Adapun faktor - faktor yang menyebabkan wajib pajak tidak membayar pajak walaupun sudah diberikan peringatan oleh pihak KPP, adalah:
1. Kurangnya pemahaman yang didapat oleh masyarakat tentang perpajakan, sehingga
masyarakat sering mengalami kesulitan dalam pengisian SPT. 2.
Surat tidak sampai tujuan, disebabkan karena wajib pajak telah pindah tanpa membari tahu dan wajib pajak tidak mencantumkan alamat barunya, atau alamat
tidak jelas pada saat perekaman tersebut. 3.
Kondisi usaha wajib pajak menurunbangkrut, sehingga wajib pajak merasa tidak perlu membayar pajak.
4. Wajib pajak tidak peduli terhadap pajak yang harus dibayar.
C. Usaha Yang Dilakukan Pihak KPP Dalam Meningkatkan Kepatuhan Dan
Kesadaran Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak.
Adapun usaha – usaha yang dilakukan pihak KPP dalam meningkatkan kepatuhan dan keasadaran wajib pajak, yaitu:
1. Sosialisasi perpajakan
Dalam upaya peningkatan dilakukan kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakan, pihak KPP melakukan sosialisasi perpajakan dengan cara mambuat
pusat penyuluhan yang berfungsi untuk memberi layanan pendidikan pajak kepada wajib pajak. Pusat penyuluhan juga mempunyai misi untuk meningkatkan
kasadaran perpajakan sehingga wajib pajak mengerti dan mengetahui hak – hak dan kewajiban perpajakannya. Petugas pajak yang berfungsi sebagai sarana mendidik
agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak.
Dalam hal ini pusat penyuluhan pajak sendiri memiliki strategi khusus dalam memberikan layanan informasi dan pendidikan pajak, yaitu:
a. Penyebaran informasi dan pendidikan pajak yang dilaksanakan secara serentak
dalam waktu bersamaan sehingga dalam waktu yang sama seluruh objek penerangan bisa menerima informasi yang sama sehingga ada kesetaraan.
b. Informasi atau pendidikan pajak yang diberi harus sama dan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan sehingga tidak menimbulkan interprestasi yang berbeda – beda dalam pelaksanaannya.
c. Memberikan informasi atau pendidikan pajak kepada masyarakat sebagai wajib
pajak mengerti akan hak – hak dan kewajiban perpajakan dengan benar tanpa ada distorsi informasi.
d. Memberikan informasi mengenai opini wajib pajak tentang kualitas layanan
yang diberikan petugas pajak maupun persepsi umum wajib pajak mengenai
lembaga pengelolaan untuk dijadikan input, guna memberikan kualitas layanan yang diberikan.
e. Penyebaran informasi dan pendidikan pajak dilakukan dengan transparan dan
terbuka terhadap kritik serta responsif dan masukan dari masyarakat sehingga pada gilirannya mampu memberikan suasana kerja yang kondusif bagi petugas
pajak dalam meningkatkan kinerjanya. 2.
Peningkatan pelayanan pajak Pelayanan merupakan suatu masalah yang serius bahkan dapat dikatakan sangat
penting. Idealnya bagi masyarakat wajib pajak dalam melakukan kewajibannya dibidang perpajakan dapat terlaksana dengan baik, dalam pengertian tejadi
pemaksaan atau penerapan sanksi. Dengan pelayanan dan penyuluhan yang terus – menerus dan baik dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajibannya. Dalam hal ini Dirjen Pajak memberikan jasa pelayanan pajak yakni antara lain
berupa: a.
Menyajikan informasi perpajakan. b.
Melayani loket penerimaan SPT, baik SPT Masa maupun SPT Tahunan. c.
Pelayanan restitusi pajak. d.
Penyelesaian permohonan keberatan atas suatu ketetapan pajak. e.
Permohonan NPWP dan NPPKP.
f. Permohonan perubahan alamat wajib pajak.
g. Menerima surat – surat wajib pajak.
2.1. Berapa hal mengenai pelayanan tentu tidak lepas dari: 1.
Hal yang berkaitan dengan unsur pelayanan. a.
Harus diperhatikan atau dicari formula yang baik dalam pelayanan. Formula dari pelayanan yang baik tersebut adalah pelayanan yang
mampu menangani dan mengkomodasi masalah – masalah yang muncul dan berkembang dalam masyarakat yang terutang dalam ketentuan pelaksanaan
yang mudah dipahami. Dan terhadap aparat harus tanggap dan cepat menyelesaikan masalah yang muncul serta mudah dan tidak berbelit – belit
dalam penyelesaiannya dan terakhir hasilnya benar dan sesuai ketentuan. b.
Pelayanan yang diberikan oleh fiskus harus mencakup sifat – sifat: 1.
Memberikan kemudahan yang tepat. 2.
Adil dan sederhana. 3.
Melayanai dan mengayomi. 4.
Memaksimalkan tugas. c.
Pelayanan bersifat statis, harus selalu kreatif dan terus berkembang dengan keadaan yang ada dalam masyarakan dan selalu berorientasi
pada pencapaian tujaun.
2. Hal - hal yang yang berkaitan untuk menciptakan kesadaran masyarakat
untuk ikut berperan serta dalam perpajakan: Dengan pembaharuan dan pelayanan yang baik diharapkan wajib pajak
ikut berperan serta dalam perpajakan. a.
Dengan pembaharuan dan penyuluhan yang baik diharap dapat menimbulkan motivasi dari wajib pajak untuk membayar pajak.
b. Diadakan pengenalan pajak usia dini.
c. Dikondisikan dalam masyarakat budaya malu jika tidak membayar
pajak. d.
Diharapkan sikap tegas para aparat perpajakan agar menindak langsung sesuai dengan peraturan kepada orangbadan yang berusaha
memanipulasi pajak. 3.
Penyederhanaan sistem pajak Dalam hal ini meliputi formulir SPT harus sederhana dan tidak
membingungkan. Dengan adanya formulir yang sederhana diharapkan wajib pajak dapat menghitung pajak yang terutang dengan mudah.
4. Perlakuan yang adil terhadap pembayaran pajak.
Pada akhirnya jumlah pajak yang harus dibayar ditentukan oleh fiskus walaupun seebelumnya dia sendiri yang menentukan kira – kira berapa besar
jumlah pajaknya yang harus dibayar. Perasaan adil dapat terjadi dalam hal pembayaran pajak. Bentuk ketidakadilan ini ada dua jenis: yang pertama
ketidakadilan horizontal yaitu perasaan yang dikarenakan seseorang membayar pajak lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang yang
kekayaannya relatif sama dengan kekayaan sendiri. Kedua, ketidakadilan vertical ini terjadi karena seseorang harus membayar pajak yang lebih besar
jika dibandingkan dengan kekayaannya lebih besar. Akibatnya ketidakadilan tersebut membuat orang frustasi dan benci kepada pajak.
5. Pengenaan sanksi berdasarkan peraturan perundang – undangan perpajakan.
Jika wajib pajak tidak mau membayar walaupun sudah diberi peringatan dan telah diberikan sanksi kepada wajib pajak baik sanksi denda maupun
sanksi pidana, sehingga memberikan efek jera terhadap masyarakat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian pada bab – bab sebelumnya penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dal membayar pajak disebabkan karena kurangnya pelayanan fiskus terhadap wp, wajib pajak tidak
memahami pentingnya pajak terhadap penerimaan negara, kurangnya sosialisasi, dan persepsi wajib pajak terhadap KPP.
2. Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak oleh beberapa faktor lain, kurangnya
pemahaman masyarakat tentang pajak serta kurangnya sosialisasi dari Direktorat Jenderal Pajak, menganggap pajak sebagai beban yang dapat mengurangi
penghasilan, sulit untuk memahami peraturan perpajakan, tidak mendapat imbalan jasa secara langsung, dan sikap optimis wajib pajak terhadap pajak.
3. Adapun usaha yang dilakukan pihak KPP Pratama Medan Timur dalam
meningkatkan kepatuhan dan mencegah adanya wp untuk melakukan penghindaran pajak ialah: sosialisasi perpajakan, peningkatan pelayanan pajak, peneyederhanaan
sistem perpajakan yang ada di Indonesia, perlakuan yang adil terahadap pembayar pajak, pengenaan sanksi berdasarkan perturan perundang – undangan perpajakan.
B. SARAN
Dari pengamatan yang terdapat pada tulisan ini, penulis bermaksud memberikan saran yang dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Adapun saran – saran tersebut adalah: 1.
Untuk mengatasi wajib pajak yang tidak mau mendaftarkan diri sebagai wajib pajak seabaiknya fiskus melakukan inspeksi ke rumah – rumah lebih sering, dan
mengadakan penyuluhan yang lebih efektif dalam menyadarkan wajib pajak dalam menjalankan salah satu kewajiban dalam membayar pajak.
2. Dalam meningkatkan kepatuhan dan kesadaran wajib pajak sebagai fiskus tidak
hanya melakukan penyuluhan saja, tetepi juga memberlakukan kebijakan – kebijakan yang dapat memudahkan wajib pajak.
3. Bagi wajib pajak yang sengaja mengurangi jumlah pajak terutangnya dan
terlambat menyampaikan SPT, dan melanggar peraturan perpajakan seabaiknya ditindak denaga sanksi yang tegas sehingga dapat menjadikan wajib pajak
peduli atas kewajibannya.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI PKLM A.
Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Medan Timur Kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan belanda, dan masa itu kantor
pelayanan pajak masih disebut Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan negara Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah
lagi menjadi kantor Inspeksi Pajak dengan Induk Organisasinya adalah Direktorat Jendral Pajak.
Di Sumatera Utara sendiri pada tahun 1976 berdiri 3 tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan.
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Pajak Medan Selatan dipecah menjadi 2 dua, yaitu Kantor Pajak Medan Selatan dan Kantor pajak medan Kisaran. Untuk memudahkan dan
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikannyalah Kantor Inspeksi Medan Timur sekarang Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur . Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.94KMK.011994 tanggal 29 maret 1994, didirikanlah Kantor
pelayanana Pajak Medan Timur. Kantor pelayanan Pajak Medan Timur merupakan bagian dari Direktorat Jenderal
Pajak mempunyai tugas pokok dibidang penerimaan negara yang berasal dari pajak sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Nomenlaktur KPP Medan Timur
diganti menjadi Kantor Pelayananan Pajak KPP Pratama Medan Timur pada tanggal 06 Mei 2008, sesuai dengan Peraturan Menteri keuangan Nomor 67PMK.02008 tentang
perubahan kedua atas PMK No.132PMK.012006 Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Tmur beralamat di Jalan SukaMulia No.17-A Medan. Kantor Pelayanan Pajak Modren diseluruh jajaran Direktorat jenderal Pajak terdiri
dari tiga 3 jenis, yaitu : 1.
Kantor pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar 2.
Kantor pelayanan Pajak Madya 3.
Kantor pelayanan Pajak Pratama Dengan dibentuknya Kantor pelayanan Pajak Madya dan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama di bawah kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah
sebagian Provinsi Sumatera Utara. 2.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah : a.
Kecamatan Medan Timur b.
Kecamatan Medan Tembung c.
Kecamatan Medan Perjuangan 3.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah kecamatan Medan Barat
4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah : a.
Kecamatan Medan Sunggal b.
Kecamatan Medan Petisah c.
Kecamatan Medan Helvetia 5.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
a. Kecamatan Medan Kota
b. Kecamatan Medan Denai
c. Kecamatan Medan Area
d. Kecamatan Medan Amplas
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan polonia, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah : a.
Kecamatan Medan polonia b.
Kecamatan Medan Maimun c.
Kecamatan Medan Baru d.
Kecamatan Medan Tuntungan e.
Kecamatan Medan Selayang f.
Kecamatan Medan Johor 7.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
a. Kecamatan Medan Belawan
b. Kecamatan Medan Marelan
c. Kecamatan Medan Labuhan
d. Kecamatan Medan Deli
8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :
a. Kota Binjai
b. Kabupaten Langkat
9. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, dengan ruang lingkup meliputi
wilayah Kabupaten Deli Serdang .
B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur serta Nilai – nilai