Persepsi Masyarakat Terhadap Pupuk Organik dan Keberadaan Hutan di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PUPUK ORGANIK

DAN KEBERADAAN HUTAN DI DESA TONGKOH,

KECAMATAN DOLAT RAYAT, KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD ZARKASYI HABIBY 111201030/BUDIDAYA HUTAN

PRORGAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PUPUK ORGANIK

DAN KEBERADAAN HUTAN DI DESA TONGKOH,

KECAMATAN DOLAT RAYAT, KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Oleh:

MUHAMMAD ZARKASYI HABIBY 111201030/BUDIDAYA HUTAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PRORGAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Persepsi Masyarakat Terhadap Pupuk Organik dan

Keberadaan Hutan di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo

Nama : Muhammad Zarkasyi Habiby

NIM : 111201030

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Budi Utomo, SP, MP

Ketua Anggota

Afiffudin Dalimunthe, SP, MP

Mengetahui

Ketua Program Studi Kehutanan Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D


(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD ZARKASYI HABIBY. Persepsi Masyarakat Terhadap Pupuk

Organik dan Keberadaan Hutan di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo. Dibimbing oleh Budi Utomo dan Afifuddin Dalimunthe

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi langsung masyarakat terhadap pupuk organik dan keberadaan hutan serta cara masyarakat memperlakukan limbah pertanian di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat persepsi masyarakat di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo terhadap keberadaan dan fungsi hutan serta pemanfaatan pupuk berada pada kategori tinggi, masing-masing sebesar 75 % dan 93,75 %. Alternatif yang paling menentukan responden dikaitkan dengan pemilihan perlakuan terhadap limbah pertanian adalah dengan cara dibakar dengan persentase 49,3 %.


(5)

ABSTRACT

MUHAMMAD ZARKASYI HABIBY . Public Perception and Presence Of Organic Fertilizer Tongkoh Forest in the village of Karo District of Dolat Rayat . Guided byBudi UtomoandAfifuddin Dalimunthe

This study aims to determine the direct perception of society towards organic fertilizers and forests as well as the way society treats farm wastes in the village of Dolat Rayat Tongkoh District of Karo . The method used in this research is a survey research methods .

The results showed that the level of public perception in the Tongkoh village, Dolat Rayat District, Karo of the existence and functions of forests and the use of fertilizers at high category , respectively by 75 % and 93.75 % . Alternative most decisive election of respondents associated with the treatment of agricultural waste is to be burned with the percentage of 49.3 % .


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumbul, Sumatera Utara 16 maret 1993 dari pasangan Ibnu Hajar dan Rosnialam Siregar, penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Inpres Kalang Simbara tamat tahun 2005, pendidikan Menengah Pertama diselesaikan tahun 2008 di SMP Negeri 3 Sidikalang, kemudian penulis meneruskan sekolah ke SMA Negeri 1 Sidikalang dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di Universitas Sumatera Utara Fakultas Pertanian Program Studi kehutanan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi sebagai pengurus Badan Kenaziran Mushalla (BKM) di bidang media dan informasi. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Tahun 2015 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Balai Besar Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Bulan September 2014 sampai dengan maret 2015 penulis melaksanakan penelitian di desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Dengan judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Pupuk Organik dan Keberadaan Hutan di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo” sebagai tugas akhir.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Pupuk Organik dan Keberadaan Hutan di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo”.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Budi Utomo Sp., Mp dan Bapak Afifuddin Dalimunthe Sp., MP

selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan penulis dalam penelitian ini.

2. Kedua orang tua penulis, Bapak Ibnu Hajar dan Ibu Rosnialam Siregar dan keluarga penulis, Halimah Tus Sa’diyah, Akrimillah Yunus, Hadi Gunawan yang telah banyak memerikan dukungan do’a baik moril dan materil selama pelaksanaan penelitian ini hingga selesai.

3. Ketua Program Studi Kehutanan Ibu Siti Latifah S.Hut., M.Si., Ph.D dan Bapak Luthfi Hakim S.Hut., M.Si selaku sekretaris Program Studi Kehutanan. 4. Bapak selaku dosen penguji

5. Kepada seluruh staff pengajar Program Studi Kehutanan yang telah memberikan wawasan dan ilmunya kepada mahasiswa.

6. Kepada seluruh pegawai Program Studi Kehutanan yang telah membantu dalam urusan administrasi dan lainnya.


(8)

7. Sahabat- sahabat penulis, Siti Fatimah, Malrizky Fachmy, Chaerul P Ginting, Yunida Lubis, Champion Marpaung, Rizky Putri yang telah banyak memberikan dukungan maupun bantuan selama penelitian hingga selesai. 8. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang juga banyak

membantu penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Hutan ... 5

Masyarakat Sekitar hutan ... 6

Humus ... 7

Pemupukan ... 8

Pupuk Anorganik ... 9

Pupuk Organik ... 10

Kompos ... 11

Persepsi Msyarakat... 12

Kondisi Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 13

Keadaan Bio Fisik Kimia Taman Hutan Raya Bukit Barisan Flora dan Fauna ... 15


(10)

Iklim ... 16

Geologi dan Jenis Tanah ... 16

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

Alat dan Bahan ... 17

Populasi dan Sampel ... 17

Metode Pengumpulan Data ... 19

Teknik Pengumpulan Data ... 19

Bagan Alur Penelitian ... 20

Analisis Data ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden ... 22

Penggunaan Lahan ... 24

Jenis Tanaman Yang Disukai Masyarakat ... 25

Jenis Pupuk Yang Dipakai Masyarakat ... 26

Pupuk Organik... 27

Pupuk kandang ... 27

Kompos ... 27

Humus Hutan ... 28

Pupuk Anorganik... 29

Pupuk Tunggal ... 29

Pupuk Majemuk ... 30

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Pupuk Organik ... 30

Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan dan Fungsinya ... 32

Cara Pemilihan Perlakuan Terhadap Limbah Pertanian ... 34

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 36


(11)

Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Ciri-Ciri Utama Pupuk Organik dan Pupuk anorgani ... 10

2. Unsur Anorganik dan Contohnya ... 10

3. Pengambilan Sampel dari Suatu Populasi ... 18

4. Karakeristik Responden ... 22

5. Penggunaan Lahan ... 24


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan ... 15

2. Bagan Alur Penelitian ... 20

3. Pengambilan Humus Dari Dalam Hutan Kondisi tanah Yang Humusnya Diambil ... 28

Humus Yang Telah Ditumpukkan ... 28

Humus Yang Telah Dimasukkan Ke Dalam Karung ... 29

Petani Yang Memanfaatkan Humus Secara Langsung ... 29

4. Grafik Persepsi Responden Terhadap Pemanfaatan Pupuk Organik ... 31

5. Grafik Persepsi Masyarakat Mengenai Hutan dan Fungsinya ... 32

6. Grafik Persentase Alternatif Terkait Dengan Pemilihan Perlakuan Terhadap Limbah Pertanian ... 34


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... 39

2. Data Primer Masyarakat Desa Tongkoh ... 41

3. Hasil Tabulasi Pertanyaan Kepada Responden ... 45


(15)

ABSTRAK

MUHAMMAD ZARKASYI HABIBY. Persepsi Masyarakat Terhadap Pupuk

Organik dan Keberadaan Hutan di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo. Dibimbing oleh Budi Utomo dan Afifuddin Dalimunthe

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi langsung masyarakat terhadap pupuk organik dan keberadaan hutan serta cara masyarakat memperlakukan limbah pertanian di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat persepsi masyarakat di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo terhadap keberadaan dan fungsi hutan serta pemanfaatan pupuk berada pada kategori tinggi, masing-masing sebesar 75 % dan 93,75 %. Alternatif yang paling menentukan responden dikaitkan dengan pemilihan perlakuan terhadap limbah pertanian adalah dengan cara dibakar dengan persentase 49,3 %.


(16)

ABSTRACT

MUHAMMAD ZARKASYI HABIBY . Public Perception and Presence Of Organic Fertilizer Tongkoh Forest in the village of Karo District of Dolat Rayat . Guided byBudi UtomoandAfifuddin Dalimunthe

This study aims to determine the direct perception of society towards organic fertilizers and forests as well as the way society treats farm wastes in the village of Dolat Rayat Tongkoh District of Karo . The method used in this research is a survey research methods .

The results showed that the level of public perception in the Tongkoh village, Dolat Rayat District, Karo of the existence and functions of forests and the use of fertilizers at high category , respectively by 75 % and 93.75 % . Alternative most decisive election of respondents associated with the treatment of agricultural waste is to be burned with the percentage of 49.3 % .


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 Tahun 1999). Sedangkan yang dimaksud kawasan hutan adalah suatu wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya sebagai hutan tetap.

Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang besar memiliki arti dan peranan penting dalam menyangga sistem kehidupan. Berbagai manfaat besar dapat diperoleh dari keberadaan hutan melalui fungsinya baik sebagai penyedia sumberdaya air bagi manusia dan lingkungan, kemampuan penyerapan karbon, pemasok oksigen di udara, penyedia jasa wisata dan mengatur iklim global.

Salah satu sasaran konservasi yang berkaitan erat dengan berhasilnya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga kehidupan bagi keberlangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia (perlindungan sistem penyangga) (Hardjasoemantri, 1993)

Di dalam ekosistem hutan alami tercipta siklus hara tertutup yaitu suatu sistem yang memiliki jumlah kehilangan hara lebih rendah dibandingkan dengan jumlah masukan hara yang diperoleh dari penguraian seresah atau dari serap ulang


(18)

(recycle) hara pada lapisan tanah dalam. Atau dengan kata lain sistem hutan tersebut memiliki daya serap ulang yang tinggi (efisiensi penggunaan hara tinggi).

Mempertahankan fungsi hutan sebagai bagian dari sistem biogeofisik tentu saja adalah dengan mempertahankan fungsi setiap komponen hutan untuk dapat berjalan sebagaimana mestinya. Humus merupakan bagian dari komponen penyusun hutan yang memiliki fungsi tersendiri dalam menjaga keseimbangan alam. Tanpa humus, maka hutan akan kehilangan fungsinya dalam menjaga kestabilan siklus hidrologi dan daur hara tanah. Pengambilan humus hutan oleh masyarakat merupakan gangguan terhadap kestabilan fungsi hutan. Berbagai dampak kelak di kemudian hari akan timbul bila permasalahan ini tidak diselesaikan.

Pada umumnya masyarakat desa diidentikkan dengan masyarakat petani, ini dikarenakan masyarakat pedesaan dominan bermata pencaharian dari hasil pertanian sehingga ada muncul pengambilan humus hutan oleh masyarakat. Selain itu, akibat dari aktifitas kehidupan masyarakat sehari-hari terdapat banyak sekali limbah khususnya limbah organik. Limbah yang berbentuk padat diistilahkan dengan sampah. Timbulnya sampah dirasakan mengganggu kenyamanan lingkungan hidup dan lebih jauh merupakan beban yang menghabiskan dana relatif besar untuk menanganinya, masyarakat cendrung lebih ke arah membuang atau membakar. Persepsi masyarakat terhadap sampah adalah mengganggu sehingga harus disingkirkan. Persepsi seperti ini harus diganti bahwa sampah mempunyai nilai ekonomi dan bisa dimanfaatkan dalam memperbaiki lingkungan (Prihandarini, 2004).


(19)

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sampah dapat diolah sedemikian rupa sehingga menjadi barang yang bermanfaat dan menguntungkan secara ekonomis. Teknologi yang dapat digunakan dalam penanganan masalah sampah antara lain adalah pemanfaatan mikroorganisme sebagai upaya untuk mempercepat proses dekomposisi sampah khususnya sampah organik menjadi pupuk organik. Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan, misalnya bungkil, guano, tepung tulang, limbah ternak dan lain sebagainya (Murbandono, 2002).

Masyarakat di sekitar Taman Hutan Raya Bukit Barisan belakangan ini sering mengambil humus yang berada di dalam kawasan hutan. Pada umumnya masyarakat yang mengambil humus adalah mereka yang berprofesi sebagai petani. Mereka mengambil humus di dalam hutan karena mereka tidak mampu membeli pupuk kompos yang ada di pasaran dengan harga yang cukup tinggi dan mereka tidak punya pilihan lain selain mengambil humus yang berada di dalam hutan daerah kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Petani yang merupakan penduduk sekitar kawasan Taman Hutan Raya sebagian besar menanam tanaman pertanian yaitu kol. Limbah pertanian tersebut tidak tau mau mereka buang kemana sehingga limbah tersebut dibuang di dalam ataupun di pinggiran jurang hutan.


(20)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi langsung masyarakat terhadap pupuk organik dan keberadaan hutan serta cara masyarakat memperlakukan limbah pertanian di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo.

Hipotesis Penelitian

Pengomposan limbah pertanian masyarakat di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo sebagai salah satu upaya mengatasi pengambilan humus di Taman Hutan Raya Bukit Barisan dapat memberikan hasil yang baik.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kehutanan di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan diharapkan pula untuk mengurangi pengambilan humus di hutan (Taman Hutan Raya) dari masyarakat lokal Kabupaten Karo maupun penduduk sekitar.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan

Menurut Undang-undang No.41 tahun 1999 hutan memiliki pengertian sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan adalah sumber daya alam yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Hutan juga merupakan sumber daya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia baik langsung maupun tidak langsung.

Menurut Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang kehutanan, berdasarkan fungsinya hutan digolongkan ke dalam beberapa bagian yaitu :

a. Hutan lindung, yang merupakan kawasan hutan karena sifat-sifat alamnya diperuntukkan guna pengaturan tata air dan pencegahan bencana banjir dan erosi, serta untuk pemeliharaan kesuburan tanah;

b. Hutan produksi, yang merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan guna memproduksi hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan, industri, dan ekspor;

c. Hutan suaka alam, yang merupakan kawasan hutan yang karena sifatnya khas diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati lainnya; d. Hutan wisata, yang merupakan kawasan hutan yang diperuntukkan secara

khusus untuk dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata atau perburuan hutan.


(22)

Masyarakat Sekitar Hutan

Berdasarkan pasal 69 dan 70 Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang kehutanan, disebutkan bahwa masyarakat berkewajiban ikut serta dalam menjaga hutan dari gangguan perusakan,berperan aktif dalam rehabilitasi, turun berperan serta dalam pembangunan kehutanan dan pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat yang terkait langsung dengan berbagai upaya dalam rangka penyelamatan maupun pemanfaatan hutan dan lahan, sehingga lestari dan berkesinambungan.

Masyarakat sekitar hutan adalah masyarakat yang tinggal di sekitar hutan baik yang memanfaatkan hasil hutan tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Banyak sekali masyarakat Indonesia meskipun jumlahnya tidak diketahui secara pasti tinggal di dalam atau di pinggir hutan yang hidupnya bergantung pada hutan (Nugraha dan Murtijo, 2005).

Sebagian besar masyarakat hutan hidup dengan berbagai strategi ekonomi tradisional, yakni menggabungkan perladangan dengan berburu, dan mengumpulkan hasil hutan seperti kayu, rotan, madu, dan hasil hutan lainnya (Hardjasoemantri, 1993).

Pengelolaan ataupun pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat memang selayaknya diakui ada nilai posotif dan negatifnya. Nilai positif yang didapat dari sumber daya alam untuk masyarakat local tentu saja nadalah terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari baik dari hasil pertanian, perkebunan ataupun dari hasil hutan. Sedangkan dampak negatifnya bila pengelolaan atau pemanfaatan sumber daya alam atau ekosistem sperti punahnya fauna, tanah gundul, tanah longsor, dan juga padang alang-alang (Awang, 2001).


(23)

Keberadaan masyarakat di sekitar hutan secara langsung menimbulkan keinginan dan motivasi untuk pemanfatan hutan tersebut. Timbulnya keinginan motivasi tersebut dipicu oleh kesadaran masyarakat di samping faktor sosial, ekonimi, budaya, adat istiadat, pendidikan, dan perilaku masyarakat (Kartasapoetra, 1987).

Pemberdayaan masyarakat dalam bentuk perlibatan masyarakat local dalam rangka pelestarian hutan merupakan hal mendasar dan positif, dimana kesadaran positif masyarakat dibangun dan dikembangkan sehingga masyarakat dapat melakukan kontrol sepenuhnya terhadap pengelolaan sumberdaya hutan. Pada hakekatnya pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses perubahan perilaku masyarakat sebagai pusat perhatian sekaligus dipandang dan diposisikan sebagai suatu subyek bagi dirinya sendiri dalam proses pembangunan (Suprayitno, 2008).

Humus

Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan baham kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, mencegah penggerusan tanah, menaikkan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisi peptisida atau senyawa-senyawa organik toksik. Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos (Nugroho, 2012).


(24)

Humus yang mengandung bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun secara biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari Kapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Di samping itu, bahan organik adalah sumber energi sebagian organisme tanah (Murbandono, 2008). Menurut Sutedjo et al. (1996) di dalam tanah hidup berbagai jasad renik (mikroorganisme) yang melakukan berbagai kegiatan yang menguntungkan bagi kehidupan makhluk-makhluk hidup lainnya.

Pemupukan

Pupuk adalah semua bahan yang mengandung unsur-unsur yang berfungsi sebagai hara tanaman serta tidak mengandung unsur-unsur toksik yang dapat memperburuk keadaan tanaman. Pengaruh kesuburan tanah berkaitan erat dengan pemberian pupuk pada tanah tersebut, baik pupuk organik maupun pupuk anorganik.

Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang telah habis terihap tanaman. Memupuk berarti menambahkan suatu bahan yang mengandung unsur hara tertentu ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun) untuk meningkatkan kesuburan tanah (Pitojo, 1995).

Pemberian pupuk merupakan salah satu jalan yang harus ditempuh untuk memperbaiki keadaan tanah, baik dengan pupuk buatan (anorganik), maupun dengan


(25)

pupu organik (seperti pupuk kandang pupuk kompos). Terdapat dua kelompok pupuk anorganik berdsarkan jenis hara yang dikandungnya, yaitu pupuk tunggal dan pupuk mejemuk. Ke dalam kelompok pupuk tunggal terdapat tiga macam pupuk yang dikenal dan banyak beredar di pasaran, yaitu pupuk yang berisi hara utama nitrogen (N), hara utama posfor (P), dan hara utama kalium (K) (Lingga dan Marsono, 2008)

Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik atau pupuk buatan (dari senyawa anorganik) adalah pupuk yang sengaja dibuat oleh manusia dalam pabrik dan mengandung unsur hara tertentu dalam kadar tinggi. Pupuk anorganik digunakan untuk mengatasi kekurangan mineral murni dari alam yang diperlukan tumbuhan untuk hidup secara wajar pupuk anorganik dapat mengahasilkan bulir hijau dan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis.

Menurut Madjid, et al., (2011) pupuk anorganik mempunyai perbedaan dibandingkan dengan pupuk organik baik ditinjau dari respon terhadap tanaman. Keuntungan yang diperoleh dari pemakaian pupuk anorganik adalah respon terhadap tanaman cepat namun mudah tercuci dan hanyut oleh hujan, menguap oleh panas. Sementara pupuk organik dalam tanah lebih lama dan dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Penyediaan hara maupun dampak terhadap lingkungan disajikan pada Tabel 1.


(26)

Tabel 1. Ciri-ciri utama pupuk organik dan pupuk anorganik

Uraian Pupuk Organik Pupuk Anorganik

Respon tanaman Tanamn target Penyediaan hara

Proses hubungan dengan tanaman Persyaratan mutu Dampak Lingkungan Lambat Khusus-luas Tidak langsung Biologis

Umumnya belum baku Tidak ada Cepat Luas Langsung Kimia Baku Ada

Sumber : Madjid, et al., (2011)

Berdasarkan kandungan unsur-unsurnya, unsur anorganik dibagi beberapa jenis. Pembagian unsur anorganik dan contohnya disajikan pada tabel 2 .

Tabel 2. Unsur anorganik dan contohnya

Unsur Contohnya

Tunggal N, P, K

Nitrogen Urea, ZA, ammonium klorida, ASN, dan Natrium nitrat

Forforus Superfospat, FMP, alumunium fospat dan besi

Kalium Kalium klorida dan ZK

Sumber : Susetya (2011)

Pupuk Organik

Pupuk organik buatan manusia lazim juga disebut sebagai kompos dibuat dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun hewan) yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Oleh sebab itu secara keseluruhan, proses tersebut disebut dekomposisi (Parnata, 2004).

Sisa-sisa buangan manusia sering ditemuka menumpuk dan memerlukan penanganan agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti bau tak sedap atau menjadi sarang lalat. Jalan pintas yang sering dijumpai adalah dengan membakar. Pembakaran limbah organik tersebut selain tidak memberikan manfaat, juga akan menimbulkan polusi udara karena dihasilkan CO2 yang merupakan gas


(27)

Pupuk Oganik dapat berbentu padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya.

Pupuk organik mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Akan tetapi, Nitrogen dan unsur hara yang lain yang dikandung pupuk organik dilepaskan perlahan-lahan sehingga penggunaannya harus berkesinambungan. Nilai pupuk yang dikandung dalam pupuk organik juga rendah dan sangat bervariasi, penyediaan hara terjadi secara lambat dan menyediakan hara dalam jumlah terbatas. Pemberian pupuk kandang maupun kompos akan sangat bermanfaat bagi kondisi fisik tanah, karena akan memperbaiki struktur tanah (Sutanto, 2006).

Kompos

Pengomposan merupakan suatu teknik pengolahan limbah padat yang mengandung bahan organik biodegradable (dapat diuraikan mikroorganisme). Selain menjadi pupuk organik maka kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap air dan menahan air serta zat-zat hara lain. Pengomposan alami akan memakan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 2-3 bulan bahkan 6-12 bulan. Proses pengomposan dapat terjadi dalam kondisi aerobik maupun anerobik. Pengomposan aerobik terjadi dalam keadaan terdapat oksigen, sedangkan pengomposan anerobik dalam kondisi tanpa oksigen. Proses aerobik akan menghasilkan CO2, air dan panas. Proses anerobik menghasilkan


(28)

seringkali menimbulkan bau tajam sehingga proses pengomposan banyak dilakukan dengan cara aerobik.

Persepsi Masyarakat

Menurut Sormin (2006) mendefinisikan bahwa persepsi merupakan sebagai proses dimana seseorang menjadi sadar segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera yang dimiliki, pengetahuan lingkungan diperoleh melalui interpretasi data indera. Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses perencanaan informasi untuk informasi. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Sebaiknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

Menurut Sumardi, dkk (1997) kondisi dari persepsi seseorang terhadap hutan, besar pengaruhnya pada wujud hubungan manusia dengan hutan, yang dapat dibedakan menjadi seseorang menolak lingkungan, bekerjasama, atau,menguras lingkungan, disebabkan seseorang yang tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan, sehingga orang yang bersangkutan dapat memberikan bentuk tindakan terhadap hutan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Sebaliknya para petani mempunyai sikap menerima lingkungan, seseorang dapat memanfaatkan hutan dan sekaligus menjaga dan menyelamatkan hutan dari kerusakan, sehingga hutan memberi manfaat yang terus menerus. Dengan demikian lingkungan hutan yang terjaga kelestariannya dari kerusakan, akan memrikan manfaat kepada masyarakat di sekitar hutan dan negara berupa devisa.


(29)

Menurut Ngakan, dkk (2006) yang menyatakan untuk mengetahui persepsi masyarakat, kepada mereka diberikan lima topik untuk dibahas dan jawaban mereka dibedakan dalam tiga kategori:

a) Persepsi baik, apabila mereka memahami dengan baik bahwa dirinya bergantung hidup dari sumberdaya hayati hutan dan menginginkan agar sumberdaya tersebut dikelola secara lestari,

b) Persepsi sedang, apabila mereka menyadari dirinya bergantung hidup dari sumberdaya hayati hutan tetapi tidak memahami kalau sumberdaya tersebut perlu dikelola secara lestari agar manfaatnya bias diperoleh secara berkelanjutan,

c) Persepsi tidak baik, apabila jawaban responden masuk dalam kategori tidak sadar kalau dirinya bergantung hidup dari sumberdaya hayati hutan, atau ada kepentingan lain yang membuat mereka cenderung beranggapan bahwa tidak perlu menjaga kelestarian sumberdaya hayati hutan.

Kondisi Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Sumatera Utara mempunyai luas seluruhnya 51.600 Ha. Secara administratif kawasan Tahura Bukit Barisan termasuk pada wilayah Kabupaten Karo, Simalungun, Langkat dan Deli Serdang. Kawasan ini berjarak 76 Km dari Ibukota Sumatera Utara (Medan) atau sekitar dua jam perjalanan. Secara geografis, kawasan Tahura Bukit Barisan terletak pada bagian utara dari wilayah Kabupaten Dati II Karo, bagian selatan dan timur wilayah


(30)

Kabupaten Dati II Langkat dan bagian barat dari wilayah Kabupaten Dati II

Simalungun Areal kawasan Tahura Bukit Barisan yang hutannya lebat dan perawan itu,

meliputi wilayah Pemerintah Kabupaten Karo seluas 19.805 hektar, Deli terdapat 17.150 hektar, Langkat 13.000 hektar dan Simalungun 1045 hektar. Seluruh kawasan ini yang luasnya 51.600 hektar itu ,berasal dari hutan lindung 38.273 hektar (74,17%), Taman Nasional 13.000 hektar (25,20%), Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit 200 hektar (0,39%), Cagar Alam Sibolangit 120 hektar (0,23%), dan taman wisata Lau Debuk-debuk 7 hektar (0,01%) . Faktor penunjang utama yang dimiliki Tahura Bukit Barisan sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alam yang baik dan pemandangan alam yang indah. Di samping itu sarana dan prasarana juga cukup memadai, seperti : jalan raya dengan kondisi yang baik dan mulus yang menghubungkan sebagian besar kawasan Tahura, sarana akomodasi dan penginapan, lokasi perkemahan dan jalan setapak di beberapa kawasan, kantor penelitian, pusat informasi, pondok wisata Shelter, Gapura. Masyarakat yang bermukim di sekitar Tahura Bukit Barisan terdiri dari suku Melayu, Karo, Aceh, Jawa, Nias dan Batak. Mata pencaharian penduduk utamanya adalah bertani dan berkebun. Produksi utamanya adalah sayur-mayur dan buah-buahan. Peta kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan disajikan pada gambar 1.


(31)

Gambar 1. Peta Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan

Keadaan Bio-Fisik-Kimia Kawasan Tahura Bukit Barisan Flora dan Fauna

Jenis pohon yang terdapat di Kawasan Tahura Bukit Barisan Lokasi Tongkoh adalah sebagai berikut : Pada lokasi arboretum (luas ± 8 Ha) terdapat 24 jenis pohon


(32)

dengan jumlah pohon sebanyak 1624 batang yang didominasi oleh jenis Pinus merkusii, Altingia exelsa dan Pinus insularis. Pada lokasi tambahan (± 7 Ha) terdapat 14 jenis pohon yang didominasi oleh jenis Pinus merkusii, Litsea sp, Quercus spicata dan Pinus insularis. Satwa liar yang terdapat di lokasi Tahura Bukit Barisan adalah jenis primata antara lain Sikulikap, Siamang, dan Monyet. Untuk jenis burung antara lain Murai batu, Kepodang, Burung hijau, Burung air, Walet besar, Kacer, Pengisap madu, Trilli, Kleto-kleto, dan Cip-cip gajah.

Topografi

Sesuai dengan keputusan presiden No. 48 tahun 1988 luas Taman Hutan Raya Bukit Barisan adalah seluas 51600 hektar. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Lokasi Tongkoh sebagian besar datar sampai bergelombang dengan kemiringan 8-15%, dengan ketinggian tempat ± 1500 mdpl, sedangkan lokasi lainnya mempunyai topografi bergelombang sampai bergunung.

Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Lokasi Tongkoh memilki tipe iklim B dengan curah hujan 2000-3011 mm per tahun di sepanjang 5 tahun terakhir yaitu 2009-2014 dengan hari curah hujan merata sepanjang tahun. Kelembaban udara cukup tinggi antara 76-90%, Suhu


(33)

udara antara 22-24ºC, Intensitas Cahaya sebesar 81-183 Lux, Suhu tanah antara 21-22ºC dan kecepatan angin antara 1500-8650 knot per jam.

Geologi dan Jenis Tanah

Formasi geologi berasal dari letusan gunung berapi berupa batuan Tuf Intermedier, pH tanah di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Lokasi Tongkoh adalah 6,6. Jenis tanah adalah andosol dan asosiasi dengan pedsolik merah kuning.


(34)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai Desember 2014. Penelitian dilakukan di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, dan kamera digital.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tally sheet, kuisioner serta dokumen lain yang berhubungan dengan lokasi dan kegiatan penelitian.

Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi objek penelitian yaitu seluruh masyarakat yang bertempat tinggal atau telah menetap (setidaknya satu tahun menetap) di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo. Jumlah populasi di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo berjumlah sebanyak 412 jiwa dan sebanyak 100 Kepala Keluarga (KK). Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, digunakan untuk menganalisis hubungan antara persepsi masyarakat dengan partisipasinya dalam pemanfaatan pupuk tersebut.


(35)

Data kuantitatif diperoleh dengan metode survei yang dilakukan secara sengaja (purposive) dan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden. Kuesioner yang diberikan kepada responden berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai karakteristik responden dan persepsi responden terhadap pupuk dan keberadaan hutan. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada informan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Metode wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih dalam dan untuk menunjang dalam menginterprestasi data kuantitatif. Jumlah sampel (N) yang diteliti terkait langsung dengan kebermaknaan kesimpulan hasil penelitian. Untuk menjaga besarnya sampel minimal dapat diolah datanya, Krecjek dan Morgan menyarankan pengambilan sampel dari suatu populasi seperti disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Pengambilan Sampel Dari Suatu Populasi

N S N S N S

10 10 220 140 1200 291

15 14 230 144 1300 297

20 19 240 148 1400 302

25 24 250 152 1500 306

30 28 260 155 1600 310

35 32 270 159 1700 313

40 36 280 162 1800 317

45 40 290 165 1900 320

50 44 300 169 2000 322

55 48 320 175 2200 327

60 52 340 181 2400 331

65 56 360 186 2600 335

70 59 380 191 2800 338

75 63 400 196 3000 341

80 66 420 201 3500 346

85 70 440 205 4000 351

90 73 460 210 4500 354

95 76 480 214 5000 357

100 80 500 217 6000 361

110 86 550 226 7000 364

120 92 600 234 8000 367

130 97 650 242 9000 368


(36)

150 108 750 254 15000 375

160 113 800 260 20000 377

170 118 850 265 30000 379

180 123 900 269 40000 380

190 127 950 274 50000 381

200 132 1000 278 75000 382

210 136 1100 285 100000 384

Metode Pengumpulan Data

Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah a. Data Primer

Data yang diperlukan yaitu berupa karakteristik responden yakni umur, pendapatan, pendidikan, persepsi yang diperoleh melalui survei lapangan, kuisioner dan wawancara.

b. Data Sekunder

Diperlukan data umum mengenai kondisi sosial masyarakat Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo

Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Observasi

Pengamatan dilakukan dengan cara melihat langsung keadaan lokasi yang digunakan masyarakat setempat.


(37)

Ada proses tanya jawab dengan masyarakat mengenai tanggapan masyarakat terhadap keberadaan hutan dan pemanfaatan pupuk yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

3. Kuisioner

Kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu disebarkan kepada beberapa responden yang ada di Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo.

4. Dokumentasi

Perlu dilakukan dokumentasi setiap kegiatan, sehingga dapat dijadikan sebagai bukti pelaksanaan kegiatan penelitian.


(38)

Bagan Alur Penelitian

Gambar 2. Bagan Alur Penelitian Pengumpulan Data

Survei Pendahuluan Persiapan

Data Sekunder Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan Penelitian

Kuisioner

Wawancara Observasi

Data Primer

Analisis Deskriptif

Persepsi Masyarakat Terhadap Pupuk Dan Keberadaan Hutan Serta Cara Memperlakukan Limbah Pertanian Di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat


(39)

Analisis Data

Data-data yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner dan wawancara kepada responden dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan menganalisis data yang terkumpul dari hasil kuisioner, wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka (Nazir, 2005).


(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Responden yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 80 responden. Karakteristik responden disajikan pada tabel 4

Tabel 4. Karakteristik Responden

No Karakteristik Jumlah Persentase

1 Umur

a. 20-30 10 12,5

b. 31-40 28 35

c. 41-50 27 33,75

d. 51-60 7 8,75

e. >60 8 10

2 Pendidikan

a. SD - -

b. SMP 29 36,25

c. SLTA 48 60

d. Strata 1 3 3,75

e. Lainnya - -

3 Pekerjaan

a. Petani 67 83,75

b. Wiraswasta 7 8,75

c. Pedagang 2 2,5

d. PNS 3 3,75

e. Lainnya 1 1,25

4 Pendapatan

a. < 500.000 - -

b. >500.000 – 1.000.000 48 60


(41)

d. >1.500.000 – 2.000.000 7 8,75

e. >2.000.000 7 8,75

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi tingkat umur, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Tingkat umur responden yang diteliti berdasarkan pertimbangan bahwa responden memiliki pengetahuan dan wawasan serta mampu berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan sekitarnya. Umur responden dikategorikan dalam lima kelompok umur, yakni umur 20 tahun sebagai umur termuda yang dianggap mampu mengkomunikasikan persfektifnya hingga umur 61 tahun ke atas yang diperkirakan mampu mewakili usia tua yang dapat diwawancarai.

Tingkat pendidikan responden sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan sumber daya hutan. Apabila terdapat pendidikan yang rendah, wawasan yang sempit dan keterbatasan keterampilan dapat menyebabkan pemanfaatan sumber daya hutan yang ada tidak terkendali dengan baik dan akan berdampak negatif terhadap kelestarian hutan. Secara umum tingkat pendidikan masyarakat pada lokasi penelitian dodominasi oleh tingkat SLTA sebesar 60 %, diikuti dengan SMP sebesar 36,25 %, dan Strata 1 sebesar 3,75 %.

Jenis pekerjaan responden yang mendominasi adalah petani dengan persentase 83,75 %. Pada umumnya masyarakat desa diidentikkan dengan masyarakat petani, ini dikarenakan masyarakat pedesaan dominan bermata pencaharian dari hasil pertanian. Secara umum sistem perekonomian masyarakat desa tongkoh ditopang oleh hasil-hasil pertanian.


(42)

Tingkat pendapatan masyarakat sangat berkaitan dengan profesi atau jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden. Tingkat pendapatan masyarakat secara umum pada lokasi penelitian adalah tergolong rendah tiap bulannya yaitu > 500.000 – 1.000.000 sebesar 60 % dan pendapatan > 1.000.000 – 1.500.000 sebesar 22,5 %, dengan kata lain bahwa terdapat 82,5 % responden yang memiliki pendapatan di bawah atau sama dengan Rp1.500.000,00-. Kondisi jumlah pendapatan tersebut dikategorikan rendah berdasarkan Badan pusat Statistik tahun 2005 yang menyebutkan dalam indikator kesejahteraan apabila pendapatan masyarakat < Rp5.000.000,00 digolongkan pada kriteria rendah.

Penggunaan Lahan

Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Karo di dominasi oleh penggunaan lahan kering berupa pertanian dan perkebunan seluas 96.045 Ha atau 41% dari luas wilayah, selanjutnya diikuti oleh kawasan hutan seluas 77.142 Ha seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5. Penggunaan Lahan Di Kabupaten Karo

No Penggunaan Lahan Luas Area

1 Lahan Sawah 12,328

2 Lahan Kering a. Pekarangan b. Kebun Campuran c. Pertanian d. Perkebunan

4,251 22,896 59,720 6,524 3 Kawasan Hutan


(43)

a. Hutan Lindung b. Suaka Alam

67,214 9,621

4 Padang Rumput 4,254

5 Rawa Yang Tidak Ditanami 399

6 Tidak Diusahakan 7,418

7 Lain – lain 18,150

Total 212,725

Sumber: http:/www.karokab.go.id

Berdasarkan data di atas, masyarakat di Kabupaten Karo sebagian besar berprofesi sebagai petani. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya lahan yang diusahakan untuk usaha pertanian yaitu seluas 59,720 Ha. Secara umum sistem perekonomian masyarakat desa tongkoh ditopang oleh hasil-hasil pertanian.

Jenis Tanaman Pertanian Yang Disukai Masyarakat

Kabupaten Karo memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa, mulai dari sektor alam sampai ke pertaniannya. Sektor pertanian adalah yang paling menonjol di daerah tersebut dan sangat bagus untuk dikembangkan. Hasil sayuran dan buah merupakan hasil pertanian yang sangat sering dihasilkan di Kabupaten Karo. Banyak hasil pertanian ini dikirim ke berbagai daerah seperti ke Aceh dan bahkan sampai ke Jakarta. Potensi tanaman pertanian pada kabupaten Karo yang biasanya disukai masyarakat disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Jenis Potensi Tanaman Pertanian Yang Disukai Masyarakat

No Jenis Tanaman Harga Jual Rata-rata /Kg (Rp)


(44)

2 Kentang 4.630

3 Lobak 1.100

4 Wortel 2.260

5 Cabe 17.548

6 Tomat 3.697

7 Strawberry 40.000

8 Jeruk 5.543

Sumber: http:/www.karokab.go.id

Jenis Pupuk Yang Dipakai Masyarakat

Untuk kelangsungan hidupnya, tanaman butuh unsur-unsur hara yang tersedia di dalam tanah. Namun tidak selamanya tanah mampu menyediakan semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kian lama persediaan hara dalam tanah kian berkurang karena sudah diserap oleh tanaman. Kadang-kadang bahkan sampai habis. Akibatnya tanaman menderita, dan mungkin bisa mati karena kekurangan makanan. Oleh sebab itu perlu ditambahkan unsur hara yang diperlukan tanaman, melalui pemupukan.

Paling tidak ada 16 unsur yang diperlukan tanaman untuk menunjang pertumbuhan tanaman yang sehat dan normal. Tiga unsur (C, O dan H) diperoleh dari udara, dan 13 unsur lainnya tersedia di dalam tanah. Dari 13 unsur yang tersedia di dalam tanah, ada 6 unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur makro. Tiga unsur di antaranya mutlak harus ada bagi tanaman, yaitu N, P dan K. Sedangkan 3 unsur lainnya (S, Ca dan Mg), meskipun dibutuhkan dalam jumlah


(45)

banyak, perannya kurang begitu penting dibandingkan dengan N, P dan K tadi. Unsur lain di luar keenam yang sudah disebut tadi pun sangat dibutuhkan tanaman, tapi dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga disebut unsur mikro, yaitu C1, Mn, Fe, Cu, Zn, B dan Mo. Diperkirakan dalam jangka waktu cukup lama unsur mikro ini tetap tersedia dalam tanah. Jika salah satu unsur tidak tersedia, tanaman akan tumbuh tidak sempurna. Pemupukan juga dimaksukan untuk menutup kekurangan unsur makro maupun mikro ini agar tanaman tetap dapat terpenuhi kebutuhannya.

1. Pupuk Organik

Keuntungan menggunakan pupuk organik adalah dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, serta memperbesar kapasitas menahan air. Selain itu pupuk organik juga bermanfaat menambah persediaan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman.

a. Pupuk Kandang

Pupuk kandang adalah pupuk yang diperoleh dari kotoran hewan piaraan seperti sapi, kambing, kerbau, ayam, kuda dan babi. Hewan piaraan ini menghasilkan pupuk kandang yang berbeda-beda kandungan unsur haranya, tergantung makanan yang diberikan pada hewan itu. Misalnya, kalau makanan yang diberikan banyak mengandung nitrogen, maka kotoran yang dihasilkan juga banyak mengandung nitrogen. Sebelum digunakan, pupuk kandang harus terbebas dari berbagai hama yang menggangu tanaman, seperti rayap atau lundi. Selain itu pupuk kandang harus sudah matang. Ciri-ciri pupuk kandang yang sudah matang adalah warnanya cokelat kehitaman, kalau dipegang terasa dingin dan tidak lengket. Pupuk kandang yang


(46)

belum matang masih akan mengalami proses dekomposisi, dan bila diberikan pada tanaman dapat mengakibatkan tanaman mati.

b. Kompos

Kompos adalah pupuk organik yang diperoleh dari hasil pelapukan berbagai bahan nabati, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang/rumput, dedak, kotoran hewan dan sampah. Kandungan hara dalam kompos sangat bervariasi, tergantung bahan yang di komposkan, cara pengomposan dan penyimpanannya. Tetapi yang menonjol dari kompos ini adalah kadar organiknya yang tinggi

c. Humus Hutan

Humus adalah tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman. Humus mempunyai kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti merupakan sumber

Pada saat sekarang ini, Masyarakat Desa Tongkoh banyak yang melakukan pengambilan humus dari dalam hutan. Humus diyakini oleh masyarakat sebagai bahan organik terbaik yang dapat mengembalikan kualitas tanah yang selama ini telah ditanami. Bahkan, dilihat dari data yang tersedia, persepsi yang kemudian berkembang secara luas di dalam masyarakat adalah suatu keharusan mutlak untuk


(47)

mempergunakan humus hutan pada lahan pertanian. Pengambilan humus dari dalam hutan disajikan pada gambar 3.

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan:

a. Kondisi tanah yang humusnya telah diambil b. Humus yang telah ditumpukkan

c. Humus yang sudah dimasukkan ke dalam karung dan siap angkat d. Petani yang memanfaatkan humus secara langsung


(48)

2. Pupuk Anorganik

Pupuk buatan banyak sekali jenisnya. Bentuk, warna dan cara pemakaiannya pun beragam. Meskipun banyak jenisnya, dilihat dari hara yang dikandungnya hanya ada dua kelompok, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk.

Dewasa ini pupuk majemuk semakin digemari karena penggunaannya amat menguntungkan. Di antaranya dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya. Sekali memupuk, beberapa unsur hara sekaligus terpenuhi.

a. Pupuk Tunggal

Pupuk Tunggal Umumnya terdiri dari pupuk nitrogen (N), pupuk fosfor (P) dan pupuk kalium (K). Pupuk N ada beberapa jenis. Namun yang populer hanya dua yaitu ZA (zwavelzure ammoniak) dan urea. ZA mengandung 20-21 % N, dan kurang cocok untuk pupuk dasar. Pupuk ini bersifat asam dan mudah larut dalam air. Sedang kandungan N dalam urea kira-kira 46 %. Urea bersifat agak netral, mudah laur dalam air tetapi harus melalui proses kimia yang diselenggarakan oleh bakteri tanah agar bisa diserap akar tanaman.

Pupuk P juga ada beberapa jenis. Yang populer di kalangan petani hanya ES (Enkel Superfosfat), DS (Dubbel Superfosfat) dan TSP (Triple Superfosfat), Pupuk ES mudah larut dalam air, reaksinya sangat cepat, dan mudah hanyut oleh air. Sifat pupuk DS dan TSP netral, dan agak lambat larut. Oleh sebab itu bisa diberikan sebagai pupuk dasar atau pupuk susulan.

b. Pupuk Majemuk

Pupuk majemuk yang diberikan lewat akar umumnya merupakan gabungan beberapa unsur N, P, dan K dalam satu pupuk. Misalnya pupuk NP, NK, PK dan


(49)

NPK. Pupuk NP adalah pupuk majemuk, yang mengandung unsur N dan P. Beberapa jenis yang cukup dikenal misalnya Ammofos, Diammofos dan Leunafos. Pupuk NK merupakan pupuk gabungan antara hara N dan K, misalnya Patozote, Nitrapo dan Sendawa Kali. Sedangkan pupuk PK mengandung gabungan pupuk P dan K, seperti misalnya Kaliummetafosfat dan Monokalsiumfosfat. Belakangan ini pupuk NP, Nk dan PK kurang digemari. Perhatian masyarakat beralih ke pupuk majemuk yang mengandung 3 unsur sekaligus : N, P dan K, yaitu pupuk NPK.

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Pupuk Organik

Pupuk Oganik dapat berbentu padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa: Pupuk Kandang, Pupuk Hijau, Pupuk Daun, dan Kompos. Persepsi responden terhadap pemanfaatan pupuk organik disajikan pada gambar 4.


(50)

Gambar 4. Grafik Persepsi Responden Terhadap Pemanfaatan Pupuk Organik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 93,75 % responden mengetahui perbedaan pupuk organik dan anorganik, hanya 6,25 % responden yang tidak mengetahuinya. Sementara untuk penggunaannya, sebesar 55 % responden lebih memilih menggunakan pupuk organik daripada pupuk anorganik, 28,75% menjawab lebih memilih pupuk anorganik daripada pupuk organik, dan 16,25 % menjawab tidak tahu. Tingkat persepsi masyarakat terhadap penggunaan pupuk organik sudah cukup baik. Pupuk menyumbang 20% terhadap keberhasilan peningkatan produksi pertanian. Berkaitan dengan hal tersebut, Susetya (2010) mengungkapkan bahwa hampir 90% produk-produk pertanian di Indonesia diproduksi dengan menggunakan bahan Anorganik seperti pupuk kimia dan pestisida. Sehingga besar kemungkinan produk pertanian Indonesia tidak memenuhi standar internasional dan tidak diminati oleh pasar internasional.


(51)

Oleh karena itu untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dalam menghasilkan produk pertanian yang mampu bersaing di pasar internasional perlu diupayakan pemenuhan terhadap minat konsumen yang membutuhkan konsumsi pangan bebas bahan anorganik dengan cara meningkatkan penggunaan pupuk organik dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik.

Persepsi Masyarakat Terhadap Hutan dan Fungsinya

Persepsi responden terhadap hutan dari hasil penyebaran kuisioner (dengan metode wawancara) diperoleh persepsi yang hampir seragam, perbedaan persepsi antar masyarakat tidak terlalu tampak. Secara garis besar persepsi responden terhadap Hutan Dan Fungsinya, Pengusahaan Lahan Hutan, Dan Pemanfaatan Humus Dari Dalam Hutan disajikan pada gambar 5.


(52)

Gambar 5. Grafik Persentase Jawaban Responden Mengenai Hutan Dan Fungsinya, Pengusahaan Lahan Hutan, Dan Pemanfaatan Humus Dari Dalam Hutan

Berdasarkan gambar di atas, terdapat 75 % responden yang menjawab mengetahui/mengenal hutan, 18,75 % yang menjawab tidak, dan 6,25 % yang menjawab tidak tahu. Dari hasil penyebaran kuisioner mengenai hutan, responden sudah banyak yang mengetahui/mengenal hutan, itu artinya sudah seharusnya masyarakat berusaha menjaga kelestarian, tidak merusak hutan dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak kawasan hutan. Hanya 25 % responden yang tidak tahu dan tidak mengenal hutan, karena mereka jauh dari kawasan hutan Tahura Bukit Barisan dan tidak pernah mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah.

Persentase jawaban responden mengenai pemanfaatan lahan hutan yaitu 75 % responden pernah mengusahakan lahan hutan 25 % responden menjawab tidak pernah mengusahakan lahan hutan. Biasanya masyarakat memanfaatkan kawasan hutan untuk lahan kebun mereka. Masyarakat memanfaatkan lahan hutan yang kosong yang terdapat di pinggir jalan.

Dari hasil penyebaran kuisioner terhadap responden dapat diketahui bahwa 86,25 % responden menjawab pernah memanfaatkan humus dari dalam hutan, 12,5 % responden menjawab tidak dan 3,75 % responden menjawab tidak tahu. Pada umumnya masyarakat yang mengambil humus adalah mereka yang berprofesi sebagai petani. Mereka mengambil humus di dalam hutan karena mereka meyakini bahwa humus adalah sebagai bahan organik terbaik yang dapat mengembalikan kualitas tanah yang selama ini telah ditanami.


(53)

Cara Pemilihan Perlakuan Terhadap Limbah Pertanian

Pemilihan perlakuan terhadap limbah pertanian oleh masyarakat Desa Tongkoh disajikan pada gambar 6.

Gambar 6. Grafik Persentase Pemilihan alternatif terkait dengan Pemilihan perlakuan terhadap limbah pertanian

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa responden menilai cara memperlakukan limbah pertanian dengan cara dibakar menempati peringkat teratas dengan 49,3 % dan menjadi prioritas terpenting. Kemudian diikuti alternatif dengan cara diolah menjadi pupuk organik dengan 39 % dan yang terakhir dengan cara dibuang ke dalam hutan dengan 11,7 %.

Terpilihnya alternatif dengan cara dibakar daripada alternatif lain disebabkan oleh tanggapan masyarakat yang tidak mau direpotkan dengan limbah


(54)

yang dirasakan mengganggu kenyamanan lingkungan hidup dan lebih jauh merupakan beban yang menghabiskan dana relatif besar untuk menanganinya, sehingga masyarakat cendrung lebih ke arah membakar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prihandarini (2004) yang menyatakan bahwa persepsi masyarakat terhadap sampah adalah mengganggu sehingga harus disingkirkan. Persepsi seperti ini harus diganti bahwa sampah mempunyai nilai ekonomi dan bisa dimanfaatkan dalam memperbaiki lingkungan.


(55)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tingkat persepsi masyarakat di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo terhadap keberadaan dan fungsi hutan serta pemanfaatan pupuk berada pada kategori tinggi, masing-masing sebesar 75 % dan 93,75 %.

2. Alternatif yang paling menentukan responden dikaitkan dengan pemilihan perlakuan terhadap limbah pertanian adalah dengan cara dibakar dengan persentase 49,3 %.

Saran

Diharapkan Pemerintah ataupun Instansi terkait memberikan pelatihan pengomposan limbah pertanian masyarakat di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat, rayat Kabupaten Karo sebagai salah satu upaya mengatasi pengambilan humus di Taman Hutan Raya Bukit Barisan.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Awang, S. A. 2001. Gurat Hutan Rakyat di Kapur Selatan. Pustaka Kehutanan Masyarakat. CV. Debut Press. Yogyakarta.

Hardjasoemantri, K. 1993. Hukum Tata Lingkungan. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Immamuddin, M dan T. Kadri. 2006. Penerapan Algoritma AHP untuk Prioritas Penanganan Bencana Banjir, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 (SNATI 2006) ISSN: 1907-5022 Yogyakarta.

Kartasapoetra, G. A, dan M. M. Sutedjo. 1987. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT. Bina Aksara. Jakarta.

Lingga, Pinus dan Marono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Madjid, M. D., Bachtiar, E. H., Fauzi H., Hamidah, H. 2011. Dasar Pupuk dan Pemupukan Kesuburan Tanah. USU Press. Medan.

Murbandono, H. L. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.

Musnamar, I. F. 2008. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Ngakan, Putu Oka, H. Komaruddin, A. Achmad, Wahyudi, dan A. Tako. 2006. Ketergantungan, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Sumberdaya Hayati Hutan Studi Kasus di Dusun Pampli Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. CIFOR. Jakarta.

Nugraha, A. dan Murtijo. 2005. Antropologi Kehutanan. Wana Aksara. Banten. Nugroho, Panji. 2012. Panduan Membuat Pupuk Kompos Cair. Pustaka Baru

Press. Yogyakarta.

Parnata, Ayub. S. 2004. Pupuk Organik Cair. PT Agromedia Pustaka. Jakarta Pitojo, S. 1995. Penggunaan Urea Tablet. Penebar Swadaya. Jakarta.


(57)

Prihandirini. 2004. Manajemen Sampah Daur Ulang Sampah Menjadi Pupuk Organik. Perpod. Jakarta

Rahmawaty. Villanueva, T. R, and M. G. Carandang. 2011. Participatory Land Use Allocation. LAP Lambert. Saarbrucken, Germany.

Saaty, T. L. 1993. Proses Hirarki Analitik Untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi Yang Kompleks. PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Sormin, R. N. S. 2006. Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Pembalakan Liar Hutan. Kementrian Hukum dan HAM. Jakarta

Sumardi, S. 1997. Peranan Nilai Budaya Daerah dalam Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dirjen Kebudayaan. Yogyakarta.

Suprayitno. 2008. Kajian Analitik: Pelibatan Masyarakat Menuju Hutan Lestari. Jurnal Penuluhan. 4 (2) : 134-138.

Susetya, Darma. 2010. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik untuk Tanaman Pertanian dan Perkebunan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Sutanto, R. 2006. Pertanian Organik. Cetakan Keenam. Kanisius. Yogyakarta.

Susetya, Darma. 2010. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik untuk Tanaman Pertanian dan Perkebunan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Wibowo, I. 1998. Psikologi Sosial. Universitas Terbuka. Karunika. Jakarta.

Wirdianti, E. 2008. Aplikasi Metode Analytical Hierarchy Process Dalam Memutuskan Kriteria Penilaian Supplier. Jurnal Teknik Industri 2: 29-46.


(58)

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

I. Data Responden

LEMBAR KUISINONER UNTUK MASYARAKAT

1. Nama :

2. Suku :

3. Desa : Tongkoh

4. Kecamatan/Kabupaten : Dolat Rayat / Karo

5. Umur :

6. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

7. Pendidikan Terakhir :Tidak Sekolah/SD/SMP/SMA/P.Tinggi/Dll.

8. Lama Menetap :

9. Agama : Islam/Kristen/Budha/Hindu/Dll. 10.Jumlah Anggota Keluarga : Orang

11.Pekerjaan :

12.Pendapatan : (Rp/Bulan)

II. Hubungan eksistensi hutan terhadap masyarakat

1. Apakah anda mengetahui/mengenal hutan ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

2. Menurut anda apakah hutan itu penting bagi kehidupan anda ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

3. Hutan merupakan tempat hidup hewan-hewan dan pohon-pohon

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

4. Hutan merupakan penghasil oksigen (menjaga udara tetap bersih), menjaga tata air, mencegah erosi dan longsor

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

5. Hutan merupakan kawasan yang harus dilestarikan dan tidak boleh ditebang

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

6. Hutan merupakan tempat rekreasi dan merupakan kawasan yang dilindungi

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

7. Hutan merupakan kawasan yang melindungi masyarakat dari bencana alam

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

8. Apakah anda tahu di dalam hutan itu ada humus ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

9. Tahukah anda apa manfaat humus bagi tanaman pertanian ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

10.Apakah anda pernah memanfaatkan humus dari hutan ?


(59)

11.Apakah hutan berpengaruh terhadap perekonomian/pendapatan anda?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

12.Apakah anda pernah/sedang mengusahakan lahan hutan? a. Ya sebutkan dan sejak kapan :... b. Tidak

13.Apakah usaha anda menguntungkan atau tidak?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

14.Menurut anda apakah kegiatan anda merusak atau tidak terhadap hutan?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

15.Apakah pernah diadakan sosialisasi oleh pemerintah mengenai hutan ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

III. Perspektif/Tanggapan masyarakat terhadap pemanfaatan pupuk organik

1. Apakah pernah ada sosialisasi oleh pihak pemerintah mengenai pembuatan pupuk organik ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

2. Apakah sosialisasi tersebut diadakan secara rutin?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

3. Apakah pernah ada pelatihan oleh pihak pemerintah mengenai pembuatan pupuk organik ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

4. Apakah pelatihan tersebut diadakan secara rutin?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

5. Apakah bapak/ibu tahu perbedaan pupuk organik dan non organik ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

6. Menurut anda apakah pupuk organik lebih bagus dari pupuk non organik ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

7. Apakah anda lebih sering menggunakan pupuk organik dari pada pupuk non organik ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

8. Apakah instansi terkait memberi contoh kepada masyarakat untuk melakukan pembuatan pupuk organik ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

9. Apakah di lingkungan anda tersedia tong sampah yang memisahkan sampah organik dan non organik ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

10.Apakah jumlah nya sudah mencukupi?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

11.Apakah anda pernah membuang sampah di hutan?


(60)

12.Apakah di lingkungan anda tersedia fasilitas untuk mengolah sampah menjadi pupuk kompos ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

13.Apakah di lingkungan anda terdapat lembaga yang khusus bergerak di bidang pembuatan pupuk kompos ?


(61)

Lampiran 2. Data Primer Masyarakat Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten karo

No Nama Jenis

Kelamin

Umur Pekerjaan Pendapatan Rp/bulan

1. Martin Tarigan Laki-laki 43 Petani 900.000 2. Nuraini Sinuhaji Perempuan 44 Petani 1.000.000 3. Eduard Bangun Laki-laki 38 Petani 900.000

4. Linneria Perempuan 37 Petani 5.000.000

5. M. Yusuf Laki-laki 47 Petani 1.000.000

6. Suma Sembiring Laki-laki 49 Petani 2.000.000

7. Sari Sitepu Perempuan 48 Petani 1.000.000

8. Dapot Barus Laki-laki 35 Petani 3.000.000

9. Enda Ulinata Perempuan 23 Wiraswasta 3.000.000 10. Jhonanta Laki-laki 25 Wiraswasta 2.000.000 11. Pintalit Perempuan 38 Wiraswasta 6.000.000 12. Terulin Barus Perempuan 48 Wiraswasta 15.000.000

13. Noulin Perempuan 45 Petani 1.000.000

14. S. Tarigan Perempuan 41 Petani 1.000.000

15. S. Surbakti Perempuan 72 Petani 900.000

16. Adi Laki-laki 35 Pedagang 1.500.000

17. Anna Tarigan Perempuan 32 Petani 1.000.000

18. L Ginting Laki-laki 44 PNS 3.500.000

19. T Sembiring Laki-laki 47 Petani 1.500.000

20. R Sitepu Perempuan 37 Petani 1.300.000


(62)

Sembiring

22. Anita Perempuan 40 Petani 1.500.000

23. P Surbakti Laki-laki 35 PNS 2.000.000

24. N Sembbiring Laki-laki 62 Petani 1.000.000

25. A Sembiring Perempuan 39 Petani 1.200.000

26. Rizal Laki-laki 37 Petani 2.000.000

27. Recimin Laki-laki 53 Petani 1.000.000

28. M Abdul Laki-laki 80 Petani 900.000

29. Sofan Bangun Laki-laki 69 Petani 900.000

30. R Br Pelawi Perempuan 35 Pedagang 2.000.000 31. B Br Ginting Perempuan 41 Petani 1.000.000

32. Nurita Perempuan 26 Petani 900.000

33. Bakhtiar Ginting Laki-laki 47 PNS 3.500.000

34. B Tarigan Laki-laki 50 Petani 1.200.000

35. R Ginting Laki-laki 36 Petani 1.000.000

36. Juli Tarigan Laki-laki 45 Petani 1.500.000

37. Daramta S Laki-laki 53 Petani 900.000

38. D J Sinaga Laki-laki 61 Petani 1.300.000

39. Masri Sinuhaji Perempuan 53 Petani 900.000

40. Siti Wahyuni Perempuan 31 Petani 900.000

41. Dedek Pardianto Laki-laki 25 Wiraswasta 1.200.000

42. Dolatta S Laki-laki 39 Petani 1.000.000

43. Mulia Tarigan Laki-laki 33 Petani 900.000


(63)

45. Repelita Tarigan Perempuan 41 Petani 1.000.000

46. Agus Tarigan Laki-laki 46 Petani 1.200.000

47. Asikata Karo Sekali

Laki-laki 49 Petani 2.000.000

48. Persadan Bukit Laki-laki 57 Petani 1.300.000 49. Metek Tarigan Laki-laki 62 Petani 1.200.000 50. Suharto Bukit Laki-laki 24 Wiraswasta 1.500.000

51. Hendra Sitepu Laki-laki 27 Petani 900.000

52. Ice Sitepu Perempuan 25 Petani 900.000

53. Irwanto S Laki-laki 24 Petani 1.000.000

54. Sangapta Karo Sekali

Laki-laki 44 Petani 900.000

55. P Sembiring Perempuan 45 Petani 900.000

56. Johanes Tarigan Laki-laki 27 Petani 1.000.000

57. M Sembiring Perempuan 42 Petani 1.200.000

58. Peraten Ginting Perempuan 36 Petani 900.000 59. Herman Lbn

Tobing

Laki-laki 28 Petani 900.000

60. Raden S Laki-laki 51 Petani 1.100.000

61. V Sihite Perempuan 67 Petani 900.000

62. I Bangun Laki-laki 32 Petani 1.000.000

63. Romeo Bukit Laki-laki 35 Petani 1.000.000

64. Sugiatno Sembiring

Laki-laki 43 Petani 1.200.000

65. Sinem Perempuan 43 Petani 900.000


(64)

67. N Bangun Perempuan 41 Petani 900.000

68. Diana Ginting Perempuan 41 Petani 900.000

69. Sadakata Barus Laki-laki 60 Petani 1.000.000

70. Berliana H Perempuan 31 Petani 1.000.000

71. Roy Tondang Laki-laki 24 Wiraswasta 1.200.000

72. Lambok S Laki-laki 34 Petani 900.000

73. Mariati Perempuan 37 Petani 900.000

74. Umi Kalsum Karo Sekali

Perempuan 31 Petani 1.000.000

75. Normal Bukit Laki-laki 49 Petani 900.000

76. Suherni Perempuan 43 Petani 900.000

77. P Sembiring Laki-laki 35 Petani 1.000.000

78. Suprianto Laki-laki 34 Petani 900.000

79. Andreas Bukit Laki-laki 39 Petani 900.000


(65)

Lampiran 3. Hasil Tabulasi Pertanyaan Kepada Responden

IV. Hubungan Eksistensi Hutan Terhadap Masyarakat

16.Apakah anda mengetahui/mengenal hutan ?

b. Ya 60 b. Tidak 15 c. Tidak tahu 5

17.Menurut anda apakah hutan itu penting bagi kehidupan anda ?

b. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

18.Hutan merupakan tempat hidup hewan-hewan dan pohon-pohon

a. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

19.Hutan merupakan penghasil oksigen (menjaga udara tetap bersih), menjaga tata air, mencegah erosi dan longsor

b. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

20.Hutan merupakan kawasan yang harus dilestarikan dan tidak boleh ditebang

b. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

21.Hutan merupakan tempat rekreasi dan merupakan kawasan yang dilindungi

a. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

22.Hutan merupakan kawasan yang melindungi masyarakat dari bencana alam

a. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

23.Apakah anda tahu di dalam hutan itu ada humus ?

a. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

24.Tahukah anda apa manfaat humus bagi tanaman pertanian ?

a. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

25.Apakah anda pernah memanfaatkan humus dari hutan ? a. Ya 69 b. Tidak 10 c. Tidak tahu 3

26.Apakah hutan berpengaruh terhadap perekonomian/pendapatan anda? a. Ya 46 b. Tidak 28 c. Tidak tahu 6

27.Apakah anda pernah/sedang mengusahakan lahan hutan? a. Ya sebutkan dan sejak kapan :60

b. Tidak 20

28.Apakah usaha anda menguntungkan atau tidak?

a. Ya 60 b. Tidak 20 c. Tidak tahu

29.Menurut anda apakah kegiatan anda merusak atau tidak terhadap hutan? a. Ya 40 b. Tidak 16 c. Tidak tahu 24

30.Apakah pernah diadakan sosialisasi oleh pemerintah mengenai hutan ? a. Ya b. Tidak 66 c. Tidak tahu 14

V. Perspektif/Tanggapan Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Pupuk Organik

14. Apakah pernah ada sosialisasi oleh pihak pemerintah mengenai pembuatan pupuk organik ?


(66)

b. Ya b. Tidak 78 c. Tidak tahu 2

15.Apakah sosialisasi tersebut diadakan secara rutin?

b. Ya b. Tidak 78 c. Tidak tahu 2

16.Apakah pernah ada pelatihan oleh pihak pemerintah mengenai pembuatan pupuk organik ?

b. Ya b. Tidak 78 c. Tidak tahu 2

17.Apakah pelatihan tersebut diadakan secara rutin?

b. Ya b. Tidak 78 c. Tidak tahu 2

18.Apakah bapak/ibu tahu perbedaan pupuk organik dan non organik ?

b. Ya 75 b. Tidak c. Tidak tahu 5

19.Menurut anda apakah pupuk organik lebih bagus dari pupuk non organik ? b. Ya 44 b. Tidak 23 c. Tidak tahu 13

20.Apakah anda lebih sering menggunakan pupuk organik dari pada pupuk non organik ?

b. Ya 44 b. Tidak 23 c. Tidak tahu 13

21.Apakah instansi terkait memberi contoh kepada masyarakat untuk melakukan pembuatan pupuk organik ?

b. Ya b. Tidak 67 c. Tidak tahu 13

22.Apakah di lingkungan anda tersedia tong sampah yang memisahkan sampah organik dan non organik ?

b. Ya b. Tidak 66 c. Tidak tahu 14

23.Apakah jumlah nya sudah mencukupi?

b. Ya b. Tidak 66 c. Tidak tahu 14

24.Apakah anda pernah membuang sampah di hutan?

b. Ya 68 b. Tidak 12 c. Tidak tahu

25.Apakah di lingkungan anda tersedia fasilitas untuk mengolah sampah menjadi pupuk kompos ?

b. Ya b. Tidak 80 c. Tidak tahu

26.Apakah di lingkungan anda terdapat lembaga yang khusus bergerak di bidang pembuatan pupuk kompos ?


(67)

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan: (a) dan (b) wawancara dengan responden, (c) dan (d) Pengisian Kuisioner Oleh Responden


(1)

Sembiring

22. Anita Perempuan 40 Petani 1.500.000

23. P Surbakti Laki-laki 35 PNS 2.000.000

24. N Sembbiring Laki-laki 62 Petani 1.000.000

25. A Sembiring Perempuan 39 Petani 1.200.000

26. Rizal Laki-laki 37 Petani 2.000.000

27. Recimin Laki-laki 53 Petani 1.000.000

28. M Abdul Laki-laki 80 Petani 900.000

29. Sofan Bangun Laki-laki 69 Petani 900.000

30. R Br Pelawi Perempuan 35 Pedagang 2.000.000 31. B Br Ginting Perempuan 41 Petani 1.000.000

32. Nurita Perempuan 26 Petani 900.000

33. Bakhtiar Ginting Laki-laki 47 PNS 3.500.000

34. B Tarigan Laki-laki 50 Petani 1.200.000

35. R Ginting Laki-laki 36 Petani 1.000.000

36. Juli Tarigan Laki-laki 45 Petani 1.500.000

37. Daramta S Laki-laki 53 Petani 900.000

38. D J Sinaga Laki-laki 61 Petani 1.300.000

39. Masri Sinuhaji Perempuan 53 Petani 900.000

40. Siti Wahyuni Perempuan 31 Petani 900.000

41. Dedek Pardianto Laki-laki 25 Wiraswasta 1.200.000

42. Dolatta S Laki-laki 39 Petani 1.000.000

43. Mulia Tarigan Laki-laki 33 Petani 900.000


(2)

45. Repelita Tarigan Perempuan 41 Petani 1.000.000

46. Agus Tarigan Laki-laki 46 Petani 1.200.000

47. Asikata Karo Sekali

Laki-laki 49 Petani 2.000.000

48. Persadan Bukit Laki-laki 57 Petani 1.300.000 49. Metek Tarigan Laki-laki 62 Petani 1.200.000 50. Suharto Bukit Laki-laki 24 Wiraswasta 1.500.000

51. Hendra Sitepu Laki-laki 27 Petani 900.000

52. Ice Sitepu Perempuan 25 Petani 900.000

53. Irwanto S Laki-laki 24 Petani 1.000.000

54. Sangapta Karo Sekali

Laki-laki 44 Petani 900.000

55. P Sembiring Perempuan 45 Petani 900.000

56. Johanes Tarigan Laki-laki 27 Petani 1.000.000

57. M Sembiring Perempuan 42 Petani 1.200.000

58. Peraten Ginting Perempuan 36 Petani 900.000 59. Herman Lbn

Tobing

Laki-laki 28 Petani 900.000

60. Raden S Laki-laki 51 Petani 1.100.000

61. V Sihite Perempuan 67 Petani 900.000

62. I Bangun Laki-laki 32 Petani 1.000.000

63. Romeo Bukit Laki-laki 35 Petani 1.000.000

64. Sugiatno Sembiring

Laki-laki 43 Petani 1.200.000

65. Sinem Perempuan 43 Petani 900.000


(3)

67. N Bangun Perempuan 41 Petani 900.000

68. Diana Ginting Perempuan 41 Petani 900.000

69. Sadakata Barus Laki-laki 60 Petani 1.000.000

70. Berliana H Perempuan 31 Petani 1.000.000

71. Roy Tondang Laki-laki 24 Wiraswasta 1.200.000

72. Lambok S Laki-laki 34 Petani 900.000

73. Mariati Perempuan 37 Petani 900.000

74. Umi Kalsum Karo Sekali

Perempuan 31 Petani 1.000.000

75. Normal Bukit Laki-laki 49 Petani 900.000

76. Suherni Perempuan 43 Petani 900.000

77. P Sembiring Laki-laki 35 Petani 1.000.000

78. Suprianto Laki-laki 34 Petani 900.000

79. Andreas Bukit Laki-laki 39 Petani 900.000


(4)

Lampiran 3. Hasil Tabulasi Pertanyaan Kepada Responden

IV. Hubungan Eksistensi Hutan Terhadap Masyarakat

16.Apakah anda mengetahui/mengenal hutan ?

b. Ya 60 b. Tidak 15 c. Tidak tahu 5

17.Menurut anda apakah hutan itu penting bagi kehidupan anda ?

b. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

18.Hutan merupakan tempat hidup hewan-hewan dan pohon-pohon

a. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

19.Hutan merupakan penghasil oksigen (menjaga udara tetap bersih), menjaga tata air, mencegah erosi dan longsor

b. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

20.Hutan merupakan kawasan yang harus dilestarikan dan tidak boleh ditebang

b. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

21.Hutan merupakan tempat rekreasi dan merupakan kawasan yang dilindungi

a. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

22.Hutan merupakan kawasan yang melindungi masyarakat dari bencana alam

a. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

23.Apakah anda tahu di dalam hutan itu ada humus ?

a. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

24.Tahukah anda apa manfaat humus bagi tanaman pertanian ?

a. Ya 80 b. Tidak c. Tidak tahu

25.Apakah anda pernah memanfaatkan humus dari hutan ? a. Ya 69 b. Tidak 10 c. Tidak tahu 3

26.Apakah hutan berpengaruh terhadap perekonomian/pendapatan anda? a. Ya 46 b. Tidak 28 c. Tidak tahu 6

27.Apakah anda pernah/sedang mengusahakan lahan hutan? a. Ya sebutkan dan sejak kapan :60

b. Tidak 20

28.Apakah usaha anda menguntungkan atau tidak?

a. Ya 60 b. Tidak 20 c. Tidak tahu

29.Menurut anda apakah kegiatan anda merusak atau tidak terhadap hutan? a. Ya 40 b. Tidak 16 c. Tidak tahu 24

30.Apakah pernah diadakan sosialisasi oleh pemerintah mengenai hutan ? a. Ya b. Tidak 66 c. Tidak tahu 14

V. Perspektif/Tanggapan Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Pupuk Organik

14. Apakah pernah ada sosialisasi oleh pihak pemerintah mengenai pembuatan pupuk organik ?


(5)

b. Ya b. Tidak 78 c. Tidak tahu 2

15.Apakah sosialisasi tersebut diadakan secara rutin?

b. Ya b. Tidak 78 c. Tidak tahu 2

16.Apakah pernah ada pelatihan oleh pihak pemerintah mengenai pembuatan pupuk organik ?

b. Ya b. Tidak 78 c. Tidak tahu 2

17.Apakah pelatihan tersebut diadakan secara rutin?

b. Ya b. Tidak 78 c. Tidak tahu 2

18.Apakah bapak/ibu tahu perbedaan pupuk organik dan non organik ?

b. Ya 75 b. Tidak c. Tidak tahu 5

19.Menurut anda apakah pupuk organik lebih bagus dari pupuk non organik ? b. Ya 44 b. Tidak 23 c. Tidak tahu 13

20.Apakah anda lebih sering menggunakan pupuk organik dari pada pupuk non organik ?

b. Ya 44 b. Tidak 23 c. Tidak tahu 13

21.Apakah instansi terkait memberi contoh kepada masyarakat untuk melakukan pembuatan pupuk organik ?

b. Ya b. Tidak 67 c. Tidak tahu 13

22.Apakah di lingkungan anda tersedia tong sampah yang memisahkan sampah organik dan non organik ?

b. Ya b. Tidak 66 c. Tidak tahu 14

23.Apakah jumlah nya sudah mencukupi?

b. Ya b. Tidak 66 c. Tidak tahu 14

24.Apakah anda pernah membuang sampah di hutan?

b. Ya 68 b. Tidak 12 c. Tidak tahu

25.Apakah di lingkungan anda tersedia fasilitas untuk mengolah sampah menjadi pupuk kompos ?

b. Ya b. Tidak 80 c. Tidak tahu

26.Apakah di lingkungan anda terdapat lembaga yang khusus bergerak di bidang pembuatan pupuk kompos ?


(6)

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan: (a) dan (b) wawancara dengan responden, (c) dan (d) Pengisian Kuisioner Oleh Responden