Bahan Organik Parameter Utama 1. Tekstur Tanah

4.2.2. Bahan Organik

Hasil pengukuran kandungan bahan organik total tanah tambak berkisar antara 0,9062 – 2,9578 dengan rata-rata 1,8340 . Rata-rata kandungan bahan organik tanah tambak tersebut tergolong rendah sesuai dengan kriteria Hanafi 1986, meskipun secara umum cenderung terjadi peningkatan kandungan bahan organik sejalan dengan umur pemeliharaan udang Gambar 4. Menurut Boyd 1992 bahan organik yang terakumulasi berupa sedimen akan semakin meningkat dengan bertambahnya umur pemeliharaan. 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 2 4 6 8 10 12 14 Lama Pemeliharaan Minggu ke- B a ha n O rga ni k Tota l Tambak A Tambak B Gambar 4. Kandungan bahan organik total sedimen tambak udang vaname selama penelitian Rendahnya kandungan bahan organik total pada tambak penelitian berhubungan dengan jenis tekstur tanah tambak dilokasi tersebut yang cenderung berpasir. Dimana pada sedimen tambak yang bertekstur kasar atau berpasir kandungan bahan organiknya lebih rendah karena partikel yang lebih halus tidak dapat mengendap. Hal ini sesuai dengan pendapat Wood 1987 bahwa terdapat hubungan antara kandungan bahan organik dan ukuran partikel sedimen. Pada sedimen yang halus, persentase bahan organik lebih tinggi dari pada sedimen yang kasar, hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan, selain itu pada sedimen yang halus terjadi gaya tarik menarik elektrokimia antara partikel sedimen dengan partikel mineral, pengikatan oleh partikel organik dan pengikatan oleh sekresi lendir organisme. Sedangkan pada sedimen yang kasar, kandungan bahan organiknya lebih rendah, karena partikel yang lebih halus tidak mengendap. Sementara Foth 1984, diacu dalam Meagaung 2000 mengemukakan bahwa terdapat kecenderungan suatu korelasi antara kandungan liat dan kandungan bahan organik tanah. Makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi pula bahan organik dan kandungan N tanah. Lebih lanjut Meagaung 2000 berpendapat bahwa pada sedimen yang sedikit mengandung bahan organik akan berpeluang lebih besar untuk menampung dan menguraikan yang terakumulasi selama masa pemeliharaan jika dibandingkan dengan sedimen yang mengandung bahan organik tinggi. Peterson dan Daniels 1992 melaporkan bahwa pada tambak yang baru dibuka diperoleh kandungan bahan organik yang rendah yaitu 1,26 . Sedang menurut Monoarfa dan Hanafi 1998 pada tambak budidaya udang intensif bukaan baru mengandung 0,49 – 1,10 bahan organik dan meningkat menjadi 4,77 – 13,24 setelah beberapa kali siklus pemeliharaan. Boyd 1992 melaporkan bahwa pada tambak semi intensif dan intensif di Ecuador, Colombia, Thailand dan Philipina mengandung bahan organik total berkisar antara 0,24 - 9,50 dengan rata-rata 1,86 . Budiardi 1998 memperoleh kandungan bahan organik tanah dari 6 petak tambak penelitian meningkat dari 1,306 menjadi 1,685 dengan laju akumulasi berkisar antara 0,024 – 0,964 dengan rata-rata 0,379 selama 3 bulan pemeliharaan. Perbedaan kandungan bahan organik tanah ini sangat ditentukan oleh keberhasilan pengelolaan pakan dan lingkungan tambak serta kecepatan degradasi bahan organik. Bahan organik akan terakumulasi menurut waktu yang kerapatannya antara lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan perairan, pengelolaan serta kecepatan degradasi bahan organik Budiardi 1998. Usaha perbaikan mutu lingkungan habitat udang yang disebabkan oleh akumulasi bahan organik dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologi. Secara fisik antara lain mempertahankan limbah tetap berada dalam kondisi tersuspensi tidak tersedimentasi dengan menggunakan kincir dan membuang limbah tersuspensi ke luar tambak dengan pergantian air harian Harris 1996. Dengan sistem sifon yang menggunakan pompa, lumpur dibuang keluar tambak, sistem pembuangan tengah central drainage , sistem tandon dan pengangkatan pengerukan lumpur bagian atas. Selain itu digunakan pula sistem biologi melalui pemanfaatan berbagai bakteri komersial pengurai bahan organik tanah dan perbaikan kimia melalui pengapuran Boyd 1992.

4.2.3. Potensial Redoks