Regional sustainable development in the Kepulauan Bangka Belitung Province (case studies regional economic transformation tin-based mining)

(1)

(Studi Kasus Transformasi Perekonomian Wilayah

Berbasis Pertambangan Timah)

R. BAMBANG WIDYATMIKO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan Wilayah Berkelanjutan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Studi Kasus Transformasi Perekonomian Wilayah Berbasis Pertambangan Timah) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini

Bogor, Januari 2012

R. Bambang Widyatmiko NIM. H061060081


(3)

Kepulauan Bangka Belitung Province (Case Studies Regional Economic Transformation Tin-Based Mining). Under direction of AKHMAD FAUZI, BAMBANG JUANDA, BABA BARUS.

As a commodity that can not be renewed, tin reserves will be exhausted and certainly can not be exploited anymore at Kepulauan Bangka Belitung Province. According to USGS data, measured tin reserves in 2005 was 900,000 metric tons and will be exhausted by 2020 if the productivity of tin average is 60,000 tons / year. Kepulauan Bangka Belitung Province have to prepare for the end of the tin economic era. The good preparation, therefore, should be done. This study examines the economic transformation of the Kepulauan Bangka Belitung Province face the end of the tin in the province. The results of descriptive analysis showed that the process of economic transformation already under way in the Kepulauan Bangka Belitung Province, namely the tendency of the tin no longer provides the largest contribution to GDP Kepulauan Bangka Belitung Province in 2005. Although tin was increased in subsequent years, the tendency has decreased and replaced by the industrial sector at the top position followed by the agricultural sector. This study uses a dynamic system to analyze the process of economic transformation of the Kepulauan Bangka Belitung Province, using 2005 as base year, as well as using a data base IRIO 2005 as the base data in dynamic system simulation. The simulation results show that the optimal tin mine production should be reduced to about 32,000 tons per year, so the presence of tin mining can be maintained until the year 2032. The analysis showed that the dominant sectors, agriculture and industrial, have the highest value as a replacement mining sector. The analysis highlights that the agricultural and industrial sectors in the Province of the Kepulauan Bangka Belitung is not necessarily able to replace the tin sector when no tin sector contribution to the economy. It's Require considerable time to restore the economy, because it takes development policy of industrial and agricultural sectors as a substitute for tin. The simulation results show that if agricultural and industrial investmentwas increased when the tin mines stop production, it takes a long time to restore the economy to its original position. Therefore, the development of industrial and agricultural sectors might be performed well before the year 2033 when the tin mines run out. The process of model optimization indicate that the presence of tin can be maintained until the year 2033, so that there is still enough time for the Kepulauan Bangka Belitung Province to prepare for the end of the tin mining era, by developing the agricultural and industrial sectors.


(4)

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Studi Kasus Transformasi Perekonomian Wilayah Berbasis Pertambangan Timah). Dibimbing oleh AKHMAD FAUZI, BAMBANG JUANDA, BABA BARUS.

Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama satu abad lebih sangat tergantung kepada keberadaan timah. Sebagai komoditas yang tidak dapat diperbaharui, timah cadangan dipastikan akan habis dan tidak dapat dieksploitasi lagi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Menurut data USGS, cadangan timah terukur pada tahun 2005 adalah 900.000 ton dan akan habis pada tahun 2020 jika produktivitas timah rata-rata 60.000 ton per tahun.Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus mempersiapkan diri menghadapi berakhirnya era ekonomi timah. Karena itu persiapan yang matang harus dilakukan.

Penelitian ini mengkaji transformasi perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menghadapi berakhirnya era timah di provinsi ini. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa proses transformasi perekonomian sudah mulai berlangsung di provinsi Kep. Bangka Belitung, yaitu adanya kecenderungan bahwa timah tidak lagi memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2005, walaupun sempat meningkat pada tahun-tahun berikutnya, tetapi kecenderungannya mengalami penurunan dan diganti oleh sektor industri pada posisi teratas disusul sektor pertanian.

Penelitian ini menggunakan sistem dinamis untuk menganalisa proses transformasi perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan menggunakan tahun dasar 2005, serta menggunakan data base IRIO 2005 sebagai data dasar dalam simulasi sistem dinamik. Hasil simulasi memperlihatkan bahwa produksi tambang timah yang optimal harus dikurangi menjadi sekitar 32.000 ton pertahun, sehingga keberadaan tambang timah dapat dipertahankan hingga tahun 2033.

Analisis sektor unggulan menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri memiliki nilai tertinggi sebagai sektor pengganti tambang. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak serta-merta bisa menggantikan posisi sektor timah ketika tidak ada lagi sumbangan sektor timah terhadap perekonomian. Memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengembalikan perekonomian menjadi seperti semula. Karena itu diperlukan kebijakan pengembangan sektor industri dan pertanian sebagai pengganti sektor timah. Hasil simulasi menunjukkan bahwa jika investasi sektor pertanian dan perindustrian dinaikkan ketika tambang timah berhenti berproduksi, maka diperlukan waktu yang cukup lama untuk


(5)

dapat dipertahankan hingga tahun 2033, sehingga masih ada cukup waktu bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempersiapkan diri menghadapi berakhirnya era pertambangan timah, dengan mengembangkan sektor pertanian dan industri.

Kata Kunci : Transformasi Perekonomian, Sistem Dinamik, Pengembangan Wilayah


(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.


(7)

( Studi Kasus Transformasi Perekonomian Wilayah

Berbasis Pertambangan Timah )

R. BAMBANG WIDYATMIKO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012


(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup: 1. Prof. Dr. Ir Affendi Anwar, MSc

(Guru Besar Emeritus Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM, IPB)

2. Dr. Ir Setia Hadi, MS

(Kepala Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W), IPB)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka: 1. Dr. Slamet Sutomo, S.E

(Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik) 2. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS


(9)

Nama : R. Bambang Widyatmiko

NIM : H061060081

Disetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Ketua

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Perencanaan Pembangunan

Wilayah dan Perdesaan

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS Dr. Ir. Dahrul Syah M.Sc, Agr.


(10)

sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pembangunan Wilayah Berkelanjutan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan mengambil studi kasus Transformasi Perekonomian Wilayah Berbasis Pertambangan Timah.

Disertasi ini dapat diselesaikan atas bimbingan dan arahan dari komisi pembimbing sejak penulis memulai menyusun rencana dan pelaksanaan penelitian hingga penyusunan disertasi. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Achmad Fauzi, M.Sc, selaku ketua, Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS, dan Bapak Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. selaku anggota. Ucapan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, M.Sc. dan Dr. Ir. Setia Hadi, MS., selaku penguji luar komisi pada ujian tertutup dan kepada Bapak Dr. Slamet Sutomo, MS, serta Ibu Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS., selaku penguji luar komisi pada ujian terbuka yang telah memberikan saran dan masukan.

Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Pusbindiklatren Bappenas atas bantuan beasiswa yang diberikan kepada penulis, Gubernur Sulawesi Tenggara dan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program tugas belajar di IPB.

Ucapan terimakasih dan doa serta penghargaan tak terhingga kepada ayahanda R. Soehardjo MS dan ibunda Rr. Sri Soedjatmi, mas R. Eko Hardjanto, dik Rr. Tri Hardjanti, mas Dr. Ir Agus Heri Purnomo, M.Sc dan mbak Dr. Ir. Ekowati Chasanah, M.Sc., istri Rr. Kartika Wulandari, S.Sos, anak-anak tersayang Rr. Lintang Ayu Pradhani dan Rr. Candra Ayu Prabaswari, yang selalu memberi dorongan semangat serta doa. Terimakasih juga penulis ucapkan untuk tim Aksenta, Bpk Ir. Ganip Gunawan, Msi, Bpk Ir. Sudjatnika, Bpk. Dr. Ir. Nana Mulyana Arifjaya, Bpk. Ir. Dwi Rahmad Muhtaman beserta segenap aksenters yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis, juga tidak lupa kami sampaikan banyak terimakasih kepada semua teman-teman yang saya cintai dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga hasil penelitian ini mendapat ridho dari Allah SWT dan dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Bogor, Januari 2012 R Bambang Widyatmiko


(11)

kedua dari pasangan R. Soeharjo M S dan Rr. Sri Soedjatmi. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, lulus pada tahun 1997. Pada tahun 2002 penulis diterima di Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada dan menamatkan pendidikannya tahun 2004. Kesempatan untuk melanjutkan studi ke program doktor diperoleh tahun 2005 atas beasiswa Pusbindiklatren Bappenas dan baru dimanfaatkan tahun 2006 setelah diterima di Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana IPB.

Penulis bekerja sebagai staf Sub Bagian Program Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tahun 1998. Bidang yang menjadi tanggung jawab penulis adalah bidang perencanaan dan program.

Selama mengikuti program S3 penulis aktif dalam kegiatan pembangunan berkelanjutan dengan menjadi anggota HCV Network Indonesia, dan tercatat sebagai Acredited Assessor di Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)untuk kajian High Conservation Value. Artikel berjudul Pengembangan Wilayah Berkelanjutan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Studi Kasus Transformasi Perekonomian Wilayah Berbasis Pertambangan Timah) dan Identifikasi Sektor Unggulan untuk Menghadapi Berakhirnya Perekonomian Berbasis Pertambangan Timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan diterbitkan pada Jurnal Sosio Ekonomika Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Jurnal Nusa Esda Universitas Nusa Bangsa pada tahun 2012 yang merupakan bagian dari Disertasi S3 penulis.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... . iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ... 10

1.5 Kebaruan Dari Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Teori Struktur Ekonomi ... 13

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 19

2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Klasik. ... 20

2.2.2 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar. ... 21

2.2.3 Teori Pertumbuhan Neoklasik. ... 23

2.2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional dan Interregional. ... 24

2.3 Teori Perdagangan ( Ekspor – impor ) ... 30

2.3.1 Teori Basis Ekspor Richardson ... 30

2.3.2 Perdagangan Interregional ... 32

2.4 Kesempatan Kerja ... 34

2.4.1 Pengertian Kesempatan Kerja ... 34

2.4.2 Teori-teori Kesempatan Kerja ... 35

2.5 Investasi ... 41

2.5.1 Konsep Investasi ... 41

2.5.2 Teori Investasi ... 41

2.6 Sektor Unggulan dan Pengembangan Sektor ... 43

2.7 Model Interregional Input-Output ... 50

2.8 Pendekatan Sistem Dalam Pengembangan Wilayah ... 63

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 67

3.1 Kerangka Pemikiran ... 67

3.1.1 Model Sruktur Perekonomian... 67

3.1.2 Model Sektor Unggulan. ... 70

3.1.3 Model Pertumbuhan Ekonomi. ... 73

3.1.4 Model Dampak Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 81

3.2 Pemodelan Sistem Dinamis Transformasi Struktur Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ... 84

3.2.1 Prinsip Dasar System Dynamics ... 86

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 93

4.1 Metode Penelitian ... 93


(13)

4.3 Teknik Pengumpulan Data ... 96

4.4 Data dan Sumber Data ... 97

4.5 Metode Analisis ... 98

4.5.1 Analisis Deskriptif Struktur Perekonomian... 98

4.5.2 Analisis Sektor Unggulan. ... 99

4.5.2.1 Analisis Keterkaitan ... 100

4.5.2.2 Analisis Dampak Output. ... 102

4.5.2.3 Analisis Dampak Nilai Tambah Bruto ... 102

4.5.2.4 Analisis Dampak Kebutuhan Tenaga Kerja ... 103

4.5.2.5 Analisa Perdagangan Barang dan Jasa ... 103

4.5.3 Pemodelan Sistem Dinamis Transformasi Struktur Perekonomian 104 4.5.3.1 Analisis sistem ... 104

4.5.3.2 Permodelan ... 104

4.5.3.3 Konstruksi Model Dinamik ... 107

4.5.3.4 Simulasi ... 107

4.5.3.5 Validasi Model ... 107

4.5.3.6 Skenario ... 108

BAB V. KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN ... 109

5.1 Letak Geografis, Karakteristik Fisik dan Administrasi Wilayah ... 109

5.2 Karakteristik Kependudukan... 111

5.3 Karakteristik Ketenagakerjaan ... 112

5.4 Karakteristik Struktur Ekonomi ... 115

5.5 Potensi Sumber Daya Nonpertambangan ... 116

5.5.1 Pertanian ... 116

5.5.2 Industri ... 117

5.5.3 Perdagangan ... 118

5.5.4 Karakteristik Pariwisata... 119

5.6 Karakteristik Kegiatan Pertambangan Timah ... 120

5.6.1 Pertambangan dan Cadangan Timah ... 120

5.6.2 Produksi, Harga dan Pemasaran Timah... 123

5.6.3 Aset Pertambangan Timah ... 124

5.6.4 Tenaga Kerja Pertambangan Timah ... 125

5.6.5 Pengaruh Pertambangan Timah Terhadap Kegiatan Ekonomi ... 126

5.7 Karakteristik Infrastruktur Wilayah ... 127

5.8 Isu Pengembangan Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ... 129

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 133

6.1 Struktur Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung Sebelum Transformasi ... 133

6.1.1 Struktur Permintaan Barang dan Jasa ... 135

6.1.2 Struktur Output ... 137

6.1.3 Struktur Nilai Tambah Bruto ... 139

6.1.4 Struktur Permintaan Akhir ... 142

6.1.5 Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan ... 144

6.1.5.1 Indeks Daya Penyebaran (IDP) ... 144

6.1.5.2 Indeks Derajat Kepekaan (IDK) ... 147


(14)

6.1.6.1 Neraca Perdagangan Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung ... 149

6.2 Struktur Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Setelah Transformasi dari Sektor Pertambangan Timah ke Sektor Non Pertambangan Timah ... 150

6.2.1 Analisis Sistem Dinamik ... 150

6.2.2 Skenario ... 159

6.2.3 Validasi terhadap model. ... 166

6.2.4 Risk Analysis ... 168

6.2.5 Analisis Potensi Pengembangan Pertanian ... 177

6.2.5.1. Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Komoditas Pertanian. ... 177

6.2.5.2. Ketersediaan Lahan Pertanian ... 184

6.2.5.3. Revitalisasi Komoditas Pertanian ... 185

6.2.6 Analisis Potensi Pengembangan Industri ... 187

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 193

7.1 Kesimpulan ... 193

7.2 Saran ... 194


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Daftar Produsen Timah Dunia ... 4

2. Daftar Perusahaan Smelter Timah yang Telah Mendapat Izin Sebagai Exportir Terdaftar (ET) ... 5

3. Jumlah ekspor timah Prov. Kep. Bangka Belitung ... 5

4. Tabel Interregional Input-Output disederhanakan 2 Wilayah dan 2 sektor .. 51

5. Operasionalisasi Variabel ... 96

6. Kriteria Pembobotan untuk Menentukan Sektor Unggulan ... 100

7. Simbol Powersim yang Digunakan untuk Stock Flow Diagram ... 105

8. Profil Wilayah Administratif Sebelum Pemekaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ... 111

9. Profil Wilayah Administratif Setelah Pemekaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ... 111

10. Distribusi Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009 ... 112

11. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2009 ... 114

12. Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran, Penduduk Berumur 15 Tahun ke atas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Indonesia, 2009 . 114 13. Struktur Permintaan Prov. Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Selatan dan DKI Jakarta 2005 Atas Dasar Harga Produsen... 136

14. Sepuluh Terbesar Peringkat Output Menurut Provinsi Tahun 2005 Atas Dasar Harga Berlaku ... 137

15. Sepuluh Terbesar Peringkat Nilai Tambah Bruto Menurut Provinsi Tahun 2005 ... 140

16. Komposisi NTB di Masing-Masing Provinsi Tahun 2005 ... 142

17. Struktur Permintaan Akhir Masing-Masing Provinsi Tahun 2005... 143

18. Sektor Produksi yang memiliki Daya Penyebaran Tinggi Menurut Provinsi Tahun 2005 ... 145

19. Sektor Produksi yang memiliki Derajat Kepekaan Tinggi Menurut Provinsi Tahun 2005 ... 148

20. Skor Total Masing-Masing Sektor ... 151

21. Jumlah Tenaga Kerja Jika Produksi Timah 60.000 Ton Per Tahun ... 161

22 Jumlah tenaga kerja jika produksi timah 30.000 ton per tahun ... 163

23. Produktivitas Tenaga Kerja Pertanian terhadap PDRB Pertanian ... 165

24. Nilai Output Sub Sektor Pertanian Prov. Babel ... 176

25. Nilai Output Sub Sektor Industri Pengolahan Prov. Babel ... 176

26. Potensi Pengembangan Lada Prov. Bangka Belitung ... 180

27 Potensi Pengembangan Karet Prov. Bangka Belitung ... 181

28 Potensi Pengembangan Kelapa Sawit Prov. Bangka Belitung ... 182

29 Potensi Pengembangan Kakao Prov. Bangka Belitung ... 183

30 Pengembangan Industri Berbasis Hasil Perkebunan ... 189

31 Pengembangan Industri Berbasis Hasil Perikanan Laut ... 189


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Transformasi Struktur Perekonomian Prov. Bangka Belitung Berdasarkan

Harga Berlaku (2000 – 2009)... 7

2. Transformasi Struktur Ketenagakerjaan Prov. Bangka Belitung (2001 – 2010) ... 7

3. Model Dua Sektor Lewis. ... 16

4. Perubahan struktur Ekonomi Dalam Proses Pembangunan Ekonomi : Suatu Ilustrasi ... 18

5 Analisis Parsial Perdagangan Antar Wilayah A dan B ... 33

6. Keseimbangan harga regional A ... 33

7. Keseimbangan harga regional B ... 33

8. Kurva Fungsi Produksi, Sumber : Mankiw (2001) ... 36

9. Tahapan Pemodelan Sistem Dinamik (Djakapermana, 2010) ... 65

10. Diagram Alir Penelitian ... 94

11. Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sumber: Bakosurtanal ... 113

12. Grafik Total Input Antara dan Permintaan Antara Provinsi Bangka Belitung dengan Provinsi lain ... 134

13. Grafik Perbandingan Input Antara dengan Permintaan Antara dalam Persen untuk Provinsi Bangka Belitung dengan Provinsi lain ... 134

14. Transformasi Struktur Perekonomian Prov. Kep. Babel Berdasar Harga Berlaku (2000-2009) ... 151

15. Transformasi Struktur Ketenagakerjaan Prov. Kep. Bangka Belitung (2001-2010) ... 151

16. Diagram Alir Perubahan Final Demand untuk Komoditas Timah di Prov. Kepulauan Bangka Belitung ... 154

17. Diagram alir perubahan output untuk komoditas timah di Prov. Kepulauan Bangka Belitung ... 156

18. Diagram alir investasi, output dan PDRB untuk komoditas timah di Prov. Kepulauan Bangka Belitung ... 158

19. Transformasi Perekonomian Jika Produksi Timah 60.000 ton/tahun ... 159

20. Transformasi Ketenagakerjaan Jika Produksi Timah 60.000 ton/tahun. .... 160

21. Transformasi Perekonomian Jika Produksi Timah 30.000 Ton / Tahun .... 162

22. Transformasi ketenagakerjaan jika produksi timah 30.000 ton / tahun ... 162

23. Transformasi perekonomian jika produksi timah dihentikan tahun 2012... 164

24. Transformasi ketenagakerjaan jika produksi timah dihentikan tahun 2012165 25. Validasi Model Sistem Dinamik Transformasi Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ... 167

26. Beberapa tampilan proses optimasi dengan 40 kali “run” menggunakan software Powersim Studio 8, gambar kanan bawah adalah yang paling optimal. ... 169

27. Grafik Simulasi Paling Optimal Model Sistem Dinamik Transformasi Perekonomian Prov. Kep. Bangka Belitung. ... 170

28. Sensitivitas PDRB Total terhadap perubahan harga timah ... 172

29. Sensitivitas PDRB Timah terhadap perubahan harga timah ... 173

30. Sensitivitas PDRB jasa terhadap perubahan harga timah ... 173


(17)

32. Sensitivitas PDRB Industri terhadap perubahan harga timah ... 174

33. Sensitivitas PDRB Perdagangan terhadap perubahan harga timah ... 175

34. Peningkatan investasi pertanian sebesar 60% setelah cadangan timah habis. ... 177

35. Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kep. Bangka Belitung ... 178

36 Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Lada ... 179

37. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Karet ... 181

38. Peta Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit. ... 182

39. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kakao ... 183


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Causal Loop Perubahan FD sektor Pertanian 203

2. Causal Loop Perubahan FD Sektor Timah ... 204 3. Causal Loop Perubahan FD Sektor Pertambangan ... 205 4. Causal Loop Perubahan FD Sektor Industri ... 206 5. Causal Loop Perubahan FD Sektor Perdagangan Hotel dan Restorant 207 6. Causal Loop Perubahan FD Sektor Jasa ... 208 7. Diagram Alir Perubahan FD sektor Pertanian Prov. Kep. Bangka

Belitung ... 209 8. Diagram Alir Perubahan Output Sektor Pertanian Prov. Kep. Bangka

Belitung ... 210 9. Diagram Air Investasi, Output & PDRB Pertanian Prov. Kep. Bangka

Belitung ... 211 10. Diagram Alir FD Sektor Pertanian Prov. Kep. Bangka Belitung ... 212 11. Diagram Alir Ekspor (X) dan Konsumsi Pemerintah (G) Sektor

Pertanian Prov. Kep. Bangka Belitung ... 213 12. Diagram Alir PDRB Total dan Tahun Mulai Berlakunya Skenario 213 13. Diagram Alir Perubahan FD sektor Pertambangan Prov. Kep. Bangka

Belitung ... 214 14. Diagram Alir Perubahan Output Sektor Pertambangan Prov. Kep.

Bangka Belitung ... 215 15. Diagram Air Investasi, Output & PDRB Pertambangan Prov. Kep.

Bangka Belitung ... 216 16. Diagram Alir FD Sektor Pertambangan Prov. Kep. Bangka Belitung ... 217 17. Diagram Alir Ekspor (X) dan Konsumsi Pemerintah (G) Sektor

Pertambangan Prov. Kep. Bangka Belitung ... 218 18. Diagram Alir Perubahan FD Sektor Industri Prov. Kepulauan Bangka

Belitung ... 219 19. Diagram Alir Perubahan Output Sektor Industri Prov. Kep. Bangka

Belitung ... 220 20. Diagram Air Investasi, Output & PDRB Industri Prov. Kep. Bangka

Belitung ... 221 21. Diagram Alir FD Sektor Industri Prov. Kep. Bangka Belitung ... 222 22. Diagram Alir Ekspor (X) dan Konsumsi Pemerintah (G) Sektor Industri

Prov. Kep. Bangka Belitung ... 223 23. Diagram Alir Perubahan FD sektor Perdagangan Hotel dan restoran

Prov. Kep. Bangka Belitung ... 224 24. Diagram Alir Perubahan Output Sektor Perdagangan Hotel dan

Restoran Prov. Kep. Bangka Belitung ... 225 25. Diagram Air Investasi, Output & PDRB Perdagangan Hotel dan

Restoran Prov. Kep. Bangka Belitung ... 226 26. Diagram Alir FD Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran Prov. Kep.

Bangka Belitung ... 227 27. Diagram Alir Ekspor (X) dan Konsumsi Pemerintah (G) Sektor


(19)

28. Diagram Alir Perubahan FD sektor Jasa Prov. Kepulauan Bangka

Belitung ... 229 29. Diagram Alir Perubahan Output Sektor Jasa Prov. Kep. Bangka

Belitung ... 230 30. Diagram Air Investasi, Output & PDRB Jasa Prov. Kepulauan Bangka

Belitung ... 231 10. Diagram Alir FD Sektor Jasa Prov. Kep. Bangka Belitung ... 232 31. Diagram Alir Ekspor (X) dan Konsumsi Pemerintah (G) Sektor Jasa

Prov. Kep. Bangka Belitung ... 233 32. Equations Sistem Dinamik ... 234 33. Tabel I-O Antar Propinsi Indonesia 2005 Transaksi Domestik Atas


(20)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian dan Perumusan Masalah

Sumberdaya mineral tidak memiliki kemampuan regenerasi secara biologis sebagaimana halnya pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan lain-lain, karena itulah maka sumber daya mineral bersifat tidak terbarukan (unrenewable resources). Ketika sumberdaya ini dieksploitasi, konsekuensinya pada masa tertentu pasti akan habis dan tidak bisa diperbaharui kembali. Namum demikian di banyak daerah yang mempunyai kekayaan sumberdaya mineral, sektor pertambangan seringkali memberikan kontribusi signifikan terhadap struktur perekonomian bahkan mendominasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sembilan sektor yang diukur kinerjanya.

Dominannya sektor pertambangan yang tidak diikuti berkembangnya sektor lain merupakan fenomena yang biasa disebut Dutch Disease1. Hal ini diperkuat dengan pandangan Humpreys et al (2007) yang menyatakan bahwa penyakit Belanda (Dutch Disease) dalam kasus Belanda yang memburuk kinerjanya adalah sektor manufaktur, sedangkan di negara-negara berkembang yang dirugikan adalah sektor pertanian.Pengelolaan industri pertambangan di banyak negara di dunia lebih banyak menuai kegagalan daripada keberhasilan. Negara – negara yang gagal mengelola sumberdaya alamnya dan gagal dalam menarik manfaat dari berkah kekayaan yang dimiliki dikatakan bahwa negara tersebut telah mengalami kutukan sumberdaya alam (resource curse)2.

Persoalaan deplesi sumberdaya alam tidak terbarukan umumnya dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia yang mempunyai kandungan tambang timah yang cukup besar dan dikelola selama ratusan tahun, dan diperkirakan ekonomi basis tambang timahnya akan habis pada sekitar 8 tahun kedepan menurut data US Geological Survey tahun 2006.

1

Tahun 1970-an, Belanda mengalami fenomena Dutch Desease menyusul penemuan gas alam di Laut Utara, tetapi kemudian Belanda menyadari bahwa sektor manufaktur mereka tiba-tiba berkinerja lebih buruk dari yang sudah diantisipasi (Humphreys et al dalam Escaping The Resource Course, 2007)

2

Kutukan sumberdaya alam merujuk pada fakta bahwa negara-negara kaya sumberdaya alam memiliki pertumbuhan yang lebih rendah (Sachs dan Warner, 2000), memiliki sistem kelembagaan yang buruk (Karl 1997), dan lebih banyak konflik dibandingkan dengan negara-negara miskin sumberdaya alam (Collier dan Hoeffler, 2004)


(21)

Aktivitas penambangan timah di Indonesia telah berlangsung lebih dari 200 tahun, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan timah ini, tersebar dalam bentangan wilayah sejauh lebih dari 800 kilometer, yang disebut The Indonesian Tin Belt. Bentangan ini merupakan bagian dari The Southeast Asia Tin Belt, membujur sejauh kurang lebih 3.000 km dari daratan Asia ke arah Thailand, Semenanjung Malaysia hingga Indonesia.

Di Indonesia sendiri, wilayah cadangan timah mencakup Pulau Karimun, Kundur, Singkep, dan sebagian di daratan Sumatera (Bangkinang) di utara terus ke arah selatan yaitu Pulau Bangka, Belitung, dan Karimata hingga ke daerah sebelah barat Kalimantan. Penambangan di Bangka, misalnya, telah dimulai pada tahun 1711, di Singkep pada tahun 1812, dan di Belitung sejak 1852.

Namun, aktivitas penambangan timah lebih banyak dilakukan di Pulau Bangka, Belitung, dan Singkep. Kegiatan penambangan timah di pulau-pulau ini telah berlangsung sejak zaman kolonial Belanda hingga sekarang. Dari sejumlah pulau penghasil timah itu, Pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia.

Penambangan timah yang telah berlangsung ratusan tahun itu belum mampu melahirkan kesejahteraan bagi rakyat. Padahal, cadangan timah yang ada kian menipis pula. Tak heran, jika kemudian pertambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung membawa dampak sosial berupa masalah kemiskinan dan kecemburuan sosial di sekitar wilayah pertambangan.

Kehidupan ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengalami peningkatan setelah pemerintah melalui SK Menperindag Nomor. 146/MPP/Kep/4/1999 tanggal 22 April 1999 menetapkan bahwa timah dikategorikan sebagai barang bebas (tidak diawasi) dan pencabutan status timah sebagai komoditas strategis, sehingga tidak dimonopoli lagi oleh satu BUMN dan dapat diekspor secara bebas oleh siapapun. Dengan dikeluarkannya peraturan ini maka semakin maraklah tambang-tambang inkonvensional (TI) beroperasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Disebut dengan tambang inkonvensional (TI) karena metode penambangannya tidak seperti penambangan terbuka (open mining) namun hanya menggunakan mesin penyedot tanah dan air dengan kebutuhan modal hanya


(22)

berkisar Rp 15 juta. Keberadaan TI adalah berkah dan telah menghidupi kurang lebih 15.000 jiwa dengan total kontribusi PDRB sekitar Rp 30 miliar. Jumlah uang sebanyak itu sayangnya tidak ditanam dan beredar di Kepulauan Bangka Belitung yang pada gilirannya dapat menggerakkan ekonomi daerah, tetapi malah diangkut oleh pemilik modalnya yang umumnya berasal dari luar negeri (Bank Indonesia, 2006).

Walaupun keberadaan TI meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat, tetapi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan TI tersebut ternyata telah merusak hutan, sungai, kebun, jalan, dan pantai. Bahkan kerusakan yang ditimbulkan bukan hanya yang tampak oleh pandangan mata, namun juga yang kasat mata seperti budaya masyarakat untuk berkebun dan aspek wajib belajar pendidikan dasar.

Berdasarkan data Sakernas 2004-2005 BPS, di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah terjadi pergeseran jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor pertanian ke sektor pertambangan dan penggalian. Pada sektor pertanian, tahun 2004 berjumlah 172.030 orang dan tahun 2005 berkurang menjadi 140.911. Sebaliknya, di sektor pertambangan dan penggalian justru mengalami peningkatan dari 103.880 pada tahun 2004 menjadi 128.915 pada tahun 2005. Pergeseran tersebut tentu tidak lepas dengan maraknya kegiatan penambangan timah inkonvensional dan rendahnya minat masyarakat untuk menekuni sektor pertanian seperti lada yang harganya merosot, sehingga menyebabkan banyak petani beralih profesi ke sektor pertambangan.

Maraknya industri TI, telah menciptakan keuntungan bagi perekonomian Kepulauan Bangka Belitung dengan menggeliatnya sektor pertambangan dan penyerapan tenaga kerja, namun juga menimbulkan berbagai masalah yang merugikan sektor ekonomi lain, khususnya pertanian, serta meningkatnya angka putus sekolah dan kerusakan lingkungan.

Berdasarkan data US Geological Survey tahun 2006, disebutkan bahwa cadangan terukur timah di Indonesia adalah sekitar 800.000 sampai 900.000 ton, dimana Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil timah utama. Dengan tingkat produksi rata-rata sekitar 60.000 ton/tahun, atau setara dengan 90.000 ton/tahun pasir timah, cadangan tersebut hannya akan mampu bertahan sekitar 10 - 12 tahun lagi, atau hingga tahun 2017 – 2019.


(23)

Indonesia kini merupakan negara produsen timah terbesar ke-2 di dunia, setelah Cina sebagai produsen terbesar pertama. Indonesia merupakan negara eksportir timah nomor satu di dunia, lebih dari 90% produksinya diekpor ke manca negara. Sedangkan Cina mengkonsumsi hampir seluruh produksinya untuk kebutuhan domestik.

Sedangkan gambaran konsumen timah di dunia yang terbesar sampai tahun 2007 adalah Negara Jepang dan korea yakni sebesar 109.000 ton. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 1. Daftar Produsen Timah Dunia

No Nama Negara Jumlah produksi (ton)

1. China 130.000

2. Japan & Korea 109.000

3. Eropa 76.000

4. USA 60.500

5. Lain-lain (Negara di Eropa & Australia) 5.200

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Prop Kepulauan Bangka Belitung, 2010

Cadangan timah di seluruh dunia diperkirakan sebesar 11 juta ton (US Geological Survey, 2009). Jika dikomparasikan dengan empat negara-negara penghasil timah terbesar di dunia, cadangan timah Indonesia paling sedikit. Negara dengan cadangan terbesar adalah Cina sebanyak 3 juta ton, Brasil 2,5 juta ton, Peru 1 juta ton, dan Indonesia 0,9 juta ton.

Perusahaan penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini terdiri dari tiga kelompok besar, yaitu PT Timah Tbk, PT Koba Tin, dan perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan tersebut memiliki ijin untuk mengelola tambang pada suatu kawasan tertentu (kuasa penambangan), baik di darat maupun di laut. PT Timah Tbk mempunyai kuasa penambangan terluas, dan mempunyai ijin penambangan (Kontrak Karya) berlaku sampai tahun 2025. Sedangkan PT Koba Tin- Joint Venture Malaysia dan Indonesia, mempunyai KP terluas kedua mempunyai ijin penambangan hingga tahun 2013.


(24)

Tabel 2. Daftar Perusahaan Smelter Timah yang Telah Mendapat Izin Sebagai Exportir Terdaftar (ET)

No Nama Perusahaan Luas Kuasa Penambangan (Ha)

1 PT. TIMAH Tbk. 473.800,06 2 PT. KOBA TIN 41.680,30 3 CV. DS Jaya Abadi 50,00 4 PT. Bukit Timah 49,60 5 PT. Bangka Putra Karya 255,00 6 CV. Duta Putra Bangka 100,00 7 PT. Billiton Makmur Lestari 374,00 8 PT. Tinindo Inter Nusa 539,00 9 CV. Donas Kembara 12,00 10 PT. Sumber Jaya Indah 75,00 11 PT. Sari Wiguna Bina Sentosa 121,00 12 PT. Prima Timah Utama 50,00 13 Yin Chinindo Minning Industry 87,20 14 PT. Mitra Stania Prima

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Prop Kepulauan Bangka Belitung, 2010

Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi Prov. Kepulauan Bangka Belitung, produksi timah Prov. Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2008 mencapai 90.146 ton, sementara tahun 2009 mencapai 119.711 ton. Timah tersebut sebagian besar diproduksi oleh PT Timah Tbk dan sisanya oleh PT Koba Tin dan 14 perusahaan tambang timah lainnya

Tabel 3. Jumlah ekspor timah Prov. Kep. Bangka Belitung

Perusahaan Tambang Tahun

2008 2009

PT Timah Tbk 46.862 49.240 PT Koba Tin 7.269 7.400 14 Perusahaan Lainnya 36.015 63.071

Total 90.146 119.711

Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Prop Kepulauan Bangka Belitung, 2010

Di masa mendatang, tingkat produksi timah lambat laun pasti menurun. Oleh sebab itu, pemerintah harus mengedepankan pembangunan berkelanjutan dengan memperhitungkan keberlanjutan ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung sejak produksi menurun hingga cadangan timah habis. Jika industri timah berakhir, sedang sumber penggerak ekonomi alternatif tidak tersedia maka kesejahteraan masyarakat akan berkurang atau bahkan angka kemiskinan bertambah.


(25)

Semakin menipisnya ketersediaan sumber daya alam dalam hal ini timah, jika dilihat dari sisi pandangan eksploitatif (perspektif Ricardian), akan meningkatkan biaya ekstraksi maupun harga output. Dengan meningkatnya harga output produsen akan berusaha untuk meningkatkan suplai. Namun karena sumberdaya yang terbatas, kombinasi dampak harga dan biaya akan menimbulkan insentif untuk mencari sumber daya substitusi dan peningkatan daur ulang (Fauzi, Akhmad, 2006)

Menurut Hayami (2001) untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, negara-negara berkembang harus melakukan transformasi struktural perekonomiannya melalui akumulasi modal, utamanya untuk akumulasi modal yang tidak kasat mata (intangible capital) agar mencapai perekonomian industri modern dengan semakin mengurangi pangsa kebergantungannya pada sumberdaya alam melainkan kepada sumberdaya manusia (SDM) yang bertumpu pada sektor perindustrian, perdagangan dan jasa-jasa. Karena itu strategi awal negara-negara berkembang sebelum mencapai perekonomian modern harus mengandalkan pada industri pengolahan dari hasil sektor-sektor primer sekaligus untuk menekan kebocoran nilai tambah, untuk mencapai surplus ekonomi, peningkatan tabungan yang kemudian dapat diinvestasikan pada sektor-sektor produktif. Untuk seterusnya kembali menyumbangkan surplus ekonomi. Begitu seterusnya untuk mencapai tatanan perekonomian modern.

Proses transformasi struktur perekonomian yang matang atau seimbang secara berkelanjutan, harus pula diiringi oleh proses transformasi struktur ketenagakerjaan. Artinya, penurunan pangsa sektor primer dalam perekonomian harus pula diimbangi oleh penurunan persentase tenaga kerja di sektor ini dan semakin tingginya pangsa relatif sektor industri dan jasa. Bila hal ini tidak terjadi maka salah satu sektor ekonomi akan menanggung beban tenaga kerja yang berlebihan, sementara itu, sektor-sektor lain yang berkembang akan mengalami kelangkaan tenaga kerja (dalam arti kualitas dan kuantitas). Proses transformasi yang demikian inilah yang pertama kali dikonsepkan dalam Model Clark-Fisher pada tahun 1942 (Winoto, 1995).


(26)

Gambar 1 Transformasi Struktur Perekonomian Prov. Bangka Belitung Berdasarkan Harga Berlaku (2000 - 2009)

Gambar 2 Transformasi Struktur Ketenagakerjaan Prov. Bangka Belitung (2001 - 2010)

Keterangan Gambar 1 dan 2:

1 Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan

2 Pertambangan dan penggalian

3 Industri pengolahan

4 Listrik, gas dan air

5 Bangunan

6 Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel 7 Angkutan, pergudangan dan komunikasi

8 Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan

9 Jasa kemasyarakatan

Gambar 1 memperlihatkan bahwa selama tahun 2000 sampai dengan 2009 industri pengolahan merupakan sektor yang mendominasi struktur perekonomian


(27)

Provinsi Bangka Belitung, hanya pada tahun 2005 sektor ini dikalahkan oleh sektor pertambangan, tetapi kemudian meningkat lagi dan menjadi sektor utama yang mendominasi struktur perekonomian di Provinsi Bangka Belitung hingga tahun 2009. Peran sektor pertanian menunjukkan kecenderungan menurun dan sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan sektor pertambangan yang didominasi oleh pertambangan timah sejak tahun 2000 berada di urutan ketiga, kemudian meningkat di tahun 2005 menjadi sektor yang paling tinggi sumbangannya terhadap PDRB, tetapi kemudian kecenderungannya menurun menjadi urutan ketiga seimbang dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tambang bukan merupakan sektor yang dapat diandalkan sebagai sektor perekonomian unggulan di Provinsi Bangka Belitung, walaupun memiliki pangsa yang relatif tinggi tetapi fluktuasi pangsa perekonomiannya tidak stabil bahkan cenderung mengalami penurunan.

Selanjutnya ditelusuri apakah struktur perekonomian yang saat ini didominasi oleh industri pengolahan didukung pula oleh struktur ketenagakerjaan yang kondusif bagi perkembangan sektor-sektor ekonomi di Provinsi Bangka Belitung. Gambar 2 memperlihatkan transformasi struktur ketenagakerjaan selama sepuluh tahun (2001 – 2010). Ternyata struktur perekonomian yang ada di provinsi Bangka Belitung tidak didukung oleh struktur ketenagakerjaan yang kondusif bagi perkembangan dan pertumbuhan sektor-sektor perekonomian yang memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kesempatan kerja yang relatif merata. Hal ini terlihat dari struktur ketenagakerjaan yang ternyata masih didominasi oleh sektor pertanian. Sedangkan sektor industri pengolahan yang mempunyai pangsa perekonomian tertinggi hanya mampu memberikan sumbangan terhadap ketenagakerjaan rata-rata sebesar 4.5 % selama 10 tahun terakhir.

Kondisi yang menarik dari struktur ketenagakerjaan diperlihatkan oleh perpindahan struktur ketenagakerjaan dari sektor pertanian ke sektor pertambangan. Sejak tahun 2000, sektor pertanian mendominasi struktur ketenagakerjaan, dan sektor pertambangan menduduki urutan kedua. Dari grafik pada Gambar 2 terlihat bahwa ketika daya serap sektor pertambangan terhadap


(28)

tenagakerja menurun, maka penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian meningkat, begitu juga sebaliknya ketika daya serap sektor pertambangan terhadap tenaga kerja meningkat, maka penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian menurun. Sedangkan sektor perekonomian yang lain relatif stabil. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan tidak bisa diandalkan sebagai sektor perekonomian unggulan di Provinsi Bangka Belitung. Karena itu harus dicari sektor perekonomian pengganti tambang sebagai pemicu perekonomian wilayah di Provinsi Bangka Belitung.

Dalam pandangan Stimson dkk (2006) dalam tatanan perkonomian dunia yang semakin kuat mengglobal seperti dewasa ini, setiap wilayah harus mampu menemukenali (recognizing) keunggulan komparatif yang dimiliki untuk dikelola menjadi keunggulan kompetitif di pasar ekspor global. Karena itu, perencanaan pengembangan setiap wilayah sebagai bagian dari wilayah nasional haruslah semakin mengandalkan kedua keunggulan yang dapat dikembangkan oleh masing-masing wilayah untuk saling bersinergi selain untuk saling berkompetisi. Karena itu pula perencanaan pengembangan wilayah yang sifatnya top down semata-mata dari otoritas pusat perlu untuk semakin diminimalisir peranannya, agar setiap wilayah mampu berkembang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Bila setiap wilayah mampu berkembang menurut keunggulan kompetitifnya, maka secara agregat akan bermuara pada daya kompetisi nasional suatu negara pula di pasar global.

Dalam konteks strategi pengembangan wilayah seperti dideskripsikan oleh Stimson dkk (2006) tersebut, maka perencanaan wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus disusun sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan akan berakhirnya era tambang timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, perlu diidentifikasi potensi wilayah yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Karena itu kebutuhan untuk melakukan identifikasi sektor-sektor basis dan analisis daya kompetitifannya menjadi prioritas pertama dalam melakukan perencanaan pengembangan wilayah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.


(29)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Pertambangan timah merupakan komoditas yang tidak dapat diperbarui. Sektor ekonomi apa yang dapat menggantikan peranan ekonomi pertambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3. Bagaimana Transformasi struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menghadapi berakhirnya perekonomian berbasis pertambangan timah.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengkaji dan menganalisis struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang meliputi: struktur penawaran dan permintaan, struktur output, struktur nilai tambah, struktur permintaan akhir, struktur tenaga kerja dan struktur perdagangan.

2. Mengkaji dan menganalisis sektor ekonomi sektoral unggulan yang dapat menggantikan posisi sektor pertambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3. Mengkaji dan menganalisis Transformasi struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menghadapi berakhirnya perekonomian berbasis pertambangan timah.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Setidaknya hasil penelitian sangat bermanfaat untuk:

1. Memberikan kontribusi khasanah keilmuan khususnya Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan.

2. Dapat digunakan sebagai rekomendasi kebijakan publik pengembangan ekonomi wilayah khususnya bagi otoritas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

1.5 Kebaruan Dari Penelitian

Penelitian transformasi struktur dari corak perekonomian berbasis sumberdaya tambang yang tak terbarukan (non renewable resource) menuju


(30)

perekonomian berbasis sumberdaya yang terbarukan (renewable resource) sudah beberapa kali dilakukan misalnya Margo Y (2005) dan Malanuang. L (2009). Kedua penelitian ini menggunakan model Input-Output Regional. Hal yang membedakan dengan penelitian terdahulu, penelitian ini menggunakan model Interregional Input-Output (IRIO) dan sistem dinamis untuk pemodelan transformasi perekonomian dari basis tambang ke non tambang.


(31)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Struktur Ekonomi

Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir, yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang bisa diukur antara lain melalui pendapatan riil per kapita yang tinggi. Berarti pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan riil per kapita meningkat dalam jangka panjang. Selain peningkatan produksi dan pendapatan agregat, proses pembangunan akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi masyarakat. Perubahan struktur ini, selain disebabkan oleh peningkatan pendapatan per kapita juga disebabkan oleh perubahan teknologi, peningkatan sumber daya manusia, dan penemuan sumber material baru untuk produksi.

Model Input-Output Badan Pusat Statistik (2005) menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling mempunyai keterkaitan antar satuan kegiatan ekonomi dalam suatu rentang waktu tertentu (satu tahun) yang disajikan dalam bentuk matriks. Isian sepanjang baris memperlihatkan alokasi output dan menurut kolom menunjukkan struktur input dalam proses produksi. Sebagai model kuantitatif, tabel Input-Output (tabel I-O) mampu memberi gambaran tentang :

1. Struktur perekonomian yang mencakup struktur output dan nilai tambah masing-masing kegiatan ekonomi di suatu daerah;

2. Struktur input antara (intermediate input), yang menunjukkan penggunaan barang dan jasa oleh kegiatan produksi di suatu daerah

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik yang berupa produksi dalam negeri maupun barang-barang yang berasal dari impor; dan

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan oleh kegiatan produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

Proses pembangunan ekonomi yang sudah berlangsung cukup lama dan telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya disusul dengan suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonominya. Perubahan struktur ekonomi terjadi akibat perubahan sejumlah faktor, yang menurut sumbernya dapat dibedakan antara faktor dari sisi permintaan agregat (AD), dan


(32)

faktor-faktor dari sisi penawaran agregat (AS), atau dari kedua sisi pada waktu yang bersamaan. Selain itu, perubahan struktur ekonomi juga dipengaruhi secara langsung/tidak langsung oleh intervensi pemerintah di dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.

Dari sisi permintaan agregat, faktor yang paling dominan adalah peningkatan pendapatan per kapita masyarakat, yang perubahannya mengakibatkan perubahan dalam selera dan komposisi barang-barang yang dikonsumsi. Apabila pendapatan riil masyarakat meningkat maka pertumbuhan permintaan akan barang-barang non makanan akan lebih besar daripada pertumbuhan permintaan terhadap makanan. Perubahan ini menggairahkan pertumbuhan industri-industri baru, dan meningkatkan output di industri-industri yang ada.

Dari sisi penawaran agregat (AS), faktor-faktor penting di antaranya adalah pergeseran keunggulan komperatif, perubahan teknologi, peningkatan pendidikan atau kualitas SDM, penemuan sumber-sumber bahan baku baru (new recources) untuk produksi, dan akumulasi barang modal. Semua ini memungkinkan untuk melakukan inovasi dalam produk atau proses produksi dan pertumbuhan produktivitas sektoral dari faktor-faktor produksi yang digunakan.

Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni teori migrasi dari Arthur lewis, dan teori transformasi struktural dari Hollis Chenery.

Teori Arthur Lewis (dalam Jhingan 2000) pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan (rural) dan di daerah perkotaan (urban). Dalam teorinya Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan karena jumlah penduduk yang tinggi, maka terjadi kelebihan suplai tenaga kerja, dan tingkat kehidupan masyarakat berada pada kondisi subsisten akibat perekonomian yang sifatnya juga subsisten. Over supply tenaga kerja ini ditandai dengan produk marjinal sama dengan nol, dan tingkat upah riil yang sangat rendah. Hubungan antara upah, jumlah tenaga kerja pada perekonomian pedesaan dapat dijelaskan


(33)

dengan menggunakan model persamaan ekonometrik sederhana mengenai dinamika pasar tenaga kerja yang terdiri dari :

NpD = Fd (W-p, Q+p) …..………..………...…….… 2.1

NpS = Fs (Wp) ..……….………..… 2.2

NpD = NpS = Np..………...…………....……….……. 2.3

Qp = Fq p(Np) ..………..…...…... 2.4

Persamaan (2.1) adalah permintaan tenaga kerja (NpD ) yang merupakan fungsi negatif dari tingkat upah (Wp) dan fungsi positif dari jumlah output sektor pertanian (Qp). Persamaan (2.2) adalah penawararan tenaga kerja (NpS) yang merupakan fungsi dari tingkat upah (Wp). Persamaan (2.3) mencerminkan ke- seimbangan di pasar tenaga kerja (labour market), yang menghasilkan suatu ting- kat upah dan jumlah tenaga kerja keseimbangan. Sedangkan persamaan (2.4) adalah fungsi produksi di sektor pertanian (Qp) yang merupakan fungsi dari jumlah tenaga kerja yang digunakan (Np). Nilai produk marjinal nol, artinya fungsi produksi di sektor pertanian seperti yang digambarkan pada persamaan (2.4) sudah berada pada skala kenaikan hasil yang semakin berkurang (dimi- nishing return to scale), dimana setiap penambahan jumlah tenaga kerja justru akan menurunkan jumlah output yang dihasilkan. Dalam kondisi demikian, pengurangan jumlah tenaga kerja tidak akan menurunkan jumlah output di sektor pertanian. Hal inilah yang akan mendorong tingkat upah tenaga kerja di sektor pertanian menjadi sangat rendah. Di lain pihak, sektor industri di perkotaan yang mengalami kekurangan tenaga kerja berada pada skala kenaikan hasil yang semakin bertambah (increasing return to scale), dimana produk marjinal tenaga kerja positif. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat upah tenaga kerja di sektor industri relatif tinggi. Perbedaan tingkat upah tenaga kerja pada kedua sektor ini akan menarik banyak tenaga kerja untuk berpindah (migrasi) dari sektor pertanian ke sektor industri.

Karena persediaan tenaga kerja di sektor pertanian tidak terbatas, maka sektor industri dapat berkembang dengan menarik tenaga kerja secara tidak terbatas dari sektor pertanian. Tenaga kerja bersedia pindah ke sektor industri karena mereka dapat menerima upah yang lebih tinggi dibandingkan dengan upah subsisten di sektor pertanian. Produktivitas marginal tenaga kerja di sektor


(34)

industri lebih tinggi dari upah yang mereka terima, sehingga mengakibatkan terbentuknya surplus sektor industri. Surplus sektor industri dari selisih upah ini diinvestasikan kembali seluruhnya dan tingkat upah di sektor industri diasumsikan konstan serta jumlahnya ditetapkan melebihi tingkat rata-rata upah di sektor pertanian. Oleh karena itu, laju dari proses transfer tenaga kerja tersebut ditentukan oleh tingkat investasi dan akumulasi modal secara keseluruhan di sektor Industri. Pada tingkat upah sektor industri yang konstan, kurva penawaran tenaga kerja perdesaan dianggap elastis sempurna.

Sektor industri akan terus menyerap tenaga kerja dari sektor pertanian sampai pada titik dimana tingkat upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja sektor industri. Pada akhirnya rasio tenaga kerja-kapital (capital labor ratio) naik dan penawaran tenaga kerja di sektor pertanian tidak lagi elastis sempurna.

Karena dalam model Lewis diasumsikan bahwa surplus sektor industri dari selisih upah diinvestasikan kembali seluruhnya, maka kurva produk marginal tenaga kerja akan bergeser ke kanan. Proses ini dapat digambarkan sebagai pergeseran kurva penawaran tenaga kerja atau produktivitas marginal ke kanan pada sektor industri pada tingkat upah yang lebih tinggi daripada upah subsisten di sektor pertanian, seperti disajikan pada Gambar 3.

Menurut Todaro (2000), model Lewis pada kenyataannya mengandung beberapa kelemahan karena asumsi-asumsi yang digunakan, khususnya untuk sebagian besar negara berkembang. Kelemahan pertama menyangkut reinvestasi modal dimana model tersebut mengasumsikan bahwa tingkat pengalihan tenaga


(35)

kerja dan penciptaan kesempatan kerja di sektor industri sebanding dengan tingkat akumulasi modal. Namun fenomena menunjukkan bahwa sebagian besar reinves- tasi justru dilakukan untuk mengembangkan industri dengan teknologi yang he- mat tenaga kerja. Dengan demikian penyerapan tenaga kerja dari sektor pertanian akan berjalan lamban. Belum lagi adanya kenyataan bahwa akumulasi modal tidak seluruhnya ditanamkan kembali di dalam negeri. Pelarian modal (capital flight) ke luar negeri sering terjadi karena alasan faktor keamanan di dalam negeri. Kelemahan kedua menyangkut asumsi surplus tenaga kerja yang terjadi di perdesaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kelangkaan tenaga kerja pertanian di perdesaan sudah mulai dirasakan, sementara pengangguran banyak terjadi di per- kotaan. Kelemahan ketiga menyangkut asumsi tentang pasar tenaga kerja yang kompetitif di sektor industri, sehingga menjamin upah riil di perkotaan yang konstan sampai pada suatu titik dimana surplus tenaga kerja habis terpakai. Pada kenyataannya upah di pasar tenaga kerja sektor industri cenderung meningkat dari waktu ke waktu, baik secara absolut maupun secara riil.

Dengan beberapa kelemahan tersebut di atas, maka konsep pembangunan dengan berbasis pada perubahan struktural seperti dalam model Lewis memerlu- kan beberapa penyempurnaan sesuai dengan fenomena ekonomi yang ada.

Sementara teori dari Chenery dikenal dengan pattern of development, memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di NSB yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.

Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan pertumbuhan GDP yang merupakan total pertumbuhan nilai tambah (value added) dari semua sektor ekonomi yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Misalkan suatu perekonomian hanya terdiri dari sektor pertanian dan sektor industri. Sehingga nilai tambah (NT) untuk masing-masing sektor dapat dituliskan sebagai NTp dan NTi yang membentuk GDP, maka :

GDP = NTp + NTi.………....………...……..…… 2.5

Atau


(36)

Dimana a(t)p adalah pangsa GDP dari sektor pertanian dan a(t)i adalah pangsa GDP dari sektor industri, t menunjukkan periode. Pada tahap awal pembangunan (t=0), sebelum sektor industri berkembang, pangsa GDP dari sektor industri lebih kecil dibanding pangsa GDP dari sektor pertanian atau a (0)I < a(0)p. Dalam proses pembangunan terjadi transformasi ekonomi, di mana pangsa GDP dari sektor industri semakin meningkat, sementara pangsa GDP dari sektor pertanian menurun. Pada tahap akhir pembangunan (t=1) a(1)I > a(1)p, di mana a(1)I > a(0)i dan a(1)p < a(0)p. Proses transformasi struktural akan mencapai tarafnya yang paling cepat bilapergeseran pola permintaan domestik kearah industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri atau ekspor,seperti yang terjadi di New Industrial Countries (NICs). Dalam model transformasi struktural, relasi antar pertumbuhan output di sektor industri manufaktur, pola perubahan permintaan domestik kearah output industri dan pola perubahan perdagangan luar negeri dapat diformulasikan dalam suatu persamaan sederhanasebagai berikut :

Qi = Di + (Xi– Mi) + jXij ………..…………..…….… 2.7

Dimana Qi = jumlah output bruto dari industri manufaktur; Di = permintaan domestik terhadap produk akhir industri manufaktur; (Xi – Mi) adalah ekspor neto ;

jXij= aijXj adalah penggunaan produk manufaktur sebagai barang

antara oleh sektor j; aij = koefisien input-output yang diasumsikan bervariasi sehubungan dengan variasi tingkat pendapatan per kapita.

Gambar 4 Perubahan struktur Ekonomi Dalam Proses Pembangunan Ekonomi : Suatu Ilustrasi


(37)

Berdasarkan model ini, kenaikan produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah dari empat faktor berikut :

a. Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung untuk produk industri manufaktur plus efek tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya terhadap sektor industri manufaktur.

b. Perluasan ekspor, atau efek total dari kenaikan jumlah ekspor terhadap produk industri manufaktur.

c. Subsitusi impor, atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output industri manufaktur.

d. Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien input-output (aij) di dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.

Transformasi struktural dapat dilihat pada perubahan pangsa nilai output atau nilai tambah dari setiap sektor di dalam pembentukan GDP atau GNP. Kontribusi output dari sektor pertanian dalam pembentukan GDP semakin mengecil, sementara pangsa GDP dari industri manufaktur dan jasa mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan GDP atau pendapatan nasional per kapita.

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Tujuan dari pertumbuhan ekonomi adalah meningkatkan pendapatkan perkapita penduduk. Pendapatan perkapita kemudian akan memperluas pilihan-pilihan (enlarging choices) penduduk untuk mencapai kesejahteraan-nya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi adalah faktor yang penting untuk mencapai tingkat kesejahteraan penduduk. Oleh karena itu salah satu fokus dalam ilmu ekonomi adalah mengenai teori-teori pertumbuhan ekonomi. Perkembangan teori pertumbuhan pada umumnya berusaha mengidentifikasi faktor-faktor penyebab pertumbuhan dan prilakunya.

Secara umum teori-teori pertumbuhan ekonomi menyebutkan bermacam-macam sumber pertumbuhan ekonomi, diantaranya bersumber dari perdagangan, spesialisasi, pertumbuhan penduduk, tabungan, investasi, akumulasi kapital,


(38)

proporsi faktor produksi, teknologi sampai dengan teori baru yang berfokus pada keunggulan sumber daya manusia.

2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Klasik.

Ahli ekonomi klasik yang paling terkemungka yaitu Adam Smith, ada beberapa hal yang di tekankan oleh Adam Smith kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi adalah: sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stasioner (stationary state). Posisi stasioner terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya termanfaatkan. Kalaupun ada pengangguran, hal itu bersifat sementara. Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan perekonomian. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optimal dalam perekonomian. Pemerintah tidak perlu terjun langsung dalam kegiatan produksi dan jasa. Peranan pemerintah adalah menjamin keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat serta membuat "aturan main" yang memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban menyediakan prasarana sehingga aktivitas swasta menjadi lancar.

Pandangan Smith kemudian dikoreksi oleh John Maynard Keynes (1936), dalam dengan mengatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal (perpajakan dan perbelanjaan pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar), pengawasan langsung dan mengandalkan mekanisme pasar dengan menginginkan peran pemerintah sekecil mungkin. Kedua kelompok umumnya sependapat bahwa salah satu tugas negara adalah menciptakan distribusi pendapatan yang tidak terlalu pincang (ada kaitan dengan tingkat saving dan konsumsi) sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mantap dan berkelanjutan. Pemerintah perlu turun tangan untuk menyediakan jasa yang melayani kepentingan orang banyak ketika swasta tidak berminat menanganinya apabila tidak diberi hak khusus.


(39)

2.2.2 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar.

Harrod dan Domar, membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut:

G = k ... (2.8) Dimana :

G = Growth (tingkat pertumbuhan output) k = Capital (tingkat pertumbuhan modal) n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Agar terdapat keseimbangan maka antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh V (capital output ratio = rasio modal output).

Apabila tabungan dan investasi adalah sama ( I = S), maka :

V S Y K

Y S K Y Y

S K

S K

I

/

/ ……….……….. (2.9)

Richardson, H.W (1977) mengatakan bahwa perekonomian daerah bersifat terbuka. Artinya, faktor-faktor produksi / hasil produksi yang berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dapat diimpor. Impor dan tabungan adalah kebocoran-kebocoran dalam menyedot output daerah. Sedangkan ekspor dan investasi dapat membantu menyedot output kapasitas penuh dari faktor-faktor produksi yang ada di daerah tersebut. Kelebihan tabungan yang tidak terinvestasikan secara lokal dapat disalurkan ke daerah-daerah lain yang tercermin dalam surplus ekspor. Apabila pertumbuhan tenaga kerja melebihi dari apa yang dapat diserap oleh kesempatan kerja lokal maka migrasi neto dapat menyeimbangkan tingkat pertumbuhan angkatan kerja dan tingkat pertumbuhan output. jadi, dalam perekonomian terbuka, persyaratannya menjadi sedikit longgar.


(40)

Syarat statistik bagi perekonomian terbuka :

S + M = I + X atau (s + m) Y = I + X, atau : M = Impor dan X = Ekspor

Y X m s Y I

... (2.10) Kita mengetahui bahwa ekspor suatu daerah I dapat dirumuskan sebagai impor daerah – daerah lain.

n j n j j Y ji m ij M i X 1 1

... (2.11) Ekspor daerah i = total daerah-daerah j dari daerah i = nilai m (marginal propensity to import) daerah-daerah j dari daerah i dikalikan dengan tingkat pendapatan masing-masing setiap daerah j. Dengan demikian, Richardson merumuskan persamaan pertumbuhan suatu wilayah adalah :

i V i Y j Y ji m i m i s i

g / ... (2.12) Catatan : Y X m s Y I v s g v v s Y S Y I dimana .

gi . vi = si + mi– ( mji Yj)/Yi

i v i Y j Y ji m i m i s i

g ( )/

Berdasarkan rumus di atas maka agar suatu daerah tumbuh cepat atau gi tinggi, dikehendaki agar : Si (tingkat tabungan) = tinggi, mi (impor) = tinggi, ekspor = kecil, vi (capital output ratio/COR) = kecil, artinya dengan modal yang kecil dapat meningkatkan output yang sama besarnya. Yang termasuk dalam ekspor dan impor adalah barang konsumsi dan barang modal. Dalam model ini, kelebihan atau kekurangan tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau arus masuk dari setiap faktor di atas.

Pertumbuhan yang mantap tergantung pada apakah arus modal dan tenaga kerja interregional bersifat menyeimbangkan atau tidak. Pada model ini arus modal dan tenaga kerja searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang. dalam prakteknya, daerah yang pertumbuhannya tinggi (daerah yang telah maju) akan menarik modal tenaga kerja dari daerah lain yang pertumbuhannya rendah dan hal ini membuat pertumbuhan antara daerah menjadi


(41)

pincang. Artinya, daerah yang maju kian maju dan yang terbelakang akan makin ketinggalan. Jadi pertumbuhan antara daerah akan mengarah kepada hetteorgenous (makin pincang).

2.2.3 Teori Pertumbuhan Neoklasik.

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M. Solow dari Amerika Serikat dan T.W. Swan dari Australia. Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi dengan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L). Oleh sebab itu, fungsi produksinya berbentuk :

Yi = fi (K,L,t) ... (2.13) Dalam kerangka ekonomi wilayah, Richardson kemudian menderivasikan rumus di atas menjadi sebagai berikut :

Yi = ai ki + (1-ai) ni + Ti ... (2.14) dimana :

Yi : besarnya output Ki : tingkat pertumbuhan modal

ni : tingkat pertumbuhan tenaga kerja Ti : kemajuan teknologi

a : bagian yang di hasilkan oleh faktor modal (1- a) : bagian yang dihasilkan oleh faktor di luar modal

Agar faktor produksi selalu berada pada kapasitas penuh perlu mekanisme yang menyamakan investasi dengan tabungan (dalam kondisi full employment). Dengan demikian, pertumbuhan mantap membutuhkan syarat bahwa :

p i K

i Y i a i

MPK ……….……….… (2.15)

MPKi = Marginal productivity of capital

Jika p sudah tertentu dan a tetap konstan maka Y dan K harus tumbuh dengan tingkat yang sama. Syarat keseimbangan bagi keseluruhan sistem adalah

1

1 i

i

i S i I


(42)

(walaupun dari suatu region tabungan bisa saja tidak sama dengan investasi ) Suatu daerah akan mengimpor modal jika tingkat pertumbuhan modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal. Dalam pasar sempurna marginal productivity of labour (MPL) adalah fungsi langsung tapi bersifat terbalik dari marginal productivity of capital (MPK). Hal ini bisa dilihat dari nilai rasio modal tenaga kerja (K/L).

Apabila tiap daerah dimisalkan menghasilkan output yang homogen dan fungsi produksi yang identik maka di daerah yang K/L-nya tinggi terdapat upah riil yang tinggi dan MPK yang rendah. Adapun di daerah yang K/L-nya rendah terdapat upah riil yang rendah tetapi MPK yang tinggi. Sebagai akibatnya modal akan mengalir dari daerah yang upahnya tinggi ke daerah yang upahnya rendah karena akan memberikan balas jasa (untuk modal) yang lebih tinggi. Sebaliknya, tenaga kerja akan mengalir dari daerah upah rendah ke daerah upah tinggi. Mekanisme di atas pada akhirnya menciptakan balas jasa faktor-faktor produksi di semua daerah sama. Dengan demikian, perekonomian regional/ pendapatan per kapita regional akan mengalami proses konvergensi (makin sama).

Analisis lanjutan dari paham Neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat S (saving) yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali (di wilayah tersebut).

2.2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional dan Interregional.

Pertumbuhan regional pada dasarnya mengunakan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi secara agregat. Hanya saja titik tekanan analisis pertumbuhan regional lebih diletakan pada perpindahan faktor (factor movements). Arus modal dan tenaga kerja yang mengalir dari suatu daerah ke daerah lain membuka peluang bagi perbedaan tingkat pertumbuhan antar daerah. Dalam analisis dinamik, tingkat pertumbuhan suatu daerah dapat jauh lebih tinggi dari tingkat normal yang dicapai oleh perekonomian nasional ataupun sebaliknya.

Pertumbuhan ekonomi regional adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di regional tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Perhitungan pendapatan regional pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan


(1)

INPUT 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 JML

Jumlah Input

INP

U

T

P

R

IM

E

R

Upah Gaji

Surplus Usaha

Penyusutan

Pajak Tak Langsung

Subsidi

Jumlah

INPUT ANTARA

SISA INDONESIA

J

um

la

h

Inp

ut

Ant

a

ra

Lokal

Domestik

Impor

Jumlah

28 29 30 31 32 33 34 35 Jumlah

Antara 180

94,526 574,988 374,893 92,650 19,247 146,410 0 2,068,454 16,844,762 19,495,313 1,160,025 996,441 689,244 152,792

4,446 24,011 1,869 5,536 0 23 0 281,918 13,423,335 13,979,681 415,603 0 0 0

158 6,734 0 0 162 0 0 1,600 8,982,879 14,581,372 0 0 555 772,780

8 692 53 218 119 14 0 26,890 20,925,851 23,711,750 0 0 182,179 131,144

5,449 5,913 1,535 1,781 2,111 17,188 0 90,604 4,861,909 5,055,598 604,153 67,368 210,686 55,675

4,097 96,902 146,889 317,632 16,563 116,819 0 361,215 7,560,200 7,602,548 1,548,387 164,365 2,073,610 199,599

0 183,220 156,451 158,545 0 0 0 76,506 732,925 732,925 769,253 99 544,289 10

35,240 90,574 51,675 115,333 23,592 33,813 0 436,762 12,137,052 12,183,966 28,380,933 254,829 2,017,380 627,215

1,308,953 431,330 308,130 290,280 264,839 214,798 0 1,462,402 19,459,484 19,459,484 23,702,110 1,568,104 86,268 0

708,449 1,856,436 459,901 531,220 1,288,696 1,669,331 0 5,337,005 36,423,028 36,423,028 339,857 2,333,301 173,214,889 0

6,713,807 5,196,386 1,496,071 1,932,651 253,455 597,016 0 5,815,757 166,151,537 168,272,605 117,923,925 3,458,159 20,173,713 52,193

1,586,503 1,152,635 398,402 6,258,050 226,908 922,827 0 2,688,577 28,437,728 28,977,490 47,162,568 2,903,800 0 0

552,896 1,748,797 286,194 205,151 169,707 216,082 0 680,919 31,486,512 32,387,241 30,879,314 10,288,295 2,916,065 17,925

163,774 904,929 879,978 77,088 155,559 45,288 0 362,313 16,399,788 17,216,868 11,182,157 3,583,091 883,234 36,888

381,474 108,895 85,340 6,583,605 191,870 169,922 0 355,791 14,670,609 17,102,386 27,337,243 5,006,147 839,351 4,180

259,259 420,050 171,917 235,421 546,846 213,203 0 495,005 9,434,603 9,722,154 13,323,646 1,176,528 87,447 0

266,021 700,707 213,227 736,539 159,026 595,975 0 535,282 15,122,072 15,341,412 15,101,123 1,027,606 0 0

0 0 0 0 0 0 0 0 19,861 19,861 10,920,779 87,526,905 22,090 0

2,431,927 7,133,036 3,193,043 6,990,541 589,977 1,092,302 0 6,272,188 68,345,100 69,691,060 53,320,611 19,241,068 1,834,978 8,645

51,293,454 36,277,134 19,537,020 33,820,104 4,361,364 6,707,947 0 40,985,748 1,139,075,206 1,237,909,921 849,523,017 146,650,686 210,331,895 13,427,143

51,293,454 36,277,134 19,537,020 33,820,104 4,361,364 6,707,947 0 40,985,748 1,139,075,206 1,901,026,311

1,716,245 9,675,847 6,116,518 8,687,666 421,052 826,140 0 7,911,951 117,866,603 266,025,299

1,261,019 5,222,707 2,676,677 4,255,454 124,327 233,888 0 2,562,980 106,988,276 243,135,192

54,270,718 51,175,688 28,330,214 46,763,224 4,906,743 7,767,975 0 51,460,679 1,363,930,085 2,410,186,802

13,602,191 12,590,687 4,015,492 3,935,698 5,943,954 6,662,854 91,477,448 32,015,393 494,970,249 825,920,077

26,144,308 24,535,345 5,520,081 3,602,012 10,124,794 16,273,806 989,204 54,262,653 949,317,490 1,523,512,305

2,695,389 5,779,321 1,881,624 2,604,917 3,213,938 1,663,900 6,635,320 7,205,303 131,425,924 210,400,334

4,681,124 1,372,091 419,587 280,262 555,017 973,243 47,147 3,002,704 89,073,702 120,991,255

0 -117,120 0 0 0 0 0 0 -5,244,163 -9,723,993

47,123,012 44,160,325 11,836,784 10,422,889 19,837,702 25,573,803 99,149,118 96,486,053 1,659,543,201 2,671,099,978


(2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 JML

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

INPUT ANTARA

7. BANGKA BELITUNG

0 0 50,501 0 50,501 50,501

390 134,508 387,667 0 387,667 387,667

86,232 699,779 1,270,882 0 1,270,882 1,270,882

149 144,128 176,981 0 176,981 176,981

0 7,964 77,449 0 77,449 77,449

1,607 863,759 1,184,016 0 1,184,016 1,184,016

0 0 0 0 0 0

44,502 48,222 3,367,248 0 3,367,248 3,367,248

0 0 0 0 0 0

0 344,571 1,010,745 0 1,010,745 1,010,745

8,322 130,158 162,265 0 162,265 162,265

420,489 549,923 561,923 0 561,923 561,923

0 104 316 0 316 316

0 0 0 0 0 0

2,191 62,827 290,995 0 290,995 290,995

0 697 2,774 0 2,774 2,774

31 1,201 36,627 0 36,627 36,627

212 319 6,551 0 6,551 6,551

0 0 0 0 0 0

5,850,322 5,850,221 6,815,959 0 6,815,959 6,815,959

0 101 3,046 0 3,046 3,046

0 0 0 0 0 0

136 22,037 67,119 0 67,119 67,119

2,280 441,776 672,613 0 672,613 672,613

0 97,384 233,501 0 233,501 233,501

0 1,152,977 1,969,477 0 1,969,477 1,969,477

236,393 1,562,554 2,241,829 0 2,241,829 2,241,829

11,212 228,171 402,452 0 402,452 402,452

8,409 267,768 402,019 0 402,019 402,019

2,008 130,151 148,845 0 148,845 148,845

3,709 266,038 294,706 0 294,706 294,706

565 66,206 110,388 0 110,388 110,388

1,891 49,735 67,266 0 67,266 67,266

1,892 639,612 639,627 0 639,627 639,627

296 339,797 916,688 0 916,688 916,688

6,683,238 14,102,690 23,572,472 0 23,572,472 23,572,472

0 0 2,398,318 0 2,398,318 2,398,318

13,646 1,180,678 1,280,854 0 1,280,854 1,280,854

0 287,245 7,825,889 0 7,825,889 7,825,889

107 1,154,360 1,788,145 0 1,788,145 1,788,145

0 165,840 1,409,173 0 1,409,173 1,409,173

121,475 1,830,452 2,811,116 0 2,811,116 2,811,116

10,393,465 10,393,465 21,927,241 0 21,927,241 21,927,241

1,765,647 1,765,799 3,746,246 0 3,746,246 3,746,246

2,006,375 5,900,323 17,189,502 0 17,189,502 17,189,502

3,833,309 8,210,272 19,872,790 0 19,872,790 19,872,790

5,752 674,535 860,855 0 860,855 860,855

1,011,519 4,130,189 4,661,146 0 4,661,146 4,661,146

406 195,331 281,695 0 281,695 281,695


(3)

INPUT 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 JML

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

INPUT ANTARA

10. DKI JAKARTA

INPUT ANTARA

6. SUMATRA SELATAN

0 0 0 0 0 0

1,199,452 1,685,621 2,824,337 0 2,824,337 2,824,337

0 11,020 23,359 0 23,359 23,359

0 1,693,452 14,492,178 0 14,492,178 14,492,178

194,528 213,534 1,342,888 0 1,342,888 1,342,888

0 2,421 517,230 0 517,230 517,230

46,321 46,321 235,895 0 235,895 235,895

2,640 8,846 70,231 0 70,231 70,231

0 0 0 0 0 0

15,732 185,442 205,163 0 205,163 205,163

7,361 1,311,244 1,516,983 0 1,516,983 1,516,983

0 485,749 1,253,531 0 1,253,531 1,253,531

0 11,777,897 13,191,808 0 13,191,808 13,191,808

194,319 5,225,084 11,578,824 0 11,578,824 11,578,824

30,638 1,384,428 1,669,048 0 1,669,048 1,669,048

288,012 2,235,365 3,231,460 0 3,231,460 3,231,460

60,229 746,280 1,240,856 0 1,240,856 1,240,856

26,062 688,708 902,944 0 902,944 902,944

9,884 826,477 1,124,417 0 1,124,417 1,124,417

26,105 214,203 269,426 0 269,426 269,426

0 3,808,701 3,809,152 0 3,809,152 3,809,152

3,173 3,874,984 6,444,761 0 6,444,761 6,444,761

21,256,158 72,314,267 151,997,461 0 151,997,461 151,997,461

0 0 48,564 0 48,564 48,564

0 173,532 196,164 0 196,164 196,164

0 14,018 80,122 0 80,122 80,122

0 36,395 46,491 0 46,491 46,491

0 0 0 0 0 0

0 148,394 175,002 0 175,002 175,002

1,329,337 1,329,337 2,190,340 0 2,190,340 2,190,340

0 0 0 0 0 0

0 0 0 0 0 0

0 1,254,602 2,161,086 0 2,161,086 2,161,086

0 668,120 1,087,716 0 1,087,716 1,087,716

5,140,877 10,628,439 12,022,518 0 12,022,518 12,022,518

18,965,690 21,116,037 22,745,621 0 22,745,621 22,745,621

0 412,642 436,563 0 436,563 436,563

0 980,381 2,362,694 0 2,362,694 2,362,694

1,846,563 2,820,590 4,684,926 0 4,684,926 4,684,926

909,872 1,061,588 2,456,407 0 2,456,407 2,456,407

12,065,949 12,137,263 15,164,216 0 15,164,216 15,164,216

0 0 0 0 0 0

947,886 1,004,696 6,166,916 0 6,166,916 6,166,916

1,893,275 3,321,453 4,405,761 0 4,405,761 4,405,761

5,665,952 10,535,733 13,579,328 0 13,579,328 13,579,328

6,630,832 44,269,578 72,172,585 0 72,172,585 72,172,585

11,358,899 16,666,132 18,340,016 0 18,340,016 18,340,016

0 10,586,525 14,275,352 0 14,275,352 14,275,352


(4)

27 28 29 30 31 32 33 34 35 JML

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 JML

1 2 3

INPUT ANTARA

11. JAWA BARAT

17,562,681 48,338,233 94,441,138 0 94,441,138 94,441,138

15,250,261 41,087,411 46,729,625 0 46,729,625 46,729,625

4,136,168 12,449,170 19,034,734 0 19,034,734 19,034,734

8,059,867 12,852,650 15,753,319 0 15,753,319 15,753,319

25,508 259,635 353,386 0 353,386 353,386

384,552 11,252,635 24,111,505 0 24,111,505 24,111,505

39,004,949 71,717,438 119,600,201 0 119,600,201 119,600,201

0 17,045,728 17,053,584 0 17,053,584 17,053,584

22,498,498 72,532,356 120,458,706 0 120,458,706 120,458,706

173,677,616 537,466,157 777,128,344 0 777,128,344 777,128,344

0 286,017 16,467,917 0 16,467,917 16,467,917

431 14,641,687 19,398,244 0 19,398,244 19,398,244

384 1,424,261 4,610,761 0 4,610,761 4,610,761

0 9,701,856 12,008,712 0 12,008,712 12,008,712

0 55,845 355,074 0 355,074 355,074

254 2,917,070 4,822,942 0 4,822,942 4,822,942

265,429 265,429 12,054,323 0 12,054,323 12,054,323

0 9,218 1,135,414 0 1,135,414 1,135,414

855,499 4,610,370 14,684,969 0 14,684,969 14,684,969

0 1,559,825 2,783,995 0 2,783,995 2,783,995

11 849,905 993,426 0 993,426 993,426

429,442 37,900,334 48,992,466 0 48,992,466 48,992,466

29,905,216 60,765,769 132,635,947 0 132,635,947 132,635,947

3,571,190 7,265,926 8,202,858 0 8,202,858 8,202,858

1,001,741 4,670,968 9,072,562 0 9,072,562 9,072,562

3,625,165 4,312,797 14,285,680 0 14,285,680 14,285,680

8,436,986 11,144,289 25,400,121 0 25,400,121 25,400,121

390,667 730,856 25,022,656 0 25,022,656 25,022,656

14,383 1,729,454 5,235,454 0 5,235,454 5,235,454

21,795 288,305 6,013,362 0 6,013,362 6,013,362

7,999,411 9,158,797 47,367,086 0 47,367,086 47,367,086

132 66,891,118 162,799,152 0 162,799,152 162,799,152

499 20,075,506 39,327,447 0 39,327,447 39,327,447

28,592 12,409,672 35,088,583 0 35,088,583 35,088,583

0 11,626,218 22,079,644 0 22,079,644 22,079,644

0 17,271,088 30,675,170 0 30,675,170 30,675,170

937,386 23,633,314 73,018,614 0 73,018,614 73,018,614

513,462 15,601,294 23,229,775 0 23,229,775 23,229,775

3,693,367 18,075,180 28,830,251 0 28,830,251 28,830,251

290,678 1,032,245 1,436,016 0 1,436,016 1,436,016

101,960 2,176,599 3,072,251 0 3,072,251 3,072,251

30,572 1,829,802 4,575,895 0 4,575,895 4,575,895

83,852 2,820,243 3,976,169 0 3,976,169 3,976,169

58,488 18,834,812 18,842,543 0 18,842,543 18,842,543

292,728 13,096,201 24,993,518 0 24,993,518 24,993,518

62,549,718 399,662,270 883,488,999 0 883,488,999 883,488,999

0 0 3,427,229 0 3,427,229 3,427,229

21,436 1,664,170 2,163,095 0 2,163,095 2,163,095

0 87,935 657,904 0 657,904 657,904


(5)

INPUT 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 JML

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 INPUT ANTARA 12. BANTEN

0 1,785,669 2,536,632 0 2,536,632 2,536,632

0 10,074 61,506 0 61,506 61,506

72 663,046 702,221 0 702,221 702,221

0 0 0 0 0 0

676 1,007 117,645 0 117,645 117,645

0 0 0 0 0 0

0 21,742 72,993 0 72,993 72,993

703 11,475 15,340 0 15,340 15,340

0 7,012,118 9,758,156 0 9,758,156 9,758,156

5,850,245 10,011,341 30,651,581 0 30,651,581 30,651,581

14,250,000 16,172,319 16,793,299 0 16,793,299 16,793,299

9,826 723,957 2,316,649 0 2,316,649 2,316,649

1,168,613 2,103,193 6,166,670 0 6,166,670 6,166,670

0 751,888 3,550,975 0 3,550,975 3,550,975

4,776,303 4,995,082 24,545,205 0 24,545,205 24,545,205

0 0 0 0 0 0

584,167 775,427 10,171,934 0 10,171,934 10,171,934

144,267 176,029 1,725,040 0 1,725,040 1,725,040

2,325 3,039,605 6,625,848 0 6,625,848 6,625,848

77,898 164,480 643,808 0 643,808 643,808

6,078,886 15,081,377 24,788,384 0 24,788,384 24,788,384

0 9,126,321 12,817,267 0 12,817,267 12,817,267

0 5,766,542 6,504,065 0 6,504,065 6,504,065

508,113 7,178,294 18,613,287 0 18,613,287 18,613,287

94,892 4,209,003 6,328,366 0 6,328,366 6,328,366

73,953 2,491,919 7,170,305 0 7,170,305 7,170,305

362,528 1,492,992 2,759,864 0 2,759,864 2,759,864

361,974 3,775,947 7,894,937 0 7,894,937 7,894,937

3,942 1,028,882 1,389,068 0 1,389,068 1,389,068

73,307 325,645 1,193,907 0 1,193,907 1,193,907

62 2,198,619 2,204,465 0 2,204,465 2,204,465

99,551 2,280,323 7,258,572 0 7,258,572 7,258,572

34,543,740 105,126,422 221,626,218 0 221,626,218 221,626,218

0 294,181 66,544,826 0 66,544,826 66,544,826

2,829,134 55,578,274 92,986,447 0 92,986,447 92,986,447

23,233,445 36,534,819 103,547,719 0 103,547,719 103,547,719

330,219 31,259,288 68,741,079 0 68,741,079 68,741,079

1,697 2,531,419 30,068,204 0 30,068,204 30,068,204

2,149,634 29,936,137 54,087,090 0 54,087,090 54,087,090

64,054,830 64,105,537 144,677,410 0 144,677,410 144,677,410

67,246,668 68,541,162 117,678,122 0 117,678,122 117,678,122

103,778,680 128,285,265 202,736,805 0 202,736,805 202,736,805

9,186,794 29,214,572 77,184,436 0 77,184,436 77,184,436

13,991,920 36,782,732 49,257,507 0 49,257,507 49,257,507

36,049,129 295,298,898 391,449,763 0 391,449,763 391,449,763

10,606,063 22,312,104 37,298,904 0 37,298,904 37,298,904

3,010,848 5,229,512 5,525,708 0 5,525,708 5,525,708

30,983,579 41,324,089 80,346,602 0 80,346,602 80,346,602


(6)

17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 JML

Jumlah Input

INP

U

T

P

R

IM

E

R

Upah Gaji

Surplus Usaha

Penyusutan

Pajak Tak Langsung

Subsidi

Jumlah

INPUT ANTARA

SISA INDONESIA

J

um

la

h

Inp

ut

Ant

a

ra

Lokal

Domestik

Impor

Jumlah

852,112 3,850,614 23,345,927 0 23,345,927 23,345,927

10,807,135 11,222,737 25,202,418 0 25,202,418 25,202,418

501,893 1,275,227 15,856,599 0 15,856,599 15,856,599

13,998,353 14,311,676 38,023,426 0 38,023,426 38,023,426

2,583,489 3,521,372 8,576,970 0 8,576,970 8,576,970

7,365,717 11,351,678 18,954,225 0 18,954,225 18,954,225

83,844 1,397,495 2,130,421 0 2,130,421 2,130,421

12,609,358 43,889,716 56,073,682 0 56,073,682 56,073,682

0 25,356,482 44,815,966 0 44,815,966 44,815,966

0 175,888,048 212,311,075 0 212,311,075 212,311,075

52,710,677 194,318,666 362,591,271 0 362,591,271 362,591,271

22,349,871 72,416,240 101,393,730 0 101,393,730 101,393,730

18,847,174 62,948,772 95,336,013 0 95,336,013 95,336,013

7,264,760 22,950,129 40,166,998 0 40,166,998 40,166,998

6,896,807 40,083,728 57,186,113 0 57,186,113 57,186,113

434,669 15,022,291 24,744,445 0 24,744,445 24,744,445

1,871,637 18,000,366 33,341,778 0 33,341,778 33,341,778

659,484 99,129,257 99,149,118 0 99,149,118 99,149,118

3,850,370 78,255,671 147,946,732 0 147,946,732 147,946,732

565,630,624 1,785,563,365 3,023,473,286 0 3,023,473,286 3,023,473,286