Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Jha 2001 terhadap 56 pasien limfadenitis TB didapatkan bahwa kelompok umur yang paling sering adalah 11-20 tahun
23 pasien, dengan umur rata-rata adalah 23,7 tahun. Didapatkan 24 pria dan 32 wanita 1:1,3. Kelenjar yang paling banyak terlibat adalah kelenjar limfe servikal sebanyak 49
pasien, sedangkan sisanya melibatkan juga kelenjar aksilaris dan inguinal. Pada kelenjar servikal dijumpai pembengkakan kelenjar multipel terkonglumerasi pada 23 orang,
tunggal diskret pada 18 orang, dan multipel diskret pada sembilan orang. Abses dan sinus dijumpai pada masing-masing tiga orang.
Dari 147 kasus limfadenitis TB yang diteliti oleh Cook 2004 dari tahun 1990 sampai 2000 didapatkan 68 penderita adalah wanita dengan tingkat insidensi 1,17 per
100.000 orang. Manifestasi klinis terbanyak adalah pembesaran kelenjar limfe servikal tunggal 80.
Berdasarkan penelitian dari Maharjan 2009 dari 155 kasus dengan pembesaran kelenjar leher, 83 kasus 54 adalah limfadenitis TB, 52 kasus 33 adalah
limfadenitis reaktif dan 17 11 kasus adalah metastasis. Mayoritas pasien adalah dewasa sehat, berusia antara 8-71 tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita pada
penelitian ini. Kelenjar getah bening segitiga posterior adalah yang paling banyak terlibat yaitu 35 kasus 42 dan regio preaurikular adalah yang paling sedikit yaitu 1 kasus
1. Lima puluh kasus 18 didapati adanya abses. Peneliti tertarik untuk mengangkat topik mengenai karakteristik penderita
limfadenitis tuberkulosis karena peneliti ingin mengetahui karakteristik penderita limfadenitis tuberkulosis sehingga dengan mengetahui karakteristik penderita yang bisa
didapatkan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik kita dapat mencurigai adanya infeksi tuberkulosis pada kelenjar getah bening dan dapat membedakannya dengan
penyakit lain yang bermanifestasi klinis sebagai pembesaran kelenjar getah bening.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana karakteristik penderita limfadenitis tuberkulosis di
Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2011?”.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita limfadenitis tuberkulosis di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara pada tahun 2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita limfadenitis tuberkulosis
berdasarkan umur, jenis kelamin, dan ada atau tidaknya gejala sistemik. b.
Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita limfadenitis tuberkulosis berdasarkan ukuran, jumlah, konsistensi, dan ada atau tidaknya ulkus
pembesaran kelenjar getah bening.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai jumlah dan
profil penderita limfadenitis tuberkulosis yang menjalani pemeriksaan biopsi aspirasi di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara sehingga dapat meningkatkan tingkat kecurigaan masyarakat terhadap adanya infeksi TB berdasarkan
manifestasi klinis. b.
Untuk memberikan informasi kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai karakteristik penderita limfadenitis
tuberkulosis ditinjau dari umur, jenis kelamin, ada atau tidaknya gejala sistemik, ukuran, jumlah, konsistensi pembesaran kelenjar, dan ada atau
tidaknya ulkus. c.
Untuk meningkatkan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian dan meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai limfadenitis tuberkulosis
secara teoretis dan karakteristik penderita limfadenitis tuberkulosis.
Universitas Sumatera Utara
d. Sebagai masukan bagi pihak lain yang akan melanjutkan penelitian ini
ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Limfadenitis merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening. Jadi, limfadenitis tuberkulosis TB merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah
bening yang disebabkan oleh basil tuberkulosis Ioachim, 2009. Apabila peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher disebut dengan scrofula
Dorland, 1998. Limfadenitis pada kelenjar limfe di leher inilah yang biasanya paling sering terjadi Kumar, 2004. Istilah scrofula diambil dari bahasa latin yang berarti
pembengkakan kelenjar. Hippocrates 460-377 S.M. menyebutkan istilah tumor skrofula pada sebuah tulisannya Mohaputra, 2009. Penyakit ini juga sudah dikenal sejak zaman
raja-raja Eropa pada zaman pertengahan dengan nama “King’s evil”, dimana dipercaya bahwa sentuhan tangan raja dapat menyembuhkannya McClay, 2008. Infeksi
M.tuberculosis pada kulit disebabkan oleh perluasan langsung tuberkulosis ke kulit dari struktur dasar atau terpajan melalui kontak dengan tuberkulosis disebut dengan
scrofuloderma Dorland, 1998.
2.2. Epidemiologi
Selama beberapa abad tuberkulosis merupakan salah satu penyakit terparah pada manusia. Dari semua penyakit infeksi, tuberkulosis masih merupakan penyebab kematian
tersering. WHO memprediksikan insidensi penyakit tuberkulosis ini akan terus meningkat, dimana akan terdapat 12 juta kasus baru dan 3 juta kematian akibat penyakit
tuberkulosis setiap tahun. Sepertiga dari peningkatan jumlah kasus baru disebabkan oleh epidemi HIV, dimana tuberkulosis menyebabkan kematian pada satu orang dari tujuh
orang yang menderita AIDS Ioachim, 2009. Indonesia pada tahun 2009 menempati peringkat kelima negara dengan insidensi
TB tertinggi di dunia sebanyak 0,35-0,52 juta setelah India 1,6-2,4 juta, Cina 1,1-1,5 juta, Afrika Selatan 0,40-0,59 juta, dan Nigeria 0,37-0,55 juta WHO, 2010. Survei
Kesehatan Rumah Tangga SKRT tahun 1995 menempatkan TB sebagai penyebab kematian terbesar ketiga setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran
Universitas Sumatera Utara