STRATEGI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION DALAM MEMBANGUN CITY BRANDING KOTA WISATA BATU Studi pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu

(1)

i STRATEGI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION DALAM MEMBANGUN CITY BRANDING KOTA WISATA BATU

Studi pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu

SKRIPSI

Tri Utami Kartikasari NIM: 08220370

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Tri Utami Kartikasari

NIM : 08220370

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Strategi Integrated Marketing Communications

dalam Membangun City Branding Kota Wisata Batu

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Abdullah Masmuh, M.Si M. Himawan Sutanto, M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

iii PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Tri Utami Kartikasari

Tempat, tanggal lahir : Magetan,01 Juli 1990 Nomor Induk Mahasiswa : 08220370

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

Strategi Integrated Marketing Communications dalam Membangun

City Branding Kota Wisata Batu

adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang,

Yang Menyatakan,


(4)

(5)

(6)

vi KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sebanyak puji dan sedalam syukur penulis kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya, shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, sehingga peneliti tak kenal menyerah dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “STRETEGI INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION DALAM MEMBANGUN CITY BRANDING

KOTA WISATA BATU” sebagai pemenuhan syarat kelulusan sarjana Ilmu Komunikasi.

Suatu strategi tidak hanya dibuat oleh manusia secara individu untuk mencapai harapan dan cita-cita dalam kehidupannya. Namun strategi digunakan pula dalam suatu organisasi atau lembaga pemerintah dalam meraih tujuan (goals) sesuai visi dan misi yang dijunjung. Dengan maksud mempelajari dan mendeskripsikan strategi komunikasi pemasaran terpadu yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kota Batu dalam membangun city branding Kota Wisata Batu, maka penelitian ini dilakukan.

Penulis sadar bahwa penelitian ini dapat disusun berkat bantuan, bimbingan, dorongan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, melalui laporan hasil penelitian ini, peneliti menyampaikan penghargaan yang tinggi dan terimakasih yang dalam kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M.AP., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang;

2. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang;

3. Bapak Nurudin,M.Si, selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang;


(7)

vii

4. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si, selaku Dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan selama penyusunan skripsi ini

5. Bapak M. Himawan Sutanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan solusi selama penelitian dan penyusunan skipsi ini.

6. Narasumber yang menjadi bersedia diwawancarai dan sebagai subyek dalam penelitian ini yaitu Bapak Drs.Made Suardika, S.Pd., Bapak Mulyo Adji, BcKn., Ibu Utami Hartiningdewi, S.H., serta Ibu Emi Latief S.Sos.

7. Orang tua peneliti Ibu, Bapak, Mimih dan Apih dan seluruh keluarga yang telah mendukung dan mendoakan sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang berbentuk skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya yang sederhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Malang 25 Oktober 2012,

Penulis


(8)

v DAFTAR ISI

COVER ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 8

E.1 Integrated Marketing Communications (IMC) ... 9

E.1.1 Instrumen-Instrumen dalam Integrated Marketing Communications ... 12

E.1.2 Ciri-ciri Integrated Marketing Communications ... 17

E.2 Pembentukan Merek (Brand) sebagai Identitas ... 19

E.3 Brand sebagai Alat Memasarkan Suatu Tempat, Lokasi, atau Daerah ... 21

E.4 Strategi Komunikasi Dalam Membangun City Branding ... 22

E.5 Segmentasi Pasar Dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu ... 23

E.6 Isi Pesan dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu ... 24

E.7 Saluran Penyampaian Pesan (Media) Komunikasi Pemasaran .... 25

F. Fokus Penelitian ... 28

G. Metode Penelitian ... 28

G.1 Pendekatan Penelitian... 28

G.2 Tipe Penelitian ... 28

G.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

G.4 Instrumen Penelitian ... 30

G.5 Subyek Penelitian ... 31

G.6 Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Wawancara Semi Terstruktur ... 33

2. Observasi Tak Berstruktur ... 34


(9)

vi

G.7 Teknik Analisis Data ... 35

G.8 Uji Keabsahan Data ... 37

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Umum Kota Batu ... 39

A.1 Sejarah Singkat Kota Batu ... 39

A.2 Wilayah Administrasi Kota Batu ... 41

A.3 Topografi ... 42

A.4 Hidrologi ... 43

A.5 Klimatologi ... 43

B. Keadaan Penduduk dan Sosial Budaya Kota Batu ... 43

C. Potensi Pariwisata Kota Batu ... 44

C.1 Wisata Alam ... 45

C.2 Wisata Buatan ... 46

C.3 Wisata Belanja dan Wisata Kerajinan ... 48

C.4 Wisata Budaya ... 48

C.5 Wisata Pedesaan (Desa Wisata) ... 49

D. Kota Wisata Batu sebagai City Branding ... 49

E. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu ... 51

E.1 Visi Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu ... 51

E.2 Tugas Pokok dan Fungsi Subyek Penelitian ... 51

E.3 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu... 55

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Identitas Subjek Penelitian ... 59

A.1 Latar Belakang Subyek Penelitian ... 60

B. Analisis Hasil Penelitian ... 63

B.1 Keberadaan City Branding Kota Wisata Batu ... 63

B.2 Perencanaan Komunikasi Pemasaran Terpadu Kota Wisata Batu ... 73

B.2.1 Tahapan Proses Perencanaan Komunikasi Pemasaran ... 74

B.2.2 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Proses Perencanaan Komunikasi Pemasaran Kota Wisata Batu... 77

B.2.3 Strategi Segmentasi Pasar ... 82

B.2.4 Strategi Bentuk-Bentuk Kegiatan Komunikasi Pemasaran Kota Wisata Batu ... 87

B.2.5 Komunikator dalam Komunikasi Pemasaran Kota Wisata Batu ... 92


(10)

vii

B.2.6 Isi Pesan Dalam Komunikasi Pemasaran Kota Wisata Batu .... 94

B.2.7 Strategi Pemilihan Saluran Pesan (Media) dan Jangkauannya ... 97

B.3 Indikator Pencapaian City Branding Kota Wisata Batu ... 101

B.4 Faktor-faktor Penghambat dan Pendorong City Branding Kota Wisata Batu ... 104

B.5 Model Komunikasi Pemasaran Terintegrasi City Branding Kota Wisata Batu ... 108

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 114

B.1 Saran Akademis ... 114

B.2 Saran Saran Praktis ... 114 DAFTAR PUSTAKA


(11)

viii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kunjungan Wisata Kota Batu Tahun 2008, 2009 dan 2010 ... 5

Tabel 1.2 Karakteristik media utama dan pendukung ... 25

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk di Kota Batu Tahun 2007-2010 ... 44

Tabel 2.2 Keterangan Struktur Organisasi ... 57

Tabel 3.1 Tabel Nama-Nama Subyek Penelitian ... 60

Tabel 3.2 Pasar Utama Wisatawan Nusantara Ke Kota Batu Tahun 2010 ... 84

Tabel 3.3 Pasar Utama Wisatawan Mancanegara Ke Kota Batu Tahun 2010 ... 85


(12)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bentuk-bentuk Bauran Promosi Pemasaran ... 12

Gambar 1.2 Model Komunikasi pemasaran terintegrasi ... 27

Gambar 1.3 Proses Analisa Data Miles dan Huberman (model interaktif)... 35

Gambar 1.4 Model Triangulasi Sumber ... 38

Gambar 1.5 Model Triangulasi Teknik ... 38

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu .... 56

Gambar 3.1 Desain Logo Kota Wisata Batu ... 68

Gambar 3.2 Model Komunikasi pemasaran terintegrasi city branding Kota Wisata Batu ... 109


(13)

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 Salinan Peraturan Walikota Batu No.3 Tahun 2010 Lampiran 3 Koding Hasil Wawancara


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Duncan, Tom. 2002. IMC:Using Advertising & Promotion to Build Brands. New York: Mc.Graw-Hill.

Efendy, Onong U. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Kotler, Philip dan Keller, Kelvin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 12. Cetakan ke-4. Indonesia: Indeks.

Kusumayadi dan Sugiarto, Endar. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lamb, Charles W ; Hair, Joseph F dan McDaniel Carl. 2001. Pemasaran: Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Cetakan ke-22. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(15)

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Pawitra, Teddy. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pinata, I. Gde dan Gayatri, Putu G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sadat, Andi M. 2009. Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan. Jakarta: Salemba Empat.

Shimp, Terence A. 2000. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Terjemahan oleh Revyani Sahrial dan Dyah Anikasari. 2003. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryadi, Didih. 2006. Promosi Efektif: Menggugah Minat & Loyalitas Pelanggan. Yogyakarta: Tugu Publisher.

Tjiptono, Fandy. 2007. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publishing.

Watono, A. Adji dan Watono, Maya C. 2011. IMC: Integrated Marketing Communication that Sells. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yoeti, Oka A. 1990. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Non Buku

Anonim. 2011. Laporan Akhir Pengembangan dan Penguatan Data Base. Pemerintah Kota Batu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tahun 2011.


(16)

_______. 2010. Undang-Undang Kepariwisataan 2009: UU RI No. 10 Th.2009. Jakarta: Sinar Grafika.

Website

http://www.batukota.go.id/profil/ (Diakses pada 16 Juni 2012 pukul 12:06 WIB) http://www.kotawisatabatu.com/ (Diakses pada 16 Juni 2012 pukul 11:09 WIB)

http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/definisi-iklan-efek-dan-iklan-korporat.html (Diakses pada 19 Juni 2012 pukul 10:46 WIB)

http://wsmulyana.wordpress.com/2008/12/16/69/#comment-183 (Diakses pada 16 Juni 2012 pukul 12:00 WIB)

http://adjie.blogdetik.com/2008/10/22/city-branding/ (Diakses pada 3 Juli 2012 pukul 17:05 WIB)


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya era otonomi seiring dengan pengesahan UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian telah direvisi dalam UU No. 32 Tahun 2004 menjadikan hampir semua daerah di Indonesia berlomba-lomba mengeksplorasi potensi yang ada di wilayahnya. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan1. Bisa diartikan bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab penuh terhadap kemajuan daerahnya.

Hal ini berimbas pada persaingan yang positif dalam inovasi dan pengembangan potensi yang dimiliki bagi tiap-tiap daerah. Dengan pengelolaan dan manajemen yang baik terhadap kekayaan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki, maka Pemerintah Daerah dapat meningkatkan hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam rangka mengelola potensinya pemerintah daerah bersinergi dengan seluruh elemen masyarakat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tercipta suatu kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah daerah. Karena jika masyarakat tidak mendukung penuh terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah maka sebaik apapun strategi dan rencana yang telah disusun akan berjalan pincang.

1


(18)

2

Menunjukkan keunggulan suatu kota atau daerah melalui pembentukan identitas, maka masyarakat umum akan mulai menyadari nilai lebih yang dimiliki oleh kota atau daerah tersebut. Sehingga nantinya muncul image yang berbeda dari setiap daerah yang didasarkan atas keunikan, keragaman potensi, dan juga budaya yang dimiliki oleh masyarakat dan wilayahnya. City branding adalah sebagai strategi untuk memasarkan daerah dengan cara membangun identitas kota yang bertujuan untuk menjaring target pasar baik untuk investor maupun para pengunjung.

Dengan membangun konsep city branding suatu daerah berusaha untuk membentuk persepsi dari masyarakat yang berdomisili di dalam maupun luar daerah sesuai dengan positioning yang ditentukan. Sehingga hal ini bisa menjadi salah satu cara mempromosikan suatu daerah kepada publik luas baik regional maupun global. Hal ini bisa diaplikasikan dengan membuat suatu jargon, motto, slogan ataupun simbol yang relevan yang dapat merepresentasikan karakteristik wilayah tersebut. Hal ini juga dengan disertai realisasi pengembangan daerah sesuai dengan jargon yang diangkat. Pengunggulan terhadap ciri khas lokal maka akan terlihat diferensiasi antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Seperti halnya Jakarta dengan city branding “Enjoy Jakarta” , Solo yang kental dengan nuansa budaya jawa dengan mengusung jargon“The Spirit of Java”, dan Jogja yang memberi identitas terhadap kotanya yaitu “Never Ending Asia”.

Beberapa diantara daerah tersebut mengandalkan sektor pariwisata dan budaya sebagai modal untuk “menjual” daerahnya. Karena pariwisata merupakan


(19)

3

salah satu sektor yang krusial untuk dieksplorasi dan dikembangkan oleh suatu daerah karena bidang ini menyumbang devisa bagi negara Indonesia secara signifikan. Dikutip dari pemaparan Prof.Dr.H. Sam Abade Pareno MM, guru besar Universitas Dr Soetomo Surabaya dalam Seminar Kepariwisataan di Gedung Kesenian Kota Wisata Batu 7 Mei 20112:

Berdasarkan sumber data Dirjen Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata 2008 bahwa pada 2008 telah masuk menyumbang US $ 7,6 miliar atau sekitar Rp. 91 triliyun, meningkat dibanding tahun 2007 yang hanya US $ 5,3 miliar. Sedangkan data yang diperoleh dari pusat statistic, pada tahun 2010 sampai Desember meningkat tajam yaitu 8,1 juta wisatawan manca Negara telah berkunjung ke Indonesia. Pariwisata menjadi salah satu kebutuhan bagi manusia sekaligus sebagai alternatif pelepas kejenuhan setelah menjalankan rutinitas hariannya. Sehingga industri pariwisata semakin berkembang dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang perlu sarana dan prasarana hiburan terutama di masa liburan ataupun akhir pekan. Pariwisata mulai berkembang karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum diketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana, atau untuk mendapat perjalanan baru (Robinson, 1976; Murphy, 1985)3.

Sektor pariwisata ini selanjutnya memberi sumbangan pula dalam devisa negara dan Pendapat Asli Daerah (PAD), karena bidang ini memperluas peluang kerja, meningkatkan taraf hidup bagi masyarakat, serta sebagai sarana untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya dan kekayaan alam milik daerah.Salah

2

http://www.kotawisatabatu.com/budaya/103-perkembangan-budaya-kota-wisata-batu-refleksi-perilaku-masyarakatnya

3

Pinata,I. Gde dan Gayatri,Putu G. Sosiologi Pariwisata.Yogyakarta: CV. Andi Offset. 2005. Hlm.40


(20)

4

satu daerah yang saat ini mengandalkan sektor pariwisata sebagai unggulannya dan menjadikannya sebagai acuan dalam pembentukan city branding adalah Kota Batu. Dalam rangka penyebarluasan informasi dan langkah persuasif untuk menarik perhatian investor dan pengunjung agar datang ke kotanya, maka Pemkot Batu memiliki suatu cara yaitu dengan membangun merek kotanya dengan sebutan Kota Wisata Batu (KWB) yang dideklarasikan pada tahun 2009.

Kota Batu adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia terbentuk pada tahun 2001 sebagai pecahan dari Kabupaten Malang4. Kota ini memiliki panorama alam dan sajian budaya lokal yang eksotis, sehingga saat ini Kota Batu adalah salah satu destinasi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Objek wisata yang disuguhkan kepada pengunjung antara lain Kusuma Agrowisata, Coban Talun, Paralayang, pendakian Gunung Panderman, Jawa Timur Park I, Selecta dan lain sebagainya.

Berdasarkan pengamatan peneliti, sejak munculnya sebutan Kota Wisata Batu, kota ini lebih menggali potensi wisata yang ada. Pembangunan obyek data tarik wisata tak hanya dilakukan oleh para investor, masyarakat pun mulai tergerak berinovasi menjadikan desa tempat tinggalnya menjadi lebih produktif yaitu dibuat sebagai tujuan wisata. Diikuti pula renovasi alun-alun Kota Batu dengan segala fasilitasnya untuk menjangkau masyarakat yang ingin berwisata gratis dan murah meriah. Jika dilihat secara fisik saat ini, kota Batu melakukan penambahan obyek wisata sehingga jumlahnya lebih banyak dibandingkan sebelum tercetusnya city branding Kota Wisata Batu. Penambahan obyek wisata

4


(21)

5

tersebut antara lain wisata Jatim Park II (Museum satwa dan secret zoo) yang beroperasi pada tahun 2010, renovasi alun-alun kota Batu tahun 2011, wisata Eco Green Park yang diresmikan pada tahun 2012 ini. Selain itu ada pula pengembangan 9 desa wisata milik masyarakat Batu yang menjadi langkah serius perwujudan kota Batu untuk benar-benar menjadi kota wisata. Adanya penambahan lokasi obyek wisata disertai pula dengan kesuksesan dari penambahan jumlah pengunjung yang datang di kota ini.

Berdasarkan laporan akhir Pengembangan dan Penguatan Informasi Data Base Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu Tahun 2011, terlihat peningkatan jumlah pengunjung yang signifikan antara tahun 2008 sebelum dibentuk city branding Kota Wisata Batu dan tahun 2009 dan 2010 pasca munculnya identitas kota wisata bagi Kota Batu. Jumlah kunjungan pada obyek daya tarik wisata (ODTW) tahun 2008 sejumlah 1.513.113 pengunjung, kemudian meningkat tajam sekitar dua kali lipat pada tahun 2009 yaitu sebesar 3.093.669 pengunjung, lalu disusul pada tahun 2010 jumlahnya pun meningkat lagi sebesar 3.132.666 wisatawan.

Hal ini memperlihatkan bahwa dampak yang positif dari pembentukan merek tersebut. Masyarakat juga merasakan keuntungan dengan jumlah pengunjung yang besar maka mereka akan menghabiskan banyak uangnya untuk dibelanjakan di Kota Batu. Sehingga peluang ini yang dijadikan masyarakat untuk membuka usaha pendukung wisata, misalnya usaha sovenir, penginapan, dll.


(22)

6

Beberapa penghargaan sektor pariwisata juga diterima oleh Kota Batu adalah wujud dari kesuksesan kota ini dalam hal managemen dan tata kelola kotanya. Salah satu penghargaan yang diraih oleh Kota Batu adalah Alun-alun Kota Batu tercatat dalam rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) dalam kategori pelopor Alun-alun bebas merokok, dan pedagang asongan, kemudian kategori kedua yaitu Alun-alun yang dilengkapi dengan fasilitas terbanyak5.

Konsep city branding memang berperan untuk memasarkan atau promosi suatu kota namun ini tidak cukup sebatas pembentukan logo,pemilihan

positioning maupun tagline semata hal ini juga harus didukung dengan komunikasi pemasaran yang strategis. Maka pemerintah Kota Batu perlu menyusun strategi untuk mengkomunikasikan secara tepat dalam memasarkan konsep city branding-nya. Melalui suatu desain Integrated Marketing Communication (Komunikasi Pemasaran Terpadu) dapat dijalankan suatu skema komunikasi secara efektif untuk memberikan pengertian kepada target sasaran untuk memahami reputasi dan citra yang diharapkan tentang keberadaan Kota Wisata Batu. Untuk selanjutnya KWB ini diharapkan dapat dikenal secara nasional maupun global sehingga dapat bersaing dengan kota-kota lainnya misalnya Solo,Jogja maupun Bali.

Berawal dari fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang selanjutnya diberi judul “Strategi Integrated Marketing Communication dalam Membangun City Branding Kota Wisata Batu (Studi pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu)”.

5


(23)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana strategi integrated marketing communication yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam upaya membangun city branding Kota Wisata Batu (KWB)?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan strategi integrated marketing communication Kota Wisata Batu.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin didapat dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Mengetahui strategi komunikasi pemasaran terpadu yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam upaya pemasaran dan promosi potensi wisata sesuai dengan city branding yaitu Kota Wisata Batu.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat pada saat pelaksanaan strategi integrated marketing communication Kota Wisata Batu.


(24)

8 D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya diharapkan memberikan hasil yang dapat digunakan dan memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun orang lain. Maka peneliti berharap hasil ini dapat memberi:

1. Manfaat Akademis

a. Bagi Penulis penelitian ini sebagai sarana dalam memperoleh kepuasan intelektual karena dapat meningkatkan kemampuan dan sebagai pembelajaran dalam penyajian fakta secara sistematis berdasarkan prinsip penulisan karya tulis ilmiah.

b. Penelitian ini dapat memberikan deskripsi tentang pelaksanaan strategi Integrated Marketing Communication (IMC) yang efektif dalam pembentukan city branding sebagai bagian dalam kajian ilmu Komunikasi.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan, pertimbangan, dan evaluasi mengenai pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing Communication) bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batu.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini, maka berikut ini akan diuraikan beberapa definisi dan pemikiran terhadap konsep-konsep yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian.


(25)

9 E.1. Integrated Marketing Communication (IMC)

Dunia pemasaran di tahun 1990-an mulai mengenal tren baru dengan istilah komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communication). Di masa lalu sering kali perusahaan menganggap bahwa elemen komunikasi sebagai aktivitas yang terpisah dari pemasaran, namun seiring perjalanannya mulai disadari bahwa jika kedua aspek tersebut digabungkan (diintegrasi) maka akan tercipta suatu kolaborasi yang akan mendongkrak kesuksesan suatu program pemasaran dalam organisasi6. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengintegrasikan instrumen-instrumen promosi dengan elemen komunikasi yang dimiliki untuk meningkatkan nilai penjualan.

Terdapat dua ide pokok dalam Integrated Marketing Communication,

yaitu7:

1. Komunikasi pemasaran yang bersifat one-voice. Maksudnya adalah, walaupun elemen komunikasi pemasaran yang digunakan berbeda-beda dalam meraih konsumen namun semua itu harus dapat dikoordinasi dengan cara yang tepat oleh berbagai organisasi dan agensi yang bekerja pada elemen-elemen yang berbeda tersebut

2. Komunikasi yang berintegrasi. Komunikasi disini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan brand awareness atau pencitraan produk yang baik saja, namun juga harus dapat menimbulkan hasil penjualan yang baik.

6

Morissan. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana. 2010. Hlm. 7.

7


(26)

10

Tom Duncan dan Sandra Moriarty menyatakan bahwa IMC merupakan pendekatan pemasaran „generasi baru‟ yang digunakan perusahaan untuk memfokuskan upaya mereka dalam memperoleh, mempertahankan, dan mengembangkan hubungan perusahaan dengan para pelanggan serta pihak-pihak terkait lainnya8. Model pemasaran yang dimaksud tersebut adalah yang berbasiskan komunikasi yang menekankan pentingnya pengelolaan komunikasi perusahaan dan merek.

Selanjutnya pada komunikasi pemasaran, Duncan dan Moriarty berpendapat bahwa seluruh pesan harus disampaikan dan diterima secara konsisten agar di antara pelanggan dan pihak-pihak yang terkait dapat memiliki persamaan persepsi.Tujuannya adalah untuk dapat berkomunikasi dengan satu suara, satu penampilan, dan satu citra dalam aktivitas komunikasi pemasaran agar posisi perusahaan dan mereknya senantiasa konsisten. Definisi IMC dalam Buku Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu adalah9:

IMC adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Tujuannya adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya. IMC menganggap seluruh sumber yang dapat menggabungan pelanggan dan calon pelanggan dengan produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan adalah jalur yang potensial untuk menyampaikan pesan di masa datang. Lebih jauh lagi, IMC menggunakan semua bentuk komunikasi yang relevan serta yang dapat diterima oleh pelanggan dan calon pelanggan. Dengan kata lain

8

Morissan, op.cit.,Hlm. 10

9

Shimp, Terence A.Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Erlangga. 2003. Hlm. 24.


(27)

11

proses IMC berawal dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian berbalik kepada perusahaan untuk menentukan dan mendefinisikan bentuk dan metode yang perlu dikembangkan bagi program komunikasi yang persuasif.

Maka pengertian komunikasi pemasaran terpadu (IMC) dapat disimpulkan sebagai suatu usaha penggabungan atau pengintegrasian dari beberapa macam instrumen pemasaran dengan berbagai fungsi komunikasi agar tercipta perpaduan yang dapat meminimalisir duplikasi pekerjaan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Konsep ini tak hanya bisa diterapkan dalam perusahaan yang berorientasi pada profit, namun juga dapat diterapkan dalam lingkungan organisasi pemerintahan. Untuk itu penelitian ini bermaksud mendeskripsikan implementasi dari strategi komunkasi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu. Dengan manajemen aktifitas komunikasi pemasaran yang sesuai maka akan tercapai tujuan sesuai visi dan misi yang telah di bangun.

Proses pengembangan komunikasi pemasaran terintegrasi meliputi delapan pokok yang saling terkait yakni, mengidentifikasi audiens sasaran pesan, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih saluran komunikasi, menyusun anggaran komunikasi, menentukan bauran IMC, mengimplementasikan IMC dan mengumpulkan feedback. 10 Jika semua prosedur tersebut dilakukan dengan benar maka akan menjadi strategi yang dapat memberikan profit besar yang berorientasi pada masyarakat.

10


(28)

12 E.1.1. Instrumen-Instrumen dalam Integrated Marketing Communication

Suatu program IMC yang berhasil dapat terwujud jika organisasi menemukan komunikasi yang tepat dari berbagai instrumen dan teknik promosi yang ada. Maka komunikator harus memahami peran promosi dalam program pemasaran mereka. Michael Ray mendefinisikan promosi sebagai11:

the coordination of all seller-iniated efforts to setup channels of information and persuasion to sell googs and services or promote an idea”atau jika diterjemahkan promosi adalah koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan.

Instrumen dasar yang digunakan untuk mencapai tujuan komunikasi perusahaan disebut dengan bauran promosi (promotional mix).

Gambar.1.1 Bentuk-bentuk bauran promosi pemasaran12

11

Morissan, op.cit., Hlm. 16

12


(29)

13

1. Promosi melalui iklan

Iklan atau advertising didefinisikan sebagai bentuk komunikasi pemasaran yang digunakan untuk memotivasi seseorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual produk atau jasa untuk mempengaruhi opini publik agar target sasaran bisa bertindak sesuai harapan pengiklan13. Iklan biasanya ditujukan pada massa (orang banyak) melalui saluran-saluran media komunikasi, misalnya saja televisi, radio, surat kabar, internet,dll. Bentuk promosi melalui iklan adalah yang paling populer dalam masyarakat karena daya jrangkaunya luas. Beberapa alasan penggunaan iklan sebagai media promosi adalah antara lain: 1) iklan di media massa dinilai effisien dari segi biaya untuk mencapai audiens, 2) iklan memiliki kemampuan menarik perhatian konsumen terlebih jika menggunakan media yang populer dan dikenal oleh masyarakat14. Secara umum iklan memiliki fungsi komunikasi yang penting bagi organisasi berorientasi profit, yaitu15: 1)

informing (memberi informasi), 2) persuading (mempersuasi), 3) reminding

(mengingatkan), 4) adding value (memberi nilai tambah), 5) assisting

(mendampingi) upaya-upaya lain dari organisasi.

2. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Pemasaran langsung merupakan cara organisasi untuk berkomunikasi secara langsung dengan calon pelanggan atau sasaran

13

http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/12/definisi-iklan-efek-dan-iklan-korporat.html

14

Morissan,op.cit., Hlm. 18-19

15


(30)

14

dengan maksud menimbulkan respon langsung atau suatu transaksi. Kegiatan direct marketing ini dilakukan organisasi bukan sekedar mengirim surat (direct mail) dan mengirim katalog semata namun mencakup beragam aktivitas yang lain seperti pengelolaan database, penjualan langsung dan lain sebagainya. Hal ini memainkan peran penting dalam IMC dalam suatu organisasi ataupun perusahaan.

3. Pemasaran Interaktif (Internet Marketing)

Kemajuan era teknologi membuat perubahan yang besar dalam lini kehidupan manusia, begitu pula dalam bidang pemasaran. Perubahan tersebut menjadikan manusia bebas berinteraksi melalui media, terutama menggunakan internet. Internet memungkinkan untuk suatu lembaga dapat mengupdate informasi dengan cepat untuk sampai ke khalayak. Internet saat ini telah menjadi media iklan yang menarik. Namun, iklan media massa tetap krusial untuk berperan sebagi cara untuk mengajak konsumen mengunjungi web perusahaan bersangkutan.

Hermawan Kartajaya, menganjurkan agar iklan melalui media

online diolah sampai pada bentuk Buzz Marketing atau Buzz Internet, yang dimaksud adalah pola promosi tersebut melibatkan pelanggan hingga terbentuk komunikasi dari mulut ke mulut.16

4. Promosi Penjualan (Sales Promotions)

16

Suryadi, Didih. Promosi Efektif: Menggugah Minat & Loyalitas Pelanggan. Yogyakarta: Tugu Publisher. 2006. Hlm. 117.


(31)

15

Promosi penjualan terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat. Contoh promosi penjualan adalah pemberian potongan harga (discount) atau undian berhadiah. Promosi penjualan secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu promosi penjualan yang berorientasi kepada pelanggan dan promosi penjualan yang berorientasi pada perdagangan.

5. Humas sebagai pelaku publisitas (Public Relations)

Jika suatu organisasi merencanakan dan mendistribusikan informasi secara sistematis dalam upaya untuk mengontrol dan mengelola citra serta publisitas yang diterimanya, maka hal itu dapat disebut tugas dari hubungan masyarakat17. Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh humas adalah publisitas, yaitu kegiatan menempatkan berita mengenai seseorang atau kegiatan organisasi di media massa. Agar aktifitas dalam organisasi dapat deketahui oleh masyarakat, tentunya agar dapat membentuk opini yang positif di masyarakat. Publisitas menggambarkan komunikasi massa, namun tidak seperti iklan, perusahaan tidak mengeluarkan biaya untuk waktu dan ruang dalam beriklan18. Bentuk-bentuk ini dimuat oleh kalangan media karena dianggap informasi yang dimuat penting dan layak disampaikan kepada khalayak mereka.

17

Morissan, op.cit., Hlm. 26

18


(32)

16

Kegiatan lain yang dilakukan seorang humas dalam organisasi adalah press agentry, yaitu menampilkan peristiwa atau rencana yang bertujuan untuk menarik perhatian media massa.Menurut Dominick, humas mencakup hal-hal berikut ini19:

a. Humas memiliki kaitan erat dengan opini publik, praktisi humas berusaha untuk membangun opini publik yang positif dari organisasi/lembaga, serta mengumpulkan informasi penting dari khalayak untuk disampaikan kepada organisasi.

b. Humas memiliki kaitan erat dengan komunikasi, praktisi humas menjelaskan kepada publik (juru bicara) tentang segala sesuatu yang mencakup keputusan yang dibuat oleh organisasi.

c. Humas merupakan fungsi manajemen, humas berfungsi untuk membantu managemen dalam menetapkan tujuan yang diinginkan. Humas harus memiliki kegiatan yang terencana dengan baik.

6. Penjualan Personal (Personal Selling)

Adalah bentuk komunikasi langsung kepada calon pelanggan (person-to-person). Dalam hal ini penjualan personal melibatkan kontak langsung antara penjual dan pembeli, baik secara tatap muka ataupun melalui alat telekomunikasi. Organisasi dapat memmodifikasi pesan atau informasi setelah menerima respon langsung dari konsumen. Bentuk

19


(33)

17

komunikasi ini merupakn komunikasi personal jadi komunikator menyampaikan pesan secara langsung kepada target pasar yang ditujunya sehingga bisa diketahui respon langsung dari calon konsumen.

E.1.2. Ciri-ciri Integrated Marketing Communication (IMC)

Berdasarkan beberapa pemahaman konsep tentang IMC, maka didapatkan 5 ciri yang sesuai dengan komunikasi pemasaran terpadu tersebut, yaitu20:

1. Mempengaruhi Perilaku

Tujuan dari IMC adalah untuk mempengaruhi khalayak sasaran, dengan kata lain komunikasi pemasaran yang dilakukan lebih dari sekedar mempengaruhi kesadaran merek tetapi juga dengan mengarahkan kepada peningkatan beberapa bentuk respon dari perilaku konsumen. Hal ini diperlukan suatu kehati-hatian agar konsumen tidak salah mengintepretasikan maksud kita. Sebelum memutuskan untuk memilih suatu merek baru, maka pelanggan harus disadarkan terlebih dahulu tentang keberadaan merek . Selanjutnya program komunikasi pemasaran tersebut dapat dibilang sukses jika dapat membuat konsumen menyukai merek hingga memutuskan memilih merek.

20


(34)

18

2. Berawal dari Pelanggan dan Calon Pelanggan

Proses dari IMC bermula dari pelanggan atau calon pelanggan respon tersebut kemudian berbalik pada komunikator dari organisasi yang menentukan metode yang paling tepat dan efektif dalam mengembangkan komunikasi persuasif. Pendekatan awal dalam IMC bukan berasal dari perusahaan ke pelanggan (inside-ut) namun memulainya dari pelanggan ke perusahaan (outside-in). Sehingga di sini diharapkan suatu organisasi peka dalam menilai respon pelanggan dan kemauan pelanggan. Agar nantinya strategi yang diambil tepat mengenai sasaran.

3. Menggunakan Seluruh Bentuk “Kontak”

Dalam IMC digunakan seluruh bentuk komunikasi dan seluruk kontak yang menghubungkan antara merek dengan pelanggan sebagai jalur penyampaian pesan yang potensial. Kontak di sini dimaksudkan pada segala jenis media penyampaian pesan yang dapat merebut perhatian pelanggan dengan menggunakan cara komunikasi yang mendukung.

4. Berusaha menciptakan sinergi

Dalam IMC apabila komunikator gagal dalam mengkoordinasi semua elemen komunikasi, maka upaya tersebut akan sia-sia bahkan pesan yang disampaikan akan berdampak kontradiktif


(35)

19

mengenai merek yang telah dibangun. Maka harus ada sinergi dan koordinasi yang baik dalam semua elemen komunikasi pemasaran (iklan, publikasi, promosi, humas, even, dll). Hal ini melibatkan pemilihan positioning statement yang spesifik bagi suatu merek, agar timbul suatu ciri khas terhadap merek di dalam benak target sasaran.

5. Menjalin hubungan

Pembinaan hubungan adalah kunci dari pelaksanaan pemasaran modern, dan bahwa IMC merupakan kunci terjalinnya hubungan tersebut. Suatu hubungan merupakan perekat yang tahan lama anatara merek dengan konsumennya.

E.2 Pembentukan Merek (Brand) sebagai Identitas

Istilah brand berasal dari kata brandr memiliki banyak definisi seiring dengan perkembangan zaman. Dari sejarahnya istilah ini muncul karena adanya aktivitas yang sering dilakukan para peternak sapi Amerika dengan memberi tanda pada hewan ternak mereka. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan identifikasi kepemilikan sebelum dijual ke Pasar.

Menurut Keagan brand adalah sekumpulan citra dan pengalaman kompleks dalam benak pelanggan, yang mengkomunikasikan harapan mengenai manfaat yang akan diperoleh dari suatu produk yang diproduksi perusahaan tertentu.Selanjutnya menurut de Chernatory dan McDonald


(36)

20 memiliki pandangan bahwa “brand is an indetifiable product, service, person or place, augmented in such a way that the buyer or user perceives, relevant, unique, sustainable added values which match their needs most closely”21.

Beberapa buku rujukan menyatakan bahwa definisi Brand atau Merk sering kali menafsirkan bahwa brand sering kali dikaitkan dengan suatu produk yang diciptakan oleh suatu perusahaan. Namun, dari pandangan de Chernatory dan McDonald dapat diuraikan bahwa brand

bisa dimiliki pula oleh suatu layanan jasa, orang, maupun tempat.

Menciptakan suatu brand dapat dimulai dengan memilih nama, logo, simbol, desain, serta atribut yang lainnya dengan harapan dapat membedakan suatu produk, layanan jasa, orang, atau tempat yang satu dengan lainnya melalui keunikan serta segala sesuatu yang dapat menambah nilai bagi pelanggan maupun khalayak umum yang ditatapkan sebagai target sasaran. Adanya brand adalah berfungsi juga sebagai pembentuk dari karakter produk sehingga akan efektif untuk identifikasi produk ditengah persaingan yang sangat tinggi.

Manfaat keberadaan merek ini adalah sebagai identitas tersendiri yang membedakan suatu produk dengan produk yang lainnya. Namun perlu dipahami terlebih dahulu tentang pemilihan nama, logo atau simbol dengan korelasi produk yang akan diberi merek tersebut.

21

Sadat, Andi M. 2009. Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis Keyakinan. Jakarta: Salemba Empat.Hlm. 18-19


(37)

21 E.3. Brand sebagai Alat Memasarkan Suatu Tempat, Lokasi, atau Daerah

City branding jika dipahami adalah sebagai suatu usaha dan proses pemberian merek pada suatu tempat/kota. Prosesnya serupa dengan konsep pemberian merek pada suatu produk, namun aplikasinya berbeda yaitu obyek yang diberi brand adalah suatu kota.Konsep memasarkan suatu tempat memiliki suatu nilai yang tinggi di mata umum atau target sasaran jika suatu tempat tersebut memiliki citra yang positif. Citra yang baik akan terbangun seiring dengan pengelolaan strategi branding yang terencana. Dalam hal menciptakan branding suatu tempat atau city branding di wilayah tertentu maka harus dipelajari lebih mendalam tentang berbagai karakter asli dari daerah itu sendiri. Hal ini bertujuan agar adanya relevansi antara penggunaan nama, logo, simbol, maupun identitas lain yang berkaitan dengan branding.

Beberapa tempat yang telah berhasil memiliki citra yang kuat karena berbasis keunggulan tempat/geografis, budaya maupun karakteristik seperti halnya Jogja “Never Ending Asia”, Malaysia “Truly Asia”, dll. Keberhasilan dalam pemilihan strategi branding tak terlepas pula dari bagaimana skenario komunikasi pemasaran yang tepat bagi wilayah tersebut.Sehingga terjadi pandangan yang positif terhadap informasi dan pesan-pesan tentang keberadaan tempat atau lokasi sesuai dengan ciri khasnya.


(38)

22 E.4. Strategi Komunikasi Dalam Membangun City Branding

Dalam kehidupan manusia tak pernah lepas dari komunikasi, baik itu secara verbal (kata-kata) maupun non-verbal. Komunikasi tak sebatas pengiriman pesan dari komunikator kepada komunikan, namun apabila dipahami secara lebih dalam maka akan ditemui bahwa makna komunikasi akan lebih luas dan kompleks. Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi22.

Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia berperan sebagai penghubung dan sarana interaksi antar manusia. Jika diimplementasikan pada ranah organisasi atau suatu lembaga maka komunikasi adalah bagian yang krusial dalam hal transmisi informasi kepada pihak-pihak yang terkait (stakeholder) untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengkomunikasikan suatu kebijakan maupun program kepada pihak terkait komunikasi perlu direncanakan dengan matang agar tidak terjadi miss-communication atau miss-understanding. Maka sebagai langkah awal diperlukan adanya strategi komunikasi.

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan managemen untuk mencapai suatu tujuan. Strategi tidak hanya mempunyai

22

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2005. Hlm. 62


(39)

23

fungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya23. Pada strategi komunikasi ditemukan adanya panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan dan dengan melakukan pendekatan yang bisa berbeda-beda tergantung dari situasi dan kondisinya24. Suatu komunikasi yang efektif sering ditentukan dari strategi komunikasi yang dipergunakan. Pada pelaksanaan pembangunan suatu city branding, pemerintah kota terlebih dahulu merencanakan strategi komunikasi yang paling tepat. Hal ini dengan memperhatikan pula unsur-unsur komunikasi antara lain: komunikator, pesan, saluran (channel), gangguan, komunikan, dan umpan balik (feedback).

E.5. Segmentasi Pasar Dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu

Langkah awal dalam menentukan suatu strategi komunikasi pemasaran adalah dengan melakukan segmentasi pasar. Hal ini diartikan sebagai suatu proses mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang memiliki kesamaan dalam kebutuhan, keinginan, perilaku dan respon terhadap program pemasaran spesifik. Segmentasi pasar adalah konsep pokok yang mendasari strategi

23

Efendy, Onong U. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.2003. Hlm. 300

24


(40)

24

pemasaran perusahaan dan alokasi sumber daya yang dilakukan dalam mengimplementasikan program pemasaran25.

Segmentasi pasar digunakan untuk penentuan sasaran komunikasi pemasaran yang memungkinkan komunikator pemasaran menyampaikan pesan mereka secara lebih tepat dan mencegah terjadinya kesia-siaan26. Karakteristik konsumen mempengaruhi konsumsi seseorang dan bagaimana mereka merespon komunikasi pemasaran yaitu: karakteristik demografis, psikografi, dan geografis.

E.6. Isi Pesan dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu

Berdasarkan ciri-ciri dari komunikasi pemasaran terpadu, semua elemen dan bauran promosi berbicara satu suara. Hal ini berhubungan dengan isi dari pesan yang dismpaikan harus sama walaupun memakai bentuk-bentuk promosi cara komunikasi yang berbeda. Isi dari pesan komunikasi pemasaran yang terintegrasi memberikan dampak kesamaan makna yang ingin ditanamkan oleh komunikator kepada target sasaran pesan berupa sebuah citra tertentu. Muatan pesan bisa disebut pula dengan istilah message content, dalam memilih suatu pesan ada berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan. Pertama daya tarik untuk bisa mencuri perhatian konsumen, kedua isi pesan harus bisa merepresentasikan dan menggambarkan ciri khas

25

Tjiptono, Fandy. Op.cit. Hlm. 64

26


(41)

25

produk. Ketiga, isi pesan harus mampu mempengaruhi dan mengarahkan konsumen untuk membeli produk.27

Isi dari pesan menyangkut tiga macam daya tarik yaitu: 1) daya tarik rasional yang menekankan pada manfaat produk objektif seperti kualitas, harga, value,kinerja; 2) daya tarik emosional berusaha memanfaatkan emosi positif (misalnya humor, cinta, rasa bangga, rasa senang,dll) atau emosi negatif (seperti rasa bersalah, takut, malu, tegang, sedih, dst); 3) daya tarik moral berfokus pada upaya mendorong konsumen agar mendukung dan berpartisipasi dalam berbagai aktifitas sosial.28

E.7. Saluran Penyampaian Pesan (Media) Komunikasi Pemasaran

Pengiriman pesan memerlukan suatu saluran yang sering disebut dengan media. Dengan adanya media ini, komunikator lebih mudah menjangkau target sasaran komunikasi yang ditetapkan sesuai dengan segmentasi pasar. Berikut ini akan disampaikan beberapa media yang bisa digunakan dalam penyampaian komunikasi pemasaran29:

Tabel 1.2

Karakteristik media utama dan pendukung

Media Keunggulan Kelemahan

Koran

Majalah

Selektif dan Fleksibel, tepat waktu, cakupan pasar lokal bagus, rentang waktu yang pendek.

Selektivitas geografis dan

Waktu pendek, kualitas reproduksi jelek, kemampuan menarik perhatian rendah.

Purchase lead times lama,

27

Watono, Adji dan Watono,Maya. IMC: Integrated Marketing Communication that Sells. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011. Hlm. 147.

28

Tjiptono, Fandy.op.cit. 2007. Hlm. 225-226.

29


(42)

26 Radio Televisi Media Luar Ruang Direct Mail Internet dan Media Interaktif

demografis tinggi, kredibilitas dan prestise, reproduksi berkualitas tinggi, usia panjang, konten informasi tinggi.

Pemakaian ,massal, selektivitas geografis dan demografis tinggi, audiens tersegmentasi, biaya rendah, frekuensi tinggi, fleksibel.

Menggabungkan suara dan gambar dan gerak, tingkat atensi tinggi, tingkat reach

tinggi, coverage luas, prestise. Fleksibel, tingkat

pengulangantinggi, kompetisi rendah, lokasi spesifik. Selektivitas tinggi, pembaca mengandalkan eksposur, konten informasi tinggi, peluang utuk eksposur ulang. Pemakaian menyeleksi informasi produk, perhatian dan keterlibatan pemakai tinggi,relasi interaktif, potensi untuk melakukan direct selling

sebagian sirkulasi terbuang ercuma, tidak ada jaminan posisi, presentasi pesan hanya secara visual, fleksibilitas rendah.

Presentasi pesan hanya bisa secara audio, tingkat perhatian lebih rendah jika dibandingkan TV, struktur biaya tak

terstandarisasi, eksposur kilat. Biaya mahal, prosuksi mahal, selektivitas audiens rendah, usia pesan singkat.

Tidak ada selektivitas audiens, kapabilitas kreatf terbatas, citra kurang bagus.

Biaya per kotak tinggi, citra buruk, clutter

Kapabilitas kreatif terbatas, keterbatasan teknologi, kesulitan dalam pengukuran, jangkauan terbatas

E.8. Model Komunikasi Pemasaran Terintegrasi

Komunikasi pemasaran yang terintegrasi sebelumnya telah diungkapkan bahwa menggabungkan antara bauran promosi dengan elemen-elemen dalam komunikasi. Sehingga organisasi selain mengetahui tentang bauran pemasaran, juga dibutuhkan pemahaman tentang proses komunikasi.


(43)

27

Gambar 1.2

Model Komunikasi pemasaran terintegrasi30

Keterangan bagan:

1. Source adalah sebagai komunikator yang berperan dalam penyampai pesan (encode) kepada pihak komunikan. Sumber penyampai pesan berupaya mengemas pesan agar dapat menarik targe sasaran.

2. Message adalah pesan yang hendak disampaikan atau dikirim kepada target

audience. Pesan dalam IMC bersifat satu suara (one voice).

3. Channel adalah saluran pengiriman pesan yang berupa pemilihan media yang digunakan agar efektif menjangkau segmentasi pasar.

4. Receiver adalah pihak penerima pesan, dimana penerima menterjemahkan pesan yang dikirim oleh komunikator. Penerima pesan disini disesuaikan dengan target audience atau segmentasi yang telah ditetapkan.

30

Duncan, Tom. IMC: Using Advertising & Promotion to Build Brands. New York: McGraw-Hill. 2002. Hlm. 127.

Noise

Clutter, message conflict and consistency

Source Company / Brand, agency Message Brand messages Channel Newspaper, mail, Magazine, e-mail, TV,radio, package, salesperson, customer service, internet) Receiver Target audience Segmentation Feedback

Buy/ not buy, request information, visit store, sample product, repeat


(44)

28

5. Feedback adalah respon atau umpan balik yang disampaikan oleh receiver

kepada pengirim pesan (source).

6. Noise adalah berupa gangguan-gangguan yang timbul selama proses komunikasi berlangsung. Hal ini mengakibatkan efek negatif bagi pengiriman pesan yang telah dilakukan.

F. Fokus Penelitian

Peneliti ingin memfokuskan penelitian ini pada: Strategi yang meliputi perencanaan beserta faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung pelaksanaan Integrated Marketing Communication oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam membangun city branding

Kota Wisata Batu.

G. Metode Penelitian

G.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penggunaan metode ini dikarenakan peneliti ingin mengungkapkan strategi yang digunakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam memasarkan city branding Kota Wisata Batu dengan beberapa narasumber yang dipilih secara sengaja yaitu para pelaku pembuat perencanaan dan pelaksananya. Hal ini bertujuan untuk memberikan data sesuai dengan gambaran kondisi yang terjadi di lapangan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak mengedepankan hasil yang berupa angka-angka


(45)

29

statistik, namun hasilnya lebih menekankan makna dari suatu fenomena atau permasalahan yang diteliti dengan bahasa narasi.

G.2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif yaitu suatu penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat31. Penggunaan metode ini adalah karena peneliti ingin mendeskripsikan dan menjelaskan tentang fenomena sosial terkait strategi

Integrated Marketing Communication yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam membangun city branding Kota Wisata Batu. Dalam hal ini adalah tentang bagaimana mengkomunikasikan keberadaan potensi wisata yang dimiliki Kota Batu kepada calon pengunjung ataupun orang-orang yang pernah berkunjung ke Batu.

G.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan 13 September – 13 Oktober 2012 untuk mendapatkan data. Peneliti menetapkan tempat pelaksanaan observasi penelitian di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur serta melakukan wawancara dan pengambilan dokumen dari Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu.

Kota Batu dipilih sebagai lokasi penelitian karena kota tersebut mengadopsi kesuksesan dari kota-kota lainnya dalam rangka pembentukan

31

Kusumayadi dan Sugiarto, Endar. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000. Hlm. 29.


(46)

30 city branding. Dengan fenomena tersebut, apakah Kota Batu dapat bersaing dengan kota lain di Indonesia yang telah mempunyai riwayat lebih lama dalam tata kelola dan managemen kota dalam pembentukan city branding.

Sedangkan pemilihan tempat penelitian di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan karena dinas terkait sesuai dengan Peraturan Walikota Batu No.3 Tahun 2010 memiliki fungsi antara lain: perumusan, penyusunan, pelaksanaan, dan pengevaluasian rencana strategis dan rencana kerja di bidang pariwisata dan kebudayaan. Sehingga peneliti berharap Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dapat memenuhi keperluan tentang data-data mengenai permasalahan strategi komunikasi yang dilakukan dalam upaya city branding Kota Wisata Batu.

G.4. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (1995), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan itu menjadi sistematis dan menjadi lebih mudah32. Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar pengamatan, yaitu digunakan untuk mencatat data yang ditemukan di lapangan selama proses observasi berlangsung.

32

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana. 2009. Hlm. 94.


(47)

31

2. Pedoman wawancara, berguna sebagai pedoman bagi peneliti dalam mengumpulkan data saat menggunakan metode wawancara kepada subyek penelitian atau narasumber.

3. Peralatan dokumentasi, yaitu meliputi:

a. Alat perekam suara (recorder)berfungsi untuk merekan suara saat peneliti melakukan wawancara dengan narasumber, karena hasil rekaman suara akan lebih detail daripada hasil catatan selama interview.

b. Alat tulis dan buku catatan berfungsi sebagai pencatat hal-hal yang tidak bisa direkam secara audio, namun bisa dilihat dan dirasakan oleh peneliti, misalnya saja emosi atau perilaku dari subyek penelitian.

c. Kamera berfungsi untuk mendokumentasikan aktifitas peneliti selama di lapangan yang nantinya berguna sebagai bukti saat peneliti melakukan proses penelitian.

G.5. Subyek Penelitian

Dalam menetapkan pihak-pihak yang menjadi subyek ataupun disebut narasumber dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tujuan


(48)

32

penelitian33. Orang-orang yang tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan, maka tidak bisa dijadikan dalam kategori narasumber.

Sampel diambil dari populasi penelitian yaitu jumlah karyawan yang bekerja dalam Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu sebanyak 78 orang (PNS dan karyawan honorer). Berdasarkan jumlah keseluruhan dari karyawan tersebut kemudian dipilih secara sengaja beberapa narasumber untuk memenuhi tujuan penilitian.

Kriteria subjek penelitian adalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian ini bekerja pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu yang berpengalaman kerja minimal 1 tahun dalam dinas terkait. Diasumsikan dalam waktu 1 tahun, subyek telah mengetahui perkembangan pariwisata yang telah terjadi di lapangan setelah dilakukan komunikasi pemasaran. 2. Menduduki posisi strategis (atasan) dalam seksi atau bidang

tertentu. Posisi ini berkaitan dengan peran subyek tersebut dalam perencanaan strategi.

3. Subyek terlibat secara aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan komunikasi pemasaran pariwisata.

4. Pihak tersebut bersedia diwawancara, direkam, dan dipublikasikan dalam hasil penelitian ini.

33


(49)

33

Berdasarkan keempat kriteria tersebut maka berikut ini diperoleh pihak-pihak yang berpartisipasi menjadi subyek dalam penelitian ini yaitu:

1. Drs. Made Suardika, S.Pd 2. Emi Latief, S.Sos

3. Utami Hartiningdewi, S.H 4. Mulyo Adji, BcKn.

Selanjutnya identitas subyek penelitian akan dijabarkan pada bab pembahasan.

G.6. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Semi Tersktruktur

Wawancara merupakan data primer dalam penelitian ini, hal ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada para responden sesuai dengan draft yang dibuat. Namun pertanyaan nantinya bisa berkembang sesuai dengan temuan yang ada di lapangan. Dalam hal ini peneliti berupaya menggali informasi yang lebih dalam melalui pertanyaan seputar strategi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu terkait fenomena komunikasi pemasaran.

Dalam komunikasi kepada para narasumber, peneliti memprioritaskan melakukannya secara face to face karena gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan. Namun, jika ada kendala di


(50)

34

lapangan maka tidak menutup kemungkinan wawancara dilakukan tidak secara langsung, misalnya menggunakan media yang lain. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan-kegiatan komunikasi pemasaran oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam membangun city branding Kota Batu.

2.Observasi Tak Berstruktur

Peneliti mengamati aktifitas dari subyek penelitian yaitu, kondisi ligkungan kerja dalam dinas terait, dan fakta di lapangan sebagai data pelengkap dari hasil wawancara. Observasi ini bertujuan untuk melihat situasi dan kejadian kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kota Batu dalam upaya membangun city branding Kota Wisata Batu. Hasil observasi bisa menjadi data penguat suatu statement

dari narasumber, dan bisa pula sebaliknya.

3.Dokumentasi

Peneliti mengambil dokumen tertulis yaitu mengenai arsip lembaga dan dokumen resmi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu. Selanjutanya dokumen tersebut menjadi data sekunder dalam penelitian ini. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Visi, Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu 2. Tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) dari Dinas Pariwisata


(51)

35

3. Struktur Organisasi di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu

4. Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu khususnya yang berhubungan dengan program pemasaran.

G.7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman (1984) yaitu proses analisa data penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya diperoleh hingga jenuh34.Langkah-langkah dalam analisa model ini adalah:

Gambar 1.3.

Proses analisa data Miles dan Huberman (model interaktif)

34

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2009.Hal: 337-345.

Pengumpulan

Data Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan dan Verifikasi


(52)

36

1. Reduksi Data

Setelah peneliti melakukan tahapan pengumpulan data, maka data yang jumlahnya cukup banyak direduksi dan diambil yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang penting seputar perencanaan dan pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran Kota Wisata Batu yang didapat dari narasumber, observasi, serta dokumentasi akan dikumpulkan. Reduksi data berjalan terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung, proses ini merupakan kegiatan memilah data bagian mana yang dikode, dibuang maupun penulisan pola-pola sesuai dengan fenomena di lapangan.35

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya adalah mendisplay data atau menyajikan data, dalam tahap ini peneliti mulai membuat kategorisasi dan koding dari hasil wawancara. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses analisa dan penarikan suatu benang merah. Selanjutnya data disusun menjadi suatu teks narasi yang berisi deskripsi menjabarkan tantang proses perencanaan hingga proses pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran di dinas tersebut.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah terakhir adalah dengan penarikan kesimpulan dan verifikasi yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan. Kesimpulan awal akan bersifat sementara namun peneliti akan melengkapi

35

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.


(53)

37

dan melakukan verifikasi kesimpulan tersebut dengan bukti yang diambil di lapangan. Peneliti akan mencari kesimpulan terkait usaha Dinas Priwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam memasarkan kotanya. Kesimpulan diambil beserta dukungan data-data yang valid dan realibel sesuai hasil temuan di lapangan.

G.8. Uji Keabsahan Data

Tahapan penelitian selanjutnya setelah peneliti mendapatkan data-datanya adalah dengan melakukan uji keabsahan data dengan uji triangulasi. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik36. Untuk itu peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik agar hasil penelitian data dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.

Teknik triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Triangulasi sumber, yaitu peneliti membandingkan jawaban hasil wawancara para narasumber (pihak Dispartabud Kota Batu). Jawaban subyek yang satu dengan yang lain harus ada konsistensi hal ini untuk memudahkan dalam mengintepretasi statemen

mereka.

36

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2010. Hlm. 205.


(54)

38

2. Triangulasi teknik, yaitu peneliti membandingkan hasil wawancara dengan observasi selama penelitian dan disertai dengan dokumentasi milik Dispartabud Kota Batu.

Berikut ini adalah skema tentang proses triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini:

Gambar 1.4.Model Triangulasi Sumber

Gambar 1.5.Model Triangulasi Teknik

Wawancara Utami Hartiningdewi, S.H

Emi Latief, S.Sos

Drs. Made Suardika, S.Pd

Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu City

Branding Kota Wisata Batu

Wawancara

Dokumentasi Observasi Mulyo Adji, BcKn.


(1)

33

Berdasarkan keempat kriteria tersebut maka berikut ini diperoleh pihak-pihak yang berpartisipasi menjadi subyek dalam penelitian ini yaitu:

1. Drs. Made Suardika, S.Pd 2. Emi Latief, S.Sos

3. Utami Hartiningdewi, S.H 4. Mulyo Adji, BcKn.

Selanjutnya identitas subyek penelitian akan dijabarkan pada bab pembahasan.

G.6. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Semi Tersktruktur

Wawancara merupakan data primer dalam penelitian ini, hal ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada para responden sesuai dengan draft yang dibuat. Namun pertanyaan nantinya bisa berkembang sesuai dengan temuan yang ada di lapangan. Dalam hal ini peneliti berupaya menggali informasi yang lebih dalam melalui pertanyaan seputar strategi yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu terkait fenomena komunikasi pemasaran.

Dalam komunikasi kepada para narasumber, peneliti memprioritaskan melakukannya secara face to face karena gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Karena wawancara tidak hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan. Namun, jika ada kendala di


(2)

34

lapangan maka tidak menutup kemungkinan wawancara dilakukan tidak secara langsung, misalnya menggunakan media yang lain. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan-kegiatan komunikasi pemasaran oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam membangun city branding Kota Batu.

2.Observasi Tak Berstruktur

Peneliti mengamati aktifitas dari subyek penelitian yaitu, kondisi ligkungan kerja dalam dinas terait, dan fakta di lapangan sebagai data pelengkap dari hasil wawancara. Observasi ini bertujuan untuk melihat situasi dan kejadian kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kota Batu dalam upaya membangun city branding Kota Wisata Batu. Hasil observasi bisa menjadi data penguat suatu statement

dari narasumber, dan bisa pula sebaliknya.

3.Dokumentasi

Peneliti mengambil dokumen tertulis yaitu mengenai arsip lembaga dan dokumen resmi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu. Selanjutanya dokumen tersebut menjadi data sekunder dalam penelitian ini. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Visi, Misi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu 2. Tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) dari Dinas Pariwisata


(3)

35

3. Struktur Organisasi di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu

4. Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu khususnya yang berhubungan dengan program pemasaran.

G.7. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model Miles dan Huberman (1984) yaitu proses analisa data penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya diperoleh hingga jenuh34.Langkah-langkah dalam analisa model ini adalah:

Gambar 1.3.

Proses analisa data Miles dan Huberman (model interaktif)

34

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2009.Hal: 337-345.

Pengumpulan

Data Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan dan Verifikasi


(4)

36

1. Reduksi Data

Setelah peneliti melakukan tahapan pengumpulan data, maka data yang jumlahnya cukup banyak direduksi dan diambil yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang penting seputar perencanaan dan pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran Kota Wisata Batu yang didapat dari narasumber, observasi, serta dokumentasi akan dikumpulkan. Reduksi data berjalan terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung, proses ini merupakan kegiatan memilah data bagian mana yang dikode, dibuang maupun penulisan pola-pola sesuai dengan fenomena di lapangan.35

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya adalah mendisplay data atau menyajikan data, dalam tahap ini peneliti mulai membuat kategorisasi dan koding dari hasil wawancara. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam proses analisa dan penarikan suatu benang merah. Selanjutnya data disusun menjadi suatu teks narasi yang berisi deskripsi menjabarkan tantang proses perencanaan hingga proses pelaksanaan strategi komunikasi pemasaran di dinas tersebut.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah terakhir adalah dengan penarikan kesimpulan dan verifikasi yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan. Kesimpulan awal akan bersifat sementara namun peneliti akan melengkapi

35

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.


(5)

37

dan melakukan verifikasi kesimpulan tersebut dengan bukti yang diambil di lapangan. Peneliti akan mencari kesimpulan terkait usaha Dinas Priwisata dan Kebudayaan Kota Batu dalam memasarkan kotanya. Kesimpulan diambil beserta dukungan data-data yang valid dan realibel sesuai hasil temuan di lapangan.

G.8. Uji Keabsahan Data

Tahapan penelitian selanjutnya setelah peneliti mendapatkan data-datanya adalah dengan melakukan uji keabsahan data dengan uji triangulasi. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik36. Untuk itu peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik agar hasil penelitian data dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.

Teknik triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Triangulasi sumber, yaitu peneliti membandingkan jawaban hasil wawancara para narasumber (pihak Dispartabud Kota Batu). Jawaban subyek yang satu dengan yang lain harus ada konsistensi hal ini untuk memudahkan dalam mengintepretasi statemen

mereka.

36

Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2010. Hlm. 205.


(6)

38

2. Triangulasi teknik, yaitu peneliti membandingkan hasil wawancara dengan observasi selama penelitian dan disertai dengan dokumentasi milik Dispartabud Kota Batu.

Berikut ini adalah skema tentang proses triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini:

Gambar 1.4.Model Triangulasi Sumber

Gambar 1.5.Model Triangulasi Teknik

Wawancara Utami Hartiningdewi, S.H

Emi Latief, S.Sos

Drs. Made Suardika, S.Pd

Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu City

Branding Kota Wisata Batu

Wawancara

Dokumentasi Observasi Mulyo Adji, BcKn.