Intensitas Serangan Helminthosporium turcicum Pass. Leonard et Suggs

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intensitas Serangan Helminthosporium turcicum Pass. Leonard et Suggs

a. Pengaruh Jarak tanaman terhadap intensistas serangan H. turcicum pada tanaman Jagung Data pengamatan intensitas serangan H. turcicum pada setiap waktu pengamatan mulai dari 5-14 minggu setelah tanam mst dapat dilihat pada lampiran 1-10. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa jarak tanam nyata pada pengamatan 12-14 mst . Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Beda Uji Rataan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Intensitas Serangan H. turcicum Pada Pengamatan 12-14 mst. PERLAKUAN PENGAMATAN 12 mst 13 mst 14 mst J1 18.09a 18.88a 21.43a J2 14.92a 16.09a 17.68b J3 12.84a 13.60b 15.71b Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata, pada taraf 5. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan 12 minggu setelah tanam intensitas serangan tertinggi H. turcicum terdapat pada perlakuan J1 jarak tanam 50 x 25 cm sebesar 18.09 dan terendah pada perlakuan J3 jarak tanam 70 x 25 cm sebesar 12.84. Pada pengamtan 14 minggu setelah tanam, intensitas serangan tertinggi H. turcicum terdapat pada perlakuan J1 jarak tanam 50 x 25 cm sebesar 21.43 dan terendah pada perlakuan J3 jarak tanam 70 x 25 cm sebesar 15.71. Hal ini menunjukkan bahwa jarak tanam yang efektif digunakan untuk mengendalikan H. turcicum adalah jarak tanam 70 x 25 cm. Hal ini menunjukkan bahwa jarak tanam optimum dapat menekan Universitas Sumatera Utara perkembangan penyakit dikarenakan antar tanaman terjadi persaingan unsur hara, cahaya matahari, CO2 dan kelembaban. Hal ini sesuai dengan literatur Hunter, Kannenberg dan Gamble 1970, yang menyatakan bahwa ada penurunan luas daun secara linier per tanaman jika populasi ditingkatkan. Penurunan ini mungkin disebabkan oleh persaingan CO2 atau cahaya antar tanaman. Penetapan jumlah populasi tanaman per satuan luas atau pengaturan jarak tanam erat hubungannya dengan penyerapan sinar matahari secara efektif oleh tajuk tanaman untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesis. Effendi 1977 menyatakan bahwa dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun antara tanaman dengan tanaman lain untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan yang optimum maka akan diperoleh ILD Indeks Luas Lahan Daun yang optimum dengan pembentukan bahan kering yang maksimum. Jarak tanam juga dapat mempengaruhi intensitas serangan penyakit didukung dengan pengaruh curah hujan meningkat dan intensitas matahari yang menurun sehingga perkembangan penyakit dapat menyebar dengan cepat. Hal ini sesuai dengan literatur Pakki 2005 yang menyatakan bahwa mulai meningkatnya curah hujan dan menurunnya intensitas penyinaran matahari. Keadaan tersebut memberi gambaran bahwa pengaturan waktu tanam dan jarak tanam, yaitu tanam lebih awal saat curah hujan dan intensitas penyinaran tidak menguntungkan bagi perkembangan H. maydis, dapat menekan perkembangan penyakit. Beda rataan intensitas serangan H. turcicum perlakuan jarak tanam pada pengamatan 12-14 mst dapat dilihat pada histogram di bawah ini Gambar 3. Universitas Sumatera Utara Gambar 3 : Histogram pengaruh jarak tanam terhadap intensitas serangan H. turcicum pada pengamatan 12-14 mst. b. Pengaruh pupuk organik terhadap intensistas serangan H. turcicum pada tanaman Jagung Data pengamatan intensitas serangan H. turcicum pada setiap waktu pengamatan mulai dari 5-14 minggu setelah tanam mst dapat dilihat pada lampiran 1-10. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa pupuk organik nyata pada pengamatan 5-14 mst . Hal ini dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Beda Uji Rataan Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Intensitas Serangan H. turcicum Pada Pengamatan 5 -14 mst. PERLAKUAN PENGAMATAN 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST 13 MST 14 MST P0 1.32a 2.36a 5.81a 8.00a 10.43a 13.13a 14.95a 18.39a 19.43a 23.38a P1 0.31a 0.64a 1.97a 4.19a 6.32a 8.57a 9.80a 14.33a 15.03a 16.71b P2 0.19a 0.74a 1.79a 2.95a 5.70a 8.44a 9.74a 13.14a 14.12b 14.74b Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata, pada taraf 5. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan 5 minggu setelah tanam intensitas serangan tertinggi H. turcicum terdapat pada perlakuan P0 kontrol sebesar 1.32 dan terendah pada perlakuan P2 pupuk kompos sebesar 0.19. Pada pengamtan 14 minggu setelah tanam, intensitas serangan tertinggi Universitas Sumatera Utara H. turcicum terdapat pada perlakuan P0 kontrol sebesar 23.38 dan terendah pada perlakuan P2 pupuk kompos sebesar 14.74. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk organik yang efektif untuk menekan perkembangan penyakit H. turcicum adalah pupuk kompos dikarenakan pada pupuk kompos terdapat mikrorganisme yang berguna dalam tanah dalam memperbaiki struktur tanah, penyerapan air dan unsur hara, serta adanya aktifitas mikroba untuk menekan perkembangan penyakit. Hal ini sesuai dengan literatur Wilfredo and Cosico 1985 yang menyatakan bahwa aktivitas mikroba membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit lewat proses alamiah. Isron 2008 kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah yang diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Intensitas serangan penyakit H. turcicum pada penelitian ini dapat juga dipengaruhi oleh sisa-sisa tanaman jagung sehingga berpotensi sebagai inokulum awal karena H. turcicum mempunyai klamidiospora yang dapat bertahan pada sisa- sisa tanaman jagung dan inang alternatif lain. Hal ini sesuai dengan literatur Pakki 2005 yang menyatakan bahwa Helminthosporium sp. hampir selalu ditemukan pada setiap musim tanam. Patogen dalam bentuk miselium dorman juga mampu bertahan hingga satu tahun pada sisa tanaman jagung Shurtleff 1980 Universitas Sumatera Utara dalam Pakki 2005 sehingga penyakit bersifat laten serta mampu menyebabkan serangan secara sporadis yang serius terutama pada varietas rentan. Beda rataan intensitas serangan H. turcicum pada perlakuan pupuk organik pada pengamatan 5-14 mst dapat dilihat pada histogram dibawah ini Gambar 4. Gambar 4 : Histogram pengaruh pupuk organik terhadap intensitas serangan H. turcicum pada pengamatan 5-14 mst.

2. Produksi Jagung tonha