Analisis Pencapaian Swasembada Pangan Beras dan Upaya-Upaya yang Dilakukan Di Kabupaten Samosir

(1)

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS

DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN

DI KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Oleh :

DEASY CH SAGALA

070304067

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN BERAS

DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN

DI KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian

Dari Syarat – Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

( Ir. Hasudungan Butar-Butar, M.Si ) ( Ir. Luhut Sihombing, MP ) NIP : 19611115198603100 2 NIP : 19651008 199203 100 1

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

DEASY CH SAGALA (070304067) dengan judul skripsi “Analisis Pencapaian Swasembada Pangan Beras dan Upaya-Upaya yang Dilakukan Di Kabupaten Samosir”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si sebagai Ketua dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Anggota Pembimbing. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 di Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Samosir, Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Samosir, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Samosir untuk memperoleh data-data sekunder yang diperlukan untuk penelitian ini, serta di beberapa Desa di Kabupaten Samosir untuk memperoleh data primer sebagai pembanding data sekunder dari Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik.

Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kabupaten Samosir yang ditentukan

secara Purposive. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling yaitu proses pemilihan sampel dalam cara tertentu

yang didalamnya semua elemen dalam populasi didefenisikan mempunyai kesempatan yang sama, bebas, dan seimbang dipilih menjadi sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan rumus keseimbangan pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan luas tanam padi di daerah penelitian untuk lima tahun terakhir ini meningkat sebesar 0,83 %.

Pertumbuhan luas panen padi di daerah penelitian untuk lima tahun terakhir ini meningkat sebesar 0,20 %.

Teknologi budidaya tanaman padi di daerah penelitian untuk lima tahun terakhir semakin berkembang.

Pertumbuhan produktivitas tanaman padi di daerah penelitian untuk lima tahun terakhir meningkat sebesar 0,2 %.

Pertumbuhan harga beras untuk lima tahun terakhir meningkat sebesar 16,97 %. Pertumbuhan konsumsi beras per kapita di daerah penelitian untuk lima tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 3,24 %.

Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada beras pada tahun 2011 dengan stok beras: 16.720 ton.

Masalah yang dihadapi dalam mencapai swasembada pangan beras di daerah penelitian seperti kemarau, puting beliung, hama dan penyakit, pupuk serta obat-obatan, Harga, teknologi relatif sederhana,sarana dan prasarana.

Upaya untuk mencapai swasembada pangan beras adalah pembangunan dan rehabilitasi sistem irigasi, menekan alih fungsi lahan, membuka lahan pertanian baru, penciptaan varietas unggul baru, meningkatkan penanaman padi gogo, serta penetapan harga pupuk dan obat-obatan.


(4)

RIWAYAT HIDUP

DEASY CH SAGALA, Lahir di Pangururan pada tanggal 15 September 1989 sebagai anak kedua dari empat bersaudara, putri dari Bapak Ir. W. Sagala dan Ibu I. Naibaho, Amd.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 106449 Puji Mulio, dan lulus pada tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SLTP YAYASAN PERGURUAN KRISTEN ANDREAS – SUNGGAL , dan lulus pada tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA RK Deli Murni Diski, dan lulus pada tahun 2007.

4. Tahun 2007, diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Program Reguler Mandiri (SPMPRM).

Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian), POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia), PARINTAL FP-USU (Putera-Puteri Pecinta Alam dan Lingkungan Hidup). serta penulis aktif mengikuti beberapa seminar Nasional.

Penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara pada bulan Agustus 2011. Dan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Aras, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara dari tanggal 27 Juni 2011 sampai 27 Juli 2011.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pencapaian Swasembada Pangan Beras dan Upaya – Upaya yang Dilakukan Di Kabupaten Samosir”.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada Bapak Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si selaku ketua dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Khusus untuk Bapak Ir. Jones Sagala di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Samosir, Seluruh PPL, seluruh Pegawai kantor Kabupaten Samosir, seluruh Petani Sampel dan Instansi yang terkait dengan penelitian ini penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya selama mengumpulkan data dan informasi.

Di samping itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Maret 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 10

2.2 Landasan Teori ... 14

2.3 Kerangka Pemikiran ... 19

2.4 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 26

3.4 Metode Analisis Data ... 27

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 32

3.5.1 Defenisi Operasional ... 32

3.5.2 Batasan Operasional ... 33

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 34

4.2 Keadaan Penduduk ... 35

4.3 Sarana dan Prasarana Jalan ... 37

4.4 Sarana dan Prasarana Pengairan ... 39


(7)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Luas Tanam Padi di Kabupaten Samosir, untuk Lima Tahun Terakhir ... 54 5.2 Luas Panen Padi di Kabupaten Samosir,

untuk Lima Tahun Terakhir ... 60 5.3 Teknologi Budidaya Tanaman Padi di Kabupaten Samosir,

untuk Lima Tahun Terakhir ... 65 5.4 Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Samosir,

untuk Lima Tahun Terakhir ... 74 5.5 Harga Beras untuk Lima Tahun Terakhir ... 83 5.6 Konsumsi Beras Perkapita di Kabupaten Samosir,

untuk Lima Tahun Terakhir ... 85 5.7 Kabupaten Samosir Dapat Mencapai Swasembada Pangan Beras

pada Tahun 2011 ... 87 5.8 Beberapa Masalah yang Dihadapi Dalam Mencapai Swasembada

Pangan Beras di Kabupaten Samosir ... 92 5.9 Beberapa Upaya yang dilakukan unduk Mencapai Swasembada

Pangan Beras ... 94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 97 6.2 Saran ... 98


(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Luas Lahan Pertanian Tahun 2010 di Kabupaten Samosir ... 5

2. Jumlah Kilang Padi di Kabupaten Samosir ... 6

3. Jumlah Sampel Penelitian di Kabupaten Samosir... 24

4. Data Sekunder yang Dikumpulkan dari Pihak Lembaga/Instansi Terkait ... 26

5. Jarak dari Kecamatan ke Ibukota Kabupaten di Samosir (Km) ... 35

6. Jumlah Penduduk Kabupaten Samosir Tahun 2010 ... 36

7. Panjang Jalan menurut Status dan Kecamatan (Km) tahun 2010 ... 37

8. Panjang Jalan Kecamatan Menurut Jenis Permukaan (Km) Tahun 2010 . 38 9. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan (Ha), Tahun 2006 ... 41

10. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan (Ha), Tahun 2007 ... 43

11. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan (Ha), Tahun 2008 ... 45

12. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan (Ha), Tahun 2009 ... 47

13. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan (Ha), Tahun 2010 ... 49

14. Karakteristik Responden Petani, Pedagang dan pemilik penggilingan padi ... 51

15. Karakteristik Responden Pemilik Penggilingan Padi ... 52

16. Karakteristik Responden Konsumen Beras ... 53

17. Luas Tanam Padi di Kabupaten Samosir (Ha) Tahun 2006 – 2010 ... 58


(9)

19. Perkembangan Teknologi Budidaya Tanaman Padi di Kabupaten Samosir Tahun 2006 – 2010 ... 73 20. Produktivitas Tanaman Padi di Kabupaten Samosir (Kw/Ha),

Tahun 2006 – 2010 ... 76 21. Produksi Padi di Kabupaten Samosir Tahun 2006 – 2010 ... 79 22. Perkembangan Harga Dasar Pembelian Gabah dan Beras Petani... 83 23. Konsumsi Beras Penduduk Kabupaten Samosir (Kg/Kapita/Tahun),

Tahun 2006 – 2010 ... 85 24. Luas Lahan Tanaman Padi (Ha), Produksi (Ton), Konsumsi Beras (Ton)


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal.

1. Karakteristik Responden Petani Padi Sawah dan Padi Ladang,

Pedagang dan Pemilik Penggilingan Padi di Kabupaten Samosir ... 100 2. a. Karakteristik Responden Petani, Pedagang dan pemilik Penggilingan Padi Sebagai Konsumen Beras di Kabupaten Samosir ... 101 b. Karakteristik Responden Pemilik Penggilingan Padi di Kabupaten Samosir ... 102 3. Persentase Rata-Rata Pertumbuhan Luas Tanam untuk

Lima Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir ... 103 4. Sasaran Luas Tanam Padi (Ha) di Kabupaten Samosir,

Tahun Anggaran 2011 ... 104 5. Persentase Rata-Rata Pertumbuhan Luas Tanam Petani Sampel

untuk Lima Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir ... 105

6. Luas Tanam Padi Petani Sampel (Rante) Tahun 2006 – 2010... 106 7. Sasaran Luas Tanam (Rante) Petani Sampel Tahun 2011 ... 107 8. Persentase Rata-Rata Pertumbuhan Luas Panen untuk

Lima Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir ... 108 9. Sasaran Luas Panen Padi (Ha) di Kabupaten Samosir,

Tahun Anggaran 2011 ... 109 10.Persentase Rata-Rata Pertumbuhan Luas Panen Petani Sampel

untuk Lima Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir ... 110 11.Luas Panen Padi Petani Sampel (Rante) Tahun 2006 – 2010 ... 111 12.Sasaran Luas Panen (Rante) Petani Sampel Tahun 2011... 112

13.Persentase Rata-Rata Pertumbuhan Produktivitas Petani Sampel untuk Lima Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir ... 113 14.Sasaran Produktivitas Padi (Kw/Ha) di Kabupaten Samosir,


(11)

15.Persentase Rata-Rata Pertumbuhan Produksi untuk Lima Tahun

Terakhir di Kabupaten Samosir ... 115 16.Sasaran Produksi Padi (Ton) di Kabupaten Samosir,

Tahun Anggaran 2011 ... 116 17.Persentase Rata-Rata Pertumbuhan Produktivitas Petani Sampel

untuk Lima Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir ... 117 18.Produktivitas Padi Petani Sampel (Kw/Ha) Tahun 2006 – 2010 ... 118 19.Persentase Rata-Rata Pertumbuhan Produksi Petani Sampel

untuk Lima Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir ... 119 20.Produksi Tanaman Padi Petani Sampel (Ton) Tahun 2006 – 2010 ... 120 21.Produksi (Kg) Petani Sampel Tahun 2011 ... 121 22.Persentase Rata-Rata Pertumbuhan Harga Beras untuk Lima Tahun

Terakhir di Kabupaten Samosir ... 122 23.Persentase Pertumbuhan Konsumsi Beras Perkapita Pertahun untuk Lima

Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir ... 123 24.Data Beras Miskin (Raskin) ke Kabupaten Samosir (Kg)

Tahun 2006 - 2011 ... 124 25.Jumlah Penduduk (Jiwa), Konsumsi Beras (Kg/Kapita/Tahun), Kebutuhan

Beras (Ton), Produksi Gabah (Ton), Produksi Beras (Ton) dan Impor Beras (Ton) di Kabupaten Samosir (2006 – 2010) ... 125 26.Luas Lahan Sawah Tadah Hujan (Ha) di Kabupaten Samosir


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Kurva Penawaran ... 14 2. Skema Kerangka Pemikiran ... 21 3. Tahapan Proses Pembuatan Pupuk Organik Dari Kotoran Ternak ... 71


(13)

ABSTRAK

DEASY CH SAGALA (070304067) dengan judul skripsi “Analisis Pencapaian Swasembada Pangan Beras dan Upaya-Upaya yang Dilakukan Di Kabupaten Samosir”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Hasudungan Butar-butar, M.Si sebagai Ketua dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Anggota Pembimbing. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2011 di Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Samosir, Kantor Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Samosir, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Samosir untuk memperoleh data-data sekunder yang diperlukan untuk penelitian ini, serta di beberapa Desa di Kabupaten Samosir untuk memperoleh data primer sebagai pembanding data sekunder dari Dinas Pertanian dan Badan Pusat Statistik.

Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kabupaten Samosir yang ditentukan

secara Purposive. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling yaitu proses pemilihan sampel dalam cara tertentu

yang didalamnya semua elemen dalam populasi didefenisikan mempunyai kesempatan yang sama, bebas, dan seimbang dipilih menjadi sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan rumus keseimbangan pasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan luas tanam padi di daerah penelitian untuk lima tahun terakhir ini meningkat sebesar 0,83 %.

Pertumbuhan luas panen padi di daerah penelitian untuk lima tahun terakhir ini meningkat sebesar 0,20 %.

Teknologi budidaya tanaman padi di daerah penelitian untuk lima tahun terakhir semakin berkembang.

Pertumbuhan produktivitas tanaman padi di daerah penelitian untuk lima tahun terakhir meningkat sebesar 0,2 %.

Pertumbuhan harga beras untuk lima tahun terakhir meningkat sebesar 16,97 %. Pertumbuhan konsumsi beras per kapita di daerah penelitian untuk lima tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 3,24 %.

Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada beras pada tahun 2011 dengan stok beras: 16.720 ton.

Masalah yang dihadapi dalam mencapai swasembada pangan beras di daerah penelitian seperti kemarau, puting beliung, hama dan penyakit, pupuk serta obat-obatan, Harga, teknologi relatif sederhana,sarana dan prasarana.

Upaya untuk mencapai swasembada pangan beras adalah pembangunan dan rehabilitasi sistem irigasi, menekan alih fungsi lahan, membuka lahan pertanian baru, penciptaan varietas unggul baru, meningkatkan penanaman padi gogo, serta penetapan harga pupuk dan obat-obatan.


(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor nonmigas. Pembangunan sektor ini mempunyai dampak spektrum yang luas terhadap pengentasan kemiskinan, perbaikan kualitas sumber daya manusia, pemerataan pembangunan dan keadilan sosial (DKP Nasional, 2010: 1)

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan yang memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan. Pangan merupakan kebutuhan manusia paling azasi, sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha mencukupi kebutuhannya dengan berbagai cara ( Suryana, 2003: 32 ).

Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk Indonesia khususnya di Sumatera Utara, dan yang menyumbang lebih dari 50% kebutuhan kalori serta 50% kebutuhan protein. Selain itu, kebutuhan beras semakin meningkat karena jumlah penduduk bertambah dan terjadi pergeseran menu dari non beras ke beras. Oleh karena itu,


(15)

pemerintah berusaha mencari terobosan baru guna meningkatkan produksi pangan yang bersifat massal dan integral (BKP Samosir, 2010:1).

Kelangkaan penyediaan beras akan menyebabkan tingginya harga beras yang secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi krisis ekonomi. Penyediaan beras dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu memproduksi sendiri di dalam negeri dengan memanfaatkan sumber daya dan teknologi yang ada dan dengan mengimpor dari negara lain ( DKP Nasional, 2010: 34 ).

Indonesia merupakan negara produsen beras ketiga terbesar didunia setelah Cina dan India. Produksi beras Indonesia masih harus ditingkatkan untuk mencukupi permintaan sekitar 275 juta orang penduduk pada tahun 2025. Kebutuhan beras Indonesia dipenuhi oleh budidaya padi pada lahan seluas 10,6 juta hektar, atau sekitar 7,2% dari luas pertanaman padi didunia ( DKP Nasional, 2010: 59).

Swasembada beras pernah dicapai Indonesia pada tahun 1984, lebih awal dua tahun dari rencana pemerintah semula dengan program intensifikasi. Dengan pangsa produksi sebesar 38,138 juta ton GKG (Gabah Kering Giling) setara dengan 23,44 juta ton beras dengan tingkat produktivitas rata-rata 2,66 ton/ha dan menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada beras. Dengan jumlah penduduk sebesar 158.531 juta jiwa, berarti ketersediaan beras berada pada tingkat 147,86 kg/kapita, sedangkan konsumsi berada pada tingkat 126,77 kg/kapita (Noor, 1996: 6).

Tercapainya swasembada beras adalah berkat pengaruh revolusi hijau yang diistilahkan dengan pola intensifikasi BIMAS (bimbingan massal). Secara


(16)

bertahap dan konsisten program BIMAS mengalami perbaikan sehingga menjadi INMAS (Intensifikasi Massal), INSUS (Intensifikasi Khusus), dan terakhir disebut dengan suprainsus. Dalam program BIMAS petani dibimbing untuk menerapkan panca usaha, yaitu penerapan lima teknologi pertanian secara lengkap meliputi pengairan, penggunaan bibit unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta perbaikan bercocok tanam (Noor, 1996:8).

Produksi beras kemudian mulai menghadapi gejala pelandaian (levelling off) pada tahun 1986, ketika areal insus mencapai di atas 50% dari areal panen. Hal ini merupakan ancaman bagi kelestarian swasembada pangan yang dicapai pada tahun 1984. Bencana alam yang silih berganti, semakin banyaknya areal pertanian yang beralih fungsi, serangan hama serta penambahan penduduk yang relatif masih tinggi merupakan tantangan yang dihadapi dalam upaya melestarikan swasembada beras (Suryana, 2003: 15).

Kebijakan pemerintah dalam rangka mencukupi kebutuhan pangan perlu didukung dengan upaya intensifikasi padi. Kiat untuk mempertahankan swasembada beras tersebut ditempuh dengan strategi pembangunan yang terpadu, terfokus, berskala ekonomi, serta berwawasan lingkungan. Pelestarian swasembada beras dituangkan dalam kinerja terhadap sistem maupun terobosan teknologi budi daya padi (Pitojo, 1997: 4).

Pada tahun 2008 swasembada beras kembali diraih. Hal ini merupakan wujud dari keberhasilan meningkatkan produktivitas padi hingga lebih dua kali lipat, dari 2,42 ton per hektar pada tahun 1969 menjadi 4,88 ton per hektar pada tahun 2008.


(17)

Keberhasilan peningkatan produktivitas padi erat kaitannya dengan penerapan teknologi produksi seperti varietas padi baru, manajemen usahatani seperti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), pemberian insentif berproduksi seperti subsidi input (benih, pupuk, modal kerja), jaminan harga

gabah/beras dan perlindungan perdagangan internasional (DKP Nasional, 2010: 23).

Kabupaten Samosir merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Sumatera Utara. Luas wilayahnya mencapai 2.069,05 kilometer persegi, terdiri dari luas daratan 1.444,25 kilometer persegi dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal, dan luas danau 624,80 kilometer persegi (BPS Samosir, 2010: 61).

Kabupaten Samosir didiami oleh penduduk sebanyak 132.023 jiwa, yaitu terdiri dari 65.023 jiwa penduduk laki-laki dan 67.000 jiwa penduduk perempuan dengan angka kepadatan penduduk sebesar 91,41 jiwa/kilometer persegi dan rasio jenis kelamin sebesar 97,05, tinggal dalam rumah tangga sebanyak 31.768 rumah tangga dengan rata-rata penduduk tiap rumah tangga sebesar 4,16 jiwa/rumah tangga. Penduduk tersebut tersebar di sembilan (9) kecamatan dan 117 desa/kelurahan (BPS Samosir, 2010: 61).

Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui jalur pendidikan, yang lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengecap pendidikan terutama pada kelompok usia 7-24 tahun. Pemerintah Kabupaten Samosir setiap tahun berupaya melaksanakan


(18)

pembangunan sektor pendidikan melalui berbagai program, misalnya penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan jumlah/mutu guru yang dibutuhkan pada semua jenjang sekolah yang ada (BPS Samosir, 2010:61).

Pada umumnya sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk di Kabupaten Samosir adalah sektor pertanian. Dimana pertanian yang banyak diusahakan terutama adalah tanaman padi, jagung, ketela ubi, kacang tanah kemudian hortikultura, juga tanaman perkebunan seperti kopi, vanili dan kemiri serta kawasan hutan produksi maupun hutan lindung. (BPS Samosir, 2010:193).

Tabel 1. Luas Lahan Pertanian Tahun 2010 di Kabupaten Samosir.

No. Jenis Lahan Pertanian Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1. Sawah

a. Tadah hujan 3.309 2,08 b. Irigasi 2.829 1,78

2. Ladang 2.315 1,46

3. Lahan Kering 83.075 52,26 4. Kawasan Hutan

a. Hutan Produksi 33.950 21,36 b. Hutan Lindung 33.473 21,06

Total 158.951 100

Sumber: Samosir Dalam Angka, 2011.

Tabel diatas menunjukkan bahwa luas lahan sawah tadah hujan adalah: 3.309 Ha atau 2,08 % dan luas sawah irigasi adalah 2.829 Ha atau 1,78 %, serta luas ladang yaitu: 2.315 Ha atau 1,46 % dari keseluruhan luas lahan pertanian yang ada di Kabupaten Samosir.


(19)

No. Kecamatan Kilang Padi

bergerak Tdk bergerak

1. Simanindo 2 15

2. Pangururan 1 14

3. Palipi 3 10

4. Sitiotio 0 22

5. Nainggolan 7 5

6. Onanrunggu 7 8

7. Harian 0 15

8. R. Nihuta 0 3

9. S. Mulamula 1 14

Total 21 106

Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kab. Samosir 2011.

Meskipun Kabupaten Samosir lebih dikenal sebagai salah satu Kabupaten pariwisata tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian sekitar 80,18% (BPS Samosir 2010). Dimana lahan pertanian khususnya komoditi padi sangat terbatas, dikarenakan beberapa daerah yang kurang mendukung untuk dijadikan sebagai lahan sawah/ladang padi. Sementara itu, penduduk setempat yang terbiasa makan nasi (faktor adat-istiadat/turun-temurun) sehingga mereka kurang berminat pada barang substitusi dari nasi, penduduk yang umumnya bekerja kasar membuat mereka mengkonsumsi lebih banyak nasi untuk memperoleh tenaga yang dibutuhkan. Oleh karena itu penting dilakukan penelitian didaerah ini untuk mengetahui sejauh mana kemampuan suatu daerah dalam memenuhi serta mengupayakan ketersediaan pangan beras agar tercapai swasembada beras didaerahnya sekalipun


(20)

dengan faktor alam yang kurang mendukung (luas lahan yang sangat terbatas) serta tingkat konsumsi beras yang tinggi. Agar dapat dijadikan acuan untuk daerah-daerah berkembang lainnya untuk dapat berswasembada beras.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu diidentifikasi tentang bagaimana pencapaian swasembada pangan beras dan upaya-upaya yang dilakukan didaerah penelitian.

1.2Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, di identifikasi beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1) Bagaimana perkembangan luas tanam padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ?

2) Bagaimana perkembangan luas panen padi Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ?

3) Bagaimana perkembangan teknologi budidaya tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ?

4) Bagaimana perkembangan produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ?

5) Bagaimana perkembangan harga beras di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ?

6) Bagaimana perkembangan konsumsi beras per kapita di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 ?

7) Apakah Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada pangan beras pada tahun 2011 ?


(21)

8) Masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir tahun 2011?

9) Bagaimana upaya-upaya dalam pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1) Mengetahui perkembangan luas tanam padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010.

2) Mengetahui perkembangan luas panen padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010.

3) Mengetahui perkembangan teknologi budidaya tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010.

4) Mengetahui perkembangan produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010.

5) Mengetahui perkembangan harga beras di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010.

6) Mengetahui perkembangan konsumsi beras per kapita di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010.

7) Mengetahui apakah Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada pangan beras pada tahun 2011.

8) Mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam mencapai swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir tahun 2011.


(22)

9) Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan agar Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada pangan beras.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai sumber informasi bagi petani, pelaku pasar dan pihak-pihak yang

terkait dalam pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan organisasi profesi khususnya pemerintah (Deptan, Bulog, dan lain-lain) untuk menentukan kebijakan yang menyangkut pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir.


(23)

II.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1Tinjauan Pustaka

Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk Indonesia, dan yang menyumbang lebih dari 50% kebutuhan kalori serta 55% kebutuhan protein. Selain sebagai bahan pangan pokok, beras juga sudah merupakan komoditi sosial. (BPS Samosir, 2010:1)

Pangan beras mempunyai peran yang sangat strategis dalam pemantapan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan stabilitas politik nasional, dalam hal ini perlu ditingkatkan pembangunannya, strategi pembangunan tanaman pangan beras yang ditempuh selama ini adalah pembangunan irigasi teknis, penggunaan varietas unggul, pemupukan yang intensif, pemberantasan hama dan penyakit pasca panen. Tujuannya adalah; Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, Untuk mengatasi kekurangan pangan beras pada masyarakat, Untuk menstabilkan harga pangan beras di pasar. (DKP Nasional, 2010: 24)

Perekonomian beras (rice economy) secara signifikan merupakan pendukung pesatnya ekonomi Indonesia. Komoditas padi merupakan komoditas strategis yang memiliki sensivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi. Peran strategis beras dalam perekonomian nasional adalah :

1. Usahatani padi menyediakan kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga petani;


(24)

2. Merupakan bahan pokok bagi 90% penduduk Indonesia yang jumlahnya sekitar 250 juta jiwa, dengan pangsa konsumsi energi dan protein yang berasal dari beras diatas 55%; dan

3. Sekitar 30% dari total pengeluaran rumah tangga dialokasikan untuk beras (http://ajogenetika.blogspot.com, 2010).

Secara historis komoditas beras tidak semata-mata hanya komoditas ekonomi, melainkan juga sebagai komoditas sosial politik yang strategis. Kegagalan dalam penyediaan beras sebagai pangan utama akan bisa menimbulkan implikasi sosial politik yang sangat mahal. Di Indonesia beras diperlakukan sebagai komoditas upah dan komoditas politik, sehingga apabila harga beras tidak stabil dan sulit diperoleh, maka pemerintahan akan labil. (BKP Samosir, 2010: 3)

Pangan dapat dijadikan alat politik untuk menekan suatu negara. Meningkatnya harga beras secara mencolok dikhawatirkan akan meningkatkan laju inflasi, karena bagi Indonesia beras mempunyai bobot yang besar dalam pengeluaran masyarakat. Dimana setiap kenaikan 10% harga beras akan diterjemahkan pada kemiskinan sekitar 1% penduduk miskin atau tambahan 2 juta penduduk miskin. (DKP Nasional, 2010: 59)

Nilai strategis beras secara sosial-budaya, sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah mengkonsumsinya, seolah-olah tak tergantikan oleh makanan pokok lainnya yang berkelas dua, seperti jagung atau ketela pohon. Makin superioritasnya beras dan seolah-olah ada stigma bahwa beras tidak dapat tergantikan sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia oleh makanan pokok yang lain akan makin menyebabkan tingginya kebutuhan


(25)

beras nasional karena naiknya tingkat konsumsi (http://ekonomi.kompasiana.com, 2010).

Partisipasi konsumsi beras diberbagai wilayah adalah di atas besaran 90%. Posisi beras dalam konsumsi rumah tangga memang masih menonjol. Beras menempati pangsa rata-rata sebesar 30% dari pengeluaran rumah tangga total. Angka tersebut tentunya akan semakin membesar jika dilihat pangsa pengeluaran beras pada

pengeluaran total rumah tangga untuk bahan makanan. (http://database.deptan.go.id., 2009)

Komoditi beras bagi masyarakat Indonesia bukan saja merupakan bahan pangan pokok, tetapi sudah merupakan komoditi sosial. Oleh karena itu, perubahan-perubahan yang terjadi pada beras akan begitu mudah mempengaruhi kehidupan sosial-ekonomi yang lain. Perhatian pemerintah terhadap beras sudah lama dimulai dan bahkan setelah Indonesia merdeka, perhatian terhadap beras ini sudah menjadi program prioritas (http://database.deptan.go.id., 2009).

Strategisnya komoditi beras bagi masyarakat Indonesia, maka keadaan pengadaan (supply) beras bukan saja ada di Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan yang memang sudah lama dikenal sebagai gudangnya beras, tetapi sudah bergerak ke daerah-daerah lain yang sudah hampir merata ada di semua propinsi Indonesia (Soekartawi, 1993:36).

Indonesia dikategorikan sebagai negara berketahanan pangan rendah, dalam arti rentan terhadap gejolak sosial dan kenaikan harga pangan global. Dalam keadaan harus melakukan impor, jumlah impor beras Indonesia berkisar antara 5% hingga


(26)

10% dari total kebutuhan beras Nasional. Dana yang besar diperlukan untuk membiayai penyediaan beras impor, dimana setiap tahunnya jumlah permintaan beras dalam negeri atau lokal terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk (http://database.deptan.go.id., 2009).

Masyarakat Sumatera Utara tercatat sebagai pengkonsumsi beras tertinggi di Indonesia. Tingkat konsumsi beras di Sumatera Utara mencapai 136 kg/kapita/tahun. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata konsumsi beras Nasional sebesar 102 kg/kapita/tahun. Kondisi ini membuat Sumut masuk kedalam salah satu provinsi rawan pangan di Indonesia (http:// apa kabar sidimpuan.com, 2010)

Tingginya konsumsi masyarakat Sumut terhadap beras salah satunya disebabkan masyarakat masih enggan "menyentuh" pangan lokal, padahal daerah Sumut memiliki kekayaan pangan lokal yang masih bisa dikelola untuk pangan keluarga, seperti singkong dan ubi jalar. Terkait kebutuhan masyarakat terhadap beras, daerah Sumut mendapat jatah 45.000 ton beras impor asal Vietnam, yang mulai masuk pada awal November 2010. Kebutuhan rutin Sumut untuk pasokan beras setiap bulannya sebesar 12.745 ton. (http:// apa kabar sidimpuan.com, 2010)


(27)

2.2Landasan Teori

Permintaan masyarakat akan bahan pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yakni tingkat harga bahan pangan, pendapatan rata-rata masyarakat dan cita rasa masyarakat (pola konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan). Sementara dari sisi penawaran, faktor utama yang mempengaruhi antara lain harga bahan pangan dan jumlah produksi (Sukirno, 2003:47).

a. Permintaan (Demand)

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. “semakin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut”.(Sukirno, 2003:47).

b. Penawaran (Supply)

Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan (Sukirno, 2003:49).

P S

D

C B

A

Gambar 1. Kurva Penawaran Q

Hubungan antara harga dan kuantitas yang ditawarkan adalah searah. Konsekuensinya adalah jika harga naik, kuantitas barang yang ditawarkan


(28)

semakin meningkat. Sebaliknya, jika harga turun maka kuantitas barang yang ditawarkan semakin sedikit.

Bahan pangan yang merupakan hasil pertanian cenderung mengalami perubahan harga yang lebih besar daripada harga barang-barang industri. Harga hasil-hasil pertanian cenderung mengalami naik turun yang relatif besar. Harganya bisa mencapai tingkat yang tinggi sekali pada suatu masa dan mengalami kemerosotan yang sangat buruk pada masa berikutnya. Sifat perubahan harga seperti itu disebabkan karena penawaran ke atas barang-barang pertanian, seperti juga permintaan adalah tidak elastis, yang artinya persentase perubahan harga jauh lebih besar daripada perubahan jumlah barang yang diminta ataupun ditawarkan (Sukirno, 2003:50).

Faktor yang menyebabkan barang pertanian bersifat tidak elastis antara lain, barang pertanian bersifat musiman dan kapasitas berproduksi cenderung maksimal dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan. Ketidakstabilan penawaran barang pertanian diikuti pula oleh ketidakelastisan permintaannya, menyebabkan perubahan harga yang sangat besar apabila berlaku perubahan permintaan. Oleh karena itu harga memegang peranan penting dalam penawaran (supply) maupun permintaan (demand) (Sukirno, 2003:52).

Dalam pencapaian swasembada pangan beras terdapat beberapa masalah yang dihadapi, salah satunya adalah laju peningkatan kebutuhan pangan beras domestik lebih cepat dibandingkan dengan laju kemampuan produksinya. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang besar dan terus meningkat dan permintaan perkapita juga meningkat karena meningkatnya pendapatan, kesadaran


(29)

kesehatan dan pergeseran pola makan sebagai pengaruh globalisasi serta ketersediaan sumberdaya lahan yang semakin berkurang. Ketimpangan antara laju produksi dengan laju kebutuhan akan pangan beras dapat menyebabkan kesenjangan dalam mengakses bahan pangan serta turut mempengaruhi supply dan demand akan bahan pangan. (DKP Nasional, 2010: 31)

Swasembada pangan adalah keadaan dimana suatu daerah/negara dapat memenuhi tingkat permintaan akan suatu bahan pangan sendiri tanpa perlu melakukan impor dari pihak luar. Beberapa langkah kunci yang pernah diambil dalam perjalanan ke arah swasembada beras, diantaranya:

1. Bulog, Dewan Logistik Pangan, dan Harga-harga Beras.

Di antara lembaga-lembaga tersebut, Bulog lah yang paling berperan dalam pencapaian swasembada beras. Bulog tidak terlibat langsung dalam bisnis pertanian, melainkan hanya dalam urusan pengelolaan pasokan dan harga pada tingkat nasional.

Bulog sengaja diciptakan untuk mendistorsi mekanisme harga beras dengan manipulasi untuk memelihara pasar yang lebih kuat. Selama tahun-tahun pertamanya dalam dekade 70-an, Bulog secara bertahap menaikkan harga dasar beras untuk petani. Pada pertengahan dekade 80-an, ketika Indonesia surplus beras, Bulog mengekspor beras ke luar negeri untuk mencegah jatuhnya harga. Tindakan ini membantu memelihara stabilitas pasar.


(30)

2. Teknologi dan Pendidikan.

Sejak tahun 1963 Indonesia memperkenalkan banyak program kepada para petani untuk meningkatkan produktivitas usaha tani. Pemerintah berjuang untuk memperkenalkan teknologi pertanian kepada para petani. Di samping itu, pemerintah juga menekankan pendidikan untuk menjamin teknik dan teknologi baru dimengerti dan digunakan secara benar agar dapat meningkatkan produksi pangan. Faktor lain yang berperan penting dalam meningkatkan hasil padi adalah peningkatan penggunaan pupuk kimia.

3. Koperasi Pedesaan.

Pada tahun 1972, ketika Indonesia kembali mengalami panen buruk, pemerintah menganjurkan pembentukan koperasi sebagai suatu cara untuk memperkuat kerangka kerja institusional. Ada dua bentuk dasar dari koperasi, pada tingkat desa ada BUUD (Badan Usaha Unit Desa). Pada tingkat kabupaten, ada koperasi serba usaha yang disebut KUD (Koperasi Unit Desa). Koperasi juga bertindak sebagai pusat penyebaran informasi atau pertemuan organisasi.

4. Prasarana.

Banyak aspek pembangunan prasarana yang secara langsung ditujukan untuk pembangunan pertanian, dan semuanya secara langsung memberikan kontribusi untuk mencapai swasembada beras. Sistem irigasi merupakan hal penting dalam pembangunan prasarana pertanian. Pekerjaan prasarana lain yang berdampak langsung dalam pencapaian tujuan negara untuk berswasembada beras adalah program besar-besaran untuk pembangunan dan rehabilitasi jalan dan pelabuhan (http://sidikaurora. wordpress.com, 2011).


(31)

Mencakup tiga pilar utama yaitu ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan. Pada pilar distribusi dan konsumsi merupakan penjabaran dari aksesibilitas masyarakat terhadap pangan. Jika salah satu pilar tidak dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh (DKP Nasional, 2010:11).

Dengan rata-rata konsumsi beras per kapita di Indonesia sekitar 130 kilogram dan jumlah penduduk 237,6 juta jiwa, saat ini dibutuhkan sedikitnya 34 juta ton beras per tahun. Padahal, produksi beras dalam negeri sekitar 38 juta ton sehingga hanya surplus 4 juta ton beras atau kurang untuk kebutuhan dua bulan. Jika tingkat kegagalan panen meluas dan produksi terpangkas, kebutuhan pangan pun pasti tidak tercukupi. Sekarang saja, ketika produksi beras di negeri ini masih disebut surplus, negeri ini sudah mengimpor 1,9 juta ton beras hingga akhir Maret. Angka itu telah meletakkan Indonesia sebagai importir beras kedua terbesar di dunia setelah Nigeria (http://www.mediaindonesia.com, 2011).

Masyarakat Sumatera Utara tercatat sebagai pengkonsumsi beras tertinggi di Indonesia. Tingkat konsumsi beras di Sumatera Utara mencapai 136 kg/kapita/tahun. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata konsumsi beras Nasional sebesar 102 kg/kapita/tahun. Kondisi ini membuat Sumut masuk kedalam salah satu provinsi rawan pangan di Indonesia (http:// apa kabar sidimpuan.com, 2010)


(32)

Untuk Kabupaten Samosir yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian dari sektor pertanian sekitar 80,18% yang jumlah penduduknya sebanyak 133.491 jiwa, dengan jumlah konsumsi beras sekitar 178,28 kg/kapita/tahun. Ini menunjukkan bahwa setidaknya ketersediaan beras di Kabupaten Samosir adalah

sekitar 23.799 ton atau setara dengan 39.665 ton gabah kering giling (BKP Samosir, 2010: 61).

Masalah perberasan merupakan masalah yang sangat kompleks, disaat bangsa Indonesia mengalami krisis multi dimensi yang cukup menyengsarakan rakyat golongan menengah ke bawah yang merupakan mayoritas rakyat Indonesia saat ini. Peranan pemerintah dengan lembaga penyanggah (BULOG) yang bertujuan untuk memantau, menjaga dan menstabilkan harga dan pasokan beras di pasar sangat diharapkan (http://database.deptan.go.id, 2009).

2.3 Kerangka Pemikiran

Makanan pokok para penduduk umumnya adalah nasi. Konsumen beras dapat dibedakan sebagai konsumen petani dan konsumen non-petani. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Kebutuhan beras per kapita penduduk petani lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang non-petani. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat pendapatan yang membuat penduduk petani kurang mampu untuk mendapatkan berbagai jenis makanan pengganti nasi (barang substitusi untuk nasi) yang pada umumnya harganya relatif sama atau bahkan lebih mahal dibandingkan nasi. Faktor lain yang juga mempengaruhi pola konsumsi penduduk petani adalah karena sifat dari pekerjaan penduduk petani


(33)

yang umumnya bekerja kasar membuat mereka mengkonsumsi lebih banyak nasi untuk memperoleh tenaga yang dibutuhkan serta kebiasaan turun-temurun.

Berdasarkan kebutuhan beras per kapita dan jumlah penduduk petani dan non-petani, maka dapat diketahui konsumsi beras keseluruhan. Konsumsi beras lokal akan dipengaruhi oleh beras impor dari luar dan harga beras lokal itu sendiri, juga dari konsumsi beras diketahui bagaimana permintaan beras oleh konsumen. Tanaman padi yang diproduksi oleh para petani padi dibedakan atas padi sawah dan padi ladang. Luas tanamnya dapat dipengaruhi oleh luas lahan yang dimiliki, harga pupuk, obat-obatan, keadaan iklim dan kebijakan pemerintah terhadap masalah perberasan. Faktor utama yang mempengaruhi jumlah produksi adalah luas tanam dan setelah panen akan diketahui luas panen. Besarnya luas panen dan produktivitas dipengaruhi oleh teknologi budidaya, terutama pengendalian hama dan penyakit yang sering mengakibatkan hasil panen sangat menurun atau bahkan gagal panen selanjutnya. Hasil produksi tanaman padi itu digiling dan nantinya akan diperoleh beras serta sekam yang merupakan ampas padi, yang kemudian beras akan dijual atau dipasarkan sehingga menimbulkan penawaran beras.

Kita dapat mengetahui apakah beras yang ditawarkan mampu memenuhi permintaan beras penduduk atau tidak dari jumlah permintaan dan penawaran beras dipasaran. Keseimbangan pasar dapat terjadi jika ada keseimbangan antara penawaran dan permintaan beras dipasaran, dan jika jumlah penawaran beras lebih besar dari pada jumlah permintaan beras, maka dapat dicapai swasembada pangan beras. Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:


(34)

(35)

2.4 Hipotesis penelitian

Adapun dugaan sementara dari penelitian ini adalah:

1) Diduga luas tanam padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 mengalami penurunan.

2) Diduga luas panen padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 mengalami penurunan.

3) Diduga teknologi budidaya tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 semakin berkembang.

4) Diduga produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 mengalami peningkatan.

5) Diduga harga beras di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 semakin meningkat.

6) Diduga konsumsi beras per kapita di Kabupaten Samosir untuk tahun 2006-2010 menurun.

7) Diduga Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada beras pada tahun 2011.

8) Diduga ada masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir tahun 2011.

9) Perlu dilakukan upaya-upaya agar dapat mencapai swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir.


(36)

III.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditetapkan secara sengaja (purposive). Daerah yang menjadi lokasi penelitian adalah Kabupaten Samosir. Menurut Hasan (2002), “Purposive sampling merupakan sampel diambil dengan maksud/tujuan atau berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini menurut BPS Samosir (2010:61), mayoritas penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian sebesar 80,18% dari 31.768 KK atau sekitar 62.085 jiwa. Dimana penduduk yang mengusahakan padi sawah sekitar 37.251 jiwa (60%) dengan luas lahan 6.138 Ha; penduduk yang mengusahakan padi ladang sekitar 1.241 jiwa (2%) dengan luas lahan 2.315 Ha.

3.2Metode Penentuan Sampel

Sample dalam penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling (secara acak), yaitu cara pemilihan sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu persatu secara random (semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih) dimana jika sudah dipilih tidak dapat dipilih lagi. Dari seluruh jumlah populasi rumah tangga di Kabupaten Samosir dianggap homogen. Maka Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 sampel karena menurut Teori Bailey (Hasan, 2002; 60), menyatakan ukuran sampel paling minimum adalah 30 sampel dari suatu populasi.


(37)

Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997), yaitu: n

Spl= x Js N

Keterangan: Spl = Sampel.

n = Jumlah populasi per Kecamatan. N = Total populasi

Js = Besar sampel (30 orang).

Tabel 3. Jumlah Sampel Penelitian di Kabupaten Samosir, Tahun 2011

No. Kecamatan Petani Pedagang Pemilik gil. Padi Jlh Sampel

1. Pangururan 3 2 2 7

2. Simanindo 2 1 1 4

3. Ronggur Nihuta 1 - 1 2

4. Palipi 2 1 1 4

5. Nainggolan 1 1 1 3

6. Onan Runggu 1 1 1 3

7. Sianjur Mulamula 1 1 1 3

8. Harian 1 - 1 2

9. Sitiotio 1 - 1 2


(38)

Selain menggunakan 30 sampel diatas, digunakan juga informan dari beberapa dinas/lembaga terkait sebagai tambahan sumber informasi/data. Diantaranya adalah :

- Dinas Pertanian : 2 orang - Dinas Koperindag : 2 orang

- PPL : 2 orang


(39)

3.3Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder runtun waktu (times series) mulai tahun 2006-2010. Data primer dilakukan dari hasil wawancara langsung dengan para responden berdasarkan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi (lembaga) atau dinas terkait. Adapun data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Data Sekunder yang Dikumpulkan dari Pihak Lembaga/Instansi Terkait

No Instansi Jenis Data/Informasi

1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir.

a. Jumlah penduduk Kabupaten Samosir tahun 2006-2010.

b. Kebutuhan beras di Kabupaten Samosir tahun 2006-2010.

2. BULOG Kebijakan harga dasar gabah dan pembelian beras oleh pemerintah.

3. Dinas Pertanian Kabupaten Samosir

a. Luas tanam padi di Kabupaten Samosir (2006-2010).

b. Luas panen padi di Kabupaten Samosir (2006-2010).

c. Produksi tanaman padi di Kabupaten Samosir (2006-2010).

d. Produktivitas tanaman padi di Kabupaten Samosir (2006-2010).

4. Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Samosir

1. Teknologi budidaya tanaman padi di Kabupaten Samosir.

2. Data gilingan padi dan tingkat rendemen beras.


(40)

3.4Metode Analisis Data

Untuk tujuan pertama, yaitu untuk mengetahui luas tanam padi, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder time series (2006-2010) dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir dan wawancara langsung dengan rumah tangga (KK) sampel dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.

Persentase pertumbuhan rata-rata (Pr) luas tanam akan dianalisis dengan rumus:

( Lt

t – Lt o ) /Lt o

P

Lt = X100%

I

Keterangan:

P

Lt = % Rata-rata pertumbuhan (per x tahun)

Ltt = Luas tanam tahun 2010.

Lto = Luas tanam tahun 2006.

I = Jumlah interval tahun.

Untuk tujuan kedua, yaitu mengetahui luas panen padi, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder time series (2006-2010) dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir dan wawancara langsung dengan rumah tangga (KK) sampel dengan menggunakan kuesioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.


(41)

Persentase pertumbuhan rata-rata (Pr) luas panen akan dianalisis dengan rumus: ( Lp t – Lp o ) / Lp o

P

Lt = X 100%

I

Keterangan:

P

Lt = % Rata-rata pertumbuhan (per x tahun)

Lpt = Luas panen tahun 2010.

Lpo = Luas panen tahun 2006.

I = Jumlah interval tahun.

Untuk tujuan ketiga, yaitu mengetahui perkembangan teknologi budidaya tanaman padi, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan berdasarkan informasi dari Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Samosir dengan mengumpulkan data sekunder time series (2006-2010) untuk dapat diketahui sejauh mana petani mengadopsi teknologi yang sedang berkembang, misalnya penggunaan varietas bibit unggul, pupuk yang digunakan, penggunaan alat pertanian serta pola tanam yang diterapkan; dan wawancara langsung dengan rumah tangga (KK) sampel dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.

Untuk tujuan empat, yaitu dalam mengetahui perkembangan produktivitas tanaman padi, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder time series (2006-2010) dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir dan wawancara langsung dengan rumah


(42)

tangga (KK) sampel dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.

Persentase pertumbuhan rata-rata (Prp) produktivitas akan dianalisis dengan rumus:

( Pv t – Pv o ) / Pv o

Prp = X 100%

I

Keterangan: Prp = % Rata-rata pertumbuhan (per x tahun)

Pvt = Produktivitas tahun 2010.

Pvo = Produktivitas tahun 2006.

I = Jumlah interval tahun.

Untuk tujuan lima, yaitu mengetahui perkembangan harga beras, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder time series (2006-2010) dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir yakni harga dasar gabah dan harga beras di tingkat petani dan wawancara langsung dengan rumah tangga (KK) sampel dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.

Persentase pertumbuhan harga beras (PHB) akan dianalisis dengan rumus:

( HBt – HBo ) / HBo

P

HB = X 100%

I

Keterangan:

P

HB = % Rata-rata pertumbuhan (per x tahun)

H

B t = Harga beras tahun 2010.


(43)

H

B o = Harga beras tahun 2006.

I = Jumlah interval tahun.

Untuk tujuan keenam, yaitu mengetahui konsumsi beras perkapita, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder time series (2006-2010) dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir dan wawancara langsung dengan rumah tangga (KK) sampel dengan menggunakan kuisioner yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.

Persentase pertumbuhan rata-rata konsumsi (PRk) beras perkapita akan dianalisis dengan rumus:

( K t – K o ) / K o

P

Rk = X 100%

I

Keterangan:

P

Rk = % Rata-rata pertumbuhan (per x tahun) K t = Konsumsi/kapita/tahun 2010.

K o = Konsumsi/kapita/tahun 2006.

I = Jumlah interval tahun.

Untuk tujuan ketujuh, yaitu mengetahui apakah Kabupaten Samosir dapat mencapai swasembada pangan beras, dianalisis dengan menggunakan rumus keseimbangan pasar yaitu:

Keterangan: Qs = Jumlah penawaran. Qd = Jumlah pemintaan.


(44)

Jumlah Penawaran (Qs) dan Jumlah Permintaan (Qd) berada pada tingkat harga tertentu dimana faktor-faktor lain dalam keadaan tetap (cateris paribus), maka apabila :

1. Qs > Qd : Kelebihan produksi beras/keadaan over (swasembada beras). 2. Qs < Qd : Kekurangan produksi/tidak dapat mencukupi permintaan

akan beras (tidak swasembada beras).

Untuk tujuan kedelapan, yaitu mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam mencapai swasembada pangan beras, dengan mengumpulkan data dari beberapa lembaga (instansi terkait) seperti; Dinas Pertanian Kabupaten Samosir, Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Samosir serta melakukan wawancara secara langsung dengan rumah tangga (KK) sampel para petani sebagai produsen padi/beras.

Untuk tujuan kesembilan, yaitu mengetahui upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai swasembada pangan beras, dengan menganalisis masalah-masalah yang dihadapi rumah tangga (KK) sampel dan pemerintah setempat/instansi terkait. Agar dapat diketahui upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mencapai swasembada pangan beras.


(45)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Penelitian ini hanya bersifat studi kasus, oleh karena itu untuk menghindari generalisasi perlu diuraikan beberapa defenisi untuk membatasi arti dari konsep dalam penelitian ini, yaitu:

3.5.1 Defenisi

1) Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan beras selama dua kali musim tanam dalam satuan ukuran ton.

2) Produktivitas adalah jumlah produksi beras selama dua kali musim tanam untuk padi sawah dan satu kali musim tanam untuk padi ladang dibagi dengan luas lahan dalam satuan ukuran Kwintal/Ha.

3) Permintaan beras adalah tingkat kebutuhan konsumen akan komoditi beras di pasar setempat yang diukur dalam satuan Ton.

4) Penawaran beras adalah daftar yang menunjukkan produksi beras, dimana petani padi ingin dan dapat menjual padi pada berbagai tingkat harga untuk periode tertentu.

5) Keseimbangan penawaran dan permintaan beras adalah keadaan yang terjadi jika ada kesesuaian antara jumlah yang ditawarkan dan jumlah yang diminta pada tingkat harga tertentu.

6) Harga produksi adalah tingkat nilai tukar beras terhadap mata uang rupiah dipasar setempat yang diukur dalam satuan rupiah selama dua kali musim tanam.

7) Harga gabah dasar adalah harga gabah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai garansi pasar atas produksi petani.


(46)

8) Swasembada beras adalah permintaan/kebutuhan konsumen telah tercukupi oleh produksi beras didaerah penelitian.

3.5.2 Batasan Operasional

1) Daerah penelitian adalah Kabupaten Samosir. 2) Komoditi yang diteliti adalah padi dan turunannya. 3) Waktu penelitian adalah tahun 2011.

4) Penelitian yang dilakukan adalah analisis pencapaian swasembada pangan beras di Kabupaten Samosir.


(47)

IV. DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kabupaten Samosir secara geografis terletak dibagian tengah Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan letaknya Kabupaten Samosir berada pada 20 24’ - 20 48’ Lintang Utara, dan 980 30’ – 990 05’ Bujur Timur. Adapun batas-batas Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Simalungun.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat.

Luas wilayah Kabupaten Samosir mencapai 2.069,05 km2, terdiri dari luas daratan 1.444,25 km2 dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal, dan luas danau 624,80 km2. Stuktur tanahnya labil dan berada pada jalur gempa tektonik dan vulkanik.

Topografi Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan bergelombang yang diantaranya dijumpai juga topografi yang relatif datar. Wilayah yang relatif datar tersebut berada pada sekitar hamparan tepi Danau Toba yang persisnya berada di bagian Barat. Kabupaten Samosir berada pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 905 – 2.200 meter di atas permukaan laut. Topografi dan kontur


(48)

tanah beraneka ragam yakni mulai dari Datar (15,26 %), Landai (12,99 %), Miring (43 %) dan Terjal (28,75 %).

Daerah Kabupaten Samosir tergolong daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17 0C – 29 0C dan rata-rata kelembaban udara sebesar 85,04 persen. Rata-rata tinggi curah hujan yang terjadi di Kabupaten Samosir per bulan sebesar 114,83 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 11,75 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan 211 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 16 hari. Sedangkan pada bulan Agustus curah hujan yang turun sangat rendah sekitar 75 mm, dengan jumlah hari hujan 10 hari.

Jarak dari masing – masing Kecamatan ke Ibukota Kabupaten (Pangururan) dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Jarak dari Kecamatan ke Ibukota Kabupaten di Samosir (Km) Kota Pgrn S. Mula2 Harian Palipi R.Nihuta Sitiotio Nainggolan Onanrunggu Simanindo

Pgrn - 14 16 16 18 22 24 34 48

Sumber : Kabupaten Samosir Dalam Angka, 2010

Kecamatan yang paling jauh dari Ibukota Kabupaten adalah Simanindo, jaraknya yaitu: 48 km dan daerah yang paling dekat dengan Ibukota Kabupaten adalah Sianjur Mulamula, jaraknya yaitu: 14 km.

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Kabupaten Samosir berjumlah 132.023 jiwa yaitu terdiri dari 65.023 jiwa penduduk laki-laki dan 67.000 jiwa penduduk perempuan serta jumlah rumah tangga sebanyak 31.768 kk. Dengan angka kepadatan penduduk sebesar 91,41 jiwa/km2.


(49)

Untuk memgetahui lebih jelasnya mengenai keadaan penduduk Kabupaten Samosir dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Jumlah Penduduk Kabupaten Samosir Tahun 2010

No. Kecamatan

Luas Wilayah (Km2)

Rasio Luas Wilayah (%)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/Km) 1. Pangururan 121,43 8,41 30.678 248,52 2. S. Mula-mula 140,24 9,71 11.138 79,42 3. Sitio-tio 50,76 3,51 8.880 172,97 4. Nainggolan 87,86 6,08 13.450 151,95 5. Harian 560,45 38,81 7.027 12,24 6. Onanrunggu 60,89 4,22 12.768 209,69 7. R. Nihuta 94,87 6,57 10.303 105,44 8. Palipi 129,55 8,97 19.163 146,38 9. Simanindo 198,20 13,72 20.084 100,83

Kabupaten Samosir 1.444,25 100,00 133.491 91,41

Sumber : Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kab. Samosir, 2011

Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kabupaten Samosir yang terbanyak terdapat di Kecamatan Pangururan yang merupakan Ibukota Kabupaten yaitu 30.678 jiwa. Jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kecamatan Harian.


(50)

4.3 Sarana dan Prasarana Jalan

Jalan merupakan prasarana pengankutan yang penting untuk memperlancar dan mendorong kegiatan perekonomian. Panjang jalan di Kabupaten Samosir pada tahun 2010 mencapai 797,63 km yang terbagi atas jalan negara 32 km, jalan Propinsi 156,30 km dan jalan Kabupaten/Kotamadya 609,33 km. Panjang jalan menurut status dan Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Panjang Jalan menurut Status dan Kecamatan (Km) tahun 2010

No.

Kecamatan

Status Jalan (Km) Jumlah

(Km)

Negara Provinsi Kabupaten

1. Pangururan - 31,15 80,63 111,78

2. S. Mula-mula - - 46,65 46,65

3. Sitio-tio - - 24,15 24,15

4. Nainggolan - 13,50 63,50 77

5. Harian 32,00 18,30 29,05 79,35

6. Onanrunggu - 26,75 130,15 156,9

7. R. Nihuta - - 85,80 85,80

8. Palipi - 14,85 76,60 91,45

9. Simanindo - 51,75 72,80 124,55

Kabupaten Samosir 32 156,30 609,33 797,63

Sumber : Kabupaten Samosir Dalam Angka, 2011

Tabel 7 menunjukkan bahwa panjang jalan yang terpanjang di Kabupaten Samosir berdasarkan status jalan adalah: jalan Kabupaten/kota, panjang jalannya yaitu: 609,33 km dan yang paling pendek adalah jalan negara, yaitu: 32 km.


(51)

Adapun panjang jalan Kecamatan menurut jenis permukaan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Panjang Jalan Kecamatan Menurut Jenis Permukaan (Km) Tahun 2010

No. Kecamatan

Jenis Permukaan Jumlah

Hotmix Aspal Kerikil

Tanah/ Lainnya

1. Pangururan 2,45 68,13 6,05 - 76,63

2. S. Mula-mula 3,40 31,29 1,10 14,36 50,15

3. Sitio-tio - 5,16 17,99 - 23,15

4. Nainggolan - 44,59 17,91 - 62,50

5. Harian - 24,77 4,66 1,12 30,55

6. Onanrunggu - 122,94 6,21 - 129,15

7. R. Nihuta - 82,67 2,13 - 84,80

8. Palipi - 74,59 3,01 - 77,60

9. Simanindo 0,67 62,89 11,24 - 74,80

Kabupaten Samosir 6,52 517,03 70,30 15,48 609,33

Sumber : Kabupaten Samosir Dalam Angka, 2011

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa panjang jalan Kecamatan di Kabupaten Samosir menurut jenis permukaan yang terpanjang adalah: jalan aspal, panjangnya yaitu: 517,03 km, dan yang paling pendek adalah jalan Hotmix, yaitu: 6,52 km.

Ada dua jenis alat angkutan yang digunakan di Kabupaten Samosir diantaranya yaitu angkutan darat berupa angkutan umum/minibus dan becak bermotor, dan angkutan danau berupa sampan tidak bermotor, sampan bermotor, speed boat, kapal bermotor, kapal ferry dan kapal wisata.


(52)

4.4 Sarana dan Prasarana Pengairan

Faktor dominana didalam meningkatkan produksi pertanian dinegara yang sektor pertaniannya masih berkembang adalah lahan yang luas (ekstensifikasi) dan didukung dengan pengairan/irigasi yang baik dan merata.

Para petani tidak perlu khawatir menurunnya hasil produksi jika faktor-faktor dominan diatas tersedia. Adapun lahan irigasi ini dapat dibedakan atas empat jenis pengairan, yaitu:

1. Lahan Irigasi Teknis, yaitu: lahan yang memperoleh pengairan dari jaringan irigasi dimana saluran pemberi air terpisah dari saluran pembuangan agar penyediaan dan pembagian irigasi dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya jaringan semacam ini terdiri dari saluran induk, sekunder dan tersier, dimana saluran induk dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh Dinas Pengairan/Pemerintah.

2. Lahan Irigasi 1/2 Teknis, yaitu: sama halnya dengan lahan irigasi teknis, tetapi

dalam hal ini Dinas Pengairan/Pemerintah hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasai oleh Dinas Pengairan/Pemerintah.

3. Lahan Irigasi Sederhana (PU), yaitu: lahan irigasi yang untuk pembagian airnya belum teratur meskipun pihak Pemerintah (PU) sudah ikut membangun sebagian jaringan tersebut (misalnya biaya membuat bendungannya).


(53)

4. Lahan Irigasi Desa/Non PU, yaitu: lahan yang sistem pengairannya dikelola sendiri oleh masyarakat tanpa campur tangan PU.

Halaman berikut ini dapat dilihat Tabel luas lahan irigasi diperinci menurut jenis pengairan selama lima tahun terakhir (2006-2010).


(54)

Tabel 9. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan (Ha) Tahun 2006

No Kecamatan

Irigasi Teknis Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana/PU Irigasi Desa/Non PU Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X

1. Pangururan - - - -

2. Ronggur Nihuta - - - 76 76 - 76 76

3. Simanindo - - - 66 - 66 66 - 66

4. Harian 137 - 137 69 - 69 68 - 68 - - - 274 - 274

5. Sianjur Mulamula

- 153 153 - 380 380 - 61 61 - - - - 594 594

6. Palipi 354 - 354 89 - 89 92 - 92 43 - 43 578 - 578

7. Onan Runggu - - - 188 - 188 188 - 188

8. Nainggolan - - - 195 195 - 501 501 - 696 696

9. Sitio-tio - - - 44 - 44 119 - 119 - - - 163 - 163

Jumlah 491 153 644 202 380 582 279 256 535 297 577 874 1.269 1.366 2.635


(55)

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa luas lahan irigasi pada tahun 2006 yang terluas adalah: lahan irigasi Desa /Non PU, luasnya yaitu: 874 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun adalah: 577 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun adalah 297 Ha. Luas lahan irigasi yang paling kecil adalah lahan irigasi sederhana/PU, luasnya yaitu: 535 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun adalah: 279 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun adalah: 256 Ha. Halaman berikut dapat dilihat Tabel luas lahan irigasi pada tahun 2007:


(56)

Tabel 10. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan (Ha) Tahun 2007

No Kecamatan

Irigasi Teknis Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana/PU Irigasi Desa/Non PU Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X

1. Pangururan - - - -

2. Ronggur Nihuta - - - 63 63 - 63 63

3. Simanindo - - - 62 - 62 62 - 62

4. Harian 197 - 197 98 - 98 95 - 95 - - - 390 - 390

5. Sianjur Mulamula

- 202 202 - 509 509 - 80 80 - - - - 791 791

6. Palipi 278 - 278 70 - 70 68 - 68 34 - 34 450 - 450

7. Onan Runggu - - - 127 - 127 127 - 127

8. Nainggolan - - - 134 134 - 345 345 - 479 479

9. Sitio-tio - - - 68 - 68 182 - 182 - - - 250 - 250

Jumlah 475 202 677 236 509 745 345 214 559 223 408 631 1.279 1.333 2.612


(57)

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa luas lahan irigasi pada tahun 2007 yang terluas adalah: lahan irigasi (1/2) teknis, luasnya yaitu: 745 Ha, dengan perincian

luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun adalah 509 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun adalah: 236 Ha. Luas lahan irigasi yang paling kecil adalah: lahan irigasi sederhana/PU, luasnya yaitu: 559 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun adalah: 345 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun adalah: 214 Ha. Halaman berikut idi dapat dilihat Tabel luas lahan irigasi pada tahun 2008:


(58)

Tabel 11. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan (Ha) Tahun 2008

No Kecamatan

Irigasi Teknis Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana/PU Irigasi Desa/Non PU Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X

1. Pangururan - - - -

2. Ronggur Nihuta - - - 43 43 - 43 43

3. Simanindo - - - 60 - 60 60 - 60

4. Harian 189 - 189 94 - 94 97 - 97 - - - 380 - 380

5. Sianjur Mulamula

- 204 204 - 506 506 - 82 82 - - - - 792 792

6. Palipi 460 - 460 115 - 115 117 - 117 56 - 56 748 - 748

7. Onan Runggu - - - 131 - 131 131 - 131

8. Nainggolan - - - 144 144 - 371 371 - 515 515

9. Sitio-tio - - - 52 - 52 139 - 139 - - - 191 - 191

Jumlah 649 204 853 261 506 767 353 226 579 247 414 661 1.319 1.350 2.860


(59)

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa luas lahan irigasi pada tahun 2008 yang terluas adalah: lahan irigasi teknis, luasnya yaitu: 853 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun adalah 649 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun adalah: 204 Ha. Luas lahan irigasi yang paling kecil adalah: lahan irigasi sederhana/PU, luasnya yaitu: 579 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun adalah: 353 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun adalah: 226 Ha. Halaman berikut ini dapat dilihat Tabel luas lahan irigasi pada tahun 2009:


(60)

Tabel 12. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan (Ha) Tahun 2009

No Kecamatan

Irigasi Teknis Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana/PU Irigasi Desa/Non PU Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

(Ha)

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

(Ha)

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

(Ha)

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

(Ha)

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

(Ha)

2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X

1. Pangururan - - - -

2. Ronggur Nihuta - - - 62 62 - 62 62

3. Simanindo - - - 58 - 58 58 - 58

4. Harian 200 - 200 100 - 100 100 - 100 - - - 400 - 400

5. Sianjur Mulamula

- 200 200 - 500 500 - 80 80 - - - - 780 780

6. Palipi 400 - 400 100 - 100 100 - 100 48 - 48 648 - 648

7. Onan Runggu - - - 138 - 138 138 - 138

8. Nainggolan - - - 122 122 - 315 315 - 437 437

9. Sitio-tio - - - 75 - 75 201 - 201 - - - 276 - 276

Jumlah 600 200 800 275 500 775 401 202 603 244 377 621 1.520 1.279 2.799


(61)

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa luas lahan irigasi pada tahun 2009 yang terluas adalah: lahan irigasi teknis, luasnya yaitu: 800 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun adalah 600 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun adalah: 200 Ha. Luas lahan irigasi yang paling kecil adalah: lahan irigasi sederhana/PU, luasnya yaitu: 603 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun adalah: 401 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun adalah: 202 Ha. Halaman berikut ini dapat dilihat Tabel luas lahan irigasi pada tahun 2010:


(62)

Tabel 13. Luas Lahan Irigasi Diperinci Menurut Jenis Pengairan (Ha) Tahun 2010

No Kecamatan

Irigasi Teknis Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana/PU Irigasi Desa/Non PU Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X

1. Pangururan - - - -

2. Ronggur Nihuta - - - 64 64 - 64 64

3. Simanindo - - - 61 - 61 61 - 61

4. Harian 197 - 197 99 - 99 98 - 98 - - - 394 - 394

5. Sianjur Mulamula

- 206 206 - 511 511 - 83 83 - - - - 800 800

6. Palipi 377 - 377 94 - 94 96 - 96 46 - 46 613 - 613

7. Onan Runggu - - - 137 - 137 137 - 137

8. Nainggolan - - - 140 140 - 360 360 - 500 500

9. Sitio-tio - - - 72 - 72 192 - 192 - - - 264 - 264

Jumlah 574 206 780 265 511 776 386 223 609 244 424 668 1.469 1.364 2.833


(63)

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa luas lahan irigasi pada tahun 2010 yang terluas adalah: lahan irigasi teknis, luasnya yaitu: 780 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun adalah 574 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun adalah: 206 Ha. Luas lahan irigasi yang paling kecil adalah: lahan irigasi sederhana/PU, luasnya yaitu: 609 Ha, dengan perincian luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun adalah: 386 Ha dan luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun adalah: 223 Ha.

Total luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam satu (1) kali dalam setahun umumnya lebih besar daripada luas lahan irigasi dengan frekuensi tanam dua (2) kali dalam setahun, kecuali dibeberapa Kecamatan yaitu: Kecamatan Palipi, Harian dan Sitio-tio.

Keadaan ini terutama disebabkankan karena curah hujan yang tidak merata serta iklim atau cuaca yang kurang mendukung, yaitu: dibeberapa daerah tersebut bersuhu sangat dingin sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan penanaman dua (2) kali dalam setahun, serta kebiasaan para petani setempat dan mata pencaharian penduduk yang cukup beragam di daerah-daerah tersebut selain bertani, mereka juga beternak, berdagang dan sebagainya.

Adapun Tabel 10 – 13 menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir lahan irigasi terluas adalah lahan Irigasi Desa/Non PU. Namun, semenjak tahun 2008-2010 lahan yang terluas adalah: lahan irigasi teknis. Hal ini terjadi karena semakin besarnya perhatian dari Pemerintah/Dinas Pengairan dalam mengatur dan mengukur pemasukan air didaerah tersebut. Dalam hal ini Pemerintah/Dinas


(64)

Pengairan menguasai jaringan beserta penyadap untuk mengatur dan mengukur pendistribusian air agar lancar dan merata diberbagai daerah untuk menjaga kestabilan produksi jika musim kemarau.

4.5 Karakteristik Responden

Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani padi (padi sawah dan padi ladang), pedagang, pemilik penggilingan padi dan konsumen beras.

Karakteristik Responden Petani, Pedagang dan Pemilik Penggilingan Padi

Data karakteristik petani responden dalam penelitian ini adalah: meliputi umur petani, luas lahan yang dimiliki, luas lahan yang diusahakan dan frekuensi tanam dalam setahun. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini:

Tabel 14. Karakteristik Responden Petani, Pedagang dan Pemilik Penggilingan Padi.

No. Uraian Satuan Rata-rata Rentang

1. Umur Rante 47,67 37 – 75

2. Pengalaman Bertani Tahun 27,36 10 – 45

3. Luas lahan yang dimiliki: Sawah Ladang Rante Rante 13,6 1

2 – 25 0 – 30 4. Luas lahan yang

diusahakan : Sawah Ladang Rante Rante 13,6 1

2 – 25 0 – 30 5. Frekuensi tanam :

Sawah Ladang

Kali dalam setahun Kali dalam setahun

1 1

1 1

Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 1.

Berdasarkan Tabel 14 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani responden adalah 47,67 tahun, dengan pengalaman bertani rata-rata yaitu 27,36 tahun. Rata-rata luas lahan sawah yang dimiliki adalah 13,6 rante dan rata-rata luas lahan ladang yang dimiliki 1 rante. Rata-rata-rata luas lahan sawah yang


(65)

diusahakan yaitu 13,6 rante dan rata-rata luas ladang yang diusahakan yaitu 1 rante. Lahan sawah dan lahan ladang diusahakan dan ditanam, rata-rata 1 kali dalam setahun.

4.5.1 Karakteristik Responden Pemilik Penggilingan Padi

Data karakteristik responden pemilik penggilingan padi adalah meliputi jumlah mesin penggilingan padi dan rendemen beras. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 15. Karakteristik Responden Pemilik Penggilingan Padi

No. Uraian Satuan Rata-rata Rentang

1. Jumlah mesin penggilingan padi: Unit 1 1

2. Rendemen beras : % 60 57 – 64

Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 2b.

Berdasarkan Tabel 15 diatas dapat dilihat bahwa rata- rata jumlah mesin penggilingan padi kecil yang dimiliki adalah 1 unit. Rata-rata rendemen berasnya adalah 60%.


(66)

4.5.2 Karakteristik Responden Konsumen Beras

Data karakteristik konsumen beras yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah: meliputi umur, jumlah tanggungan dan jumlah beras yang dikonsumsi dalam sebulan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 16. Karakteristik Responden Konsumen Beras

No. Uraian Satuan Rata-rata Rentang

Penduduk Kab. Samosir

1. Umur Tahun 47,67 37 – 75

2. Jumlah Konsumen Beras Orang 7 2 – 12

3. Konsumsi beras / bulan Kg 90,84 32 – 195

Sumber: Data Primer Diolah dari Lampiran 2a.

Berdasarkan Tabel 16 diatas diketahui bahwa rata-rata umur responden konsumen beras di Kabupaten Samosir adalah: 47,67 tahun. Rata-rata jumlah keluarga konsumen beras yaitu: 7 orang. Rata-rata konsumsi beras per bulan penduduk adalah: 90,84 Kg/ KK.


(1)

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2011.

Lampiran 22

Persentase Pertumbuhan Harga Beras untuk Lima Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir

Berdasarkan data tabel perkembangan harga dasar gabah dan beras, maka diketahui bahwa persentase pertumbuhan harga beras untuk lima tahun terakhir di Kabupaten Samosir adalah:

% Rata-rata ( HB t − HB o ) / HB o

Pertumbuhan = X 100%

(per x tahun) I

% Rata-rata (Hrg beras thn 2010 – Hrg beras thn 2006)/Hrg beras. thn 2006

Pertumbuhan = X 100%

(per 5 tahun) Jumlah Interval Tahun

(5.960–3.550) / 3.550

= X 100%

4 = 16,97 %


(2)

Lampiran 23

Persentase Pertumbuhan Konsumsi Beras untuk Lima Tahun Terakhir di Kabupaten Samosir

Berdasarkan data tabel 23 pertumbuhan konsumsi beras perkapita pertahun, maka diketahui bahwa persentase pertumbuhannya untuk lima tahun terakhir di Kabupaten Samosir adalah:

penduduk di Kabupaten Samosir untuk lima tahun terakhir adalah:

% Rata-rata ( K t – K o ) / K o

Pertumbuhan = X 100%

(per x tahun) I

% Rata-rata (Kons./kap.thn 2010 – Kons./kap.thn 2006)/Kons./kap.thn 2006

Pertumbuhan = X 100%

(per 5 tahun) Jumlah Interval Tahun

( 178,28 – 204,8 ) / 204,8

= X 100%

4 = – 3,24 %


(3)

Lampiran 24. Data Beras Miskin (Raskin) ke Kabupaten Samosir (Kg) Tahun 2006 – 2011

No. Kecamatan

Volume Impor Beras/RasKin (kg)

2006 2007 2008 2009 2010 2011

1. Pangururan - - - 378.214 453.024 522.720

2. Ronggur Nihuta - - - 148.632 172.536 199.080

3. Simanindo - - - 304.890 377.983 436.140

4. Harian - - - 125.138 152.256 175.680

5. Sianjur Mulamula - - - 142.046 164.268 189.540

6. Palipi - - - 241.065 301.236 347.580

7. Onan Runggu - - - 170.166 190.788 220.140

8. Nainggolan - - - 232.570 246.792 284.760

9. Sitio-tio - - - 191.343 226.824 261.720

Jumlah - - - 1.934.064 2.285.712 2.637.360

Rata – rata - - - 214.896 253.968 293.040


(4)

Lampiran 25. Jumlah Penduduk (Jiwa), Konsumsi Beras (Kg/Kapita/Tahun), Kebutuhan Beras (Ton), Produksi Gabah (Ton), Produksi Beras (Ton) dan Impor Beras (Ton) di Kabupaten Samosir (2006 – 2010)

No. Uraian 2006 2007 2008 2009 2010

1. Jumlah Penduduk (Jiwa) 130.662 131.205 131.549 132.023 133.491

2. Konsumsi beras (kg/kapita/tahun) 204,8 198,6 191 186,85 178,28

3. Kebutuhan beras (ton) 26.760 26.057 25.126 24.669 23.799

4. Produksi gabah kering giling (ton) 47.501 45.853 48.136 47.779 48.307

5. Produksi beras (ton) 28.501 27.512 28.882 28.668 28.984

6. Impor beras/raskin (ton) - - - 1.934 2.286


(5)

Lampiran 26. Luas Lahan Sawah Tadah Hujan (Ha) Tahun 2006 – 2010 No Kecamatan

2006 2007 2008 2009 2010

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

Frekuensi Tanam

Dalam Setahun Jumlah

2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X 2X 1X

1. Pangururan 985 - 985 922 - 922 758 - 758 785 - 785 783 - 783

2. Ronggur Nihuta - 317 317 - 267 267 - 182 182 - 255 255 - 268 268

3. Simanindo 569 - 569 530 - 530 519 - 519 502 - 502 534 - 534

4. Harian - - - - - - - - - - - - - - -

5. Sianjur

Mulamula - - - -

6. Palipi 274 - 274 215 - 215 356 - 356 310 - 310 291 - 291

7. Onan Runggu 678 - 678 458 - 458 473 - 473 500 - 500 498 - 498

8. Nainggolan - 675 675 - 465 465 - 500 500 - 423 423 - 485 485

9. Sitio-tio - - - - - - - - - - - - - - -

Jumlah 2.506 992 3.498 2.125 732 2.857 2.106 682 2.788 2.097 678 2.775 2.106 753 2.859


(6)