2005). Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku kesehatannya. Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas cenderung memilih pelayanan kesehatan yang baik dan canggih (Maramis, 2006). Operasi Caesar merupakan hal yang tidak menakutkan lagi terutama bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas sehingga sebagian dari mereka memilih operasi Caesar pada proses persalinannya (Kasdu, 2003).

3. Kepercayaan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata. Harapan dan keyakinan akan kejujuran dan kebaikan (Depdiknas, 2005).

Proses persalinan sectio caesarea dilakukan karena adanya kepercayaan yang berkembang di masyarakat yang mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang lebih baik (Kasdu, 2003).

4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra perasa, dan


(39)

indra peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Semakin tinggi pengetahuan ibu maka semakin luas pandangan ibu dalam memilih proses persalinan yang tepat. Meningkatnya kecenderungan wanita melahirkan dengan operasi berhubung dengan semakin meningkatnya perhatian mereka terhadap kehamilannya (Kasdu, 2003).

5. Pekerjaan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kerja adalah sesuatu yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan imbalan (Depdiknas, 2005). Kecenderungan memilih persalinan sectio caesarea karena para ibu banyak yang bekerja. Mereka sangat terikat dengan waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu. Misalnya kapan mereka harus kembali bekerja (Kasdu, 2003).

6. Kecemasan persalinan normal

Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian individu subjektif, yang dipengaruhi alam sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami, 2009). Cemas pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup


(40)

(Suliswati dalam Jenny, 2010). Menutut Abe Arkoff dalam buku Kesehatan Mental dalam Kehidupan, kecemasan adalah suatu

keadaan menggoncang karena adanya ancaman terhadap kesehatan (Sundari, 2005).

Pada saat sebelum persalinan ibu akan merasakan saat-saat kontrakasi. Kontraksi merupakan keadaan kejang otot rahim atau pengerutan otot rahim sehingga menjadi lebih pendek untuk merangsang pembukaan rahim yang lebih lebar untuk persiapan persalinan alami. Pada saat kontrakasi ibu akan merasakan sakit luar biasa. Saat ini lah yang sering menakutkan bagi sebagian ibu yang akan melahirkan. Karena kekhawatiran atau kecemasan mengalami rasa sakit persalinan normal maka ibu memilih persalinan

sectio caesarea untuk mengeluarkan bayinya (Kasdu, 2003). 7. Kesepakatan suami istri

Seperti halnya kehamilan, yang merupakan hasil "kerja sama" suami dan istri maka kerja sama ini juga sebaiknya terus berlangsung sampai janin dilahirkan. Kerjasama ini juga dibutuhkan dalam pemilihan proses persalinan nantinya. Dimana proses tersebut disepakati dan disetujui oleh suami dan istri (Kasdu, 2003).

2.3. Pengambilan Keputusan 2.3.1 Keputusan

Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan -


(41)

kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah.

Setiap keputusan bersifat kompleks, terdapat banyak faktor dan perasaan tercakup di dalamnya. Setiap keputusan yang diambil akan disusul oleh keputusan-keputusan lainnya yang berkaitan. Keputusan yang kita mabil beraneka ragam, tapi ada tanda-tanda umumnya, yaitu: keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual, keputusan selalu melibatkan pilihandari berbagai alternative, keputusan selau melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya ditangguhkan atau dilupakan (Lestari, 2010).

2.3.2 Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan

1. Pengambilan keputusan karena ketidaksanggupan Membiarkan kejadian berlalu tanpa berbuat apa-apa.

2. Pengambilan keputusan intuitif, bersifat segera.

Terasa sebagai keputusan yang paling tepat dan langsung diputuskan.

3. Pengambilan keputusan yang terpaksa karena sudah kritis. Sesuatu yang harus segera dilaksanakan.


(42)

4. Pengambilan keputusan yang reaktif

Keputusan reaktif seringkali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.

5. Pengambilan keputusan yang ditangguhkan

Pengambilan keputusan yang dialihkan pada orang lain, dengan membiarkan orang lain yang bertanggung jawab.

6. Pengambilan keputusan secara berhati-hati

Penganbilan keputusan dengan memikirkan baik-baik dengan mempertimbangkan berbagai pihak. (Lestari, 2010).

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Menurut Saraswati dan Tarigan (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah fisik, emosional, rasional, praktikal, interpersonal, struktural, dan personal.

Fisik adalah pengambilan keputusan yang didasarkan pada rasa yang dialami tubuh, seperti rasa sakit, tidak nyaman atau bahkan kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang dan sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan. Emosional adalah pengambilan keputusan yang didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subyektif. Rasional adalah pengambilan keputusan yang didasarkan pada pengetahuan. Orang-orang dapat infonnasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya. Praktikal adalah pengambilan keputusan yang


(43)

didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakannya. Seseorang akan menilai potensial diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuan dalam bertindak. Interpersonal adalah pengambilan keputusan yang didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang dengan orang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual. Struktural adalah pengambilan keputusan yang didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu. Personal sangat menentukan pengambilan keputusan. Faktor personal itu adalah kognisi, motif dan sikap (Lestari, 2010).


(44)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis. Peneliti hanya meneliti variabel faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis, yaitu faktor sosial, faktor ekonomi, kepercayaan, pengetahuan, pekerjaan, kecemasan persalinan normal, dan kesepakatan suami istri.

Adapun kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut.

Skema 1: Kerangka konsep faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis.

: Yang dikaji : Tidak dikaji

Faktor-faktor yang

mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio

caesarea tanpa indikasi medis:

1. Faktor sosial 2. Faktor ekonomi 3. Kepercayaan 4. Pengetahuan 5. Pekerjaan

6. Kecemasan persalinan normal

7. Kesepakatan suami istri

Persalinan


(45)

3.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

Alat Ukur Skala

1. Faktor sosial Informasi dan saran dari keluarga, teman atau kerabat yang

mempengaruhi

keputusan ibu memilih persalinan Caesar

Kuesioner Nominal

2. Faktor ekonomi Tingkat ekonomi

ibu dalam memilih persalinan Caesar

Kuesioner Nominal

3. Kepercayaan Kepercayaan yang

mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan naasib anak.

Kuesioner Nominal

4. Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui ibu tentang persalinan Caesar.

Kuesioner Nominal

5. Pekerjaan Pekerjaan atau

jabatan formal yang dijalani ibu saat mengisi kuesioner.

Kuesioner Nominal

6. Kecemasan persalinan normal

Kekhawatiran atau kecemasan

menghadapi rasa sakit yang terjadi


(46)

pada persalinan normal. Takut tidak sanggup mengedan pada persalinan normal.

7. Kesepakan suami

istri

Kesepakatan suami istri yang dibuat menyangkut

pengambilan

keputusan dalam pemilihan proses persalinan Caesar.


(47)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Adapun populasi pada penelitian ini adalah ibu yang memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis pada bulan Maret - Juni di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan yaitu sebanyak 22 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini tehnik sampling yang akan digunakan adalah total sampling. Menurut Arikunto (2006) jika jumlah populasi kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Untuk itu jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 orang.


(48)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan yang beralamat di Jalan Sei Batang Hari No. 28-30 Medan. Alasan peneliti memilih Rumah Sakit Umum Burida T'hamrin Medan sebagai tempat penelitian adalah dengan pertimbangan bahwa belum pernah dilakukan penelitian sejenis di rumah sakit tersebut. Selain itu karena Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan memiliki populasi yang banyak dengan persalinan sectio caesarea. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret 2012 sampai Juni 2012.

4.4Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan peneliti mendapatkan rekomendasi dan ijin untuk melakukan penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat izin dari Dekan Fakultas Sumatera Utara, peneliti memulai pengumpulan data. Sebelum mengumpulkan data, peneliti menjelaskan kepada responden mengenai maksud, tujuan, dan proses penelitian yang dilaksanakan. Kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk berpatisipasi dalam penelitian, maka peneliti tidak memaksa responden. Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden (anonimity), tetapi hanya mencantumkan inisial nama (nomor responden). Kerahasiaan informasi responden (confidentiality) dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data


(49)

tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. 4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya (Arikunto, 2006). Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu data demografi dan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan

sectio caesarea tanpa indikasi medis. Cara pengisian lembar kuisioner dengan menggunakan cheeklist (√)di tempat yang telah tersedia.

Data demografi terdiri dari inisial nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kehamilan ke-, dan pengalaman persalinan sebelumnya. Untuk kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka. Kuesioner yang digunakan berupa pertanyaan tertutup yaitu angket yang telah disediakan jawabannya dan responden hanya diminta memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner terdiri dari 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak (dichotomy).

4.6 Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi


(50)

rendahnya validitasi instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto,2006).

Uji validitas yang digunakan pada pengujian ini adalah validitas isi, yakni sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu. Uji validitas penelitian ini dilakukan oleh dosen keperawatan maternitas. Berdasarkan uji validitas didapatkan hasil bahwa kuesioner penelitian sudah valid tetapi membutuhkan revisi sehingga peneliti merevisi agar dapat digunakan dalam penelitian.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2003). Menurut Dempsey (2002) kuesioner dikatakan reliabel jika kurang dari 0,8; 0,7; atau 0,5. Uji reliabilitas dilakukan kepada 10 ibu yang bukan termasuk dalam sampel di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan. Uji reliabilitas yang digunakan adalah analisa KR 21 (Arikunto, 2002). Hasil yang didapatkan adalah 0,615 dan dapat disimpulkan bahwa instrumen telah reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 12 Maret samapai 26 Juni 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Prosedur pengumulan data dimulai dengan mengajukan


(51)

permohonan izin pelaksaan penelitian ke bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan surat pengantar dari fakultas peneliti mengirim surat tersebut ke Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan. Pada tanggal 12 Maret 2012 peneliti mulai penelitian dengan mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan, prosedur dan manfaat penelitian. Kemudian peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan responden. Setelah responden bersedia, peneliti membagikan kuesioner dan menjelaskan cara pengisiannya. Setelah responden selesai menjawab semua pernyataan peneliti memeriksa kembali kelengkapan jawaban responden dan menyesuaikannya dengan jumlah kuesioner yang terkumpul. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti menganalisis data.

4.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap dimulai dengan editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua pernyataan telah diisi sesuai petunjuk, kemudian coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar observasi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya processing yaitu memasukkan data dari lembar observasi kedalam program komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. (Notoatmodjo, 2010).


(52)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 12 Maret sampai 26 Juni 2012 di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan. Penelitian ini melibatkan 22 orang responden. Hasil penelitian ini memaparkan sesuai dengan tujuan dari penelitian yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang memempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.

1.1Data Demografi/ Karakteristik Ibu

Berdasarkan hasil penelitian dengan kuesioner data demografi yang diamati pada pasien terdiri dari umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, kehamilan ke-, dan pengalaman persalinan sebelumnya. Data lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan (n=22)

Karakteristik F %

1. Umur <25 25-30 >30 2. Agama Islam Protestan Katolik Budha Hindu 3. Suku Batak 2 14 6 16 5 0 0 1 12 9,1 63,6 27,3 72,7 22,7 0 0 4,5 54,5


(53)

Minang Jawa Melayu Lainnya 4. Pendidikan Tinggi Rendah 5. Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja

6. Penghasilan perbulan <Rp 5.000.000

Rp 5.000.000-10.000.000 >Rp 10.000.000

7. Kehamilan ke Primigravida Multigravida

8. Pengalaman persalinan sebelumnya Normal Sectio caesar Tidak Ada 1 6 1 1 16 6 17 5 12 7 3 13 9 4 5 13 4,5 27,3 4,5 4,5 72,7 27,3 77,3 22,7 54,5 31,8 13,6 59,1 40,9 18,2 22,7 59,1

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden dengan umur <25 tahun berjumlah 2 orang, 25-30 tahun berjumlah 14 orang, dan >30 tahun berjumlah 6 orang. Kemudian responden beragama Islam berjumlah 16 orang, beragama Protestan berjumlah 5 orang, dan Hindu berjumlah 1 orang. Responden dengan suku Batak berjumlah 12 orang, Aceh 1 orang, Minang 1 orang, Jawa berjumlah 6, Melayu 1 orang dan lainnya 1 orang. Responden dengan tingkat pendidikan rendah berjumlah 6 orang dan responden dengan tingkat pendidikan tinggi berjumlah 16 orang. Tingkat pendidikan rendah yaitu SD, SMP, SMA, dan tingkat


(54)

pendidikan tinggi yaitu diploma dan sarjana. Kemudian responden dengan ibu bekerja berjumlah 17 orang dan yang tidak bekerja berjumlah 5 orang. Bekerja yaitu pegawai negeri, wiraswasta, dan pegawai swasta, dan tidak bekerja yaitu ibu rumah tangga. Kemudian responden berpenghasilan <Rp 5.000.000 yaitu berjumlah 12 orang, Rp 5.000.000-10.000.000 berjumlah 7 orang dan >Rp 10.000.000 berjumlah 3 orang.. Kemudian responden ibu primigravida berjumlah 13 orang dan yang multigravida berjumlah bejumlah 9 orang. Kemudian responden dengan pengalaman persalinan sebelumnya normal berjumlah 4 orang, persalinan Caesar berjumlah 5 orang, dan belum memiliki pengalaman berjumlah 13 orang.

1.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio

Caesarea Tanpa Indikasi Medis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ibu ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis ada 7 faktor yaitu faktor sosial , faktor ekonomi, kepercayaan, pengetahuan, pekerjaan, kecemasan persalinan normal, dan kesepakatan suami istri.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa yang paling banyak mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan adalah faktor pengetahuan dan faktor kesepakatan suami istri. Faktor pengetahuan yaitu pertanyaan nomor 9 “Apakah ibu mengetahui apa itu persalinan Caesar? Semua responden menjawab “ya” pada pertanyaan tersebut.


(55)

Sedangkan faktor kesepakatan suami istri yaitu pertanyaan nomor 20 “ Apakah persalinan caesar merupakan kesepakatan ibu dan suami?” semua responden menjawab “ya” pada pertanyaan tersebut.

Table 2. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Jawaban Responden tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan (n=22)

N O

FAKTOR YA

Frek (%)

1. Faktor social 16 72,7

2. Faktor ekonomi 8 36,4

3. Kepercayaan 12 54,5

4. Pengetahuan 18 81,8

5. Pekerjaan 4 18,2

6. Kecemasan persalinan normal 13 59,1

7. Kesepakatan suami istri 19 86,4

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan faktor sosial dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan

sectio caesarea berjumlah 16 orang, faktor ekonomi berjumlah 8 orang, kepercayaan berjumlah 12 orang, pengetahuan berjumlah 18 orang, pekerjaan berjumlah 4 orang, kecemasan persalinan normal berjumlah 13 orang dan faktor kesepakatan suami istri berjumlah 19 orang responden.


(56)

2. Pembahasan

2.1Karakteristik Ibu

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa data demografi terdiri dari umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kehamilan ke-, dan pengalaman persalinan sebelumnya.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden dengan umur 25-30 tahun sebanyak 14 orang. Menurut BKKBN usia reproduktif yang sehat adalah 20-30 tahun. Lebih atau kurang dari usia tersebut merupakan beresiko. Indriati (2006) menambahkan bahwa kehamilan di usia 20-30 tahun adalah usia yang paling tepat bagi wanita untuk mempunyai anak. Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi pengetahuan (Notoadmodjo, 2005), dengan bertambahnya usia seseorang maka pengetahuan yang diperolehnya tentang suatu masalah juga akan mengalami pertambahan. Dari hasil usia tersebut, usia ibu dalam rentang usia yang matang.

Kemudian mayoritas responden beragama Islam yaitu sebanyak 16 orang responden. Mayoritas responden dengan suku Batak yaitu 12 orang. Kebudayaan merupakan keseluruhan kelakuan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat (Notoatmodjo, 2005).

Sedangkan mayoritas tingkat pendidikan responden tinggi yaitu berjumlah 14 orang responden. Pendidikan adalah prasyarat utama untuk membangun masyarakat berbasis pengetahuan menurut Saifuddin Anwar


(57)

lembaga pendidikan mempengaruhi proses pembentukan sikap. Menurut Robert M. Gagne yang dikutip oleh Suwondo (1998), menyatakan bahwa tingkat pendidikan merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu untuk menerima dan menolak sesuatu. Pendidikan responden yang mayoritas tinggi dapat mempengaruhi pengetahuan dalam pembentukan sikap mereka tentang tindakan sectio caesarea.

Kemudian dari hasil penelitian mayoritas responden adalah bekerja. Pekerjaan merupakan salah satu alasan yang mendasari kecenderungan melahirkan dengan tindakan sectio caesarea terutama di kota besar karena para ibu banyak yang bekerja terikat dengan alasan mereka harus bekerja pada jadwal yang telah ditentukan (Bramantyo, 2003).

Sedangkan mayoritas responden berpenghasilan <Rp 5.000.000. Menurut Mubarak (2006) penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang, akan tetapi jika seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan fasilitas.

Kemudian dari hasil penelitian mayoritas responden adalah ibu primigravida. Sesuai dengan teori bahwa seseorang wanita yang belum pernah mengalami atau baru akan terjadi lebih sering dan banyak mengalami rasa khawatir dan kecemasan untuk melahirkan dengan spontan sehingga mereka lebih memilih untuk melahirkan dengan cara operasi.


(58)

Sedangkan mayoritas responden tidak memiliki pengalaman persalinan sebelumnya yaitu berjumlah 13 orang responden. Menurut Dini Kasdu banyak ibu yang beranggapan salah bahwa dengan operasi, ibu tidak akan mengalami rasa sakit seperti halnya pada persalinan alami. Hali ini terjadi karena kekhawatiran atau kecemasan menghadapi rasa sakit yang akan terjadi pada persalinan alami. Akibatnya untuk menghilangkan itu semua mereka berpikir melahirkan dengan cara operasi.

2.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio

Caesarea Tanpa Indikasi Medis

2.2.1 Kesepakatan suami istri

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa 19 orang responden menyatakan bahwa kesepakatan suami istri dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea.

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah pasangannya. Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas (Grossman dalam Bobak 2005).

Peran pasangan dapat sebagai orang yang memberi asuhan, sebagai orang yang berespon terhadap perasaan rentan wanita


(59)

hamil, baik pada aspek biologis maupun dalam hubungannya dengan ibunya sendiri. Dukungan pria menunjukkan keterlibatannya dalam kehamilan pasangannya dan persiapan untuk terikat dengan anaknya (Lederman dalam Bobak, 2005).

Rasa cemas pada ibu hamil dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya Hal ini mungkin tidak dinyatakan secara terbuka, tetapi isyarat kekhawatiran akan tampak. Oleh karena itu dukungan suami sangat penting dalam menentramkan perasaan istri.

Seperti halnya kehamilan yang merupakan hasil kerjasama suami dan istri maka kerjasama ini juga sebaiknya terus berlangsung sampai janin dilahirkan. Kerjasama juga dibutuhkan dalam pemilihan proses persalinan nantinya. Dimana proses tersebut disepakati suami istri. Dalam pemilihan proses persalinan ini penting dilakukan perencanaan karena menyangkut kesehatan fisik dan psikis ibu dalam mengahadapinya dan kesehatan janin. Perencanaan ini juga menyangkut masalah ekonomi. (Kasdu, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Sarmana (2004) menyatakan bahwa dilakukannya persalinan sectio caesarea adalah karena adanya anjuran dari suami dengan alasan lebih aman dan praktis tak perlu menunggu waktu lebih lama menanti kelahiran bayi dan


(60)

kekhawatiran melihat ibu menjerit kesakitan serta adanya rasa khawatir terjadi sesuatu pada bayi jika melahirkan secara spontan.

2.2.2 Pengetahuan

Pengetahuan dijelaskan sebagai (knowledge) merupakan proses yang diketahui oleh manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan pengalaman belajar terhadap suatu hal. Menurut Notoadmojo (2005) pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia atau hasil tau seseorang melalui indera yang dimilikinya seperti mata, telinga dan lainnya. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan pengetahuan termasuk dalam predisposisi yang mempunyai pengaruh awal bagi seseorang akan berperilaku.

Pengetahuan ibu hamil tentang persalinan sangatlah penting. Hal ini akan berdampak pada pemeliharaan kehamilan dan pengambilan keputusan persalinan pada akhir kehamilannya. Meningkatnya kecenderungan wanita untuk melahirkan dengan operasi berhubungan dengan semakin meningkatnya perhatian mereka tentang kehamilannya.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden dengan jumlah 18 orang meyetujui bahwa faktor pengetahuan dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio


(61)

caesarea tanpa indikasi medis. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan ibu yang mayoritas tinggi sehingga tingkat pengetahuan ibu juga lebih baik karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin meningkat pula pengetahuannya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnawati (2009) bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu hamil dengan sikap ibu hamil memilih persalinan sectio caesarea.

Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan. Pengetahuan akan diperoleh sesuai karakteristik manusia yaitu berupa minat, kebutuhan kemampuan, pengalaman, keterampilan dan tingkat perhatian.

2.2.3 Faktor Sosial

Manusia selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan ia juga dituntut untuk dapat beradaptasi dan bertingkah laku sesuai norma yang ada (Mubarak, 2009). Menurut Varghes (2004) disebutkan bahwa pengaruh sosial sangat kompleks salah satunya adalah pengaruh orang lain atau sugesti teman. Sedangkan menurut Arrow (1993) karena informasi yang dilakukan oleh para ahli kepada masyarakat sehingga masyarakat terpengaruh untuk melakukan permintaan dan penggunaan pelayanan kesehatan.

Dari hasil penelitian didapat bahwa 16 orang responden menyetujui bahwa faktor sosial dapat mempengaruhi ibu memilih


(62)

persalinan sectio caesarea. Menurut Sumapraja (2003) alasan lain permintaan permintaan persalinan sectio caesarea adalah karena dorongan dari suami maupun keluarga.

Dalam membuat keputusan medis biasanya merupakan keputusan kelompok dan peranan-peranan tradisional. Di Indonesia dalam keluarga adanya keputusan yang besar dan dianggapa penting ternyata dibuat oleh suami dan pendapat para kakek dan nenek juga penting sekali. (Foster Anderson, 1986). Dan menurut Kasdu (2003) operasi Caesar yang mulai memasyarakat sehingga persalinan dengan operasi cenderung meningkat tiap tahunnya.

Hasil penelitian di Brazil menyatakan bahwa dokter melakukan tindakan section caesarea karena adanya tekanan dan dorongan dari pasien, suami dan keluarga (Sarmana, 2004).

2.2.4 Kecemasan persalinan normal

Cemas adalah respon emosional terhadap penilaian individu subjektif, yang dipengaruhi alam sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami, 2009). Cemas pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup (Jenny, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu yaitu 13 orang responden menyatakan bahwa kecemasan terhadap persalinan normal dapat mempengaruhi ibu memilih


(63)

persalinan sectio caesarea. Hal ini sejalan dengan penelitian Sarmana (2004)bahwa responden menyatakan meminta persalinan

sectio caesarea karean alasan rasa sakit pada persalinan spontan. Takut akan rasa sakit ini dapat disebabkan karena cerita tentang sakit yang luar biasa jika melahirkan secara alami.

Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit, yaitu berupa rasa mulas disertai rasa sakit di pinggang dan pangkal paha yang semakin kuat. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan mersa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Karena kekhawatiran dan kecemasan mengalami rasa sakit tersebut memilih persalinan sectio caesarea untuk mengeluarkan bayinya. (Kasdu, 2003).

2.2.5 Kepercayaan

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kepercayaan adalah anggapan dan keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata. Harapan dan keyakinan akan kejujuran dan kebaikan. Kepercayaan dalam hal ini adalah keyakinan tentang tanggal dan jam kelahiran tertentu bayi yang akan membawa nasib yang baik bagi bayi yang akan dilahirkan.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa 12 orang responden menyetujui bahwa kepercayaan dapat mempengaruhi ibu untuk


(64)

memilih persalinan sectio caesarea. Proses persalinan sectio caesarea dilakukan karena adanya kepercayaan yang berkembang di masyarakat yang mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib anak dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam sekian maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang lebih baik. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarmana (2004) yang hanya 1 dari 28 orang saja yang menyetujui bahwa kepercayaan dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea.

2.2.6 Faktor Ekonomi

Dalam menghadapi persalinan dengan bedah Caesar penting dilakukan perencanaan karena menyangkut kesehatan ibu dalam menghadapinya. Perencanaan ini juga menyangkut perencanaan ekonomi karena biaya yang harus dikeluarkan tidak kecil. Persalinan dengan operasi akan mengahiskan biaya 3-5 kali lebih besar daripada persalinan normal. Oleh karena itu kemampuan keuangan menjadi salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan melahirkan dengan bedah Caesar (Kasdu, 2003)

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hanya sebagian kecil responden yaitu 8 orang yang menyetujui bahwa faktor ekonomi dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis. Hal ini tidak sejalan dengan


(65)

penelitian Sarmana (2004) bahwa pendapatan tidak ditemukan sebagai alasan untuk melakukan persalinan sectio caesarea.

Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas cenderung memilih pelayanan kesehatan yang baik dan canggih (Maramis, 2006). Menurut Kasdu (2003) operasi Caesar merupakan hal yang tidak asing lagi terutama masyarakat golongan menengah ke atas sehingga sebagian mereka memilih persalinan Caesar pada proses persalinannya.

2.2.7 Pekerjaaan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kerja adalah sesuatu yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan imbalan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 4 orang responden menyatakan bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea. Hal ini terjadi karena umumnya ibu mendapatkan cuti hamil dan melahirkan.

Dari hasil penelitian Sarmana (2004) didapatkan bahwa tidak ditemukan adanya alasan permintaan persalinan sectio caesarea karena pekerjaan.

Menurut Kasdu (2003) kecenderungan memilih persalinan

sectio caesarea karena para ibu khususnya di kota-kota besar banyak yang bekerja. Mereka sangat terikat dengan waktu dan sudah memiliki jadwal tertentu kapan mereka harus kembali bekerja.


(66)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 12 Maret sampai 26 Juni 2012 mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan dengan melibabatkan 22 responden dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki umur dalam rentang 25-30 tahun, beragama islam, suku Batak, tingkat pendidikan tinggi, berpenghasilan <Rp 3.000.000, responden merupakan ibu bekerja, ibu primigravida dan ibu tidak mempunyai pengalaman persalinan sebelumnya.

Dari hasil penelitian didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis adalah faktor kesepakatan suami istri 86,4%, pengetahuan 81,8%, faktor sosial 72,7%, kecemasan persalinan normal 59,1%, kepercayaan 54,5%, faktor ekonomi 36,4%, dan pekerjaan 18,2%.

2. Rekomendasi

2.1Pendidikan Keperawatan

Diharapakan hasil ini bisa dijadikan tambahan ilmu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis.


(67)

2.2Praktek Keperawatan

Bagi praktek keperawatan diharapkan agar adanya penyuluhan dan konseling dari perawat bagi ibu sebelum persalinan agar menentukan pilihan secara matang dalam mengambil suatu tindakan persalinan.

2.3Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis agar dilakukan juga di rumah sakit pemerintah.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Foster. (1986). Antropologi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Ann Dempsey, Patricia dan Arthur D.Dempsey.(2002). Riset Keperawatan. EGC. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Chandranita, Ida Ayu. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

David T.Y.LIU. (2007). Manual Persalinan. Jakarta: EGC.

Eka, Purnawati Lestari. (2009). Hubungan Pengetahuan Ibu hamil Tentang Resiko Persalinan dengan Keputusan Memilih Persalinan Sectio Caesarea di RS Bunda Surabaya. STIKES Artha Bodhi Iswara. Surabaya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta: Depdiknas.

Kasdu, Dini. (2003). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta. Puspa Swara.

Lastiko, Bramantyo. (2003). Operasi Caesar. Jakarta. Puspa Swara. Lestari, dkk. (2010). Buku Saku Komunikasi dan Konseling dalam Praktik

Kebidanan. Jakarta:Trans Info Media.

Marlindawani, Jenny dkk. (2010). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Maramis, WF. (2006). Ilmu Perilaku dalam Pelayan Kesehatan. Jakarta. EGC. Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri I, Obstetri Fisisologi, Obstetri

Patologi. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri I, Obstetri Fisisologi, Obstetri Sosial.


(69)

Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Sosiologi Untuk Keperawatan, Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medica.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Nursalam. (2009). Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Oxorn, Harry dan William R. Forte. (2010). Ilmu Kebidanan, Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.

Polit, D. F & Hungler, B.P.(1999). Nursing Research Principles and Methods.

(sixth ed.). Philadelphia: J.B. Lipincott Company.

Saifudin. (2002). Buku Panduan Praktis Materna dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.

Sarmana. (2004). Determinan Non Medis dalam Permintaan Persalinan Sectio caesarea di RS St. Elisabeth Medan. FKM USU

Sumarah, dkk. (2009). Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Penerbit Fitramaya


(70)

(71)

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

Oleh : Intan Salfariani M

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang akan melakukan penelitian sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memilih persalinan sectio caesarea tanpa indikasi medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan.

Saya mengharapkan jawaban yang Ibu berikan sesuai dengan pendapat Ibu sendiri dan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Ibu. Informasi yang Ibu berikan hanya akan digunakan untuk mengembangkan Ilmu Keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi responden penelitian atau menolak tanpa sanksi apa pun. Jika Ibu berkenan menjadi responden penelitian ini, silahkan Ibu menandatangani kolom di bawah ini.

Terima kasih.

Medan,


(72)

(73)

TAKSASI DANA PENELITIAN

Total biaya penelitian ini diperkirakan Rp.1.018.500,- dengan rincian sebagai berikut:

No Uraian Biaya

1. Pembelian kertas A4 Rp 30.000,- x 2 rim @ 60.000,-

2. Tinta print Rp 20.000,- x 2 @ 40.000,-

2. Foto kopi materi untuk tinjauan literatur

Rp 100.000,-

4. Biaya izin administrasi penelitian di RSU Bunda Thamrin Medan

Rp 150.000,-

7. Biaya konsumsi presentasi sidang proposal

Rp 70.000,-

8. Biaya konsumsi presentasi sidang akhir Rp 170.000,-

9. Fotokopi kuisioner Rp 500,- x 25 @ 12.500,-

10. Biaya jilid proposal penelitian Rp 2.000,- x 4 @ 8.000,- 11. Biaya jilid skripsi penelitian Rp 2.000,- x 4 @ 8.000,-

12. Biaya sidang skripsi Rp 150.000

13. Biaya transportasi penelitian Rp 100.000,-

14. Biaya tak terduga Rp 250.000,-


(74)

KUESIONER PENELITIAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Memilih Persalinan Sectio Caesarea Tanpa Indikasi Medis di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan

Kode : Tanggal : Bagian 1 : Kuesioner Data Demografi

Petunjuk :

a. Berilah tanda cheklist (√) pada kotak pilihan yang sesuai dengan ibu b. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti

1. Inisial nama :

2. Umur : Tahun

3. Agama : Islam Budha

Protestan Hindu

Katolik

4. Suku : Batak Jawa

Aceh Melayu

Minang Lainnya

5. Pendidikan : SD SMP SMA D3 Sarjana

6. Pekerjaan : IRT Pegawai Swasta

PNS Wiraswasta

Lainnya

7. Penghasilan perbulan : <Rp 5.000.000

Rp 5.000.000-10.000.000 >Rp 10.000.000

8. Kehamilan ke- :


(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MEMILIH

PERSALINAN SECTIO CAESAREA TANPA INDIKASI MEDIS

Faktor social

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 2 9.1 9.1 9.1

1 4 18.2 18.2 27.3

2 4 18.2 18.2 45.5

3 12 54.5 54.5 100.0

Total 22 100.0 100.0

Faktor ekonomi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 9 40.9 40.9 40.9

1 9 40.9 40.9 81.8

2 4 18.2 18.2 100.0

Total 22 100.0 100.0

Kepercayaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 8 36.4 36.4 36.4

1 2 9.1 9.1 45.5

2 3 13.6 13.6 59.1

3 9 40.9 40.9 100.0


(2)

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 13.6 13.6 13.6

2 5 22.7 22.7 36.4

3 14 63.6 63.6 100.0

Total 22 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 13 59.1 59.1 59.1

1 5 22.7 22.7 81.8

2 2 9.1 9.1 90.9

3 2 9.1 9.1 100.0

Total 22 100.0 100.0

Kecemasan persalinan normal

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 5 22.7 22.7 22.7

1 4 18.2 18.2 40.9

2 7 31.8 31.8 72.7

3 6 27.3 27.3 100.0

Total 22 100.0 100.0


(3)

Kesepakatan suami istri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 8 36.4 36.4 36.4

3 14 63.6 63.6 100.0


(4)

CURRICULUM VITAE

Nama

: Intan Salfariani M

Nim

: 081101006

Tempat/Tanggal Lahir

: Tarutung/12 Juli 1990

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Jln. Pendidikan No.43 B. Setia Tembung

Riwayat Pendidikan

:

1.

SD Negeri 173104 Tarutung

(1996-2002)

2.

MTs S Darul Mursyid Simanosor Julu Tapsel

(2002-2005)

3.

MAS Darul Mursyid Simanosor Julu Tapsel

(2005-2008)

4.

Fakultas Keperawatan USU

(2008-2012)


(5)

(6)