dengan cek, notes dan lain-lain, dan juga bank memperoleh keuntungan dengan meminjamkan uangnya dengan memungut bunga.
2. Perusahaan yang melaksanakan bisnis bank tersebut.
3. Gedung atau kantor tempat dilakukannya transaksi bank atau tempat
beroperasinya perusahaan perbankan. Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 Pasal 1 angka 2, bank
adalah badan usaha yang menghimpun, dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
B. Hubungan Hukum Nasabah Konsumen dengan Pelaku Usaha dalam System Payment Point Online Bank
Hubungan hukum antara konsumen dengan pelaku usaha dibuat melalui suatu surat perjanjian, yang memuat tentang hak dan kewajiban masing-masing
pihak. Dalam jual beli tenaga listrik misalnya, hubungan hukum antara PT. PLN Persero dan pelanggan konsumen listrik dibuat melalui suatu perjanjian yang
disebut surat perjanjian jual beli tenaga listrik SPJBTL. Dalam SPJBTL diatur mengenai adanya penambahan biaya administrasi bank terkait kebijakan system
payment point online bank. Sebagai pelaku usaha BUMN, dalam membuat kebijakan baru atau
tambahan, PT. PLN Persero harus mendapat kesepakatan dari konsumennya, sebab hubungan hukum antara PT. PLN Persero dan konsumen telah terikat oleh
perjanjian Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, jika PT. PLN Persero mengeluarkan kebijakan baru, harus ada kesepakatan dari konsumennya. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal
1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata yang mengatur tentang syarat sahnya perjanjian berupa adanya kesepakatan. Kesepakatan terjadi
jika tidak terdapat unsur paksaan, kekhilafan, dan penipuan dwang, dwaling, dan bedrog Pasal 1321 KUHPerdata. Jika tidak ada kesepakatan, perjanjian tersebut
dapat dibatalkan melalui pengadilan tentang klausula-klausula tertentu yang terdapat dalam perjanjian awal pokok yang telah dibuat antara PT. PLN
Persero dan konsumen. Pada prakteknya, formulir Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik yang
merupakan kontrak standar yang ditandatangani oleh para pihak menjadi syarat sahnya perjanjian. Pencantuman klausula yang dibuat secara sepihak oleh PT.
PLN Persero dimaksudkan untuk membebaskan exemption atau membatasi limitation clause PT. PLN Persero dari kewajiban-kewajiban yang seharusnya
ditanggungnya, ataupun untuk menjaga hak-hak absolut dari PT. PLN Persero yang pada umumnya didudukan pada posisi yang lebih kuat, dalam melakukan
tindakan-tindakan yang menguntungkan pihaknya.
32
Sebenarnya formulir perjanjian jual beli tenaga listrik yang ditawarkan, walaupun sudah dalam bentuk yang tercetak, seharusnya masih dapat dilakukan
perubahan-perubahan yang dicapai melalui hasil perundingan antara PT. PLN Persero dengan calon konsumennya, yang apabila perubahan tersebut akhirnya
32
Indyah Retno Purwati, Tinjauan Yuridis Asas Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Baku Yang Dibuat Di Bawah
Tangan Mengenai Jual Beli Tenaga Listrik Antara PT. PLN Persero Dengan Konsumen, ,Tesis Magister Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok,2004, hal.177
Universitas Sumatera Utara
disepakati, dapat dicantumkan dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik sebagai perubahan draft dengan mencoret seluruh draft kalusula yang tidak dikehendaki
tersebut dan memindahkannya dalam satu tempat yang tidak terpisahkan dengan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik yang akan ditandatangani oleh para pihak
tersebut.
33
Isi Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik telah ditetapkan secara sepihak oleh pihak PT. PLN Persero sebagai pelaku usaha, maka klausula-klausula tersebut
tidak mungkin dinegosiasikan atau dilakukan tawarmenawar oleh konsumen yang dapat mengubah isi perjanjian tersebut. Dengan demikian dirasakan sulit untuk
memaksakan suatu klausula yang adil dalam proses Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik. Hal ini disebabkan adanya faktor penentu dari pihak PT. PLN Persero
sebagai pihak yang memonopoli penyaluran tenaga listrik kepada masyarakat. Dalam realitas demikian, posisi tawar menawar bargaining posistion konsumen
dirasakan sulit bagi konsumen untuk mendapatkan haknya.
34
C. Hak dan Kewajiban Nasabah Konsumen dalam System Payment Point Online Bank