Latar Belakang Regional development strategy based on duck farming (Case Study in Hulu Sungai Utara District Kalimantan Selatan Province)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat penting dalam menunjang perekonomian masyarakat. Pembangunan peternakan memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis selain untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup peternak juga bertujuan untuk pemenuhan dan peningkatan gizi masyarakat khususnya dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani, penyedia lapangan kerja dan pengembangan potensi wilayah. Oleh karena itu, peranan subsektor peternakan harus dapat dimanfaatkan secara optimal. Menurut Daryanto 2009 beberapa peluang bisnis dalam mengembangkan agribisnis peternakan diantaranya: 1 jumlah penduduk Indonesia yang mencapai ±220 juta jiwa dan masih tetap bertumbuh sekitar 1,4 pertahun merupakan konsumen yang sangat besar, 2 kondisi geografis dan sumberdaya alam yang mendukung usaha dan industri peternakan. 3 meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang gizi, dan 4 jika pemulihan ekonomi berjalan baik maka akan meningkatkan pendapatan perkapita yang kemudian akan meningkatkan daya beli masyarakat. Selanjutnya Sudrajat 2001 mengatakan misi dari pembangunan peternakan mencakup penyediaan pangan asal ternak, pemberdayaan SDM, penciptaan peluang ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan pelestarian serta pemanfaatan sumberdaya alam pendukung peternakan. Usaha peternakan itik merupakan salah satu usaha peternakan yang mempunyai nilai ekonomis dan potensi yang cukup tinggi, baik sebagai sumber protein hewani maupun sebagai sumber pendapatan tambahan dalam menunjang kebutuhan keluarga. Itik mempunyai beberapa kelebihan dibanding unggas lainnya, antara lain: itik mampu mempertahankan produksi lebih lama dibandingkan ayam sehingga dapat mengurangi biaya penggantian itik setiap tahunnya, angka kematian itik umumnya kecil karena itik merupakan unggas yang tahan terhadap penyakit Wasito dan Rohaeni, 1994. Ternak itik mempunyai peranan yang cukup penting dalam memenuhi kebutuhan daging dan telur di Indonesia. Populasi ternak Itik di Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan tingkat pertumbuhan 0,23 dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, dimana 10,39 populasi ternak itik terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan. Populasi ternak Itik di Kalimantan Selatan pada tahun 2009 termasuk urutan ke empat dari populasi itik di Indonesia setelah Provinsi Jawab Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur Ditjennak, 2009. Kabupaten Hulu Sungai Utara HSU adalah salah satu kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan yang merupakan daerah sentra peternakan Itik Alabio. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan 2009 populasi itik di Kalimantan Selatan tahun 2009 sebanyak 4.158.452 ekor, populasi terbesar ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara sebanyak 1.254.252 ekor atau sekitar 30,16 dari populasi itik seluruhnya. Itik adalah salah satu unggas air yang sangat cocok dikembangkan di Kabupaten HSU dengan kondisi lingkungan berupa hamparan rawa. Berdasarkan pemanfaatan lahan, sebagian besar wilayah di Kabupaten HSU berupa hutan rawa yaitu seluas 29.711 ha 32,52, sawah 25.492 ha 27,91, kebun campuran 5.051 ha 5,53 sedangkan yang dimanfaatkan sebagai pemukiman seluas 4.285 ha 4,69, selebihnya 26.811 ha 29,35 berupa hamparan rumput rawa dan danau BPS HSU, 2009. Ketersediaan air yang melimpah di rawa merupakan habitat yang paling disukai ternak itik. Jenis itik yang berkembang di lahan rawa lebak adalah jenis itik petelur seperti Itik Alabio Anas Platyrynchos Borneo yang merupakan plasma nutfah Kalimantan Selatan. Kondisi rawa lebak memudahkan pemeliharaan ternak ini dibandingkan pada lahan irigasi atau lahan kering karena ditunjang oleh ketersediaan air dan pakan yang banyak tersedia secara alami di lahan rawa lebak seperti sagu Metroxylon spp dan berbagai sumber pakan berupa gulma air seperti kangkung, enceng gondok, rumput rawa; dan hewan air misalnya siput, gondangkeong mas, ikan- ikan kecil Noor, 2007. Beternak itik merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat di Kabupaten HSU. Jumlah peternak itik terbanyak dibandingkan dengan peternak komoditas ternak lain yaitu sebanyak 4.902 orang, peternak ayam sebanyak 465 orang, peternak sapi 150 orang, peternak kerbau 542 orang, peternak kambing 88 orang dan peternak domba 7 orang Disnak Kab. HSU, 2009. Kontribusi subsektor peternakan dalam perekenomian Kabupaten HSU cukup besar. Sektor pertanian menyumbang 46,26 dari total PDRB Kabupaten HSU dengan peranan subsektor peternakan menempati urutan ketiga setelah tanaman pangan dan perikanan, dengan sumbangan sebesar 19,15. Sumbangan dari peternakan itik sebesar 75,97 terhadap subsektor peternakan dan hasilnya. Dengan demikian komoditas itik merupakan salah satu komoditas unggulan yang mempunyai potensi untuk terus dikembangkan dalam menunjang pengembangan wilayah di Kabupaten HSU. Melihat potensi tersebut didukung dengan program Pemerintah Kabupaten HSU yaitu program rawa makmur 2020, potensi lahan rawa yang prospektif sebagai sumber kemakmuran bagi masyarakat telah dimanfaatkan dan akan terus dioptimalkan dalam pengembangan peternakan. Untuk pengembangan usaha peternakan itik tersebut harus mempertimbangkan aspek fisik dan sosial ekonomi.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Prevealence of Salmonella sp. on Hatched Failure of Eggs and One Week's Duckling at The Hatchery Center for Alabio Duck in The District of Hulu Sungai Utara South Kalimantan Selatan

0 5 6

Regional sustainable development in the Kepulauan Bangka Belitung Province (case studies regional economic transformation tin based mining)

3 71 349

Natural resource conflicts on iron sand mining area: an implication study of regional autonomy (A Case Study in Kulon Progo District Yogyakarta Province)

0 14 255

Regional development strategy based on duck farming (Case Study in Hulu Sungai Utara District Kalimantan Selatan Province)

0 11 234

Regional Development Planning based on Rubber Plantation : Case Studies in two Sub-districts in Cianjur District.

3 15 236

Regional sustainable development in the Kepulauan Bangka Belitung Province (case studies regional economic transformation tin-based mining)

0 3 683

Development strategy for community based park in Pontianak Kota District, West Kalimantan

0 12 107

Study On Mangrove Potentials Of Silvofishery Development In Tulang Bawang District, Lampung Province

1 10 78

MAINTENANCE STRATEGY BASED ON RELIABILITY(CASE STUDY IN COOPERATIVA CAFÉ TIMOR, EAST TIMOR MAINTENANCE STRATEGY BASED ON RELIABILITY (CASE STUDY IN COOPERATIVA CAFÉ TIMOR, EAST TIMOR).

0 4 12

Kontaminasi Enterobacteriaceae pada telur itik Alabio di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan Contamination of Enterobacteriacea on Alabio duck eggs in Hulu Sungai Utara District, South Kalimantan

0 0 7