Gambaran Aktivitas Fisik Subjek Penelitian Hubungan Aktivitas Fisik dengan KGD Sewaktu

Universitas Sumatera Utara Penelitian ini juga menunjukkan bahwa KGD sewaktu laki-laki lebih rendah dari KGD sewaktu perempuan, yaitu 129,67 mgdL untuk laki-laki dan 131,36 mgdL untuk perempuan. Belum ada penelitian lain yang terpublikasi yang meneliti perbedaan rata-rata KGD sewaktu pada pedagang di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Okaka et al. 2013 pada pedagang di Nigeria menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu wanita mempunyai rata-rata KGD sewaktu yang lebih rendah 103,7 mgdL dibandingkan dengan laki-laki 113,1 mgdL. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan aktivitas fisik pada subjek penelitian. Pada penelitian ini, laki-laki memiliki rata-rata aktivitas fisik yang lebih tinggi dari perempuan sehingga laki-laki memiliki rata-rata KGD sewaktu yang lebih rendah. Selain itu, penelitian oleh Dalawa et al. 2013 di Manado menunjukkan bahwa peningkatan kadar glukosa darah lebih banyak dijumpai pada perempuan daripada pada laki-laki.

5.2.2. Gambaran Aktivitas Fisik Subjek Penelitian

Penelitian terhadap aktivitas fisik subjek penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki rata-rata aktivitas fisik sebesar 10.748 METminggu dengan nilai minimum sebesar 1.680 METminggu. Belum ada penelitian lain yang terpublikasi yang meneliti nilai rata-rata aktivitas fisik pedagang dalam METminggu. Rata-rata aktivitas fisik laki-laki sebesar 11.135,24 METminggu. Nilai ini lebih besar dari rata-rata aktivitas fisik perempuan, yaitu sebesar 10.522,78 METminggu. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alkhatib 2013, di mana laki-laki mempunyai rata-rata aktivitas fisik yang lebih besar dari perempuan, yaitu 16,0 jam untuk laki-laki dan 10,9 jam untuk perempuan. Seluruh subjek penelitian tergolong ke aktivitas fisik aktif, yaitu 94,7 subjek penelitian masuk ke kelompok dengan aktivitas fisik berat dan 5,3 subjek penelitian Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara masuk ke kelompok dengan aktivitas fisik sedang. Nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Awosan et al. 2014, yaitu 50,7 subjek penelitiannya termasuk ke kategori aktivitas tidak aktif sedentary . Perbedaan pada gambaran aktivitas fisik ini mungkin disebabkan oleh perbedaan latar belakang subjek penelitian yang berdampak pada perbedaan gaya dan kebiasaan hidup sehari-hari. Penelitian yang dilakukan oleh Mansfield et al. 2012 menunjukkan bahwa faktor individu, sosial, dan lingkungan berpengaruh terhadap tingkat aktivitas fisik. Penelitian di 38 negara oleh Bosdriesz et al. 2012 juga menunjukkan bahwa iklim, perkembangan ekonomi, dan budaya turut mempengaruhi tingkat aktivitas fisik secara keseluruhan.

5.2.3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan KGD Sewaktu

Uji korelasi Pearson menghasilkan bahwa kekuatan hubungan antarvariabel, yaitu aktivitas fisik dan KGD sewaktu adalah sebesar 0,39. Nilai ini menunjukkan bahwa kekuatan hubungan aktivitas fisik dan KGD sewaktu adalah lemah. Hasil ini tidak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan Alkhatib 2013. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa kekuatan hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah adalah lemah r=0,38. Arah hubungan antarvariabel adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai METminggu pada aktivitas fisik, maka akan semakin rendah nilai KGD sewaktu. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Young et al. 2014 yang menunjukkan bahwa kelompok dengan aktivitas fisik aktif memiliki profil glukosa darah yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok dengan aktivitas fisik tidak aktif. Nilai p dari penelitian ini adalah 0,05 yang menunjukkan bahwa korelasi bermakna secara statistik. Penelitian yang dilakukan oleh Alkhatib 2013 di Inggris Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dan penelitan yang dilakukan oleh Mukti dan Murbawani 2014 di Semarang juga menunjukkan hasil yang sama. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan