Pengembalian Sanksi Pengembalian Kerugian Keuangan Negara

20 Tindak Pidana Korupsi Nuansa Aulia, 2008: 27, BAB II Tindak Pidana Korupsi, Pasal 18 ayat : “1 Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan adalah: a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupsi dilakukan, begitu pula harga dari barang yang menggantikan barang-barang tersebut. b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi. c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 satu tahun. d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepada terpidana. 2 Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b, paling lama dalam waktu 1 satu bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. 3 Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti sebagai mana dimaksud dalam ayat 1 huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan ”.

b. Pengembalian

Istilah pengembalian berasal dari kata dasar kembali merupakan kata kerja artinya balik ke tempat atau ke keadaan semula. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI istilah pengembalian 21 merupakan kata benda yang mengandung beberapa arti yaitu proses, cara, perbuatan mengembalikan, pemulangan, pemulihan KBBI, Edisi Ketiga; 2005: 537. Dalam konteks kerugian keuangan negara sebagai akibat tindak pidana korupsi maka pengembalian dapat diartikan pemulihan ke keadaan semula kerugian keuangan negara dengan proses atau cara-cara tertentu. Bahwa tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Tindak pidana korupsi juga menghambat pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi Nuansa Aulia, 2008: 23. Ada berbagai alasan perubahan ketentuan tindak pidana korupsi yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Alasan perubahan Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 Nuansa Aulia, 2008: 61 dalam penjelasan umumnya juga dijelaskan bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara sistematik dan meluas. Tindak pidana korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu 22 digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantsannya harus dilakukan secara luar biasa. Upaya pengembalian kerugian dalam hal ini kerugian keuangan negara atau dapat juga disebut penyelamatan kerugian negara ini meliputi baik berupa kerugian keuangan negara, perekonomian negara maupun aset-aset negara lainnya yang ditimbulkan akibat dari tindak pidana korupsi. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di samping unsur pemidanaan agar dapat memberikan efek jera baik kepada pelaku maupun kepada masyarakat luas secara massif , aspek penyelamatan kerugian negara juga harus menjadi tujuan. Kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi, menganggu jalannya perekonomian, maka diharapkan dapat dipulihkan dengan menyalurkan kembali keuangan negara yang berhasil diselamatkan. Upaya memaksimalkan penyelamatan kerugian keuangan negara atau perekonomian negara ini kiranya dapat dipetik pelajaran sejarah yang berharga dengan dibentuknya Badan Koordinasi Penilik Harta Benda pada masa berlakunya Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Angkatan Darat dan Laut Nomor : PrtPeperpu0131958. Pada saat ini setting ruang dan waktunya sama pada saat itu yaitu dalam keadaan darurat, kalau pada saat ini dapat dikatakan dalam keadaan “darurat korupsi”. Hadi Supeno 2009: 3, berpendapat bahwa pelaku korupsi tidak hanya aparat pemerintah saja, tetapi juga terjadi pada lembaga-lembaga penegakan hukum. 23 Dalam perspektif hukum perdata berdasarkan ketentuan Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek B.W.Kitab Undang-undang Hukum Perdata R. Subekti, 1994: 310 ditentukan tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menganti kerugian tersebut. Ketentuan ini meskipun merupakan ketentuan ruang lingkup perdata, namun demikian dapat diterapkan dalam ruang lingkup hukum pidana khususnya dalam tindak pidana korupsi yang terkait dengan pengembalian kerugian keuangan negara. Pengembalian kerugian keuangan negara dalam perspektif hukum, dapat diartikan pemulihan ke keadaan semula kerugian keuangan negara dengan proses atau cara-cara tertentu oleh lembaga yang berwenang melalui instrumen-instrumen hukum baik dengan litigasi maupun non litigasi. Pengembalian kerugian keuangan negara dalam praktek masih mengalami berbagai hambatan baik pada tataran teoritik hukum maupun prosedural hukum.

c. Kerugian

Dokumen yang terkait

Pendampingan Aparatur Sipil Negara Yang Terkait Tindak Pidana Korupsi Dalam Pelaksanaan Tugas Kedinasan Berdasarkan Permendagri No. 12 Tahun 2014 Di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara

1 109 101

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Korupsi pada Program Konpensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Infrastruktur Pedesaan (Studi Putusan MA No. 2093 K / Pid. Sus / 2011)

3 55 157

Relevansi Sanksi Pidana Mati Dalam Tindak Pidana Narkotika (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009) Dengan Tujuan Pemidanaan

3 64 108

Analisis Gugatan bersifat in rem terhadap hasil tindak pidana korupsi pada sistem hukum Common Law

1 77 152

Kewenangan Jaksa Pengacara Negara Dalam Gugatan Pengembalian Kerugian Keuangan Negara Akibat Tindak Pidana Korupsi Yang Terdakwanya Meninggal Dunia (Studi Putusan No. Reg 02/Pdt. G/2010/PN.DPK)

0 55 105

PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA MELALUI PENJATUHAN SANKSI PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI.

1 7 18

SANKSI PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA TERHADAP PIHAK KETIGA YANG SANKSI PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA TERHADAP PIHAK KETIGA YANG MENERIMA HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI.

0 2 14

PENDAHULUAN SANKSI PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA TERHADAP PIHAK KETIGA YANG MENERIMA HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI.

0 4 15

KESIMPULAN DAN SARAN SANKSI PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA TERHADAP PIHAK KETIGA YANG MENERIMA HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI.

0 3 5

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KEPERDATAAN PENGEMBALIAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI.

0 0 8