14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Bank
Bank berasal dari kata Italia yaitu banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh banker untuk melayani kegiatan
operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank Rivai dan Veithzal, 2008. Menurut UU Nomor 10
tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk - bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Dari penjelasan tersebut
menekankan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari
segi penyalurannya, Bank tidak semata-mata bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, tetapi juga kegiatan itu harus pula
diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
perbankan, bank berdasarkan sistem operasionalnya dibedakan atas dua jenis, antara lain:
A. Bank Konvensional
Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank
Universitas Sumatera Utara
15 Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Menurut UU Nomor 10
Tahun 1998, Bank Konvensional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
Martono 2002 menjelaskan prinsip konvensional yang digunakan bank konvensional menggunakan dua metode, yaitu:
1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti tabungan, deposito berjangka, maupun produk pinjaman kredit yang
diberikan berdasarkan tingkat bunga tertentu. 2. Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak bank menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau presentase tertentu.
B. Bank Syariah
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dalam khasanah internasional bank syariah sering disebut juga dengan Islamic Banking.
Islamic Banking menurut Rivai dan Veithzal 2008 ada lah “bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam ajaran Islam, berfungsi sebagai badan usaha yang menyalurkan dana dari dan kepada
masyarakat, atau sebagai perantara keuangan. Prinsip Islam yang dimaksud adalah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank, pihak lain untuk
penyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha ”.
Menurut Undang-undang Nomor 21 tahun 2008, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah BUS dan Bank
Universitas Sumatera Utara
16 Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS. Bank Umum Syariah adalah Bank
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang
dalam kegiataannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, dalam
perbankan syariah juga dikenal Unit Usaha Syariah UUS. Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor Bank Umum Konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Dalam mekanisme operasional pada bank syariah dengan terhadap nasabahpeminjam dana, bank syariah akan bertindak sebagai shahibul maal
penyandang dana, baik yang berasal dari depositogiro maupun dana bank sendiri berupa modal pemegang saham. Sementara itu, nasabahpeminjam
akan berfungsi sebagai mudharib pengelola karena melakukan usaha dengan cara memutar dan mengelola dana bank. Operasional bank syariah
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
17 Sumber: Abdurahim, 2009 :57
Gambar 2.1 Operasional Bank Syariah
2
Nasabah pemilik dan
penitip dana Nasabah
mitra, pengelola
investasi, pembeli,
penyewa.
Instrumen penyaluran
dana lain yang
dibolehkan
1
BANK SYARIAH
Sebagai pengelola
danapenerima dana titipan.
Sebagai penyedia jasa
keuangan Sebagai pemilik
dana penjual pemberi sewa
5
Ket : 1 Penghimpunan
dana 2 Penyaluran dana
5 Penyedia dana Jasa
Administras i tabungan,
ATM, transfer,
kliring, letter of
credit, Bank Garansi,
Transaksi valuta asing
dsb. 4. Menyalurkan pendapatan
3. Menerima pendapatan Bagi hasi, margin,
fee Bagi hasibonus
Universitas Sumatera Utara
18 Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Sistem operasional bank syariah dimulai dari kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dapat dilakukan dengan skema
investasi maupun skema titipan. Dalam penghimpunan dana dengan skema investasi dari nasabah pemilik dana shahibul maal, bank syariah
berperan sebagai pengelola dana atau bisa disebut dengan mudharib. Adapun pada penghimpunan dengan skema penitipan, bank syariah
berperan sebagai penerima titipan.
2. Dana yang diperoleh oleh bank syariah selanjutnya disalurkan kepada berbagai pihak, antara lain: mitra investasi, pengelola investasi, pembeli
barang, dan penyewa barang atau jasa yang disediakan oleh bank syariah. Pada saat dana disalurkan dalam bentuk investasi, bank syariah berperan
sebagai pemilik dana. Pada saat dana disalurkan dalam kegiatan jual beli, bank syariah berperan sebagai penjual dan pada saat disalurkan dalam
kegiatan pengadaan objek sewa, berperan sebagai pemberi sewa.
3. Dari penyaluran dana kepada berbagai pihak, bank syariah selanjutnya menerima pendapatan berupa bagi hasil dari investasi, margin dari jual
beli dan fee dari sewa dan berbagai jenis pendapatan yang diperoleh dari
instrument dana lain yang dibolehkan.
4. Pendapatan yang diterima dari kegiatan penyaluran selanjutnya dibagikan kepada nasabah pemilik dana atau penitip dana. Penyaluran dana kepada
pemilik dana bersifat wajib sesuai dengan porsi bagi hasil yang disepakati. Adapun penyaluran kepada nasabah penitip dana bersifat
Universitas Sumatera Utara
19 sukarela tanpa ditetapkan di muka sebelumnya dan biasa disebut dengan
istilah bonus.
5. Selain melaksanakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran, bank syariah dalam sistem operasionalnya juga memberikan layanan jasa
keuangan seperti jasa ATM, transfer, letter of credit, bank garansi, dan sebagainya. Oleh karena jasa tersebut dilakukan tanpa menggunakan dana
dari pemilik dana maupun penitip dana, maka pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut dapat dimiliki sepenuhnya oleh bank syariah tanpa
dibagi. 2.1.2
Pembiayaan Pada Bank Syariah
Menurut Karim dalam Antonio 2001, “pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I trust,
„saya percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan”. sementara menurut Rivai dan Veithzal 2008,
”Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan
imbalan atau bag i hasil”.
Universitas Sumatera Utara
20 Menurut Antonio 2001 : 160 Menurut sifat penggunaanya,
pembiayaan dapat menjadi dua hal, yaitu: 1. Pembiayaan Produktif
Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
2. Pembiayaan Konsumtif Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
2.1.2.1 Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih di mana pemilik modal shahibul maal mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola mudharib dengan suatu perjanjian keuntungan. Bentuk ini menegaskan paduan kontribusi 100 modal kas
dari shahib al-mal dan keahlian dari mudharib. Menurut wasilah, 2013 : 132 Ketentuan dalam pembiayaan
mudharabah adalah di antaranya sebagai berikut: 1. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola
modal harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang.
2. Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh
kedua pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Pengelola dana mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan
pemilik dana mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. NIisbah keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua pihak, inilah
yang akan mencegah terjadinya perselisihan anata kedua belah pilah mengenai cara pembagian keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
21 Sumber: Abdurahim, 2009 : 128
Gambar 2.2 Alur Transaksi Mudharabah
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan oleh nasabah
dengan mengisi formulir permohonan pembiayaan. Formulir tersebut diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung. Pihak
bank selanjutnya melakukan evaluasi kelayakan investasi mudharabah yang diajukan nasabah dengan menggunakan analisis 5 C
Character, Capacity, Capital, Cimmitment, dan Collateral. Kemudian analisis diikuti dengan verifikasi. Bila nasabah dan usaha
Bank Syariah
Shahibul Maal
Nasabah Mudharib
1.Menegosiasi dan Akad
Mudharabah
2. Pelaksanaan Usaha
Produktif 4. a Menerima
Posi Laba 5. Menerima
Kembalian Modal 4. b Menerima
Posi Laba
1. Membagi Hasil Usaha Kuntungan dibagi sesuai
nisbah Kerugian tanpa kelalaian
nasabah ditanggung oleh bank syariah
Universitas Sumatera Utara
22 dianggap layak, selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk
penandatanganan kontrak mudharabah dengan mudharib di hadapan notaris. Kontrak yang dibuat setidaknya memuat berbagai hal untuk
memastikan terpenuhinya rukun mudharabah. 2. Bank mengontribusikan modalnya dan nasabah mulai mengelola
usaha yang disepakati berdasarkan kesepakatan dan kemampuan terbaiknya.
3. Hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara bank
sebagai shahibul maal dengan nasabah sebagai mudharib sesuai dengan porsi yang telah disepakati. Seandainya terjadi kerugian yang
tidak disebabkan oleh kelalaian nasabah sebagai mudharib, maka kerugian ditanggumg oleh bank. Adapun kerugian yang disebabkan
oleh kelalaian nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab nasabah. 4. Bank dan Nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing
berdasarkan metode perhitungan yang disepakati. 5. Bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah
telah mengembalikan semua modal milik bank, selanjutnya usaha menjadi milik nasabah sepenuhnya.
2.1.2.2 Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi modal atau amalexpertise dengan kesepakatan bahwa
Universitas Sumatera Utara
23 keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Menurut Wasilah, 2013 : 156 Ketentuan pembiayaan
musyarakah adalah di antaranya sebagai berikut: 1. Modal yang diserahkan harus tunai yang dapat berupa uang, emas,
perak, aset perdagangan, aset yang tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dan sebagainya.
2. Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak dibolehkan pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk
kepentingan khusus. Misalnya, yang satu khusus membiayai pembelian bangunan, dan yang lain untuk membiayai pembelian
perlengkapan kantor.
3. Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal
musyarakah, menyumbang atau menghadiahkan uang tersebut. Kecuali, mitra lain telah menyepakatinya.
4. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan
di antara para mitra dapat dihilangkan. 5. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
Universitas Sumatera Utara
24 Sumber: Abdurahim, 2009 : 154
Gambar 2.3 Alur Transaksi Musyarakah
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan oleh nasabah
dengan mengisi formulir permohonan pembiayaan. Formulir tersebut diserahkan kepada bank syariah beserta dokumen pendukung.
Selanjutnya, pihak bank melakukan evaluasi kelayakan investasi musyarakah dengan menggunakan analisis 5 C Character, Capacity,
Capital, Cimmitment, dan Collateral. Kemudian, analisis diikuti dengan verifikasi. Bila nasabah dan usaha dianggap layak, selanjutnya
Bank Syariah
Mitra Pasif
Nasabah Mitra
Akrif
2.Menegosiasi dan Akad
Musyarakah
2. Pelaksanaan Usaha
Produktif 4. a Menerima
Posi Laba 5. Menerima
Kembalian Modal 4. b Menerima
Posi Laba
2. Membagi Hasil Usaha Kuntungan dibagi sesuai
nisbah Kerugian tanpa kelalaian
nasabah ditanggung sesuai modal
Universitas Sumatera Utara
25 diadakan perikatan dalam bentuk penandatanganan kontrak
musyarakah dengan nasabah sebagai mitra di hadapan notaris. Kontrak yang dibuat setidaknya memuat berbagai hal untuk
memastikan terpenuhinya rukun musyarakah. 2. Bank dan Nasabah mengontribusikan modalnya dan nasabah sebagai
mitra aktif mulai mengelola usaha yang disepakati berdasarkan kesepakatan dan kemampuan terbaiknya.
3. Hasil usaha dievaluasi pada waktu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi antara bank
dengan nasabah sesuai dengan porsi yang telah disepakati. Seandainya terjadi kerugian yang tidak disebabkan oleh kelalaian
nasabah sebagai mitra aktif, maka kerugian ditanggumg proporsional terhadap modal masing-masing mitra. Adapun kerugian yang
disebabkan oleh kelalaian nasabah sepenuhnya menjadi tanggung jawab nasabah.
4. Bank dan Nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing berdasarkan metode perhitungan yang disepakati.
5. Bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika nasabah telah mengembalikan semua modal milik bank, selanjutnya usaha
menjadi milik nasabah sepenuhnya.
Universitas Sumatera Utara
26
2.1.3 Jual Beli Syariah A.
Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara
nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan margin. Dalam perbankan,
Murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan. Menurut yusuf, 2005 : 93, murabahah sesuai dengan jenis
dan pesanannya: Murabahah sesuai dengan jenisnya:
1. Murabahah tanpa pesanan, artinya ada yang beli dan tidak, bank syariah menyediakan barang.
2. Murabahah berdasarkan pesanan, artinya bank syariah baru melakukan transaksi jual beli apabila ada yang pesan.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat dikategorikan dalam: a Sifatnya mengikat, artinya murabahah berdasarkan pesanan
tersebut mengikat untuk dibeli oleh nasabah sebagai pemesan. b Sifatnya tidak mengikat, artinya walaupun nasabah telah
melakukan pemesanan barang, namun nasabah tidak terikat untuk membeli barang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
27
Sumber: Abdurahim, 2009 :185 Gambar 2.4
Alur Transaksi Murabahah dengan pesanan
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Dimulai dari pengajuan pembelian barang oleh nasabah. Pada saat
itu, nasabah menegosiasikan harga barang, margin, jangka waktu pembayaran, dan besar angsuran per bulan.
2. Bank sebagai penjual selanjutnya mempelajari kemampuan nasabah dalam membayar piutang murabahah. Apabila rencana
pembelian barang tersebut disepakati oleh kedua belah pihak, maka dibuatlah akad murabahah. Isi akad murabahah setidaknya
mencakup berbagai hal agar rukun murabahah dipenuhi dalam transaksi jual beli yang dilakukan.
Bank Syariah
Penjual Nasabah
Pembeli
1. Negosiasi
5. Kirim Dokumen
PEMASO
K
4. Kirim Barang 3. Beli Barang
2. Akad Murabahah
Universitas Sumatera Utara
28 3. Setelah akad disepakati pada murabahah dengan pesanan, bank
selanjutnya melakukan pembelian barang kepada pemasok. Akan tetapi, pada murabahah tanpa pesanan, bank dapat langsung
menyerahkan barang kepada nasabah karena telah memilikinya terlebih dahulu. Pembelian barang kepada pemasok dalam
murabahah dengan pesanan dapat diwakilkan kepada nasabah atas nama bank. Dokumen pembelian barang tersebut diserahkan oleh
pemasok kepada bank. 4. Barang yang diinginkan oleh pembeli selanjutnya diantar oleh
pemasok kepada nasabah pembeli. 5. Setelah menerima barang, nasabah pembeli selanjutnya membayar
kepada bank. Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara mencicil sejumlah uang tertentu selama jangka waktu yang
disepakati.
B. Salam
Salam adalah jual beli yang pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima Abdurahim,
2009 : 62. Salam dapat dilakukan dengan secara langsung antara pembeli dan penjual, dan dapat juga dilakukan oleh pihak ketiga
secara paralel: pembeli – penjual – pemasok yang disebut sebagai
salam paralel Wasilah, 2013 : 203.
Universitas Sumatera Utara
29 Sumber: Abdurahim, 2009 : 236
Gambar 2.5 Alur Transaksi
Salam dan Salam Paralel
Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut: 1. Negosiasi dalam persetujuan kesepakatan antara penjual dengan
pembeli terkait transaksi salam yang akan dilaksanakan. 2. Setelah akad disepakati, pembeli melakukan pembayaran terhadap
barang yang diinginkan sesuai dengan kesepakatan yang sudah dibuat.
3. Pada transaksi salam, penjual mulai memproduksi atau menyelesaikan tahapan penanaman produk yang diinginkan
pembeli. Setelah produk dihasilkan, pada saat atau sebelum
Bank Syariah
sebagai Penjual
muslam illaihi
pada salam 1
dan Pembeli
al muslam
pada Salam 2
Nasabah sebagai
Pembeli al
muslam
6. Kirim Dokumen
PEMASO
K
5. Kirim Barang 4. Bayar
3. Negosiasi dan Akad
2. Bayar 3. Negosiasi dan Akad
Salam
Universitas Sumatera Utara
30 tanggal penyerahan, penjual mengirim barang sesuai dengan
spesifikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati kepada pembeli. Adapun transaksi salam paralel, yang biasanya
digunakan oleh penjual bank syariah yang tidak memproduksi sendiri produk salam, setelah menyepakati kontrak salam dan
menerima dana dari nasabah salam, selanjutnya secara terpisah membuat akad salam dengan produsen produk salam.
4. Setelah menyepakati transaksi salam kedua tersebut, bank langsung melakukan pembayaran kepada petani.
5. Dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan kesepakatan dengan bank, petani mengirim produk salam kepada petani sesuai sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan. 6. Bank menerima dokumen penyerahan produk salam kepada
nasabah dari petani.
C. Istishna’
Istishna’ adalah jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesanan pembeli mustashni’ dan penjual
pembuat shani’ Fatwa DSN No: 06DSN-MUIIV. Shani’ akan
menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain
Ishtisna’ paralel.
Universitas Sumatera Utara
31 Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pesanan harus
memenuhi kriteria: 1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati.
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesanan customized, bukan produk massal.
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
Sumber: Abdurahim, 2009 : 257
Gambar 2.6 Alur Transaksi
Istishna’ dan Istishna’ Paralel
4. Bayar
Bank Syariah
sebagai Penjual
shan’i pada
istishna’ 1 dan
Pembeli mustashn
pada istishna’ 2
Nasabah sebagai
Pembeli mustashni’
6. Kirim Dokumen pengirim
PEMASO
K Shani’
3. Negosiasi, pesanan
barang dan Akad
Ishtisna‟ 9. Pelunasan pembayaran
1. Negosiasi, pesan barang dan
akad istishna‟
4. kirim tagihan penyelasian barang
Buat Barang
Universitas Sumatera Utara
32 Penjelasan gambar di atas adalah sebagai berikut:
1. Nasabah memesan barang yang dikehendaki dan melakukan negosiasi kesepakatan antara penjual dengan pembeli terkait
transaksi
istishna‟ yang dilaksanakan.
2. Pada transaksi istishna‟ setelah akad disepakati, penjual mulai
membuat atau menyelesaikan tahapan pembuatan barang yang diinginkan pembeli. Setelah barang dihasilkan, pada saat atau
sebelum tanggal penyerahan, penjual mengirim barang sesuai dengan spesifikasi kualitas dan kuantitas yang telah disepakati
kepada pembeli. Adapun transaksi istishna‟ paralel yang biasanya
digunakan oleh penjual bank syariah yang tidak membayar sendiri barang
istishna‟, setelah meyepakati kontrak istishna‟ dan menerima dana dari nasabah
istishna‟, selanjutnya secara terpisah membuat akad
istishna‟ dengan produsen barang istishna‟.
3. Setelah menyepakati transaksi ishtisna‟ dalam jangka waktu
tertentu, pemasok kemudian mulai melakukan pengerjaan barang
yang dipesan.
4. Selama mengerjakan barang yang dipesan, pemasok melakukan tagihan kepada bank syariah senilai tingkat penyelesaian barang
pesanan.
5. Bank syariah melakukan pembayaran kepada pembuat barang
sebesar nilai yang ditagihkan.
Universitas Sumatera Utara
33 6. Bank syariah melakukan tagihan kepada nasabah pembeli
berdasarkan tingkat penyelesaian barang. 7. Pemasok menyerahkan barang kepada nasabah kembali.
8. Pemasok mengirimkan bukti pengiriman barang kepada bank
syariah.
9. Nasabah melunasi pembayaran barang istishna‟ sesuai dengan
akad yang telah disepakati. 2.1.4.
Non Performing Financing NPF
Non Performing Financing NPF menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank.
Sehingga semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, maka
kemungkinan bank akan bermasalah dalam tingkat pengembalian asetnya. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kapada pihak ketiga tidak
termasuk kredit pada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet Amalia, 2005.
Total Pembiayaan adalah keseluruhan pembiayaan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga yang berupa pembiayaan murabahah,
mudharabah, dan musyarakah. Pembiayaan berdasarkan kualitasnya, pada hakikatnya didasarkan atas
risiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar bagi hasil, serta
melunasi pembiayaannya. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas
Universitas Sumatera Utara
34 tersebut adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun
pelunasan pokok pembiayaan. Berikut ini tabel yang menjelaskan indikator kualitas pembiayaan :
Tabel 2.1 Indikator Kualitas Pembiayaan
No Kualitas
Pembiayaan Kriteria
1 Pembiayaan
Lancar a. Pembayaran angsuran pokok danatau bagi
hasil tepat waktu; dan b. Memiliki rekening yang aktif
2 Perhatian
Khusus a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau
bagi hasil yang belum melampui Sembilan puluh hari: atau
b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relative aktif; atau
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap e. kontrak yang diperjanjikan; atau
f. Didukung oleh pinjaman baru
3 Kurang Lancar
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bagi hasil; atau
b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari; atau
e. Terdapat indikasi masala keuangan yang dihadapi debitur; atau
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah 4
Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau
bagi hasil; atau b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen
c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180 hari d. Terdapat kapitalisasi bunga
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk
perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan.
5 Macet
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bagi hasil; atau
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar,jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar
Sumber : Rivai dan Veithzal, 2008
Universitas Sumatera Utara
35
2.1.5 Return On Assets ROA
Return On Asset ROA adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan laba secara
keseluruhan. Rasio profitabilitas ini sekaligus menggambarkan efisiensi kinerja bank yang bersangkutan. Return On Asset ROA sangat penting,
karena rasio ini mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset produktif yang dananya sebagian besar berasal dari Dana Pihak
Ketiga DPK. Semakin besar Return On Asset ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut, dan
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. ROA menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola aset yang
tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin tinggi return semakin baik, berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai
retained earning juga semakin besar Kuncoro, 2002 : 551 . Suatu bank dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi sehat apabila:
1. Rasio tingkat pengembalian atau Return On Asset ROA mencapai sekurang-kurangnya 1,2.
2. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional tidak melebihi 93,5.
Universitas Sumatera Utara
36
2.2. Penelitian Terdahulu