Pemeriksaan air mata Beberapa pemeriksaan air mata baik secara kuantitas maupun kualitas yang

menurunkan tegangan permukaan surfactant epitel kornea yang hidropobik, sehingga permukaan tersebut dapat dibasahi air mata. Sekresi air mata pada satu mata adalah 60 gramhari Janin 1772, sedangkan sekresi basal 0,6 ml–1,2 ml permenit Frieberg 1941, Nover dan Jaeger 1952, Mishima 1966, Gonzales de la rosa 1981 8,10 . 10 –25 dari total air mata yang disekresi akan hilang melalui evaporasi. Bila tidak ada lapisan lipid eveporasi akan meningkat 10–20 kali.

B. Pemeriksaan air mata Beberapa pemeriksaan air mata baik secara kuantitas maupun kualitas yang

ditentukan oleh komposisi komponen yang ada pada ketiga lapisan air mata akan mencakup dua kategori pemeriksaan yaitu: 1. Untuk mengukur produksi air mata 2. Untuk mengevaluasi stabilitas air mata Beberapa pemeriksaan air mata 17, 18 Yaitu:

1. Pemeriksaan Tear meniskus, cara pemeriksaan produksi air mata normal

menghasilkan meniskus air mata, penuh dan sedikit konkaf, kira–kira 0,5 mm 18 , 1,0 mm 17 . Pada defesiensi air mata meniskus akan berkurang atau tidak ada dan mungkin mengandung mukus atau debris

2. Uji Schirmer, untuk menilai kuantitas air mata, menilai kecepatan sekresi

air mata dengan memakai kertas filter Whatman 41 bergaris 5 mm–30 mm dan salah satu ujungnya berlekuk berjarak 5 mm dari ujung kertas . Kertas lakmus merah dapat juga dipakai dengan melihat perubahan warna. Perbedaan kertas lakmus dengan kertas filter hanya sedikit. Rata–rata hasil bila memakai Whatman 41 adalah 12 mm 1 mm–27 mm sedangkan lakmus merah 10 mm 0 mm–27 mm. Uji Schirmer I dilakukan tanpa anestesi topikal, ujung kertas berlekuk diinsersikan ke sakus konjuntiva forniks inferior pada pertemuan medial dan 13 temporal palpebra inferior. Pasien dianjurkan menutup mata perlahan– lahan tetapi sebagian peneliti menganjurkan mata tetap dibuka dan melihat keatas. Lama pemeriksaan 5 menit dan diukur bagian kertas yang basah, diukur mulai dari lekukan. Nilai normal adalah 10 mm–25 mm 11 , 10 mm–30 mm 12 Uji Schirmer II dengan penetesan anestesi topikal untuk menghilangkan efek iritasi lokal pada sakkus konjuntiva. Kemudian syaraf trigeminus dirangsang dengan memasukkan kapas lidi kemukosa nasal atau dengan zat aromatik amonium, maka nilai schirmer akan bertambah oleh adanya reflek sekresi. Pemeriksaan ini yang diukur adalah sekresi basal karena stimulasi dasar terhadap refleks sekresi telah dihilangkan.

3. Tear Film Breakup Time TBUT, Pasien didudukkan didepan slit lamp,

kemudian diberi zat fluoresen kedalam sakus konjuntiva, pasien menutup mata dengan tujuan agar fluoresen menyebar kepermukaan kornea. Dengan memakai sinar filter cobalt warna biru dilihat gambaran bintik kering dry spot pada kornea yaitu daerah bebas fluoresen berwarna hitam. Normal waktu 15 detik–30 detik, bila kurang 10 detik berarti defisiensi musin. Pemeriksaan ini digunakan pada pemeriksaan defisiensi musin 17 .

4. Uji Rose Bengal, uji ini lebih sensitif dari fluoresen, warna rose bengal akan

mewarnai sel–sel epitel kornea yang tidak vital juga sel–sel pada konjuntiva. Penilaiannya: 0 – 4 +, bila 3 + - 4 + berarti pewarnaan lebih banyak, secara klinis adalah hiposekresi lakrimal. ©2003 Digitized by USU digital library 4

5. Pemeriksaan Lisozim air mata, metode ini memakai kertas filter

berbentuk cakram ukuran 6,0 mmdiletakkan didalam sakus konjuntiva untuk menyerap air mata. Konsentrasi lisozim biasanya berkurang pada sjogren syndrom

6. Uji Ferning Ocular Ferning Test, Air mata yang terdapat di forniks

dikumpulkan dengan spatula atau mikropipet tanpa anestesi topikal. Sampel air mata diletakkan diatas gelas objek, ditutup dan dibiarkan kering 5–10 menit pada suhu kamar. Lihat dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 40–100 kali. Secara mikroskopik tampak gambaran arborisasi seperti pohon pakis ada mata normal.

7. Impresi Sitologi konjungtiva, pemeriksaan untuk sel goblet konjuntiva.

Pada orang normal sel goblet banyak dikwadran infranasal. Hilangnya sel goblet ditemukan pada penderita keratokonjuntvitis sikka, trakoma, sikatriks okular pada Steven–Johnson Syndrome dan avitaminosis A.

8. Pemeriksaan osmolaritas air mata, air mata mempunyai osmolaritas 302

+ 6,3 mOsml pada individu normal, pada KCS osmolaritas air mata meningkat antara 330 dan 340 mOsml karena penurunan aliran dan peningkatan evaporasi dari air mata. Osmolaritas air mata mempunyai sensitivitas 90 dan spesifisitas 95 , sayang besarnya biaya dan terbatasnya mikroosmolmeter untuk mengukur osmolaritas air mata mempunyai kegunaan klinis yang terbatas.

C. Mata kering dry eyes