Angin Permukaan HASIL DAN PEMBAHASAN

25

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Angin Permukaan

Untuk Standar Deviasi SD dari kecepatan angin tiap periodenya digambarkan dengan kontur nilai dari SD yang ditampilkan pada Gambar 6. Pada periode 1 tahun 19941995 nilai SD terbesar bernilai 2,8 yang berada di selatan Samudera Hindia Timur antara 5 o LS hingga 10 o LS dari 95 o BT hingga 105 o BT. Selain itu, pada periode 1 juga terdapat daerah dengan SD bernilai 2.6 yang berada di sekitar 10 o LS pada bujur 90 o BT hingga 95 o BT. Periode 2 tahun 19971998 SD terbesar bernilai 2,2 yang berada di bagian barat Sumatera di sekitar 5 o LS dari 95 o BT hingga 100 o BT. Periode 2 memiliki kontur yang tidak rapat, hal ini menandakan bahwa pada periode 2 kecepatan angin cenderung homogen. Pada periode 3 tahun 20062007 nilai SD terbesar bernilai 2,8 yang berada di selatan Sumatera di sekitar 7 o LS dari 98 o BT hingga 105 o BT. Secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa SD yang besar berada di sekitar selatan Sumatera dari 5 o LS hingga 10 o LS dan dari 95 o BT hingga 105 o BT, juga di selatan Jawa dari 5 o LS hingga 10 o LS dan 110 o BT. Nilai dari SD terbesar berada pada periode 1 dan 3 yang bernilai 2,8. Hal ini menandakan bahwa pada periode 1 memiliki keragaman yang lebih tinggi lebih fluktuatif yang diikuti dengan periode 3 dan selanjutnya periode 2. Berikut merupakan gambar kontur rata-rata SD pada setiap periode. a b c Gambar 6. Kontur standar deviasi kecepatan angin a periode 19941995 b periode 19971998 c periode 20062007 Plot kecepatan dan arah angin tahun 1994 dapat dilihat pada Gambar 7. Pada periode 1 bulan Januari hingga Maret tahun 1994 di sekitar ekuator terlihat adanya angin yang bertiup dari arah barat menuju timur dengan kecepatan antara 3 ms – 5 ms, puncaknya pada bulan Februari dimana angin bertiup dengan kecepatan tinggi dan daerah yang lebih ke selatan. Kecepatan angin dibulan Maret mengecil yaitu antara 1 ms - 3 ms, diikuti dengan adanya angin yang bertiup dari tenggara. Pada bulan April hingga Agustus 1994 terlihat angin tersebut melemah, namun angin di bagian selatan yang bertiup menuju barat laut semakin menguat dengan kecepatan antara 6 ms - 8 ms sampai dengan daerah ekuator. Pada bulan September 1994 angin yang bertiup ke arah barat laut mulai melemah dan adanya perubahan arah tiupan angin pada bagian selatan 120 o BT hingga 125 o BT yang bertiup dengan kecepatan rendah antara 1 ms – 3 ms ke arah tenggara. Bulan November 1994 di sekitar daerah ekuator mulai terlihat adanya perubahan arah tiupan angin dimana pada bulan Desember 1994 tiupan angin tersebut semakin terlihat ke timur dengan kecepatan antara 1 ms – 3 ms. a b c d e f g h i j k l Gambar 7. Plot angin tahun 1994 berturut-turut bulan a Januari - l Desember Pada bulan Januari 1995 pola angin terlihat berbeda dengan Januari 1994, dimana angin yang bertiup dominan menuju timur dengan kecepatan yang rendah. Namun pada Februari 1995 angin yang menuju arah timur tersebut semakin menguat dengan wilayah yang semakin meluas dari sekitar ekuator hingga 10 o LS. Sedangkan pada bulan Maret 1995 dimana pola angin sudah memasuki musim peralihan I, angin yang bertiup dari arah tenggara menuju barat laut semakin menguat. Ini menyebabkan angin yang bertiup dari arah barat menuju timur semakin melemah dan luasan wilayahnya semakin mengecil. Bulan April 1995 pola angin yang dimiliki tidak sama dengan April 1994, angin yang bertiup dari arah barat Samudera Hindia menuju ke arah timur memiliki kecepatan tiupan yang lebih tinggi dari April 1994. Kecepatan angin yang bertiup dari arah barat menuju timur ini antara 3 ms – 4 ms di daerah ekuator. Angin tenggara dibulan Mei hingga Juli mulai berkembang, sampai puncaknya pada bulan Agustus. Angin dari arah tenggara ini mendominasi pola tiupan angin di Samudera Hindia timur. Pada bulan Agustus 1995 angin yang bertiup dominan dari arah tenggara menuju barat laut dengan kecepatan antara 5 ms – 10 ms dan semakin mengecil di daerah ekuator. September 1995 angin yang bertiup dari arah barat menuju timur ini mulai terlihat dan mencapai puncaknya pada bulan November 1995, sedangkan angin yang berhembus dari tenggara mulai melemah dan terdesak oleh angin dari barat. Angin dari arah barat Samudera Hindia yang menuju timur meningkat kecepatannya yaitu antara 4 ms – 7 ms dengan wilayah yang semakin meluas terjadi pada bulan November 1995. Angin yang bertiup dari arah barat ini mencakup daerah dari 5 o LS hingga 5 o LU. Namun pada bulan Desember 1995 angin yang bertiup di seluruh daerah Samudera Hindia timur terlihat melemah, begitu juga angin yang bertiup dari barat ke timur mulai melemah dengan kecepatan antara 3 ms – 5 ms dengan daerah yang juga semakin mengecil yaitu hanya pada ekuator hingga 5 o LS. Hal ini dikarenakan pada bulan Desember pola angin muson sudah memasuki Musim Barat. Plot arah dan kecepatan angin tahun 1995 tiap bulannya ditampilkan pada Gambar 8. a b c d e f g h i j k l Gambar 8. Plot angin tahun 1995 berturut-turut bulan a Januari - l Desember Pada periode 2 dibulan Januari 1997 dan Februari 1997 angin yang bertiup dari arah tenggara tidak terlihat. Pada dua bulan ini, angin yang bertiup dominan dari arah barat menuju timur. Puncaknya pada bulan Februari 1997 dimana angin dari barat ini bertiup dengan kecepatan antara 5 ms – 8 ms di daerah dari ekuator hingga 5 o LS. Angin yang bertiup ke arah barat ini, bertiup dengan kecepatan yang lebih tinggi dan daerah yang lebih luas jika dibandingkan dengan periode 1. Pada bulan Maret 1997 angin dari arah tenggara mulai terlihat di selatan Samudera Hindia timur. Angin yang menuju baratlaut ini memuncak pada bulan Agustus 1997 dan terus berlanjut sampai bulan November 1997 dengan kecepatan antara 6 ms – 10 ms. Namun pada bulan September 1997 hingga Oktober 1997 di sekitar 10 o LS hingga 15 o LS dan 115 o BT hingga 125 o BT angin yang bertiup sudah berubah arah dan dengan kecepatan yang rendah. Pada bulan November 1997 angin yang bertiup ke arah barat tidak terlihat di sekitar ekuator, hal ini sangat berbeda dengan bulan November pada periode 1. Gambar 9 merupakan plot arah dan kecepatan angin tahun 1997 tiap bulannya. a b c d e f g h i j k l Gambar 9. Plot angin tahun 1997 berturut-turut bulan a Januari - l Desember Pada tahun 1998 angin yang bertiup dominan dari arah barat menuju timur di daerah ekuator. Hal ini sangat berbeda sekali dengan periode 1 bahkan dengan tahun 1997 pola angin yang bertiup juga sangat berbeda. Gambar 10 merupakan plot arah dan kecepatan angin tiap bulan pada tahun 1998. a b c d e f g h i j k l Gambar 10. Plot angin tahun 1998 berturut-turut bulan a Januari - l Desember Pada Januari 1998 angin dari arah tenggara hanya ada pada bagian 90 o BT hingga 105 o BT dan 5 o LS hingga 15 o LS dengan kecepatan yang cukup tinggi. Namun pada bagian 105 o BT hingga 125 o BT di lintang yang sama, angin bertiup menuju arah timur dengan kecepatan yang rendah. Angin yang bertiup dari tenggara ini selalu ada disetiap bulan pada tahun 1998, namun angin ini bertiup dengan kecepatan yang rendah dan luasan yang kecil. Angin dari arah tenggara mencapai puncak pada bulan Agustus 1998 di daerah 90 o BT hingga 125 o BT dan pada lintang 5 o LS hingga 15 o LS. Angin dari arah barat menuju timur di sekitar ekuator pun juga selalu ada pada setiap bulan. Berbeda dengan periode 1 dan periode 2, pada periode 3 seperti yang ditampilkan pada Gambar 11, angin dari arah barat menuju timur di sekitar ekuator terlihat dari mulai bulan Januari hingga April 2006 yang merupakan musim Barat. Pada bulan Januari hingga Maret 2006 angin dari arah barat di sekitar ekuator menguat dengan kecepatan antara 4 ms – 6 ms dan meluas dari 5 o LU hingga 5 o LS. Hal ini sangat berbeda dengan periode-periode sebelumnya yang hanya terlihat sampai bulan Februari. Untuk angin dari arah tenggara mulai terlihat menguat pada bulan Mei 2006 hingga puncaknya pada bulan Agustus 2006, dengan luasan hingga ekuator dan berkecepatan antara 6 ms – 10 ms. Pada bulan September hingga November 2006 angin dari arah barat tidak terlihat, pola tiupan angin masih didominasi oleh angin tenggara. Pada tahun 2006, angin tenggara memiliki intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lainnya. Hal ini dapat dilihat dari lamanya angin tenggara bertiup di Samudera Hindia timur yaitu dari bulan Mei hingga bulan November akhir musim peralihan I hingga musim peralihan II. Pada bulan Desember, angin dari baratlaut mulai terlihat walaupun lemah. Hal ini diikuti dengan melemahnya tiupan angin tenggara yang terjadi di Samudera Hindia timur. a b c d e f g h i j k l Gambar 11. Plot angin tahun 2006 berturut-turut bulan a Januari - l Desember Pada tahun 2007 bulan Januari hingga April terlihat kembali adanya angin dari arah barat menuju timur. Puncaknya pada bulan Maret 2007 angin yang bertiup dari arah barat mencapai maksimum, dari mulai ekuator hingga 10 o LS angin bertiup kearah timur dengan kecepatan antara 3 ms hingga 6 ms. Sedangkan pada bulan Mei angin tenggara mulai menguat dengan puncaknya pada bulan Agustus yang berkecepatan antara 5 ms hingga 10 ms. Namun pada bulan September terlihat adanya perubahan arah angin pada 120 o BT hingga 125 o BT di lintang 10 o LS hingga 15 o LS. Angin dari arah barat terlihat kembali di sekitar ekuator pada bulan November hingga Desember 2007 dengan kecepatan yang rendah dan luasan hingga 7 o LS. Gambar 12 merupakan plot arah dan kecepatan angin tahun 2007 tiap bulannya. a b c d e f g h i j k l Gambar 12. Plot angin tahun 2007 berturut-turut bulan a Januari - l Desember Pada periode Musim Barat yaitu pada bulan Desember, Januari dan Februari di daerah barat Sumatera dekat dengan ekuator angin bertiup dari arah barat laut menuju tenggara, sedangkan pada daerah yang membentang dari perairan Sumatera bagian selatan hingga perairan selatan Jawa, Lombok dan Sumbawa, angin bertiup dari barat daya menuju tenggara. Pada bulan Desember hingga Februari posisi tegak lurus penyinaran matahari berada pada belahan bumi selatan, sehingga pusat tekanan daerah rendah berada di Benua Australia dan pusat tekanan tinggi berada di Benua Asia, akibatnya pada perairan utara Jawa dan Sumatera dekat dengan ekuator angin akan bertiup dari barat daya ke timur laut Wilopo, 2005. Musim Peralihan I antara Musim Barat dengan Musim Timur yaitu pada bulan Maret hingga Mei, ditandai dengan pola angin yang mulai mengalami perubahan arah dimana pada wilayah barat Sumatera angin berubah bertiup dari baratbarat daya menuju timurtimur laut. Sedangkan pada wilayah Sumatera dan Jawa bagian selatan angin bertiup dari tenggara ke barat laut. Hal ini disebabkan pergeseran posisi penyinaran matahari dari belahan bumi selatan menuju ekuator, sehingga daerah pusat tekanan tinggi berubah. Pada Musim Peralihan I angin bertiup dengan kecepatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Musim Barat pada daerah Samudera Hindia timur. Untuk Musim Timur yaitu pada bulan Juni hingga Agustus, posisi matahari mulai bergerak ke arah bumi belahan utara, sehingga pusat tekanan tinggi berada di Benua Australia dan pusat tekanan rendah di Benua Asia. Perbedaan tekanan ini menyebabkan angin bertiup dari Benua Australia menuju Benua Asia. Kecepatan angin mencapai puncaknya pada bulan Agustus yang juga merupakan puncak Musim Timur. Pada saat itu arah angin bertiup dari barat daya menuju timur laut di Sumatera bagian barat dan dari tenggara menuju barat laut di Sumatera dan Jawa bagian selatan. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Wyrtki 1961 yang menyatakan bahwa di wilayah Sumatera bagian barat dekat dengan ekuator terdapat angin yang bertiup yang dinamakan Angin Muson Barat Daya, sedangkan di sebagian wilayah Sumatera bagian selatan dan Jawa sampai Nusa Tenggara angin yang bertiup disebut dengan Angin Muson Timur. Untuk Musim Peralihan II dari Musim Timur ke Musim Barat dimulai pada bulan September hingga bulan November, dimana posisi matahari mulai bergerak menuju ekuator. Musim ini ditandai dengan angin yang mulai mengalami perubahan arah dan kecepatan angin. Dapat terlihat perubahan arah angin dimana pada Sumatera bagian selatan angin rata-rata bertiup dari selatan menuju utara, sedangkan pada wilayah Sumatera dan Jawa bagian selatan angin rata-rata bertiup dari tenggaraselatan menuju timur laututara. Pola kecepatan angin tinggi terjadi disekitar bulan Juni sampai dengan November pada tiap tahun pengamatan, sedangkan kecepatan angin yang terendah terjadi sekitar bulan Desember sampai Mei tiap tahun pengamatan. Hal ini diperkuat dengan penelitian Wilopo 2005 yang menyatakan bahwa pergantian pola kecepatan angin ini masing-masing terjadi satu kali dalam satu tahun, dengan lama masing-masing terjadinya pola kecepatan angin berkisar 6 bulanan. Berikut merupakan table perbedaan karakter angin di Samudera Hindia timur tiap periode. Tabel 1. Perbedaan karakter angin pada tiap periode No Faktor Pembeda Periode 1 Periode 2 Periode 3 1994 1995 1997 1998 2006 2007 1. Lokasi standar deviasi tinggi - Sekitar 10 o LS - Selatan Jawa - Barat Sumatera - Selatan Sumatera 2. Nilai standar deviasi tinggi - 2,8 - 2,6 - 2,2 - 2,8 3. Puncak Musim Barat Februari Februari Februari Desember Maret Maret 4. Puncak Musim Timur Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus Agustus 5. Kecepatan maksimal 7,4 ms 7,5 ms 7 ms 7,3 ms 8 ms 8 ms

4.2 Arus Permukaan