BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1  Waktu dan Tempat
Penelitian  ini  dilaksanakan  selama  empat  bulan  yaitu  mulai  dari Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011 bertempat di Arboretum Fakultas
Kehutanan  IPB  dan  Laboratorium  Biodeteriorasi  dan  Biomaterial  Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi LPPM IPB.
3.2  Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah Kayu Ulin Eusideroxylon zwageri T. et B., rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren, air destilata, dan pasir.
Kayu  Ulin  yang  digunakan  dalam  penelitian  berasal  dari  hutan  tanaman  di Kalimantan  Selatan  dengan  umur  39  tahun  diameter  30  cm  dan  umur  26
tahun  diameter  16  cm.  Contoh  uji  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini adalah  bagian  kayu  teras.  Ukuran  contoh  uji  adalah  2,5  x  2,5  x  0,5  cm
3
untuk pengujian laboratorium, sedangkan contoh uji lapang berukuran 20 x 2 x 1 cm
3
. Alat  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  kaliper,  oven,
desikator, timbangan elektrik, botol uji kaca dengan diameter 7 cm dan tinggi 12 cm, nampan plastik, alkohol, aluminium foil, dan laminar flow.
3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Uji Laboratorium
Uji  laboratorium  mengacu  pada  prosedur  dari  Standar  Nasional Indonesia  SNI  01-7207-2006.  Contoh  uji  berukuran  2,5  x  2,5  x  0,5  cm
3
dengan  sepuluh  kali  ulangan.  Contoh  uji  terlebih  dahulu  dikeringkan  dalam oven pada suhu 60 ± 2
o
C sampai beratnya konstan B
1
. Contoh  uji kayu, pasir,  dan  botol  uji  disterilkan  dengan  cara  dioven  pada  suhu  60  ±  2
o
C selama  48  jam,  kemudian  dilakukan  penyinaran  di  dalam  laminar  flow
dengan  sinar  UV  selama  48  jam.  Selanjutnya  contoh  uji  dengan  kadar  air kering tanur dan steril tersebut dimasukkan ke dalam botol uji dengan posisi
berdiri  dan  disandarkan  sehingga  salah  satu  bidang  terlebar  menyentuh dinding botol uji Gambar 1. Ke dalam botol uji dimasukkan 200 g pasir dan
ditambahkan  air  sebanyak  50  ml  kadar  air  pasir  25  dari  sisi  berlawanan dengan contoh uji.
Sebanyak 200 ekor rayap tanah C. curvignathus dari kasta pekerja yang sehat  dan  aktif  dimasukkan  ke  dalam  botol  uji,  kemudian  ditutup  dengan
aluminium  foil  yang  telah  dilubangi  dan  diletakkan  di  ruang  gelap  termite room selama 6 minggu. Setiap minggu aktivitas rayap dalam masing-masing
botol uji diamati dan ditimbang beratnya. Jika kadar air pasir turun 2 atau lebih,  maka  ke  dalam  botol  uji  ditambahkan  air  secukupnya  sehingga  kadar
airnya  kembali  seperti  semula  25.  Setelah  6  minggu  botol  uji  dibongkar dan  dilakukan  penghitungan  rayap  yang  masih  hidup,  sedangkan  contoh  uji
dicuci  dan  dikeringkan  dalam  oven  pada  suhu  60  ±  2
o
C  sampai  beratnya konstan B
2
.
Gambar  1    Pengujian  keawetan  kayu  terhadap  serangan  rayap  tanah berdasarkan standar SNI 01. 7207-2006.
Kehilangan  berat  contoh  uji  dan  mortalitas  rayap  setelah  6  minggu pengumpanan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:  B
1
= Berat contoh uji kering tanur sebelum diumpankan g B
2
= Berat contoh uji kering tanur setelah diumpankan g
12 cm
7 cm
Dimana:  N1 = jumlah rayap hidup sebelum diumpankan N2 = jumlah rayap hidup setelah diumpankan
Selanjutnya  tingkat  ketahanan  contoh  uji  berdasarkan  indikator kehilangan  berat  dihitung  dari  nilai  rata-rata  keseluruhan  contoh  uji  dengan
menggunakan  klasifikasi  yang  dibuat  oleh  Badan  Standardisasi  Nasional Indonesia. Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3  Klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan rayap tanah
Kelas Ketahanan
Kehilangan Berat I
Sangat Tahan 3,52
II Tahan
3,52 - 7,50 III
Sedang 7,50 - 10,96
IV Buruk
10,96 - 18,94 V
Sangat Buruk 18,94 - 31,89
Sumber : SNI 01. 7207-2006
3.3.2 Uji Lapang Graveyard Test
Prosedur  pengujian  lapangan  dilakukan  berdasarkan  standar  American Society  for  Testing  and  Material  ASTM  D  1758-06.  Menurut  ASTM  D
1758-06,  ukuran  contoh  uji  adalah  45,7  x  1,9  x  1,9  cm
3
.  Karena keterbatasan  bahan  uji,  maka  pada  penelitian  ini  menggunakan  contoh  uji
dengan ukuran 20 x 2 x 1 cm
3
dan ulangan sebanyak empat kali. Contoh uji terlebih  dahulu  dikeringkan  dalam  oven  pada  suhu  60  ±  2
o
C  sampai beratnya  konstan  B
1
.  Selanjutnya  contoh  uji  dikubur  secara  acak  dalam tanah  di  Arboretum  dengan  jarak  kubur  antar  contoh  uji  adalah  30  cm  dan
antar baris sejauh 60 cm serta kedalaman contoh uji yang terkubur adalah 23 dari  panjangnya.  Pengujian  dilakukan  selama  tiga  bulan.  Setelah  tiga  bulan
contoh  uji  dicabut  dari  tanah  dengan  posisi  tegak,  dibersihkan  dan  diamati kerusakannya,  kemudian  dikeringkan  dalam  oven  pada  suhu  60  ±  2
o
C hingga beratnya konstan B
2
.
Kehilangan  berat  contoh  uji  setelah  tiga  bulan  penguburan  dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:  B
1
= Berat contoh uji kering tanur sebelum diumpankan g B
2
= Berat contoh uji kering tanur setelah diumpankan g Selanjutnya dilakukan penilaian tingkat kerusakan contoh uji oleh rayap
pada uji lapang dengan menggunakan skoring yang mengacu pada Tabel 4.
Tabel 4  Penilaian kerusakan contoh uji oleh rayap Nilai
Kondisi Serangan 10
Tidak ada serangan: 1-2 lubang gerek kecil 9
Lubang gerek mencapai 3 dari cross section 8
Penetrasi mencapai 3-10 dari cross section 7
Penetrasi mencapai 10-30 dari cross section 6
Penetrasi mencapai 30-50 dari cross section 4
Penetrasi mencapai 50-75 dari cross section Rusak
Sumber: ASTM D 1758-06
3.4 Analisis Data
Pengolahan  data  pada  penelitian  ini  dilakukan  dengan  Microsoft  Excel 2007 dan SAS 9.1. Model rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL
Rancangan  Acak  Lengkap  dengan  faktor  umur  pohon  Ulin  26  dan  39 tahun  yang  masing-masing  menggunakan  10  kali  ulangan  untuk  uji
laboratorium dan 4 kali ulangan untuk uji lapang. Respon yang diamati pada penelitian di laboratorium adalah kehilangan berat kayu dan mortalitas rayap
sedangkan penelitian di lapangan adalah kehilangan berat kayu.
Model  rancangan  percobaan  statistik  yang  akan  digunakan  dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Y
ij
= µ + α
i
+ ε
ij
Dimana:  i  =  Umur  39  tahun ,  umur  26  tahun;  j  =  1,  2,  3,  …,  10  uji
laboratorium atau j = 1, 2, 3, 4 uji lapang Y
ij
=  Nilai pengamatan pada umur pohon ke-i dan ulangan ke-j. µ   =  Rataan umum.
α
i
=  Pengaruh utama umur pohon. ε
ij
=  Pengaruh acak yang menyebar normal 0,σ
ε 2
.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Keawetan kayu adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak  kayu  dari  luar  seperti  jamur,  rayap,  bubuk,  dan  penggerek  di  laut.
Ketahanan  kayu  terhadap  organisme  perusak  disebabkan  oleh  adanya  zat ekstraktif yang terkandung dalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak
kayu.  Pengujian  keawetan  alami  kayu  Ulin  dilakukan  dengan  dua  cara  yaitu pengujian laboratorium  dan pengujian lapangan. Indikator  yang digunakan untuk
pengujian  laboratorium  adalah  kehilangan  berat  contoh  uji  dan  mortalitas  rayap, sedangkan indikator untuk  pengujian lapangan adalah menggunakan  skoring dan
kehilangan berat contoh uji.
4.1 Pengujian Laboratorium 4.1.1 Kehilangan Berat
Nilai  rata-rata  kehilangan  berat  contoh  uji  kayu  Ulin  setelah pengumpanan selama enam minggu pada uji laboratorium dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar  2    Nilai  rata-rata  kehilangan  berat  contoh  uji  kayu  Ulin  pada  uji laboratorium.
2,03 1,09
0,0 0,5
1,0 1,5
2,0 2,5
3,0 3,5
4,0 4,5
5,0
26 39
Kehi la
n g
an Bera
t
Umur Tebang Tahun
3,52
K el
as A
w et
I