KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN HUTAN TROPIS PEGUNUNGAN DI TAMAN NASIONAL

tumbuhan berpembuluh vascular plants Bass et al. 1990; Roos 1993. Salah satu gambaran yang paling mencolok adalah perbedaan floristik dari pulau-pulau di kawasan ini yang disebabkan oleh sejarah geologi dan palaeoekologi masa lampau Lohman et al. 2011. Sulawesi merupakan pulau terbesar di kawasan Wallacea yang terletak di antara garis biogeografi Wallaceae dan Weber van Welzen 2011 dan antara daratan Laurasia dan Gondwana Primarck Corlett 2006 memiliki kekayaan jenis pada tingkat menengah Roos et al. 2004. Cannon et al. 2007 mengungkapkan bahwa hal ini kemungkinan disebabkan jumlah koleksi tumbuhan yang sangat rendah kurang dari 25 koleksi per 100 km 2 jika dibandingkan dengan pulau-pulau besar lainnya di Indonesia dan kurangnya studi taksonomi Cannon et al. 2007. Selain itu, Sulawesi memiliki geologi yang kompleks, dan isolasi yang sangat lama telah memungkinkan terjadinya evolusi sehingga menghasilkan tumbuhan dan hewan yang khas, dengan tingkat endemisitas yang tinggi Roos et al. 2004; Cannon et al. 2007. Diperkirakan dari terdapat sekitar 5 000 jenis tumbuhan berpembuluh, termasuk lebih dari 2 100 jenis tumbuhan berkayu dan hampir 15 merupakan endemik di Sulawesi Whitten et al. 1987; Kessler et al. 2002. Penelitian terkait keanekaragaman jenis tumbuhan khususnya di hutan pegunungan TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah masih sangat terbatas. Keanekaragaman jenis tumbuhan hubungannya dengan perubahan ketinggian hanya diketahui dari hasil penelitian Culmsee Pitopang 2009; Culmsee et al. 2011; Stiegel et al. 2011; Willinghöfer et al. 2011, sehingga penelitian ini ditujukan untuk mempelajari keanekaragaman jenis tumbuhan antara hutan subpegunungan, hutan pegunungan bawah, dan hutan pegunungan atas. Bahan dan Metode Lokasi penelitian Penelitian dilakukan pada tiga lokasi di kawasan hutan primer TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah, pada ketinggian 900 m, 1 500 m, dan 2 300 m di atas permukaan laut dpl Gambar 3.1. Ketiga lokasi penelitian masing-masing termasuk dalam zona hutan subpegunungan, hutan pegunungan bawah, dan hutan pegunungan atas Cannon et al. 2005. Kondisi hutan pada tiga lokasi penelitian ini telah dikelompokkan ke dalam hutan primer dengan kondisi baik Cannon et al . 2007 Gambar 2.1. Karakteristik masing-masing lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2.1. Hutan pegunungan atas dalam penelitian ini memiliki kelimpahan lumut yang tinggi dibandingkan dengan dua tipe hutan lainnya Gambar 3.2 Tabel 3.1 Lokasi dan karakteristik tiga tipe hutan pegunungan yang diteliti di TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah Karakteristik Tipe hutan HSP HPB HPA Ketinggian m dpl 900 1 500 2 300 Lokasi Watukilo Torongkilo Torenali Koordinat GC-WGS 84 01°61.5 S 120°07.4 E 01°41.5 S 120°27.9 E 01°28.6 S 120°31.2 E Kemiringan o 0-10 0-10 0-10 Arah plot W 280 o N W 290 o N E 140 o S Batuan induk Granit Metamorfik Granit Curah hujan mmtahun 1 782 1 959 2 129 Suhu o C 25.5 21.0 14.1 a HSP: hutan subpegunungan; HPB: hutan pegunungan bawah; HPA: hutan pegunungan atas Gambar 3.1 Sulawesi dan lokasi penelitian di TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah. 12 Gambar 3.2 Kondisi hutan pada tiga di plot penelitian di TN. Lore Lindu. A hutan subpegunungan 900 m dpl, B hutan pegunungan bawah 1 500 m dpl, C hutan pegunungan atas 2 300 m dpl. A B C Pengumpulan data vegetasi Inventarisasi jenis tumbuhan dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan Juli 2012 menggunakan plot penelitian dengan metoda kuadrat Mueller-Dumbois Ellenberg 1974. Pada setiap tipe hutan pegunungan dibuat plot berukuran 40 m x 60 m 0.24 ha Culmsee et al. 2011. Setiap plot dibagi menjadi 24 subplot, masing-masing berukuran 10 m x 10 m untuk pengumpulan data pohon termasuk palem dan paku pohon dengan diameter setinggi dada dbh ≥10 cm dbh diukur pada tinggi 1.3 m, dan pengumpulan data pancang 2 cm ≤ dbh 10 cm dilakukan dalam subplot 5 m x 5 m 0.06 ha yang terdapat pada setiap subplot 10 m x 10 m, sedangkan data semai dan tumbuhan bawah semak, herba, liana, dan paku-pakuan di lakukan pada subplot berukuran 2 m x 2 m 0.096 ha yang terdapat pada setiap subplot 5 m x 5 m Gambar 3.3. Setiap individu pohon dan pancang ditandai menggunakan label permanen dan dilakukan pencatatan nama jenis dan suku jika diketahui serta karakter morfologi, antara lain kulit batang dan getah jika ada. Contoh daun, bunga dan buah jika ada dari jenis tumbuhan yang dijumpai di plot penelitian, dikoleksi untuk diidentifikasi dan koleksi herbarium. Gambar 3.3 Bentuk dan ukuran plot penelitian subplot 10 m x 10 m = untuk pengumpulan data pohon dbh ≥10 cm; subplot 5 m x 5 m = untuk pengumpulan data pancang 2 cm ≤ dbh 10 cm; dan subplot 2 m x 2 m = untuk pengumpulan data semai dan tumbuhan bawah. Identifikasi jenis tumbuhan Identifikasi dilakukan pada 310 jenis tumbuhan, meliputi pohon dan pancang, semai, dan tumbuhan bawah semak, herba, liana, dan paku-pakuan yang dijumpai dalam plot penelitian, serta koleksi tambahan bagi jenis yang memiliki bunga danatau buah. Setiap koleksi spesimen dibuat duplikat untuk disimpan di Herbarium Celebense Palu CEB, Göttingen GOET, Bogoriense BO, dan Leiden L. Identifikasi jenis menggunakan koleksi di Herbarium Bogoriense, Herbarium Göettingen, dan Herbarium Leiden sebagai referensi, dengan sistem tata nama nomenclature jenis mengikuti International Plant Name Index IPNI 2012. Spesimen yang tidak dapat diidentifikasi non det. sampai marga atau jenis, seperti Myrtaceae, Arecaceae, dan beberapa suku lain dipisahkan berdasarkan karakter morfologi. Analisis data Nilai keanekaragaman jenis tumbuhan dihitung berdasarkan indeks kekayaan jenis species richness index, indeks keanekaragaman jenis species diversity index , dan indeks kemerataan jenis species evenness index Magurran 2004 dengan formula, sebagai berikut: Indeks kekayaan jenis dihitung menggunakan indeks Margalef Margalef index : N S D Mg ln 1   dimana: S = Jumlah jenis yang teramati N = Jumlah total individu yang teramati Indeks keanekaragaman jenis dihitung menggunakan indeks Shannon Shannon index:     s 1 i i P ln P i H ; N Ni P  i dimana: s = Jumlah jenis Ni = Nilai penting jenis N = Nilai penting seluruh jenis Indeks kemerataan jenis dihitung dengan menggunakan indeks Pielou Pielou index: ln S H E  dimana: H = Indeks keanekaragaman Shannon S = Jumlah jenis Hasil Kekayaan jenis Hasil penelitian pada tiga plot berdasarkan tipe hutan, dengan luas masing- masing 0.24 ha, dijumpai sebanyak 117 jenis pohon dan 96 jenis pancang, 116 jenis semai, dan 121 jenis tumbuhan bawah, meliputi semak, herba, liana, dan paku-pakuan. Secara keseluruhan, dijumpai sebanyak 310 jenis tumbuhan 129 marga dan 106 suku Tabel 3.2. Lebih dari 65 dari spesimen yang dikoleksi, dapat identifikasi sampai pada tingkat jenis, 20 pada tingkat marga, 5 pada tingkat suku, dan 2 tidak teridentifikasi. Kurva kumulatif jenis pohon dan pancang pada tiga plot berdasarkan luas area yang diamati Gambar 3.4, menunjukkan bahwa jumlah total jenis pohon dan pancang di hutan subpegunungan dan pegunungan atas memiliki jumlah yang sama pada area seluas 0.12 ha di hutan pegunungan bawah. Terlihat juga bahwa jumlah jenis di plot hutan pegunungan bawah masih terus mengalami peningkatan pada luas area 0.24 ha. Tabel 3.2 Jumlah jenis, marga, dan suku seluruh jenis tumbuhan yang dijumpai pada setiap tipe hutan pegunungan Tipe hutan Jumlah Jenis Marga Suku Hutan subpegunungan 98 69 49 Hutan pegunungan bawah 150 97 52 Hutan pegunungan Atas 82 57 44 Total 310 129 106 Gambar 3.4 Kurva kumulatif jenis pohon dan pancang pada tiga plot penelitian. ̶●̶ hutan subpegunungan , ̶■̶ hutan pegunungan bawah , ̶▲̶ hutan pegunungan atas 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.04 0.08 0.12 0.16 0.2 0.24 0.28 Jum lah jeni s Luas area ha Setiap tipe hutan yang diteliti memiliki kekayaan jenis tumbuhan yang bervariasi. Kekayaan jenis tertinggi dijumpai di hutan pegunungan bawah, diikuti hutan subpegunungan, dan terendah di hutan pegunungan atas. Jika ditinjau berdasarkan tingkat pertumbuhan, hutan pegunungan bawah memiliki jumlah jenis pohon, pancang, dan semai tertinggi, masing-masing 61, 50, dan 57 jenis, sedangkan hutan pegunungan atas memiliki jumlah jenis pohon dan semai terendah 29 dan 31 jenis. Perbedaan terlihat pada jumlah jenis pancang, dimana hutan subpegununan memiliki jumlah jenis terendah 27 jenis. Setiap tipe hutan memperlihatkan penurunan jenis dari pohon ke pancang dan meningkat kembali pada jenis semai. Secara keseluruhan, dijumpai sebanyak 13 dan 15 jenis tambahan untuk pancang dan semai di hutan subpegunungan; 21 dan 20 jenis pancang dan semai di hutan pegunungan bawah, dan 7 dan 12 jenis tambahan masing-masing untuk pancang dan semai di hutan pegunungan atas Gambar 3.5. ‘ Hutan pegunungan bawah juga memiliki kekayaan jenis tertinggi untuk tumbuhan bawah semak, herba, liana, dan paku-pakuan dibandingkan dua tipe hutan lainnya. Jumlah jenis herba dan liana terendah dijumpai di hutan pegunungan atas, sedangkan jenis paku-pakuan terendah dijumpai di hutan subpegunungan. Perbedaan lainnya terlihat pada jenis semak yang hanya dijumpai di hutan pegunungan bawah Gambar 3.6. 20 40 60 80 100 120 1 2 3 Jum lah jeni s Tipe hutan Pohon DBH ≥ 10 cm Pancang 2 cm ≤ DBH 10 cm Semai Total HSP HPB HPA Gambar 3.5 Jumlah jenis pohon, pancang, dan semai di hutan subpegunungan HSP, hutan pegunungan bawah HPB, dan hutan pegunungan atas HPA. Gambar 3.6 juga memperlihatkan jumlah jenis tertinggi di hutan subpegunungan dijumpai pada kelompok liana. Berbeda halnya dengan di hutan pegunungan bawah, dimana jumlah jenis tertinggi dijumpai pada kelompok herba dan paku-pakuan dengan jumlah yang sama. Sedangkan di hutan pegunungan atas, jumlah jenis tertinggi dijumpai pada kelompok paku-pakuan. Jenis-jenis tumbuhan yang dijumpai dan distribusinya pada masing-masing tipe hutan yang diteliti disajikan pada Tabel 3.3 dan 3.4, sebagai berikut: Tabel 3.3 Daftar jenis pohon, pancang, dan semai dan distribusinya pada tiga plot penelitian No. Jenis Distribusi HSP HPB HPA 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Adoxaceae 1 Viburnum sambucinum Bl. + Anacardiaceae 2 Mangifera foetida Lour. + Annonaceae 3 Mitrephora macrocarpa Miq. Weerasooriya R.M.K.Saunders + 4 Phaeanthus ebracteolatus Presl. Merr. + + 5 Annonaceae non det 1 + 6 Annonaceae non det 2 + Apocynaceae 7 Alstonia spectabilis R.Br. + + 8 Tabernaemontana sphaerocarpa Bl. + Aquifoliaceae 9 Ilex cymosa Blume + + + 10 Ilex celebensis Capit. + + Araliaceae 11 Polyscias nodosa Bl. Seem. + + + Arecaceae 12 Areca vestiaria Giseke + + + 13 Areca sp. + + 10 20 30 40 50 60 1 2 3 Jum lah jeni s Tipe hutan Semak Herba Liana Pteridophyta Total HSP HPA HPB Gambar 3.6 Jumlah jenis semak, herba, liana, dan pteridophyta. Hutan subpegunungan HSP, hutan pegunungan bawah HPB bawah, hutan pegunungan atas HPA No. Jenis Distribusi HSP HPB HPA 1 2 3 1 2 3 1 2 3 14 Arenga undulatifolia Merr. + 15 Pinanga caesia Blume + + 16 Oncosperma horridum Griff. Scheff. + + Burseraceae 17 Canarium balsamiferum Willd. + + 18 Santiria apiculata A.W.Benn. + + + Calophyllaceae 19 Calophyllum soualattri Burm.f. + + + + Cannabaceae 20 Gironniera subaequalis Planch. + + Cardiophyllaceae 21 Citronella suaveolens Bl. Howard + Celastraceae 22 Lophopetalum beccarianum Pierre + + + Clusiaceae 23 Garcinia parvifolia Miq. Miq. + + 24 Garcinia lateriflora Bl. + + + 25 Garcinia dulcis Roxb. Kurz + Cunnoniaceae 26 Weinmannia sp. + Cyatheaceae 27 Cyathea contaminans Wall. ex Hook. Hopel + + + 28 Cyathea sp. + Daphniphyllaceae 29 Daphniphyllum gracile Gage + Dicksoniaceae 30 Dicksonia blumei Kunze Moore + + + + Elaeocarpaceae 31 Elaeocarpus macropus Warb. ex R.Knuth subsp. thenui Coode + + 32 Elaeocarpus angustifolius Blume + 33 Elaeocarpus multiflorus Turcz. Fern.-Vill. + + + 34 Elaeocarpus sp.1 + + + 35 Elaeocarpus musseri Coode + + + 36 Elaeocarpus erdinii Coode + + + 37 Elaeocarpus steupii Coode + + 38 Elaeocarpus teysmannii Koord. Valeton + + 39 Elaeocarpus trichopetalus Merr. Quisumb. + 40 Elaeocarpus sp.2 + Ericaceae 41 Vaccinium laurifolium Miq. + + + 42 Vaccinium sp.1 + 43 Vaccinium sp.2 + 44 Rhododendron kochii Stein + + + 45 Rhododendron sp. + Escalloniaceae 46 Polyosma integrifolia Bl. + 47 Polyosma sp.1 + 48 Polyosma sp.2 + + Euphorbiaceae 49 Macaranga costulata Pax K.Hoffm. + 50 Homalanthus populneus Geiseler Pax + 51 Macaranga allorobinsonii Whitmore + + 52 Trigonopleura malayana Hook.f. + + Fabaceae 53 Archidendron havilandii Ridley L.C. Nielsen + + 54 Archidendron clyperia Jack I.C. Nielsen + + 55 Lithocarpus elegans Bl. Hatus. ex Soepadmo + + 56 Lithocarpus glutinosus Bl. Soepadmo + + + 57 Lithocarpus caudatifolius Merr. Rehder + 58 Lithocarpus celebicus Miq. Rehder + + + + + 59 Lithocarpus havilandii Stapf Barnett + + + 60 Lithocarpus indutus Rehder + 61 Lithocarpus luteus Soepadmo + + 62 Lithocarpus sp.1 + 63 Lithocarpus sp.2 + 64 Castanopsis buruana Miq. + + 65 Trigonobalanus verticillata Forman + Gentianaceae 66 Fagraea sp. + + 67 Fagraea racemosa Jack + 68 Fagraea blumei G.Don + Gnetaceae 69 Gnetum gnemon L. + + + Lanjutan Tabel 3.3 No. Jenis Distribusi HSP HPB HPA 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Ixonanthaceae 70 Ixonanthes petiolaris Bl. + Icacinaceae 71 Platea excelsa Bl. var. borneensis Heine Sleum. + + + 72 Platea latifolia Bl. + Lamiaceae 73 Callicarpa longifolia Lam. + Lauraceae 74 Alseodaphne oblanceolata Merr. Kosterm + + 75 Cinnamomum subaveniopsis Kosterm. + + + 76 Cryptocarya crassinerviopsis Kosterm. + 77 Cryptocarya densiflora Bl. + + + 78 Cryptocarya microcos Kosterm. + + 79 Cryptocarya sp. + + 80 Endiandra sulavesian a Kosterm. + + 81 Lindera novoguineensis Kosterm. + 82 Litsea ochracea Bl. Boerl. + + 83 Litsea firma Hook.f + 84 Litsea grandis Hook.f. + + 85 Litsea lancifolia Roxb. ex Ness Benth. Hook.f. Ex Villar + 86 Litsea timoriana Span. + 87 Litsea formanii Kosterm. + + 88 Litsea furfuracea Ness Kosterm. + 89 Litsea ferruginea Blume + + 90 Neolitsea javanica Bl. Backer + + + + + 91 Persea rimosa Zoll. ex Meissn. + Malvaceae 92 Sterculia insularis R.Br. + Magnoliaceae 93 Magnolia candollii Bl. H. Keng var. candollii + + 94 Magnolia carsonii Dandy ex Noot. var. carsonii + Melastomataceae 95 Memecyon paniculatum Jack + Meliaceae 96 Aglaia angustifolia Miq. Miq. + + 97 Aglaia sp.1 + + 98 Dysoxylum alliaceum Blume Blume + 99 Dysoxylum densiflorum Bl. Miq. + + + 100 Dysoxylum sp. + + Moraceae 101 Artocarpus teysmannii Miq. ssp. teysmannii + + 102 Ficus sp.1 + 103 Ficus crassiramea Miq. Miq. + 104 Ficus sp.2 + 105 Ficus sp.3 + + 106 Ficus sp.4 + 107 Ficus sp.5 + 108 Ficus hispida L.f. + 109 Ficus subulata Blume + 110 Ficus virgata Reinw. ex Blume + + 111 Ficus sp.6 + Myristicaceae 112 Horsfieldia costulata Miq. Warb. + + + Myrtaceae 113 Leptospermum recurvum Hook.f. + 114 Syzygium acuminatissimum Blume DC. + + 115 Syzygium benjaminum Diels + + 116 Syzygium sp.1 + 117 Syzygium sp.2 + + + 118 Syzygium sp.3 + + + 119 Syzygium sp.4 + 120 Syzygium sp.5 + + 121 Syzygium sp.6 + + + 122 Syzygium sp.7 + + + 123 Syzygium sp.8 + 124 Syzygium sp.9 + + 125 Syzygium sp.10 + 126 Syzygium sp.11 + 127 Syzygium sp.12 + 128 Xanthomyrtus angustifolia A.J. Scott + + + Oleaceae 129 Chionanthus pluriflorus Knobl. Kiew + + + 130 Chionanthus polygamus Roxb. Kiew + + + Lanjutan Tabel 3.3 No. Jenis Distribusi HSP HPB HPA 1 2 3 1 2 3 1 2 3 131 Oleaceae non det + Pandaceae 132 Pandanus sarasinorum Warb. + + Paracryphiaceae 133 Quintinia apoensis Schltr. + + + 134 Sphenostemon papuanum Lauterb. Steenis Erdtman + Pentaphylacaceae 135 Adinandra celebica Koord + 136 Adinandra sp.1 + 137 Adinandra sp.2 + 138 Ternstroemia sp. + + + Phyllanthaceae 139 Antidesma riparium Airy Shaw ssp. riparium + + 140 Antidesma sp. + 141 Aporosa lucida Miq. Airy Shaw + Podocarpaceae 142 Dacrycarpus imbricatus Bl. de Laub. + + + 143 Dacrycarpus steupii Wasscher de Laub. + + 144 Phyllocladus hypophylla Hook.f. + + + 145 Podocarpus neriifolius D.Don + + + 146 Podocarpus pilgeri Foxw. + Primulaceae 147 Ardisia copelandii Mez. + 148 Ardisia elliptica Thunb. + 149 Ardisia forbesii S.Moore + + 150 Ardisia sp. + 151 Myrsine involucrata Mez Pipoly + + 152 Myrsine minutifolia Knoester, Wijn Sleumer Pipoly + + + 153 Myrsine sp. + Proteaceae 154 Helicia celebica Sleumer + + 155 Macadamia hildebrandii Steenis + + Rosaceae 156 Prunus grisea Blume ex Müll.Berol. Kalkman + + + + + + 157 Prunus arborea Blume Kalkman var. arborea + + Rubiaceae 158 Lasianthus biflorus Blume M.G.Gangop. Chakrab. + 159 Lasianthus lucidus Blume + 160 Lasianthus reticulatus Blume + 161 Lasianthus rhinocerotis Blume + 162 Praravinia mindanaensis Elmer Bremek. + + 163 Psychotria celebica Miq. + + + 164 Psychotria malayana Jack + + + 165 Psychotria sp. + 166 Timonius stipulosus Valeton + 167 Urophyllum arboreum Reinw. ex Blume Korth. + + Rutaceae 168 Acronychia pedunculata L. Miq. + + + + + 169 Acronychia trifoliolata Zoll. Mor. + + + 170 Melicope confusa Merr. P.S. Liu + + 171 Tetractomia tetrandra Roxb. Merr. + + + Sabiaceae 172 Meliosma sumatrana Jack Walp. + + Sapindaceae 173 Acer laurinum Hassk. ex Miq. + + 174 Guioa hirsuta Welzen + + 175 Dictyoneura acuminata Blume + 176 Sapaindaceae non det + + Sapotaceae 177 Palaquium obovatum Griff. Engl. var. orientale H.J.Lam + + 178 Planchonella chartacea F.Muell. Ex Benth. H.J.Lam + 179 Pouteria firma Miq. Baehni + + Simaroubaceae 180 Ailanthus sp. + Salicaceae 181 Homalium foetidum Kurz. + Staphyleaceae 182 Turpinia sphaerocarpa Hassk. + Symplocaceae 183 Symplocos cochinchinensis Lour. S.Moore + + 184 Symplocos sp.1 + Lanjutan Tabel 3.3 No. Jenis Distribusi HSP HPB HPA 1 2 3 1 2 3 1 2 3 185 Symplocos sp.2 + 186 Symplocos sp.3 187 Symplocos sp.4 + Trimeniaceae 188 Trimenia papuana Ridley + + + Winteraceae 189 Tasmannia piperita Miers + + a HSP: hutan subpegunungan; HPB: hutan pegunungan bawah; HPA: hutan pegunungan atas; 1: pohon dbh ≥10 cm; 2: pancang 2 cm ≤ dbh 10 cm; 3: semai; + = lokasi distribusi. Tabel 3.4 Daftar jenis semak, herba, liana, dan pteridophyta serta distribusinya pada tiga plot penelitian No. Jenis Distribusi Kelompok HSP HPB HPA Alangiaceae 1 Alangium sp. + liana Annonaceae 2 Fissistigma sp. + liana Apocynaceae 3 Alyxia celebica DC. Middleton + liana Araceae 4 Araceae non det 1 + herba 5 Anadendrum latifolium Hook.f + herba 6 Araceae non det 2 + herba 7 Araceae non det 3 + herba 8 Colocasia sp. + herba 9 Homalomena humilis var. major Hassk. Furtado + herba 10 Pothos sp. + herba 11 Raphidophora sp.1 + herba 12 Raphidophora sp.2 + herba 13 Raphidophora sp.3 + herba Araliaceae 14 Schefflera serrata Miq. R.Vig. + herba 15 Schefflera sp. + herba Arecaceae 16 Calamus sp.1 + herba 17 Calamus ornatus var. ornatus + herba 18 Calamus zollingeri Becc. + liana 19 Calamus sp.2 + herba 20 Calamus sp.3 + herba 21 Calamu s sp.4 + herba 22 Calamus sp.5 + liana 23 Calamus sp.6 + liana 24 Calamus sp.7 + liana 25 Calamus sp.8 + liana 26 Korthalsia celebica Becc. + liana Aristolochiaceae 27 Aristolochiaceae non det + liana Asclepiadaceae 28 Hoya medium leaf + herba 29 Hoya mirophylla Schltr + herba Aspleniaceae 30 Asplenium nidus L. + pteridophyta 31 Asplenium sp.1 + pteridophyta 32 Asplenium sp.3 + pteridophyta 33 Asplenium sp.4 + pteridophyta 34 Asplenium sp.2 + pteridophyta 35 Alsophilla sp. + pteridophyta 36 Aspleniaceae non det 1 + pteridophyta 37 Aspleniaceae non det 2 + pteridophyta 38 Asplenium sp.5 + pteridophyta 39 Asplenium sp.6 + pteridophyta 40 Asplenium sp.7 + pteridophyta 41 Asplenium polyodon G. Forst. + pteridophyta 42 Pyroscia sp. + pteridophyta 43 Asplenium sp.8 + pteridophyta 44 Asplenium sp.9 + pteridophyta Asteraceae 45 Asteraceae non det + herba Blechnaceae 46 Blechnum sp. + pteridophyta Lanjutan Tabel 3.3 No. Jenis Distribusi Kelompok HSP HPB HPA Chloranthaceae 47 Chloranthus elatior Link + semak Cucurbitaceae 48 Trichosanthes sp. + herba Cyatheaceae 49 Alsophila celebica Blume Mett. + pteridophyta Davalliaceae 50 Davalliaceae non det + pteridophyta Dennstaedtiaceae 51 Lindsaea sp.1 + pteridophyta 52 Lindsaea sp.2 + pteridophyta 53 Lindsaea sp.3 + pteridophyta 54 Lindsaea sp.4 + pteridophyta 55 Lindsaea sp.5 + pteridophyta 56 Lindsaea sp.6 + pteridophyta 57 Dennstaedtiaceae non det + pteridophyta Dioscoreaceae 58 Dioscorea sp. + herba 59 Dioscorea kingii R.Knuth + herba Fabaceae 60 Desmodium megaphyllum Zoll. + liana Gesneriaceae 61 Aeschynanthus sp.1 + herba 62 Aeschynanthus sp.2 + herba 63 Gesneriaceae non det 1 + herba 64 Gesneriaceae non det 2 + herba 65 Aeschynanthus burttii Mendum + liana 66 Agalmyla brownii Koord. B.L. Burtt + herba Grammitidaceae 67 Grammitis sp. + pteridophyta Hydrangeaceae 68 Dichroa febrifuga Lour. + semak Hymenophyllaceae 69 Hymenophyllum sp. + pteridophyta 70 Hymenophyllum cavillare Desv. + pteridophyta Lomariopsidaceae 71 Elaphoglossum sp. + pteridophyta Lycopodiaceae 72 Huperzia sp. + pteridophyta Maratheaceae 73 Ptisania sylvatica Blume Murdock. + pteridophyta Melastomataceae 74 Medinilla sp. + liana 75 Sonerila pumila + herba 76 Melastomataceae non det + herba Menispermaceae 77 Tinomiscium petiolare Hook. f. Thomson + liana Moraceae 78 Ficus sp. + liana Oleandraceae 79 Oleandra neriiformis Cav. + pteridophyta Ophioglossaceae 80 Helminthostachys sp. + pteridophyta Orchidaceae 81 Anoectochilus sp. + + herba 82 Arundina sp. + herba 83 Bulbophyllum sp. + herba 84 Goodyera lanceolate Ridl. + herba Pandanaceae 85 Freycinetia distigmata B.C. Stone + + liana 86 Freycinetia ciliris Martelli + liana 87 Freycinetia inermis Ridl. + liana 88 Freycinetia sp.1 + liana 89 Freycinetia sp.2 + liana Piperaceae 90 Piper canicum Blume + herba 91 Pipe r sp.1 + + herba 92 Piper sp.2 + herba 93 Piper sp.3 + herba 94 Piper sp.4 + herba Poaceae 95 Dinochloa barbata S.Dransf. + liana 96 Racemobambos hirsuta Holttum + liana 97 Poaceae non det + + herba Polypodiaceae Lanjutan Tabel 3.4 No. Jenis Distribusi Kelompok HSP HPB HPA 98 Selliguea sp.1 + pteridophyta 99 Microsorum sp.1 + pteridophyta 100 Selliguea sp.2 + pteridophyta 101 Selliguea sp3 + pteridophyta 102 Polypodiaceae non det + pteridophyta Primulaceae 103 Labisia pumila Blume Mez var. lanceolata + herba Rhamnaceae 104 Ziziphus angustifolia Miq. Hatus. ex Steenis + liana Rubiaceae 105 Psychotria laxiflora + herba 106 Rubiaceae non det + herba Salicaceae 107 Salicaceae non det + liana Smilacaceae 108 Smilax perfoliata Lour. + + liana 109 Smilax sp. + liana Thelypteridaceae 110 Thelypteridaceae non det + pteridophyta 111 Thelypteridaceae non det + pteridophyta Urticaceae 112 Elatostema acuminatum Poir. Brogn + herba Vitaceae 113 Cayratia corniculata Benth. Gagnep. + + herba Woodsiaceae 114 Diplazium sp.2 + pteridophyta 115 Diplazium sp.1 + pteridophyta Zingiberaceae 116 Alpinia manostachys Valeton + herba 117 Alpinia sp. + herba non det. 118 non det 3 + liana 119 non det 2 + liana 120 non det 1 + liana 121 non det 4 + herba a HSP: hutan subpegunungan; HPB: hutan pegunungan bawah; HPA: hutan pegunungan atas. Indeks keanekaragaman jenis Indeks kekayaan Margalef Dmg, keanekaragaman Shannon H, dan kemerataan Pielou E disajikan pada Gambar 3.7. Hutan pegunungan bawah memiliki indeks kekayaan Margalef yang lebih tinggi untuk semua kategori, diikuti hutan subpegunungan, dan hutan pegunungan atas. Indeks kekayaan Shannon tertinggi diperoleh pada kategori pohon, diikuti pancang, dan tumbuhan bawah di hutan pegunungan bawah, sedangkan indeks keanekaragaman Shannon tertinggi pada kategori semai diperoleh di hutan subpegunungan. Indeks kemerataan Pielou menunjukkan pola yang sama dengan indeks keanekaragaman Shannon, dengan berkisar antara 0.71 sampai dengan 0.90. Indeks keanekaragaman Shannon kategori pohon bervariasi dari 2.72 pegunungan atas sampai 3.68 pegunungan bawah, pada kategori pancang dari 2.61 subpegunungan sampai 3.53 pegunungan bawah, kategori semai dari 2.94 pegunungan atas sampai 3.23 subpegunungan, dan tumbuhan bawah dari 2.51 pegunungan atas sampai 3.54 pegunungan bawah. Lanjutan Tabel 3.4 Gambar 3.7 Indeks kekayaan, keaneakaragaman, dan kemerataan jenis pohon A, pancang B, semai C, dan tumbuhan bawah D antara tiga tipe hutan pegunungan. 5 .9 6 5 .1 4 6 .9 1 6 .2 1 1 .9 1 .2 2 8 .4 8 1 .6 6 5 .1 8 4 .9 4 .9 3 4 .7 7 0.0 3.0 6.0 9.0 12.0 15.0 A B C D Indek s M ar g al ef Hutan subpegunungan Watukilo, 900 m Hutan pegunungan bawah Torongkilo, 1500 m Hutan pegunungan atas Torenali, 2300 m 2 .8 5 2 .6 1 3 .2 3 2 .8 5 3 .6 8 3 .5 3 3 .1 3 3 .4 8 2 .7 2 2 .7 2 .9 4 2 .5 1 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 A B C D Indek s Shannon .8 2 .8 1 .8 8 .7 9 .8 9 .9 .7 7 .8 6 .8 1 .8 2 .7 .7 1 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 A B C D Indek s Pi el ou Kategori Kekayaan jenis berdasarkan suku Suku dengan jumlah jenis tertinggi dijumpai pada Lauraceae 18 jenis, diikuti Myrtaceae 16 jenis, Fagaceae 11 jenis, Moraceae 11 jenis, Elaeocarpaceae, dan Rubiaceae 10 jenis pada kategori pohon, pancang, dan semai Tabel 6, sedangkan pada tumbuhan bawah diperoleh pada suku Aspleniaceae 18 jenis, diikuti Arecaceae 11 jenis, dan Araceae 10 jenis masing-masing untuk kelompok paku-pakuan, liana, dan herba Tabel 3.5. Jenis pohon dominan pada masing-masing tipe hutan hutan subpegunungan, pegunungan bawah, dan pegunungan atas, yaitu Castanopsis buruana Fag., Platea excelsa var. borneensis Icacin., dan Phyllocladus hypophylla Podoc.; jenis pancang, yaitu C. buruana, Lophopetalum beccarianum Celast., dan Trimenia papuana Trimen.; jenis semai, yaitu Antidesma riparium subsp. riparium Phyllanth., dan Calophyllum soualattri Caloph.; dan jenis tumbuhan bawah, yaitu Calamus sp.1, Calamus sp.5 Arec., dan Sonerila pumila Melast.. Tabel 3.5 Jumlah jenis masing-masing suku pohon, pancang, dan semai pada tiga tipe hutan pegunungan No. Suku Jumlah jenis HSP HPB HPA Total 1 Lauraceae 6 12 3 18 2 Myrtaceae 2 5 10 16 3 Fagaceae 6 5 2 11 4 Moraceae 3 7 2 11 5 Elaeocarpaceae 3 7 2 10 6 Rubiaceae 4 6 1 10 7 Primulaceae 4 3 7 8 Meliaceae 2 3 5 9 Arecaceae 3 3 1 5 10 Podocarpaceae 1 1 4 5 11 Ericaceae 5 5 12 Euphorbiaceae 1 2 1 4 13 Rutaceae 2 2 1 4 14 Sapindaceae 3 2 4 15 Annonaceae 1 3 4 16 Pentaphyllacaceae 1 3 4 17 Symplocaceae 1 2 1 4 18 Sapotaceae 2 1 3 19 Oleaceae 2 3 3 20 Gentianaceae 1 1 1 3 21 Escalloniaceae 1 2 3 22 Clusiaceae 1 2 3 23 Phyllanthaceae 1 2 3 24 Burseraceae 1 1 2 25 Rosaceae 1 1 1 2 26 Icacinaceae 2 2 27 Magnoliaceae 2 2 28 Proteaceae 2 2 29 Cyatheaceae 1 1 2 30 Aquifoliaceae 1 1 2 No. Suku Jumlah jenis HSP HPB HPA Total 31 Apocynaceae 2 2 32 Fabaceae 1 2 2 33 Paracryphiaceae 2 2 34 Ixonanthaceae 1 1 35 Cannabaceae 1 1 36 Gnetaceae 1 1 37 Myristicaceae 1 1 38 Anacardiaceae 1 1 39 Calophyllaceae 1 1 1 40 Pandanaceae 1 1 41 Celastraceae 1 1 42 Cunoniaceae 1 1 43 Malvaceae 1 1 44 Simaroubaceae 1 1 45 Dicksoniaceae 1 1 1 46 Araliaceae 1 1 47 Trimeniaceae 1 1 48 Melastomataceae 1 1 49 Cardiophyllaceae 1 1 50 Staphyleaceae 1 1 51 Adoxaceae 1 1 52 Sabiaceae 1 1 53 Salicaceae 1 1 54 Winteraceae 1 1 55 Daphniphyllaceae 1 1 56 Lamiaceae 1 1 a HSP: hutan subpegunungan; HPB: hutan pegunungan bawah; HPA: hutan pegunungan atas Tabel 3.6 Jumlah jenis masing-masing suku tumbuhan bawah pada tiga tipe hutan pegunungan No. Suku Jumlah jenis HSP HPB HPA Total 1 Aspleniaceae 4 7 15 2 Arecaceae 6 4 1 11 3 Araceae 5 8 10 4 Dennstaedtiaceae 3 4 7 5 Gesneriaceae 1 2 3 6 6 Pandanaceae 1 3 2 5 7 Piperaceae 1 4 1 5 8 Polypodiaceae 3 2 5 9 Orchidaceae 1 2 2 4 10 Melastomataceae 1 1 1 3 11 Poaceae 2 1 1 3 12 Araliaceae 2 2 13 Asclepiadaceae 2 2 14 Dioscoreaceae 2 2 15 Hymenophyllaeae 2 2 16 Rubiaceae 1 1 2 17 Smilacaceae 1 1 1 2 18 Thelypteridaceae 1 1 2 Lanjutan Tabel 3.5 No. Suku Jumlah jenis HSP HPB HPA Total 19 Vitaceae 1 1 2 20 Woodsiaceae 1 1 2 21 Zingiberaceae 1 1 2 22 Alangiaceae 1 1 23 Annonaceae 1 1 24 Apocynaceae 1 1 25 Aristolochiaceae 1 1 26 Asteraceae 1 1 27 Blechnaceae 1 1 28 Chloranthaceae 1 1 29 Cucurbitaceae 1 1 30 Cyatheaceae 1 1 31 Davalliaceae 1 1 32 Fabaceae 1 1 33 Grammitidaceae 1 1 34 Hydrangeaceae 1 1 35 Lomariopsidaceae 1 36 Lycopodiaceae 1 37 Maratheaceae 1 1 38 Menispermaceae 1 1 39 Moraceae 1 1 40 Oleandraceae 1 1 41 Ophioglossaceae 1 1 42 Primulaceae 1 1 43 Rhamnaceae 1 1 44 Salicaceae 1 1 45 Urticaceae 1 1 46 non det. 3 1 4 a HSP: hutan subpegunungan; HPB: hutan pegunungan bawah; HPA: hutan pegunungan atas Pembahasan Inventarisasi jenis pada empat kategori, yaitu pohon, pancang, semai, dan tumbuhan bawah yang meliputi semak, herba, liana, dan paku-pakuan di kawasan hutan pegunungan TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah diperoleh bahwa hutan pegunungan bawah di Torongkilo 1 500 m dpl memiliki kekayaan jenis yang tinggi untuk semua kategori, diikuti hutan subpegunungan di Watukilo 900 m dpl dan terendah di hutan pegunungan atas di Torenali 2 300 m dpl. Kekayaan jenis pohon yang diperoleh di hutan subpegunungan dalam penelitian ini 29 sampai 61 jenis lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Wright et al. 1997 di Papua Nugini, Hamman et al. 1999 di Filippina, serta Kessler et al. 2005, dan Culmsee dan Pitopang 2009 di kawasan TN. Lore Lindu sebanyak 92 sampai dengan 228 jenis. Namun, kekayaan jenis pohon yang diperoleh di hutan pegunungan bawah 61 jenis hampir sama jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Gradstein et al. 2007, Culmsee dan Pitopang 2009, dan Culmsee et al. 2011 di kawasan yang sama, serta Yamada 1975 di G. Gede Pangrango Jawa Barat sebanyak 30 sampai dengan 60 jenis. Lanjutan Tabel 3.6 Tumbuhan bawah, khususnya herba dan paku-pakuan yang diperoleh dalam penelitian ini tergolong sangat rendah 14 sampai 36 jenis jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Poulsen dan Pedry 1995 di Bukit Belalong, Kalimantan pada ketinggian 1 100 m dpl 42 sampai 134 jenis, serta Cicuzza et al . 2010 di hutan subpegunungan 1 000 m dpl dan hutan pegunungan bawah 1 400 m dpl di TN. Lore Lindu, sebanyak 265 sampai 512 jenis. Rendahnya kekayaan jenis yang ditemukan dalam penelitian ini kemungkinan lebih disebabkan oleh perbedaan metodologi yang digunakan, terutama karena luas area pengamatan yang relatif lebih kecil. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kekayaan jenis pohon tidak mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat. Hasil yang sama juga dilaporkan Cicuzza et al. 2010 untuk kelompok herba. Berbeda dengan hasil penelitian, antara lain Aiba dan Kitayama 1999, Culmsee dan Pitopang 2009, dan Homeier et al. 2010, yang melaporkan bahwa kekayaan jenis mengalami penurunan dengan meningkatnya ketinggian tempat di atas permukaan laut. Hasil ini memperkuat simpulan Gentry 1988 dan Grytenes dan Vertas 2002 bahwa kekayaan jenis pohon cenderung mengalami peningkatan pada ketinggian antara 100 m dan 1 500 m, antara ketinggian 1 500 m dan 2 300 m terlihat sedikit penurunan, dan penurunan kekayaan jenis akan tampak jelas pada ketinggian lebih dari 2 500 m dpl. Berbeda halnya dengan pohon, pancang, semai, dan tumbuhan bawah khususnya kelompok herba, jenis paku-pakuan justru mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya ketinggian seperti yang dilaporkan Kessler et al. 2011, dan kelompok liana cenderung mengalami penurunan kekayaan jenis Parthasaranthy et al. 2003. Menurut Pausas dan Austin 2001 dan Brown et al. 2007 bahwa kekayaan jenis dipengaruhi oleh: 1 faktor geografi, dalam hal ini imigrasi merupakan hal yang paling berpengaruh, 2 faktor biologi, berupa persaingan, pemangsaan, patogen, parasit dan hervibora serta fasilitas, dan 3 faktor lingkungan, berupa perbedaan sumberdaya, antara lain air atau unsur hara, dan perbedaan kondisi, antara lain suhu dan pH. Homeier et al. 2010 mengungkapkan bahwa rendahnya kekayaan jenis di hutan pegunungan atas, kemungkinan lebih disebabkan oleh suhu udara yang rendah dan curah hujan yang tinggi. Konsekuensi dari dua faktor tersebut adalah terjadinya pencucian unsur hara, meningkatnya genangan air, lambatnya mineralisasi hara, dan berkurangnya bahan organik. Terlepas dari adanya perbedaan kondisi lingkungan, tingginya kekayaan jenis yang dijumpai di hutan pegunungan bawah pada ketinggian 1 500 m, lebih disebabkan tidak adanya jenis yang sangat dominan dan tingginya presentase jenis yang hanya memiliki satu dan dan individu. Sebagai contoh, di hutan subpegunungan dan hutan pegunungan atas yang masing-masing didominasi jenis C. buruana dan P. hypohylla dengan INP mencapai 86.97 dan 70.2 Bab 4. Menurut Davidar et al. 2005, Wang 2007, dan Sasaki Lauenroth 2011, hilangnya jenis dominan dapat mengurangi persaingan dalam persaingan sumberdaya yang terbatas, dan meningkatkan keanekaragaman. Barbour et al. 1987 mengungkapkan bahwa adakalanya kekayaan jenis berkorelasi positif dengan keanekaragaman jenis, namun kondisi lingkungan pada setiap lokasi penelitian bersifat heterogen, sehingga penurunan kekayaan jenis dapat disertai dengan peningkatan keanekaragaman. Hasil analisis indeks keanekaragaman Shannon, secara keseluruhan ketiga tipe hutan pegunungan dan kategori memiliki keanekaragaman sedang sampai tinggi 2.51 ≤ H ≤ 3.68 berdasarkan klasifikasi Barbour et al. 1987. Indeks keanekargaman jenis tertinggi diperoleh pada kategori pohon, pancang dan tumbuhan bawah di hutan pegunungan bawah, dan terendah di hutan pegunungan atas. Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak adanya perbedaan keanekaragaman jenis seiring dengan bertambahnya ketinggian tempat. Hasil yang sama juga dijumpai Setiadi 2005 di Nusa Tenggara Timur. Menurut Sagar et al . 2003, keanekaragaman jenis sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, terutama karena variasi biogeografi, habitat, dan gangguan. Simpulan Dijumpai sebanyak 310 jenis tumbuhan pada tiga tipe hutan pegunungan yang tergolong dalam 129 marga dan 106 suku, meliputi 117 jenis pohon, 96 jenis pancang, 116 jenis semai, dan 121 jenis tumbuhan bawah. Terdapat perbedaan jumlah jenis tumbuhan pada setiap tipe hutan yang diteliti. Hutan pegunungan bawah memiliki jumlah jenis tertinggi dan terendah di hutan subpegunungan.

4. KOMPOSISI DAN STRUKTUR HUTAN TROPIS PEGUNUNGAN DI TAMAN NASIONAL

LORE LINDU SULAWESI TENGAH Abstrak Ekosistem hutan pegunungan meliputi sekitar 21 persen dari total area hutan tropis dunia. Ekosistem ini memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dan memiliki fungsi ekologis, antara lain sebagai daerah tangkapan air, dan habitat berbagai jenis tumbuhan dan hewan endemik dan terancam punah. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari komposisi komunitas vegetasi dan struktur hutan pegunungan di TN. Lore Lindu. Pengumpulan data vegetasi, meliputi pohon dbh ≥10 cm, pancang 2 cm ≤ dbh 10 cm, semai, dan tumbuhan bawah pada tiga plot kuadrat masing-masing 0.24 ha tipe hutan pegunungan pada ketinggian 900 m, 1 500 m, dan 2 300 m dpl hutan subpegunungan sampai hutan pegunungan atas. Setiap tipe hutan disusun oleh jenis dominan yang berbeda Ss 10. Sebanyak 310 jenis tumbuhan, hanya satu jenis yang dijumpai pada tiga tipe hutan yang diteliti, 15 jenis di hutan subpegunungan dan pegunungan bawah, dan dua jenis di hutan pegunungan bawah dan pegunungan atas. Fagaceae merupakan suku dominan utama di hutan subpegunungan 39.8 dari total basal area, sama halnya dengan hutan pegunungan atas yang dominasi Podocarpaceae, sedangkan di hutan pegunungan bawah didominasi Icacinaceae, namun dengan basal area yang rendah 16.5. Kerapatan individu pohon dan pancang tertinggi diperoleh di hutan pegunungan atas, dan terendah di hutan subpegunungan, namun berbeda halnya dengan semai dan tumbuhan bawah. Kata kunci: hutan pegunungan, komposisi komunitas, Lore Lindu, struktur hutan, Sulawesi Abstract Tropical montane forests ecosystem making up 21 percent of the total area of the world’s tropical forests. This ecosystem has high level of species diversity, contributes positively to the catchment water yield, and an essential habitat for many endemic and threatened plant and animal species. Inventory of vegetation communities, comprises of trees dbh ≥10 cm and saplings 2 cm ≤ dbh 10 cm, seedlings and understorey plants were conducted on three quadrat plots each 0.24 ha in montane forest at 900 m, 1 500 m, and 2 300 m asl. Each site has different species Ss 10. Out of 310 plant species, only one species was found at all forest types, 15 species were found at submontane and lower montane forest, and two species at lower montane and upper montane forest. In submontane forest, Fagaceae were overall important occupying 39.8 of the total basal area, similar to upper montane that dominated by Podocarpace. Lower montane forest, Icacinaceae is the most important family but has less basal area 16.5. Upper montane forest has higher density of trees and saplings, followed by lower montane and submontane forest, but seedlings and understorey vegetation has different pattern. Keywords: community composition, forest structure, Lore Lindu, montane forest, Sulawesi. Pendahuluan Ekosistem hutan pegunungan memiliki peranan penting, antara lain sebagai daerah tangkapan air Göltenboth et al. 2006, dan habitat berbagai jenis tumbuhan dan hewan endemik dan terancam punah Hostettler 2002. Eksosistem hutan ini termasuk salah satu ekosistem yang sangat terancam dengan luas area yang semakin menurun Doumenge et al. 1995. Sebagai akibat deforestasi, Sulawesi kehilangan sekitar 80 hutan primer, dan saat ini tersisa hanya sekitar 20 yang tersebar di pegunungan dan areal konservasi Cannon et al. 2007. Sulawesi merupakan bagian dari wilayah biogeografi Wallaceae, salah satu biodiversity hotspots di Palaeotropik Myers et al. 2000; Sodhi et al. 2004. Hasil survei keanekaragaman jenis dan endemisitas tumbuhan pada lima pulau besar di kawasan Malesia, menempatkan Sulawesi pada tingkat menengah Roos et al. 2004. Cannon et al. 2007 mengungkapkan bahwa hal ini berkaitan dengan rendahnya jumlah koleksi tumbuhan yang dari pulau ini dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia, serta terbatasnya studi taksonomi. Penelitian terkait hutan tropis pegunungan di Sulawesi masih sangat terbatas. Komposisi jenis vegetasi dan struktur hutan tropis pegunungan di Sulawesi Tengah, khususnya di TN. Lore Lindu hubungannya dengan perubahan ketinggian hanya diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan Culmsee Pitopang 2009, Culmsee et al 2010; 2011, pada ketinggian 1 050 m, 1 400 m, 1 800 m, dan 2 400 m dpl. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mempelajari komposisi komunitas vegetasi dan struktur hutan subpegunungan, pegunungan bawah, dan pegunungan atas pada ketinggian 900 m, 1 500 m, dan 2 300 m dpl. Bahan dan Metode Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan primer TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah, masing-masing di Watukilo S 01°61.5, E 120°07.4, Torongkilo S 01°41.5, E 120°27.9, dan Torenali S 01°28.6, E 120°31.2. Peta lokasi dan letak plot penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Ketiga plot penelitian masing-masing berada pada zona hutan subpegunungan pada ketinggian 900 m dpl di Watukilo, hutan pegunungan bawah pada ketinggian 1 500 m dpl di Torongkilo, dan hutan pegunungan atas pada ketinggian 2 300 m dpl di Torenali, yang dipilih pada areal dengan kondisi topografi cukup yang datar dan belum ada tanda-tanda aktivitas manusia. Menurut Cannon et al. 2007, kondisi hutan di lokasi penelitian tergolong dalam hutan primer dengan kondisi baik. Karakteristik dan topografi masing-masing plot penelitian disajikan pada Tabel 3.1 dan Lampiran 20. Pengumpulan data vegetasi Pengamatan vegetasi dilakukan pada plot penelitian dengan menggunakan metoda kuadrat Mueller-Dumbois Ellenberg 1974. Pada setiap tipe hutan pegunungan dibuat plot berukuran 40 m x 60 m 0.24 ha Culmsee et al. 2011. Setiap plot dibagi dalam 24 subplot, masing-masing berukuran 10 m x 10 m untuk pengumpulan data pohon termasuk palem dan paku pohon dengan diameter

Dokumen yang terkait

Explaining Agricultural Land Use in Villages surrounding the Lore Lindu National Park in Central Sulawesi, Indonesia

0 8 27

Floristic and phytosociology of bryophytes of the Lore Lindu National Park, Sulawesi

1 27 121

Function Of Some Ecosystem Components At Natural Forest And Cacao Agroindustry Sustem At The Margin Of Lore Lindu National Park, Central Sulawesi

0 16 121

Structure and composition of vegetation in six land use types in the lore lindu national park, Central Sulawesi, Indonesia

0 28 219

Structure and composition of vegetation in six land use types in the lore lindu national park, Central Sulawesi, Indonesia

0 21 418

Estimating Above Ground Trees Biomass Of Forest Cover Using Field Measurement And QuickBird Image In Lore Lindu National Park-Central Sulawesi

0 7 200

Floristic and phytosociology of bryophytes of the Lore Lindu National Park, Sulawesi

0 5 233

Bird Diversity on Several Type of Habitat in Lore Lindu National Park, Central Sulawesi Province

1 35 139

KAJIAN KOMUNITAS RAYAP AKIBAT ALIH GUNA HUTAN MENJADI AGROFORESTRI DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU, SULAWESI TENGAH (Termites Community Impact of Forest Conversion to Agroforestry in Lore Lindu National Park, Central Sulawesi) | Zulkaidhah | Jurnal Manusia d

0 0 7

KARAKTERISTIK TANAH DAN MIKROKLIMAT HABITAT BURUNG MALEO (MACROCEPHALON MALEO) DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH (Soil Characteristics and Microclimate of Habitat Maleo Bird (Macrocephalon Maleo) in Lore Lindu National Park Central Sulawesi | H

0 0 6