Desa Sibanggor Julu Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Sekitar Taman Nasional Batang Gadis (TNBG)

KONDISI UMUM DAN DESKRIPSI BEBERAPA JENIS TUMBUHAN OBAT DI LOKASI PENELITIAN Taman Nasional Batang Gadis TNBG merupakan kawasan hutan yang berada di pegunungan Bukit Barisan Sumatera bagian utara yang memiliki luas 108.000 ha atau 26 dari total luas kawasan hutan di Kabupaten Madina. Taman Nasional Batang Gadis secara geogrfis terletak diantara 99 o 12 ’ 45 ’’ sampai dengan 99 o 47 ’ 10 ’’ BT dan 0 o 27 ’ 15 ’’ sampai dengan 1 o 01 ’ 57 ’’ LU. Taman Nasional Batang Gadis terletak pada kisaran ketinggian 300 m sampai 2.145 m diatas permukaan laut yang merupakan titik tertinggi dipuncak gunung berapi Sorik Marapi. Desa pada penelitian ini diambil 2 desa sebagai desa sampel penelitian yaitu Desa Sibanggor Julu dan Desa Aek Nangali. Pemilihan desa tersebut diambil yang mewakili didekat kawasan hutan yaitu Desa Aek Nangali, dimana jarak yang ditempuh untuk menuju hutan ± 5 km dan yang mewakili daerah pinggir kawasan hutan yaitu Desa Sibanggor Julu yang berjarak ± 8 km menuju hutan.

1. Desa Sibanggor Julu

Letak dan luas Desa Sibanggor Julu terletak dilereng sebelah timur dari gunung Sorik Marapi. Desa ini adalah salah satu desa yang terletak di kawasan Hutanamale Sibanggor dan merupakan desa yang paling dekat dengan puncak gunung merapi. Desa Sibanggor Julu memilki luas 300 ha dengan jumlah penduduk 1.495 jiwa. Universitas Sumatera Utara Adapun batas-batas wilayah desa Sibanggor Julu : - Sebelah Utara berbatasan dengan Sibanggor Tonga - Sebelah Selatan berbatasan dengan Tor Aek Silai-lai dan anak gunung sorik marapi. - Sebelah Timur berbatasan dengan Huta Lombang - Sebelah Barat berbatasan dengan Taman Nasional Batang Gadis Topografi Desa Sibanggor Julu memiliki ketinggian 1000 m diatas permukaan laut yang berada dilereng bukit, hampir semua lanskap wilayah desa berada dalam kemiringan diatas 25. Aksesibilitas Desa Sibanggor Julu berjarak sekitar 9,5 km dari ibukota kecamatan atau sekitar 14 km dari Panyabungan Ibukota Kabupaten Madina. Desa ini dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan bermotor melalui jalan aspal yang kondisinya cukup baik, kira-kira 30 menit dari Panyabungan, sedikitnya ada 35 unit angkutan pedesaan minibus Anatra yang sehari-hari melewati jalur ini. Penduduk Jumlah penduduk desa Sibanggor Julu adalah 1.495 jiwa yang terdiri atas 270 kepala keluarga. Kelompok marga pembuka adalah Nasution. Mayoritas penduduk desa ini bermarga Tanjung, kemudian disusul oleh penduduk bermarga Nasution, Lubis dan Batubara. Pada umumnya penduduk desa Sibanggor Julu memiliki hubungan kekerabatan satu sama lain, baik melalui hubungan darah maupun perkawinan. Selain yang bermukim didesa banyak juga yang merantau dan pada waktu tertentu kembali kekampung halaman. Universitas Sumatera Utara Agama Sebagian besar penduduk desa Sibanggor Julu beragama Islam, dan terdapat beberapa saran peribadatan yang terdiri dari 1 mesjid dan 4 surau. Pendidikan Secara umum tingkat pendidikan didesa Sibanggor Julu masih rendah. Sebagian penduduk tamat SD, SMP, SMU, tetapi ada beberapa orang yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Sarana pendidikan yang tersedia didesa Sibanggor Julu yaitu gedung Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiah Tsanawiyah. Mata Pencaharian Sebagian besar penduduk desa Sibanggor Julu bekerja disektor pertanian. Mata pencaharian yang utama adalah bertani. Tata guna lahan yang ada adalah sawah, kebun karet, kebun jeruk, kebun sayur, kebun kopi, kayu manis dan aren. Selain disektor pertanian, ada juga masyarakat yang bekerja disektor non pertanian. Beberapa penduduk Sibanggor Julu memiliki usaha sebagai pedagang ke pekan-pekan yang ada di Kecamatan ataupun ke kota Panyabungan. Kesehatan Di desa Sibanggor Julu tidak terdapat sarana kesehatan seperti Puskesmas. Biasanya penduduk desa Sibanggor Julu yang ingin berobat langsung menuju sarana kesehatan yangada di Kabupaten. Sosial Budaya Ketentuan adat di desa Sibanggor Julu memberikan kebebasan kepada warganya untuk membuka hutan yang masih belum dikelola untuk dijadikan lahan pertanian. Setelah dibuka menjadi lahan pertanian maka lahan tersebut dapat diklaim menjadi milik pribadi. Lahan hutan yang masih tersisa pada saat ini Universitas Sumatera Utara tinggal sedikit yaitu pada bagian-bagian punggung bukit gunung Sorik Marapi dan sudah dekat dengan batas hutan lindung. Beberapa warga masih ada yang mengambil hasil-hasil hutan seperti rotan, kulit kayu dan beberapa kayu untuk dipasarkan dan digunakan sendiri.

2. Desa Aek Nangali