Penentuan Kadar COD ( Chemical Oxygen Demand ) Pada Limbah Cair Rumah Sakit Sultan Sulaiman Dengan Menggunakan Spectroquant Nova 60
PENENTUAN KADAR COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND )
PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SULTAN SULAIMAN
DENGAN MENGGUNAKAN SPECTROQUANT NOVA 60
TUGAS AKHIR
RAFIKA TRI WINDARI
102401043
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
(2)
PENENTUAN KADAR COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND )
PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SULTAN SULAIMAN
DENGAN MENGGUNAKAN SPECTROQUANT NOVA 60
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperolehAhli Madya
RAFIKA TRI WINDARI
102401043
PROGRAM STUDI D-3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
(3)
PERSETUJUAN
Judul : Penentuan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah Cair Rumah Sakit Sultan Sulaiman Dengan Menggunakan Spectroquant Nova 60
Kategori : Tugas Akhir Nama : Rafika Tri Windari Nomor Induk Mahasiswa : 102401043
Program Studi : D-3 Kimia Analis Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di Medan, Juli 2013
Disetujui Oleh
Program Studi D3 Kimia Pembimbing, Ketua,
Dra.Emma Zaidar Nst, MS Prof.Dr.Tamrin.M.Sc NIP.195512181987012001 NIP.196007041989103003
Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
(4)
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND ) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SULTAN SULAIMAN DENGAN
MENGGUNAKAN SPECTROQUANT NOVA 60
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2013
RAFIKA TRI WINDARI 102401043
(5)
PENGHARGAAN
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang memberikan kesehatan dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Dalam proses pembuatan tugas akhir ini, penulis telah mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Kedua orang tua Bapak dan Ibu yang telah memberikan , doa, saran, motivasi dan materi sampai karya ilmiah ini selesai. Kakak dan Abang yang telah memberikan motivasi. Ibu Dr.Rumondang Bulan,MS selaku ketua Departemen kimia. Ibu Dra.Emma Zaidar,M.Si selaku ketua program studi. Bapak Prof.Dr.Tamrin,M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan. Dr.Chairuddin,M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi. Seluruh teman-teman jurusan kimia analis FMIPA USU yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, khususnya angkatan 2010. Kepada teman-teman Julianti Tarihoran, Hanifah Marito Hutasuhut, Dian Pratiwi, Ayu Shilvya Yona, Nurhayani,Yayup Rifai, Vandy dan teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Pak Johannis Dollar Sinuhaji,ST, Pak Radius Tambun,ST serta seluruh pegawai di kantor lingkungan hidup Serdang Bedagai.
Didalam menyusun tugas akhir ini penulis telah berupaya semaksimal mungkin dan dengan adanya motivasi dari mereka penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
(6)
PENENTUAN KADAR COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND ) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SULTAN SULAIMAN DENGAN
MENGGUNAKAN SPECTROQUANT NOVA 60
ABSTRAK
Telah dilakukan penentuan kadar COD (Chemical Oxygen Demand ) pada limbah cair Rumah Sakit Sultan Sulaiman dengan menggunakan Spectrofoquant Nova 60. Dengan adanya pemanasan selama 2 jam pada suhu 148oC yang dilakukan di dalam termoreaktor diperoleh bahwa kadar COD pada limbah cair yaitu minggu pertama dengan rata-rata 40,150 mg/L, minggu kedua 45,249 mg/L dan minggu ketiga 53,558 mg/L. Kadar COD yang diperoleh masih berada dibawah kadar maksimum. Dari hasil yang diperoleh dapat menunjukkan bahwa air limbah rumah sakit tersebut tidak melebihi standart yang telah ditetapkan oleh KEP-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit.
(7)
DETERMIINING COD CONTENT ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND ) FROM LIQUID WASTE IN SULTAN SULAIMAN’S HOSPITAL
BY SPECTROQUANT NOVA 60
ABSTRACT
The determination of COD level ( chemical oxygen demand ) waste water from Sultan Sulaiman’s hospital with Spectroquant Nova 60. Has been made carried out by heating for two hour at 148oC do into reactor’s COD result that COD level of waste water at the first week have average 40,150 mg/L, the second is 45,249 mg/L and the third 53,558 mg/L. COD level resulted below maximum level. From the result showed that waste water not effluent from standart quality required of KEP-58/MenLH/12/1995 about quality standart waste water from hospital.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Singkatan x
Daftar Lampiran xi
BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 4
1.3. Tujuan 5
1.4. Manfaat 5
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1. Limbah 6
2.1.1. Pengertian Limbah 7 2.1.2. Limbah Cair Domestik 7 2.1.3. Limbah Cair Industri 7 2.1.4. Sumber Air Limbah 7 2.2. Pemantauan Kualitas Air 8 2.3. Tujuan Analisa Kimia 9 2.4. Limbah Rumah Saakit 10 2.5. Karakteristik Limbah 11
2.5.1. Sifat Fisik 11
2.5.2. Sifat Kimia 14
2.5.3. Sifat Biologis 16
2.6. Teknik Saampling 16
2.6.1. Pengambilan Sampel Lingkungan 16 2.6.2. Pengewatan Sampel 17 2.6.3. Parameter Kunci Kualitas Lingkungan 17 2.6.4. Sumber Kontaminasi Sampel Lingkungan 18
2.7. Pengolahan Limbah 19
2.7.1. Tata Laksana Pengolahan Limbah Medis 20 2.7.2. Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit 21 2.7.3. Teknologi Proses Pengolahan Air Limbah 23 2.7.4. Sistem Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit 23 2.8. Dampak Limbah Rumah Sakit 25
(9)
2.8.2. Dampak Negatif Pengolahan Limbah Rumah Sakit 27 2.9. Chemical Oxygen Demand 28
2.9.1. Pengertian COD 28
2.9.2. Keuntungan COD 30
2.9.3. Kekurangan COD 31
2.10. Spektrofotometri 31
BAB 3 Metode Penelitian
3.1. Alat dan Bahan 33
3.1.1. Alat 33
3.1.2. Bahan 33
3.1.3. Prosedur Kerja 33
BAB 4 Hasil Dan Pembahasan
4.1. Hasil 35
4.2. Pembahasan 36
BAB 5 kesimpulan Dan Saran
5.1. Kesimpulan 38
5.2. Saran 38
Daftar Pustaka 39
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Halaman 1 Data Hasil Percobaan
35
2 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit 40
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar Judul Halaman 2.1 Klasifikasi Pengolahan Air Limbah Secara Biologis 22
(12)
DAFTAR SINGKATAN
BATAN = Badan Tenaga Atom Nasional BOD = Biological Oxygen Demand COD = Chemical Oxygen Demand DO = Dissolve Oxygen
DHL = Daya Hantar Listrik
IEC = International Electrotechnical Commission ISO = International Organization for Standardization IPAL = Instalasi Pengolahan Limbah
KEP = Keputusan
MEN-LH = Menteri Negara Lingkungan Hidup RBC = Rotating Biological Contractor RS = Rumah Sakit
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Judul Halaman 1 Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit 40 2 Grafik Hasil Analisa Percobaan 41
(14)
PENENTUAN KADAR COD ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND ) PADA LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT SULTAN SULAIMAN DENGAN
MENGGUNAKAN SPECTROQUANT NOVA 60
ABSTRAK
Telah dilakukan penentuan kadar COD (Chemical Oxygen Demand ) pada limbah cair Rumah Sakit Sultan Sulaiman dengan menggunakan Spectrofoquant Nova 60. Dengan adanya pemanasan selama 2 jam pada suhu 148oC yang dilakukan di dalam termoreaktor diperoleh bahwa kadar COD pada limbah cair yaitu minggu pertama dengan rata-rata 40,150 mg/L, minggu kedua 45,249 mg/L dan minggu ketiga 53,558 mg/L. Kadar COD yang diperoleh masih berada dibawah kadar maksimum. Dari hasil yang diperoleh dapat menunjukkan bahwa air limbah rumah sakit tersebut tidak melebihi standart yang telah ditetapkan oleh KEP-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit.
(15)
DETERMIINING COD CONTENT ( CHEMICAL OXYGEN DEMAND ) FROM LIQUID WASTE IN SULTAN SULAIMAN’S HOSPITAL
BY SPECTROQUANT NOVA 60
ABSTRACT
The determination of COD level ( chemical oxygen demand ) waste water from Sultan Sulaiman’s hospital with Spectroquant Nova 60. Has been made carried out by heating for two hour at 148oC do into reactor’s COD result that COD level of waste water at the first week have average 40,150 mg/L, the second is 45,249 mg/L and the third 53,558 mg/L. COD level resulted below maximum level. From the result showed that waste water not effluent from standart quality required of KEP-58/MenLH/12/1995 about quality standart waste water from hospital.
(16)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila disbanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamatan tertentu.
Ada beberapa istilah yang perlu kita ketahui bersama dalam pengolahan sampah medis ini diantaranya sbb :
a. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
b. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat non-medis.
(17)
c. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
d. Limbah padat non-medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan dirumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
e. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
f. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti incinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat sitotoksik.
g. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
h. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stok bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius.
i. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemotrapi kanker yang
(18)
mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
j. Minimasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah (recycle).
Pada dasarnya jenis dan sumber sampah di rumah sakit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Limbah klinis dan limbah non klinis, selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor atau administrasi (kertas), unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan, sampah dapur (sisa pembugkus, sisa makanan atau bahan makanan, sayur dan lain-lain ).
Rumah sakit menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, beberapa diantaranya membahayakan kesehatan di lingkungannya. Di Negara maju, jumlahnya diperkirakan 0,5-0,6 kg per tempat tidur rumah sakit per hari. Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan dengan memilah-milah limbah kedalam kategori untuk masing-masig jenis kategori yang diterapkan cara pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminasi antrauma ( injuri ).
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS) . Sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah rumah sakit dapat
(19)
mencemari lingkungan penduduk sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, cholera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan.
1.2. Permasalahan
Efisiensi air limbah yang akan menghasilkan kualitas air limbah rumah sakit yang sesuai dengan baku mutu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup.
1. Berapakah kadar COD ( Chemical Oxygen Demand ) dalam limbah cair rumah sakit yang ditentukan dengan spectroquant nova 60.
2. Apakah terdapat perbedaan hasil analisa COD ( Chemical Oxygen
Demand ) dari minggu pertama hingga minggu ke-empat.
3. Apakah kadar COD ( Chemical Oxygen Demand ) dalam limbah cair rumah sakit memenuhi standart baku mutu sesuai keputusan menteri negara lingkungan hidup No.KEP-58/MENLH/12/1995.
(20)
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar COD ( Chemical Oxygen Demand ) yang terkandung dalam limbah cair rumah sakit.
2. Untuk mengetahui hasil analisa COD ( Chemical Oxygen Demand ) dari minggu pertama hingga minggu ke-empat
3. Untuk mengetahui kualitas air limbah rumah sakit yang disesuaikan dengan baku mutu limbah cair rumah sakit yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
1.4. Manfaat
Dapat megetahui informasi mengenai COD ( Chemical Oxygen Demand ) yang terkandung dalam limbah cair rumah sakit, dapat mengetahui kadar COD dari limbah cair dalam waktu tertentu dari minggu pertama hingga minggu ke-empat dan dapat dijadikan perbandingan antara hasil analisa di laboratorium dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
(21)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah
2.1.1. Pengertian Air Limbah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri (industri). Berikut merupakan definisi air limbah dari berbagai sumber, sbb :
Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini adalah merupakan : a. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan
yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan, institusi, komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.
c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan serta buangan lainnya (kotoran umum).
d. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
(22)
membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
e. Semua air/szat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik.
2.1.2. Limbah Cair Domestik
Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400 liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan perdagangan, ditambah dengan rembesan air tanah ( infiltration ).
2.1.3. Limbah cair industri
Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu kegiatan/usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang. ( Asmadi,2012 )
2.1.4. Sumber Air Limbah
Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain : a. Rumah tangga
Contoh : air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi, dan sebagainya
(23)
b. Perkotaan
Contoh : air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat ibadah.
c. Industri
Contoh : air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan dari pabrik karet.
Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya. Sebaliknya limbah industri lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik. ( Chandra,2006)
2.2. Pemantauan Kualitas Air
Peraturan pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :
a. Golongan A , yaitu air yag dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B , yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. c. Golongan C , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
d. Golongan D , yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Pemantauan kualitas air suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai berikut:
(24)
1. enviromental surveillance yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui perbaikan kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan.
2. Establishing water-quality criteria yakni tujuan untuk mengetahui
hubungan sebab akibat antara perubahan variabel-variabel ekologi perairan dengan parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas air.
3. Appraisal of resources yakni tujuan untuk mengetahui gambaran
kualitas air pada suatu tempat secara umum.
Pemantauan kualitas air pada saluran pembuangan limbah industri dan badan air penerima limbah industri pada dasarnya memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair yang dihasilkan
2. Membandingkan kualitas limbah cair dengan baku mutu kualitas limbah industri, dan menentukan beban pencemaran menurut Kep.No.51/MEN-LH/10/1995
3. Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah industri yang dioperasikan
4. Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair tersebut terhadap komponen lingkungan lainnya. ( Effendi,2003)
2.3. Tujuan Analisa Kimia
Tujuan analisa ilmiah adalah untuk memastikan komposisi konsentrasi dan keadaan subjek dengan suatu pandangan untuk menentukan unsur-unsur pokok yang menciptakan kesulitan-kesulitan dalam memilih jenis dan tingkat
(25)
pembenahan. Saluran-saluran dari tempat pembenahan limbah dianalisa untuk memastikan kegunaan metode pembenahan dan untuk menilai hasil potensial dari pembuangannya kedalam sarana-sarana penampung air atau dengan melalui tanah pertanian atau tanah-tanah lain. ( Mahida,1993 )
2.4. Limbah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan ( berupa karton, kaleng, botol ), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur ( sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada ( laboratorium, klinik dan lain-lain ). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat pathogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.
(26)
Pengolalaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengolahan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit.
Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dana untuk pembangunan ini instalasi pengolalaan limbah rumah sakit melalui anggaran pembangunan maupun dari sumber bantuan dana dan lainnya. Dengan demikian sampai saat ini sebagai rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengolalaan limbah, meskipun perlu untuk disempurakan. Namun disadari bahwa pengolalaan rumah sakit masih perlu ditingkatkan permasyarakatan terutama di lingkungan masyarakat rumah sakit.
Kualitas limbah ( efluen ) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-58/MEN-LH/12/1995 atau peraturan daerah setempat. (Asmadi, 2012 )
2.5. karakteristik Limbah
Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus diketahui yaitu :
2.5.1. Sifat Fisik
Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut, tersuspensi dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar listrik, bau dan temperature. Sifat fisik ini beberapa diantaranya dapat dikenali
(27)
secara visual tapi untuk mengetahui secara pasti maka digunakan analis laboratorium.
a. Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan kedalam dua golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis maupun sifat inorganic tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis padatan ini ada lagi padatan yang dapat terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena beratnya.
b. Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada partikel koloidal yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang terdapat dalam limbah.kekeruhan merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh membuat hilang nilai estetikanya.
c. Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak bagi penciuman disebabkan adanya campuran nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang diakibatkan limbah merupakan suatu indicator bahwa terjadi proses alamiah. Dengan adanya bau ini akan lebih mudah menghindarkan tingkat
(28)
bahaya yang ditimbulkannya dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau.
d. Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu pertumbuhan biota tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperature alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar pada suhu tinggi dan pembusukanjarang terjadi pada suhu rendah.
e. Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara alami), humus, plankton, tanaman, air dan buangan industri. Warna berkaitan dengan kekeruhan, dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian juga warna dapat disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah meskipun warna tidak menimbulkan sifat racun.
2.5.2. Sifat Kimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh BOD, COD, dan logam-logam berat yang terkandung dalam air limbah.
a. BOD
Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat organis denga oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk
(29)
menguraikan ( mengoksidasikan ) semua zat-zat organic yang terlarut maupun sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan organic yang lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi secara alami. Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan dengannya habis pula terkonsumsi oksigen.
b. COD
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen dalam limbah. Metode ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secra biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalam limbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat menggunakan analisa COD. COD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaiman pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik.
c. Methan
Gas methan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar. Methan juga ditemukan pada rawa-rawa dan sawah.
d. Keasaman air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH
(30)
tinggi atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk keperluan biota teetentu. Limbah air dengan keasaman tinggi bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik pembuatan kawat atau seng.
e. Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat,garam-garam hidrokisda, magnesium dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih.
f. Lemak dan minyak
kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput.
g. Oksigen terlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD semakin rendah oksigenterlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Semakin banyak ganggang dalam air semakin tinggi kandungan oksigennya.
h. Logam-logam berat dan beracun
Logam berat pada umumnya adalah metal-metal seperti copper, selter pada cadmium, air raksa, lead, chromium, iron dan nikel. Metal lain yang juga termasuk metal berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan, dan aluminium. Logam-logam ini dalam konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia.
(31)
2.5.3. Sifat Biologis
Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan. Protein adalah salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai kompleks, mudah terurai menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amino. Bahan yang mudah larut dalam air akan terurai menjadi enzim dan bakteri tertentu. Bahan ragi akan terfermentasi menghasilkan alkohol. Pati sukar larut dalam air, akan tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktifitas mikrobiologi. Bahan-bahan ini dalam limbah akan diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sedrehana seperti karbon dioksida dan air serta amoniak. ( Ginting,2006 )
2.6. Teknik Sampling
2.6.1. Pengambilan Sampel Lingkungan
Pengambilan sampel dan uji parameter kualitas lingkungan merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena polutan bersifat dinamis dan bermigrasi seiring dengan perubahan situasi dan kondisi setempat. Karakteristik fisik matrik air, udara, tanah/sedimen, padatan/lumpur atau cairan, cuaca, jumlah polutan ke lingkungan, sumber emisi atau efluen, sifat kimia, biologi, dan fisika polutan, dan intervensi manusia sangat memengaruhi cara serta kecepatan migrasi polutan. Pada umumnya, migrasi polutan terjadi melalui angin, hujan, air permukaan, air tanah, air laut, dan intervensi manusia yang berupa pipa limbah cair, drainase, dan lain-lain.
Selain mengambil sampel yang akan di uji di laboratorium, petugas juga harus mengukur parameter lapangan. Pengukuran parameter lapangan harus ditujukan terhadap faktor-faktor yang dapat memastikan kesahihan hasil pengujian (ISO/IEC 17025:1999). Contohnya pada saat mengambil sampel air sungai yang
(32)
perlu diukur adalah pH, suhu, DO ( Dissolve Oxygen), DHL ( Daya Hantar Listrik), kekeruhan, debit air, cuaca, dan kondisi setempat. Parameter itu sedapat mungkin langsung diukur didalam badan air, namun apabila tidak memungkinkan dapat diukur dalam wadah yang sesuai segera mungkin. Sedangkan untuk pengambilan sampel udara ambien, yang perlu diukur adalah kecapatan angin, arah angin, suhu, dan kelembapan udara, dan kecepatan aliran pompa penghisap udara. Pengukuran itu sangat berguna sebagai bahan interpretasi data hasil pengujian di laboratorium. ( Hadi,2007)
Pengambilan sampel
Gunakan botol kaca gelap bila memungkinkan. Penggunaan botol plastik harus bersih dari zat-zat organis yang mungkin masih tersisa didalamnya.
Sampel yang mengandung lumpur harus dikocok sampai merata sebelum dianalisa, karena lumpur juga terdiri dari zat-zat organis yang harus diokasidasikan dalam tes COD untuk mendapatkan angka COD yang benar.
Sampel yang tidak stabil yaitu sampel yang mempunyai kadar bakteri atau Fe2+ tinggi, harus dianalisa segera.
2.6.2. Pengawetan sampel
Sampel dapat diawetkan dengan penambahan larutan H2SO4 pekat sampai pH 2
kira-kira 0,8 mL H2SO4/L sampel. ( Alearts,1984 ) 2.6.3. Parameter Kunci Kualitas Lingkungan
Dalam pengambilan sampel lingkungan dikenal istilah parameter kunci. Parameter kunci adalah parameter yang dapat mewakili kualitas lingkungan. Sebagai gambaran, parameter kunci untuk mengetahui kualitas air limbah adalah suhu (oC), daya hantar listrik (DHL), derajat keasaman (pH), oksigen terlarut
(33)
(DO), kebutuhan oksigen kimiawi (COD), kebutuhan oksigen biologis (BOD), dan senyawa anion serta kation yang dominan.
Penentuan parameter kualitas lingkungan sangat bergantung pada persyaratan baku mutu lingkungan dalam peraturan yang berlaku dan tujuan pengambilan sampel. Dengan mengetahui parameter yang akan diuji, pengambil sampel dapat mempertimbangkan volume minimum, jenis pengawetan, dan penanganan sampel.
2.6.4. Sumber Kontaminasi Sampel Lingkungan
Kontaminasi adalah sumber utama kesalahan ( error ) dalam semua jenis uji parameter lingkungan. Proses pengambilan sampel dan pengujian laboratorium sangat memungkinkan kontaminasi dari berbagai sumber. Oleh sebab itu, pengambil sampel lingkungan dan analis harus dapat mengidentifikasi sumber-sumber kontaminasi, baik pada saat pengambilan sampel maupun pengujian di laboratorium, sehingga diperoleh data sahih. Identifikasi tersebut harus dipertimbangkan dalam perencanaan pengambilan sampel dan analisis parameter lingkungan.
Agar tidak terjadi kontaminasi, sumber-sumber yang potensial menjadi kontaminan harus diidentifikasi dan sedapat mungkin dihindari. Identifikasi tersebut dilakukan di lapangan pada saat pengambilan sampel, penanganan, pengawetan, dan transportasi ke laboratorium. Sementara itu, kontaminasi di laboratorium dapat terjadi pada saat penyimpanan, preparasi, dan pengujian. Sumber utama kontaminasi adalah peralatan pengambilan sampel. Hal itu disebabkan peralatan yang terbuat dari bahan tertentu dengan cara yang kurang
(34)
tepat atau peralatan yang sebelumnya sudah dipakai tidak dicuci lebih lanjut sehingga terjadi kontaminasi silang.
Untuk mengurangi jumlah kontaminan yang lepas ke sampel, harus dilakukan pencucian yang tepat terhadap peralatan tersebut. Efek kontaminasi adalah tidak akurasinya hasil pengujian yang diperoleh sehingga hal itu tidak dapat menggambarkan kualitas lingkungan sesungguhnya. ( Hadi,2007)
2.7. Pengelolaan Limbah
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain :
1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga. 2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air. 3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.
4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit. Sementara itu,sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratkan berikut :
1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum. 2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit. 5. Tidak terbuka dan harus tertutup.
(35)
2.7.1. Tata Laksana Pengelolaan Limbah Medis
Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimpanannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan gril.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di IPAL bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (efluent) dilakukan setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat radioaktif, pengolalaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN ( Badan Tenaga Atom Nasional ).
(36)
h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit rumah sakit yang bersangkutan.
2.7.2. Pengolahan limbah cair rumah sakit
Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit, limbah dari laboratorium paling perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak bisa diuraikan hanya dengan aerasi atau activated sludge.
Guna meningkatkan mutu lingkungan dan sanitasi di rumah sakit atau tempat-tempat umum lainnya maka perlu dibuatkan IPAL yang baik dan teruji prosesnya. Dengan proses yang baik diharapkan mutu air limbah yang dikeluarkan oleh rumah sakit dapat mencapai standar yang ditetapkan oleh KEP No.58/MEN-LH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit.
(37)
KLASIFIKASI PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH SECARA BIOLOGIS Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Proses Biomassa Tersuspensi Suspended Culture
Proses Biomassa Melekat Attached Culture Lagoon / Kolam Conventional / Standard Activated Sludge Step Aeration Contact Stabilization Extended Aeration Oxidation Ditch Lain-lain Trickling Filter / Biofilter Rotating Biological Contractor (RBC ) Contact Oxidation/ Contact Aeration Lain-lain
(38)
Untuk mempercepat proses penguraian senyawa polutan atau memperpendek waktu tinggal dapat juga dilakukan proses aerasi. Salah satu contoh proses pengolahan air limbah dengan cara ini adalah kolam aerasi atau kolam stabilisasi ( stabilization pond ).
2.7.3. Teknologi proses pengolahan air limbah rumah sakit
Teknologi proses pengolahan air limbah digunakan untuk mengolah air limbah rumah sakit pada dasarnya hampir sama dengan teknologi proses pengolahan untuk air limbah yang mengandung polutan organik lainnya. Pemilihan jenis proses yang digunakan harus memperhatikan beberapa faktor antara lain yakni kualitas limbah dan kualitas air hasil olahan yang diharapkan, jumlah air limbah, lahan yang tersedia dan yang tak kalah penting yakni sumber energi yang tersedia. Beberapa teknologi proses pengolahan air limbah rumah sakit yang sering digunakan yakni antara lain : proses lumpur aktif ( activated sludge process ), RBC , proses aerasi kontak ( contact aeration process ), proses pengolahan dengan biofilter “ Up Flow “, serta proses pengolahan dengan system “ biofilter anaerob-aerob “.(Asmadi, 2012 )
2.7.4. Sistem pengolahan limbah cair di rumah sakit
Sistem pengolahan limbah cair di rumah sakit terdiri dari tiga jenis, yaitu sistem tangki septic, sistem biologi aerobic, dan sistem biologi anaerobic.
Sistem tangki septic
Tangki septic digunakan untuk menampung dan mengolah air limbah yang berasal dari wc, kamar mandi, ruang bersalin, ruang perawatan, dan lain-lain. Sebaiknya limbah cair medis dan limbah cair nonmedis dipisahkan dengan mempergunakan
(39)
sewerage system untuk memudahkan pengelolaannya dan agar tidak mencemari lingkungan.
Sistem biologi aerobic
Sistem biologi aerobic yang dapat digunakan untuk limbah rumah sakit adalah sistem waste oxidation ditch treatment ( kolam oksidasi air limbah ). Sistem ini digunakan untuk mengolah air limbah dari rumah sakit yang terletak di tengah kota karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasiya sendiri dibuat bulat atau elips.
Dalam sistem ini, air limbah dialirkan secara berputar ke kolam-kolam oksidasi agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara. Setelah itu, air limbah dialirkan ke dalam sedimentation tank untuk pengendapan benda-benda padat atau lumpur lainnya. Air yang sudah tampak jernih dialirkan ke bak khlorinasi sebelum dibuang ke dalam sungai atau badan air lainnya. Lumpur yang mengendap diambildan dikeringkan pada sludge drying bed.
Ada beberapa komponen di dalam system kolam oksidasi ini, antara lain pump ( pompa air kotor) , oxidation ditch ( kolam oksidasi ), sedimentation tank ( bak pengedapan ), chlorination tank ( bak khlorinasi ), sludge drying bed ( tempat mengeringkan lumpur, biasanya 1-2 petak ), dan control room ( ruang pengendali).
Sistem biologi anaerobic
Terdapat dua sistem biologi anaerobik yang dapat digunakan untuk membuang atau memusnahkan limbah rumah sakit, antara lain :
(40)
Sistem ini memerlukan lahan luas dan biasanya dianjurkan untuk rumah sakit diluar kota yang masih memiliki lahan yang luas. Sistem kolam stabilisasi air limbah terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana, yaitu sump pump, stabilization pond ( biasanya 2 ), bak khlorinasi, control room, inlet, interconnection antara 2 kolam stabilisasi, dan outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem khlorinasi.
b. Anaerobic filter treatment system
Sistem pengolahan air limbah ini dilakukan dengan memanfaatkan proses pembusukan anaerobik melalui suatu filter. Disini, air limbah sebelumnya telah menjalani pra-pengolahan septik tank. Dari proses ini biasanya akan dihasilkan efluent yang mengandung zat-zat asam organik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses oksidasinya. Dengan demikian, sebelum dialirkan ke dalam bak khlorinasi, effluent ditampung dahulu dalam bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses khlorinasi berkurang. (Chandra,2006 )
2.8. Dampak Limbah Rumah Sakit
Dampak pembuangan air limbah
Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut, antara lain :
1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh manusia.
(41)
3. Menimbulkan bau ( sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat anorganik ).
4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir. (Chandra,2006 )
2. 8.1. Dampak limbah medis pada kesehatan masyarakat
Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dari laboratorium virologi dan mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit untuk dideteksi. Limbah cair dan limbah padat yang berasal dari rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas, penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara, pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minuman. Pencemaran tersebut merupakan agen-agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia.
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Pencampuran tersebut justru memperbesar permasalahan lombah medis.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD,COD,TSS, dan lain-lain.
(42)
Sedangkan limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain.
Limbah medis tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme pathogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih buruk.
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk mendapat gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang ke rumah sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan rumah sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua, karyawan rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung/pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar rumah sakit, lebih-lebih lagi bila rumah sakit membuang hasil buangan rumah sakit tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah mmenurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, rumah sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan benar dengan melaksanakan kegiatan sanitasi rumah sakit.
(43)
Dampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya yang tidak baik atau tidak saniter terhadap lingkungan dapat berupa :
1. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan menimbulkan masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan rumah sakit maupun masyarakat luar.
2. Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja.
3. Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan mengkontaminasi peralatan medis ataupun peralatan yang ada.
4. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar.
Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan mejadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi transmisi penyakit terutama kholera, disentri, Thypus abdominalis.
(Asmadi, 2012)
2.9. Chemical Oxygen Demand 2.9.1. Pengertian COD
Chemical oxygen demand atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi
(44)
melalui reaksi kimia. Dalam hal ini bahan buangan oeganik akan dioksidasi oleh kalium bichromat menjadi gas CO2 dan H2O serta sejumlah ion chrom. Kalium
bichromat atau K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen ( oxidizing agent ).
Oksidasi terhadap bahan buangan organic akan mengikuti reaksi berikut ini : CaHbOc + Cr2O7 2- + H+ CO2 + H2O + Cr3+
Reaksi tersebut perlu pemanasan dan juga penambahan katalisator perak sulfat ( Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik
diperkirakan ada unsur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk menghilangkan gangguan tersebut. Klorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oleh kalium bikromat sesuai dengan reaksi berikut ini :
6Cl- + Cr2O7 2- + 14H+ 3Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O
Apabila dalam larutan air lingkungan terdapat klorida, maka oksigen yang diperlukan pada reaksi tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Seberapa jauh tingkat pencemaran oleh bahan buangan organik tidak dapat diketahui secara benar. Penambahan merkuri sulfat adalah untuk mengikat ion klor menjadi merkuri klorida mengikuti reaksi berikut ini :
Hg2+ + 2Cl- HgCl2
Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjadi hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi tersebut diatas. Makin banyak kalium bichromat yang dipakai pada reaksi oksidasi berarti makin banyak oksigen yang diperlukan. Ini berarti bahwa air
(45)
lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan buangan organik. Dengan demikian maka seberapa jauh tingkat pencemaran lingkungan dapat ditentukan. (wardhana,1995)
Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat dari pada uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen uang dibutuhkan oleh bahan oksidan,misalnya kalium dikhromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari pada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji COD karena sukar dioksidasi melalui reaksi biokimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD. Sembilan puluh enam persen hasil uji COD yang dilakukan selama 10 menit kira-kira akan setara dengan hasil uji BOD selama 5 hari. Adanya senyawa khlor selain mengganggu uji BOD juga dapat mengganggu uji COD karena khlor dapar bereaksi dengan kalium dikhromat. Cara pencegahannya adalah dengan menambahkan merkuri sulfat yang akan membentuk senyawa kompleks dengan khlor. Untuk mencegah reaksi dikhromat dengan khlor, jumlah merkuri yang ditambahkan harus kira-kira sepuluh kali jumlah khlor di dalam contoh. ( Fardiaz,1992)
2.9.2. Keuntungan tes COD
Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa BOD5 memerlukan 5 hari. Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/L,
(46)
tidak dibutuhkan pengenceran sampel sedang pada umunya analisa BOD selalu membutuhkan pengenceran.
Ketelitian dan ketepatan ( reproducibility ) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi darites BOD.
Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD,tidak menjadi soal pada tes COD.
2.9.3. Kekurangan tes COD
Tes COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis ( yang sebenarnya terjadi di alam ), sehingga merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas maka tes COD tidak dapat membedakan antara za-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi ( inert ) dan zat-zat yang teroksidasi secara biologis. ( Alearts,1984 )
2.10. Spektrofotometri
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok kedalam daerah spektrum, instrumen yang digunakan ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak sebuah spektrometer dan fotometer. Sebuah spektrometer optis adalah sebuah instrument yang mempunyai sistem optis yang dapat menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnet yang masuk, dan dengan mana dapat dilakukan pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada panjang gelombang terpilih dari jangka spektralik itu. Sebuah fotometer adalah peranti untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan atau suatu fungsi intensitas ini.
Cahaya terdiri dari radiasi terhadap mana mata manusia peka, gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya dengan warna berlainan sedangkan
(47)
campuran cahaya dengan panjang-panjang gelombang ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 nm. Pengamatan mata terhadap warna timbul dari penyerapan selektif panjang gelombang tertentu dari sinar masuk oleh obyek berwarna. Panjang gelombang yang blain atau dipantulkan atau diteruskan, menurut keadaan obyek itu, dan diterima oleh mata sebagai warna obyek itu. Jika suatu obyek tak tembus cahaya nampak putih, semua panjang gelombang dipantulkan sama kuat; jika obyek itu nampak hitam sangat sedikit cahaya dengan panjang gelombang apa pun dipantulkan; jika obyek itu nampak biru, panjang-panjang gelombang yang menimbulkan rangsangan biru dipantulkan dan sebagainya.
Bila cahaya ( monokromatik maupun campuran ) jauh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu, dan sisanya diteruskan.
Hukum Lambert
Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Atau dengan menyatakan bahwa lapisan mana pun dari medium itu yang tebalnya sama kan menyerap cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama.
Hukum Beer
Yakni intensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier. ( Vogel, 1994 )
(48)
BAB 3
METODE DAN BAHAN
3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat
a. Spektrofotometri ( Spectroquant Nova 60 ) Merck b. Cell reaksi 10 mm
c. Pipet Volume 10 mL Pyrex d. Rak Tabung Reaksi
e. COD reaktor DRB
200
f. Bola Karet g. Tissue
3.1.2. Bahan
a. Sampel Air Limbah b. Cell reaksi COD
3.2. Prosedur Kerja
a. Dipipet 3 mL sampel kedalam cell reaksi,ditutup dan dihomogenkan (cell menjadi sangat panas )
b. Dipanaskan cell reaksi didalam termoreaktor pada 148oC selama 2 jam
c. Dipindahkan cell reaksi dari termoreaktor dan tempatkan dirak untuk mendinginkan
(49)
e. Ditempatkan cell di rak untuk pendinginan yang sempurna hingga suhu kamar
f. Ditemptkan cell ke dalam ruang cell, sejajarkan tanda pada cell dengan tanda pada fotometer
(50)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil analisa COD Tabel 4.1 Data Hasil Analisa COD Pada Limbah Rumah Sakit
Minggu 1
Hari 2 4 6 8 40 40 39 40
40 39 41 41
40 41 39 42
Rata-rata 40 40 39,6 41
Minggu 2
Hari 2 4 6 8 45,167 45,174 45,276 45,382
45,167 45,174 45,276 45,382 45,167 45,174 45,276 45,382 Rata-rata 45,167 45,174 45,276 45,382
Minggu 3
Hari 2 4 6 8 53,450 53,500 53,628 53,654
53,450 53,500 53,628 53,655 53,450 53,500 53,628 53,653 Rata-rata 53,450 53,500 53,628 53,654
(51)
4.2. Pembahasan
Dari hasil uji yang dilakukan terhadap limbah cair dengan parameter COD diperoleh kadar COD pada sampel limbah cair rumah sakit yang masih memenuhi ambang batas baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit sesuai dengan KEP-58/MEN-LH/12/1995, hasil uji tersebut tidak melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan sehingga tidak berbahaya jika dibuang ke badan air. Dimana hasil yang diperoleh pada minggu pertama yaitu 40 mg/L. Hasil analisa pada minggu kedua yaitu 45,250 mg/L. Hasil analisa pada minggu ketiga yaitu 53,558 mg/L. Kadar COD yang diperoleh dalam analisa di laboratorium tiap minggu nya juga berkaitan dengan volume limbah yang dihasilkan dari rumah sakit dan jumlah pasien yang ada dirumah sakit dapat mempengaruhi limbah yang dihasilkan sebab dari kegiatan rumah sakit didalamnya akan menghasilkan limbah medis baik limbah sitotoksis, limbah infeksius, limbah ardioaktif dan lain-lain. Selain itu pengolahan limbah juga akan mempengaruhi hasil analisa COD tersebut. Sistem pengolahan limbah yang sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan sehingga kualitas dari air limbah tersebut bagus. Jika tidak ada pengolahannya berarti tidak terjadi proses oksidasi bahan organik secara kimia di dalam limbah yang akan menghasilkan limbah dengan kualitas yang tidak baik. Air limbah rumah sakit ini biasanya mengandung senyawa kimia serta mikroorganisme pathogen. Jika air limbahnya tidak diolah dengan baik maka akan menyebabkan gangguan lingkungan atau penyakit terhadap masyarakat sekitar. Oleh karena ituair limbah tersebut harus perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum.
(52)
Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap sumber air ( permukaan tanah ) atau lingkungan dan menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi tranmisi penyakit terutama cholera, disentri, thypus abdominalis. ( Asmadi, 2013 )
Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahahaya mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar mempunyai ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau yag ditimbulkan dan indikasi lainnya. Sedangkan identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air dimana air telah mengandung bahan kimia beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas dianjurkan. ( Asmadi,2012 )
(53)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap limbah cair dengan parameter COD diperoleh hasil pada minggu pertama yaitu 40,150 mg/L. Hasil analisa pada minggu kedua yaitu 45,249 mg/L. Hasil analisa pada minggu ketiga yaitu 53,558 mg/L. Kadar COD yang diperoleh dapat menunjukkan bahwa air limbah rumah sakit tersebut tidak melebihi standart yang telah ditetapkan oleh KEP-58/MEN-LH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit.
5.2. Saran
Dalam teknik sampling harus diperhatikan semua peralatan yang akan digunakan untuk mengambil sampel air limbah. Hal ini sangat penting diperhatikan sebab akan memperlancar sampling dan meminimalisir hal-hal yang tidak di inginkan. Untuk mengetahui air limbah tersebut memiliki kualitas yang baik dalam semua parameter limbah cair rumah sakit dapat dilakukan analisa terhadap parameter yang lain tidak hanya parameter COD saja.
Untuk upaya memperkecil terjadinya pencemaran terhadap sumber air ( permukaan tanah ) ataupun lingkungan sebaiknya dilakukan teknik pengolahan air limbah yang baik sehingga air limbah tersebut dapat dibuang ke badan air dan tidak menimbulkan gangguan lingkungan serta penyakit terhadap masyarakat sekitar.
(54)
DAFTAR PUSTAKA
Alearts,G.1984. Metode Penelitian Air. Surabaya. Usaha-Nasional.153-154 Asmadi. 2013. Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.2-96
Asmadi & Suharno. 2012. Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.4-5
Chandra,B.2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Penerbit buku kedokteran .
135-203
Effendi,H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisus.14-16 Fardiaz,S. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Kanisus. 38
Ginting,P. 2006. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Jakarta : Wrama Widya.
32-114
Hadi ,A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama.1-41
Mahida,U.N.1993.Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Edisi 1. Cetakan 4.
Jakarta.PT.Raja Grafindo Persada.13
Vogel.1994. Kimia Analisi Kuantitatif Anorganik. Jakarta:Buku Kedokteran EGC. Halaman
809-813
Wardhana,W.A. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.92-93
(55)
(56)
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TANGGAL 21 DESEMBER 1995
Tabel 2. BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT
PARAMETER KADAR MAKSIMUM FISIKA Suhu KIMIA pH BOD5 COD TSS NH3 Bebas
PO4
MIKROBIOLOGIK
MPN-Kumna Golongan Kolo/100 ml RADIOAKTIVITAS 32 P 35 S 45 Ca 51 Cr 67 Ga 85 Sr 99 Mo 113 Sn 125 I 131 I 192 Ir 201 TI
<30OC 6-9 30 mg/l 80 mg/l 30 mg/l 0,1 mg/l 2 mg/l 10.000 7x102 Bq/L 2x103 Bq/L 3x102 Bq/L 7x104 Bq/L 1x103 Bq/L 4x103 Bq/L 7x103 Bq/L 3x103 Bq/L 1x104 Bq/L 7x104 Bq/L 1x104 Bq/L 1x105 Bq/L
(57)
Grafik COD minggu 1 y vs x
( nilai COD vs hari)
Tabel nilai COD minggu 1 X Y
2 40 4 40 6 39,6 8 41
40 40
39,6
41
38,5 39 39,5 40 40,5 41 41,5
2 4 6 8
NIL
AI
C
O
D
HARI
Grafik COD
(58)
Grafik COD minggu 2 y vs x
( nilai COD vs hari)
Tabel COD minggu 2
X Y
2 45,167 4 45,174 6 45,276 8 45,382
45,167 45,174
45,276
45,382
45,05 45,1 45,15 45,2 45,25 45,3 45,35 45,4
2 4 6 8
NIL
AI C
O
D
HARI
Grafik COD
(59)
Grafik COD minggu 3 y vs x
( nilai COD vs hari)
Tabel nilai COD minggu 3
X Y
2 53,45 4 53,5 6 53,628 8 53,654
53,45
53,5
53,628
53,654
53,3 53,35 53,4 53,45 53,5 53,55 53,6 53,65 53,7
2 4 6 8
NIL
AI C
O
D
HARI
Grafik COD
(60)
Grafik COD rata-rata y vs x
( nilai COD vs minggu)
Tabel COD rata-rata tiap minggu
X Y
1 40,15 2 45,249 3 53,558
1 2 3
40,15
45,249
53,558
0 10 20 30 40 50 60
1 2 3
NIL
AI C
O
D
Grafik COD
(1)
(2)
PARAMETER KADAR MAKSIMUM FISIKA Suhu KIMIA pH BOD5 COD TSS NH3 Bebas
PO4
MIKROBIOLOGIK
MPN-Kumna Golongan Kolo/100 ml RADIOAKTIVITAS 32 P 35 S 45 Ca 51 Cr 67 Ga 85 Sr 99 Mo 113 Sn 125 I 131 I 192 Ir 201 TI
<30OC 6-9 30 mg/l 80 mg/l 30 mg/l 0,1 mg/l 2 mg/l 10.000 7x102 Bq/L 2x103 Bq/L 3x102 Bq/L 7x104 Bq/L 1x103 Bq/L 4x103 Bq/L 7x103 Bq/L 3x103 Bq/L 1x104 Bq/L 7x104 Bq/L 1x104 Bq/L 1x105 Bq/L
(3)
Grafik COD minggu 1 y vs x
( nilai COD vs hari)
Tabel nilai COD minggu 1
X Y
2 40
4 40
6 39,6
8 41
40 40
39,6
41
38,5 39 39,5 40 40,5 41 41,5
2 4 6 8
NIL
AI
C
O
D
HARI
(4)
2 45,167 4 45,174 6 45,276 8 45,382
45,167 45,174
45,276
45,382
45,05 45,1 45,15 45,2 45,25 45,3 45,35 45,4
2 4 6 8
NIL
AI C
O
D
HARI
Grafik COD
(5)
Grafik COD minggu 3 y vs x
( nilai COD vs hari)
Tabel nilai COD minggu 3
X Y
2 53,45 4 53,5 6 53,628 8 53,654
53,45
53,5
53,628
53,654
53,3 53,35 53,4 53,45 53,5 53,55 53,6 53,65 53,7
2 4 6 8
NIL
AI C
O
D
HARI
(6)
1 40,15 2 45,249 3 53,558
1 2 3
40,15
45,249
53,558
0 10 20 30 40 50 60
1 2 3
NIL
AI C
O
D
Grafik COD
X Y