Alasan Suami Penderita Kanker Serviks Mempertahankan Pernikahannya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia dan
awal dari terbentuknya sebuah keluarga. Menikah adalah sebuah komitmen pribadi
dari dua orang yang mengawali sebuah peradaban baru. Dimulai dengan adanya janji
spiritual dengan Tuhan dan adanya pelegalan hukum (Kertamuda, 2009). Menikah
juga merupakan sumber dari status sosial, situs dari ketidaksetaraan gender, alat
regulasi seksual, dan sebuah kemitraan untuk bereproduksi serta pengasuhan anak.
Menikah menjadi salah satu jalan untuk mendapatkan materi, refleksi cinta illahi
serta pengesahan dari sebuah prostitusi (Hull, 2006). Menikah adalah menyatukan
dua manusia dengan dua ego yang berbeda, tidak mudah untuk menyatukan
keinginan, begitu juga menyatukan pola pandang (Setiati, 2007).
Kebahagiaan dalam pernikahan merupakan tujuan setiap pasangan yang
menikah.
Kestabilan
pernikahan
sangat
berhubungan
dengan
kebahagiaan
pernikahan (Kertamuda, 2009). Studi yang dilakukan oleh White dan Booth (dalam
Bentley, 2007) menyebutkan bahwa hubungan antara kebahagiaan dengan kestabilan
dalam pernikahan menunjukkan bahwa bentuk tersebut memengaruhi kelangsungan
dari sebuah pernikahan. Peluang untuk terjadi perceraian ataupun penurunan
kebahagiaan pernikahan dapat dikarenakan lamanya pernikahan itu sendiri. Seiring
berjalannya waktu, pernikahan yang telah melampau (masa lebih lama), memiliki
kekuatan dan mampu memengaruhi kebahagiaan pernikahan itu sendiri. Menurut
Maroo (dalam Faradz, 2008) suami istri yang bisa menjaga pergaulan rumah tangga
secara kuat, keduanya lebih terjamin bisa mempertahankan kebersamaan dalam
kehidupan suami istri dengan ketahanan melebihi pasangan suami istri yang lain.
Mewujudkan rumah tangga yang harmonis merupakan dambaan pasangan
sua mi istri. Namun pada kenyataannya sering dijumpai adanya ketidakharmonisan
dalam keluarga, baik yang baru bahkan yang sudah bertahun-tahun menikah (AnNu’aimi, 2006). Keharmonisan keluarga berkaitan erat dengan suasana hubungan
perkawinan yang bahagia, serasi serta harmonis. Kebahagiaan keluarga sendiri
mempunyai beberapa as pek-aspek. Hawari (1997) mengemukakan enam aspek
1
2
sebagai suatu pegangan hubungan perkawinan bahagia antara lain: menciptakan
kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu bersama keluarga,
mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga, saling menghargai antar
sesama anggota keluarga, kualitas dan kuantitas konflik yang minim, dan adanya
hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.
Setiap pernikahan mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia yang berujung pada kepuasan pernikahan itu sendiri. Kepuasan dalam
pernikahan merupakan salah satu faktor untuk mencapai tujuan pernikahan.
Kepuasan pernikahan dapat membantu meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Orang-orang yang sudah menikah menunjukkan bahwa mereka memiliki kelebihan
karena mereka mendapatkan dukungan secara emosional dari pasangannya
(Kertamuda, 2009).
Studi yang dilakukan Glen (dalam Noller, 2002) menyebutkan bahwa
kepuasan dalam hubungan pada pasangan umumnya meningkat saat pernikahan,
akan tetapi hal tersebut akan menurun dan sekitar 3-4% terjadi perpisahan pada saat
pernikahan memasuki usia 10 tahun. Sebagian orang tetap menjaga pernikahannya
karena mereka menginginkannya. Oleh karena itu, mereka menghargai arti
pernikahan dan berharap kelanggengan dalam pernikahannya. Namun, ada juga yang
tetap mempertahankan pernikahan karena mereka tidak dapat meninggalkan.
Walaupun mereka menyadari konsekuensi mengakhiri pernikahan. Mereka merasa
lebih baik untuk tetap bertahan dengan pernikahannya tersebut (Levinger, dalam
Harway, 2005).
Pernikahan yang memuaskan tentunya merupakan dambaan setiap pasangan
suami istri. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai kepuasan perkawinan.
Kenyataannya, kepuasan perkawinan tidak mudah diperoleh. Banyak pasangan yang
menghadapi kesulitan dan merasa tidak puas dengan perkawinannya (Kertamuda,
2009). Fischer (dalam Sadarjoen, 2005) menyatakan bahwa perasaan tidak puas
dalam suatu pernikahan merupakan awal kegagalan pernikahannya. Seseorang yang
tidak puas dengan pernikahannya akan memilih perceraian sebagai titik akhir bila
berbagai upaya tidak dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi pernikahan yang
memburuk. Ahli-ahli perkawinan seperti Fowers (dalam Mackey & O’Brien, 1995)
3
dan Kurdek (dalam, L’abate 2005), juga menyatakan salah satu konsekuensi dari
pernikahan yang tidak puas adalah perceraian.
Lebih lanjut Fowers (dalam Mackey & O’Brien, 1995) dalam studinya
tentang pernikahan yang baik, menyatakan bahwa kebahagiaan pribadi atau kepuasan
pribadi merupakan tujuan hidup dari setiap manusia. Setelah menikah yang menjadi
sumber kebahagiaannya adalah sebuah pernikahan yang membahagiakan dan
memberi rasa puas. Hauck (dalam Bentley, 2007) dalam penelitiannya dari 215
keluhan masalah pernikahan ada 26 yang menyebutkan bahwa seks merupakan
penyebab utama timbulnya masalah dalam perkawinan. Dari 26 tersebut diantaranya:
7 orang rasa tidak puas keluhan pihak pria, 4 orang rasa tidak puas keluhan pihak
wanita, 10 orang pihak lelaki yang tidak setia, 1 orang pihak wanita yang tidak setia,
4 orang impotensi atau frigiditas.
Hasil penelitian di Norwegia yang dibeberkan di European Cancer
Conference di Barcelona, Spanyol, belum lama ini mengungkap, risiko cerai
meningkat bila salah satu pasangan mengalami kanker leher rahim atau kanker testis.
Peneliti dalam penelitian tersebut membandingkan tingkat perceraian 215.000 orang
yang selamat dari kanker dalam periode waktu 17 tahun. Dari situ terlihat, kanker
testis dan leher rahim menempati urutan teratas dari jumlah perceraian yang terjadi.
Wanita dengan kanker leher rahim memiliki kemungkinan 70 persen lebih besar
untuk bercerai pada usia 20-an. Persentase itu turun menjadi 19 persen pada usia 60.
Menurut Astri Syse dari Norwegian Cancer Registry, yang memimpin penelitian
tersebut, penyakit kanker yang mengganggu keintiman sehingga melenyapkan
aktivitas seksual, mungkin menjadi penyebab perceraian tersebut. V irus penyebab
kanker leher rahim sering ditularkan melalui kontak seksual dan memunculkan
kecurigaan tentang penyelewengan. Faktor usia juga bisa menjadi kemungkinan lain
karena kedua jenis kanker itu cenderung menyerang pada saat seseorang berusia
lebih muda ketika mereka belum terjalin dalam suatu ikatan yang kuat. Penelitian itu
juga mendapati, perceraian kecil sekali terjadi bila serangan kanker sudah
sedemikian menyebar. Hal ini kemungkinan karena meninggalkan pasangan yang
sakit tidak akan bisa diterima secara sosial (detak.org, 2009).
Studi lainnya yang dilakukan oleh para peneliti dari Washington University,
Seattle, Amerika menemukan bahwa suami lebih banyak meninggalkan istrinya yang
4
sakit kronis hingga 7 kali lipat dibanding istri yang meninggalkan suami ka rena
penyakit kronis. Peneliti menganalisis data dari 500 pasangan menikah yang salah
satu pasangannya didiagnosa memiliki penyakit serius seperti kanker, tumor dan
lainnya. Dan hasilnya adalah, suami ternyata lebih tega meninggalkan istri mereka
yang seda ng sakit karena faktor fisik dan seks. Sebagai contoh, dari 23 kasus
perceraian dimana salah satu pasangannya mengidap penyakit multiple sclerosis
(penyakit rusaknya sistem saraf otak), 22 kasus diantaranya terjadi karena suami
yang meninggalkan istri dan hanya 1 kasus dimana istri yang meninggalkan suami.
Sama halnya dengan penyakit kanker. Dalam peneliti tersebut ditemukan 13 dari 14
kasus perceraian disebabkan karena suami sudah tidak tahan lagi dengan kondisi
istrinya yang sakit parah. Sang istri justru ditinggalkan sendiri dalam kondisi
menyedihkan dan harus berjuang melawan penyakitnya sendirian. Dan untuk kasus
tumor otak, dari 23 pasangan yang bercerai, 18 istri ditinggalkan suami dalam
kondisi sakit berat.
Dari data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa suami yang menceraikan
istri karena sakit kronis adalah sekitar 21 persen, sedangkan istri yang bercerai dari
suaminya yang sakit kronis hanya sekitar 3 persen. Seperti dikutip dari Genius
Beauty, peneliti mengatakan bahwa istri yang memiliki penyakit kronis lebih banyak
menghabiskan waktunya di rumah sakit, minum obat dan berpenampilan buruk
karena tidak berdandan atau faktor obat. Hal itulah yang membuat suami memiliki
keinginan untuk bercerai dengan sang istri. Selain karena faktor fisik, penyebab
lainnya yaitu karena berkurangnya intensitas hubungan seksual suami istri. Peneliti
mengatakan faktor ini menjadi penyebab yang paling banyak ditemukan pada
pasangan suami istri yang bercerai karena sakit (health.detik.com, 2009).
Laumann (dalam Bentley, 2007) menemukan bahwa kesejahteraan seksual
individu
berkorelasi
atau
memiliki
hubungan
dengan
kebahagiaan
secara
keseluruhan, baik bagi pria maupun wanita di berbagai Negara. Ketidakpuasan
seksual pada salah satu pasangan, baik itu pada pria maupun wanita, dapat
menimbulkan konflik dalam kehidupan pernikahannya. Hal ini dikarenakan bahwa
seks merupakan kebutuhan dasar dari manusia dan juga sebagai salah satu dari tujuan
terjadinya pernikahan, sehingga apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi tentunya
dapat menimbulkan hambatan dari hubungan keduanya (Kertamuda, 2009).
5
Kepuasan seksual memang bukan merupakan faktor utama dalam pernikahan akan
tetapi kepuasan seksual menjadi satu kebutuhan yang perlu mendapatkan tempat
yang khusus pada pernikahan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat mengakibatkan
guncangan dalam pernikahan.
Selain itu menurut Rosen & Grandon (1999, dalam Anniza 2008)
menjabarkan faktor -faktor lain sebagai pembentuk kepuasan dalam pernikahan,
yakni ; pengungkapan rasa sayang, komunikasi, consensus, seksualitas dan
keintiman, dan manajemen konflik. Sedangkan menurut Billideau (1997, dalam
Anniza 2008) kepuasan pernikahan dapat tercapai dengan adanya kemampuan
komunikasi yang kuat, kepuasan yang besar dalam kasih sayang, seksualitas, waktu
bersama, keuangan dan juga kepercayaan relijius yang kuat. Selain itu hubungan
yang harmonis antar kedua belah pihak keluarga juga menentukan.
Suasana hati, positif atau negatif, dapat memiliki efek dramatis pada
seksualitas. Depresi berat pada pasien yang baru didiagnosis dengan kanker dapat
menjadi penyebab disfungsi seksual. Depresi dapat mempengaruhi hingga 38% dari
pasien kanker yang baru didiagnosis dan sayangnya, sering kali depresi terdiagnosis
pada pasien kanker dengan gejala depresi dan sering tetap tidak diobati. Dengan
berfokus pada wanita, masalah psikologis jelas dapat memodifikasi fungsi seksual.
Diagnosis kanker dapat memicu serangkaian reaksi emosional pada wanita termasuk
frustrasi, stigma, rasa malu, kecemasan, kemarahan, lekas marah dan kesepian. Rasa
takut akan kematian dan ketakutan akan penolakan adalah emosi yang menonjol
bahwa kanker dapat mempengaruhi seksualitas perempuan. Diagnosis kanker dapat
mengabadikan setiap kombinasi atau faktor-faktor dan disfungsi seksual dapat
menyebabkan hal-hal yang rumit dan beragam (Mulhall dkk, 2011).
Sebuah kasus yang terjadi pada pasangangan suami istri dengan keadaan istri
yang tengah mengidap kanker serviks stadium 1B. Sang suami mengutarakan
ketidakpuasaan terhadap kehidupan per nikahannya sekarang ini. Istrinya tidak lagi
bisa memberikan kepuasan seksual seperti beberapa tahun sebelum sang istri
menderita kanker serviks. Hasrat seksual dari sang istri sekarang ini cenderung
menurun seiring dengan menurunnya hormon estrogen. Hal ini sebagai efek samping
dari pengobatan yang dilakukan oleh sang istri. Istrinya sekarang juga mengeluh
sering merasa kelelahan, ini membuat istrinya terpaksa berhenti dari pekerjaannya
6
guna menghindari kelelahan dan stress. Dampak lain dari hal ini yakni menurunnya
kemampuan finansial, karena hanya dia yang bekerja dan berpenghasilan dalam
keluarga. Sedangkan dia masih harus membiayai sekolah sang anak, pengobatan
sang istri, dan kebutuhan hidup keluarga tiap harinya. Belum lagi kurangnya
dukungan sosial khusunya dari keluarga kandungnya yang lebih banyak
menyarankan agar dia memutuskan untuk bercerai dan kemudian menikah lagi
dengan orang yang lebih sehat, mengingat usianya juga masih produktif. Namun
dengan berbagai masalah yang tengah ia hadapi sekarang ini, tak lantas membuatnya
berpikir untuk mengakhiri pernikahannya seperti apa yang disarankan oleh
keluarganya.
Dari uraian diatas tampak bahwa kestabilan dan ketahanan pernikahan
tercipta karena adanya kebahagiaan dan keharmonisan dalam pernikahan itu sendiri.
Sedangkan kebahagiaan dan keharmonisan dalam pernikahan dapat terjadi karena
adanya kepuasan dalam pernikahan. Pada contoh kasus diatas telah dijabarkan bahwa
sang suami tak lagi bisa merasakan kepuasan pernikahan seperti saat istrinya belum
menderita kanker serviks. Mulai dari menurunnya kepuasan seksual, munculnya
masalah keunangan, berkurangnya perhatian terhadap dirinya dan anak-anak, konflik
baru yang bermunculan sebagai akibat dari tahap penyesuain diri baik, dari dirinya
sendiri maupun dari sang istri. Belum lagi ditambah dengan kurangnya dukungan
dari keluarga dekatnya semakin membuat pelik masalah yang sedang dialaminya
sekarang. Namun hal ini tidak kemudian membuatnya menyerah dan lalu mengakhiri
pernikahannya seperti dalam penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya
(Norwegian Cancer Registry, 2009; dan Washington University, 2009). Dia justru
memilih untuk tetap bertahan dengan pernikahannya dan menerima berbagai resiko
yang mungkin menyertai keputusannya tersebut.
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, peneliti kemudian tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai apa sajakah alasan suami dari penderita
kanker serviks tetap mempertahankan pernikahan mereka.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti
adalah apa sajakah alasan suami penderita kanker serviks mempertahankan
pernikahannya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengetahui dan mendapatkan pemahaman tentang alasan suami penderita
kanker serviks tetap mempertahankan pernikahnnya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan khasanah pengetahuan bagi ilmu psikologi, khususnya
psikologi klinis dan sosial mengenai alasan suami penderita kanker serviks
tetap mempertahankan pernikahannya, yang hasilnya nanti dapat menjadi
masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dengan penelitian yang dilakukan ini dapat menambah
wawasan berpikir bagi pasangan suami istri mengenai apa saja alasan dari
suami penderita kanker serviks tetap mempertahankan pernikahannya,
sehingga bisa mereka bisa melakukan hal serupa untuk bisa mempertahankan
pernikahan mereka walau pasangannya tengah menderita sakit yang kronis.
Selain itu dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan bagi
Penelitian ini bermanfaat pula bagi para psikolog, hasil penelitian dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses konseling keluarga dan
perkawinan.
Alasan Suami Penderita Kanker Serviks Mempertahankan
Pernikahannya
SKRIPSI
Oleh
LIA LUTFIATIN
07810120
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamiin... Saya ucapkan syukur dan terima kasih yang
tidak terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan saya kemampuan,
kesabaran , dan kemudahan dalam mengerjakan skripsi ini. Shalawat dan salam juga
saya haturkan pada Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari
banyak pihak, baik saat masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini, sangat sulit
bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin
berterima kasih kepada :
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang dan dosen pembimbing I. Terima kasih
atas bimbingan dan ketelitian bi u sepanjang penulis melakukan pengerjaan
skripsi.
2. Ni’matuzzaroh, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing II. Terima kasih bu
atas bantuan, dan pengertiannya.
3. M. Salis Yuniardi, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing akademik kelas B.
4. Orang tua penulis. Alm. Sukoyo Prasetyo dan Supriyatin. Terima kasih atas
segala doa, kesabaran, harapan, dan semangat tiada henti dari kalian. Atas
kasih sayang yang sangat besar, sekali lagi terima kasih.
5. Suami dan anak penulis, M. Wike Erik W & Saski Aleshanee. Terima kasih
atas dukungan kalian selama ini. Terima kasih atas segala pendampingan dan
pengertian kalian.
6. dr. Andreas Andreanto, SpOG., Rm. Antonius Deny Firmanto, dr. Indra
Yulianti, spOG. dan para staff dokter di RSUD Dr. Soetomo. Terima kasih
atas segala bantuan, semangat, pengetahuan dan segalanya.
7. Pada kedua responden penelitian saya. Terima kasih bapak-bapak sudah mau
berbagi keluh kesah dengan saya. Apa yang bapak ceritakan bisa jadi penguat
untuk pernikahan banyak orang. Semoga istri bapak cepat sembuh dan dapat
melanjutkan lagi janji pernikahan yang sudah terucap hingga kakek nenek
8. Untuk semua teman-teman penulis. Khususnya teman-teman psikologi
seangkatan, teman-teman di 63, teman di jalan dan semuanya. Terima kasih
banyak untuk segalanya.
Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini, masih banyak se kali kekurangan. Oleh karena itu saya mohon maaf dan
sangat terbuka terhadap segala kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Malang, 14 Februari 2012
Peneliti,
Lia Lutfiatin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
INTISARI ........................................................................................................................
iii
ABSTRACT
.................................................................................................................
iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................
v
DAFTAR TABEL
.................................................................................... ....................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................ .......................................................
viii
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................
D. Manfaat Penelitian
......................................................................................
1
7
7
7
2.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pernikahan ......................................................................................................
1. Pengertian .................................................................................................
2. Tujuan Pernikahan ...................................................................................
3. Kebahagiaan dan Kepuasan Pernikahan............. ..........................................
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan dan Kepuasan Pernikahan
.......................................................................................................................
B. Kanker Serviks ................................................................................................
1. Pengertian Kanker ......................................................................................
2. Kanker Serviks ...........................................................................................
3. Faktor-faktor Penyebab ..............................................................................
4. Dampak Fisik dan Psikologis bagi Penderita dan Pasangannya .................
5. Stadium FIGO dari Kanker Serviks ............................................................
11
12
12
13
14
17
18
3. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .....................................................................................
B. Batasan Istilah ............... ..................................................................................
C. Populasi dan Sampel .......................................................................................
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ....................................................
E. Prosedur Penelitian .........................................................................................
F. Analisis Data ..................................................................................................
G. Keabsahan Data ..............................................................................................
20
20
21
22
23
24
25
8
8
8
9
4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Subjek Penelitian ..............................................................................
B. Deskripsi Data .................................................................................................
C. Analisis Data ...................................................................................................
D. Rangkuman Hasil Analisis Data ....................................................................
E. Pembahasan ....................................................................................................
26
26
37
42
43
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................
47
47
DAFTAR PUSTAKA
49
........................................................................................... .......
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Identitas Subjek Penelitian
……………………….....…………………..
26
Tabel 4.2 Analisis Data Subjek SH
…………………….....……………………..
38
Tabel 4.3 Analisis Data Subjek BG …………………….……………………………..
40
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Analisis Data Kedua Subjek .……………………………
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Informed Consent
…..…………………………………………….. 52
Lampiran Lembar Persetujuan Partisipasi …………………………………....
54
Lam piran Pedoman Wawancara ………………………………………………
56
Lampiran Waktu Wawancara …………………………………………………
61
Lampiran Verbatim ……………………………………………………………
63
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Anjani, C. & Suryanto. 2006. Pola Penyesuaian Perkawinan pada Periode Awal.
INSAN, 8 No. 3., 198-210.
Anniza. 2007. Hubungan Perilaku Memaafkan (Forgiveness) Dan Kepuasan
Pernikahan Pada Pasangan Bekerja. Jurnal Psikologi fakultas Psikologi
Paramadina, 11 No.1, 60-74
An-Nu’aimi, T. K. 2006. Kado Pernikahan, Psikologi Suami Istri. Jakarta : Mitra
Pustaka.
Ardhianita, I. & Budi A. 2003. Kepuasan pernikahan Ditinjau dari berpacaran dan
tidak berpacaran. Jurnal Psikologi fakultas Psikologi Universitas
GadjahMada, 32 No.2, 101-111
Bentley, E. 2007. Adulthood . New York : Routledge.
Burpee, L.C. & Ellen J.L. 2005. “Mindfulness and Marital Satisfaction”. Journal of
Adult Development, 12, No. 1, 43-51.
Faradz, Haedah. 2008. Tujuan Dan Manfaat Perjanjian Pernikahan. Jurnal Dinamika
Hukum, 8, No.3, 91-96
Gottlieb, B.H.,Cohen, S., & Lyn G.U 2000. Social Support
Measurement
And
Intervention. A Guide For Health And Social
Scientist. New York :
Oxford University Press.
Harway, M. 2005. Handbook of Couples Therapy. New Jersey : John Wiley &
Sons, Inc.
Hawari, D. 1997. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa & Kesehatan Jiwa. Yogyakarta :
Dana Bhakti Prima Yasa.
Herlina, T. & Suhartini. 2010 Hubungan Antara Usia Menikah Dan Paritas Dengan
Kejadian Kanker Serviks Di RSUD DR. Soeroto Ngawi. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes, 1 No.1, 41-46
Http://www.detak.org/news.php?id=115, diakses pada 20 Juni 2011 pukul 20.53
Http://health.detik.com/read/2009/10/17/102034/1223146/766/suami-lebih-tega
meninggalkan-istrinya-yang-sakit?browse=frommobile, diakses pada 20 Juni
2011 pukul 20.57.
Hull, K. E. 2006. Same-sex Marriages. New York : Cambridge University Press.
Kertamuda, F. E. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta :
Salemba Humanika.
L’Abate, L. 2002. Personality in Intimate Relationship. Socialization and
Psychophatology. New York : Springer.
Mackey, R. A., & Bernard A. O. 1995. Lasting Marriages : Men and Women
Growing Together. Connecticut : Greemwood Publishing Group.
Markovic, N. & Olivera M. 2008. What Every Woman Should Know about Cervical
Cancer. New York : Springer.
Mulhall, J.P., Lucca I., Irwin G., & Raymond C.R. 2011. Cancer and Sexual Health.
New York : Humana Press.
Moleong, L. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
Noller, P. & Judith A. F. 2002. Understanding Marriage. Development in the Study
of Couple Interactions. Cambridge : Cambridge University Press.
Onede ra, J.D. 2008. The Role of Religion in Marriages and family Counseling. New
York : Routledge.
Pinsof, W.M & Jay L.L. 2005. Family Psychology. New York : Oxford University
Press.
Poerwandari, E.K. 2007. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta :
Pendidikan Psikologi (PSP3) UI
Rayner, E., Angela J., James R., Mary T. & Christopher C. 2005. Human
Development : An introduction to the psychodynamics of growth, maturity
and ageing Fourth Edition . New York : Routledge.
Rini, Q.K. &Retnaningsih. 2008. Kontribusi Self Diclosure Pada Kepuasan
Perkawinan pada Pria Dewasa Awal. Jurnal Psikologi, 1, No. 2, 153-163.
Russel, B. 2009. Marriages and Moral. New York : Routledge.
Sadarjoen, S.S. 2007. Membangun Keluarga Bahagia. Print Out Seminar
Membangun Keluarga Bahagia . Surabaya : Ubaya.
Sadarjoen, S.S. 2005. Konflik Marital : Pemahaman Konseptual, Aktual. Dan
Alternatif Solusinya. Bandung : Refika Aditama.
Sarafino, E.S & Timothy W.S. 2010. Health Psychology : Biopsychosocial
Interaction, 7th Edition. New York : Wiley.
Setiati, Eni. 2007. Hitam Putih Poligami. Jakarta : Cisera Publishing.
Snyder, D.K, Jeffry A.S., & Jan N.H. 2006. Emotions Regulation in Couples and
families : Pathways to Dysfunction and Health. Washington DC : American
Psychological Association.
Spencer, J.V. 2007. Cervical Cancer : Deadly diseases and Epidemics. New York :
World Health Organisation.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia dan
awal dari terbentuknya sebuah keluarga. Menikah adalah sebuah komitmen pribadi
dari dua orang yang mengawali sebuah peradaban baru. Dimulai dengan adanya janji
spiritual dengan Tuhan dan adanya pelegalan hukum (Kertamuda, 2009). Menikah
juga merupakan sumber dari status sosial, situs dari ketidaksetaraan gender, alat
regulasi seksual, dan sebuah kemitraan untuk bereproduksi serta pengasuhan anak.
Menikah menjadi salah satu jalan untuk mendapatkan materi, refleksi cinta illahi
serta pengesahan dari sebuah prostitusi (Hull, 2006). Menikah adalah menyatukan
dua manusia dengan dua ego yang berbeda, tidak mudah untuk menyatukan
keinginan, begitu juga menyatukan pola pandang (Setiati, 2007).
Kebahagiaan dalam pernikahan merupakan tujuan setiap pasangan yang
menikah.
Kestabilan
pernikahan
sangat
berhubungan
dengan
kebahagiaan
pernikahan (Kertamuda, 2009). Studi yang dilakukan oleh White dan Booth (dalam
Bentley, 2007) menyebutkan bahwa hubungan antara kebahagiaan dengan kestabilan
dalam pernikahan menunjukkan bahwa bentuk tersebut memengaruhi kelangsungan
dari sebuah pernikahan. Peluang untuk terjadi perceraian ataupun penurunan
kebahagiaan pernikahan dapat dikarenakan lamanya pernikahan itu sendiri. Seiring
berjalannya waktu, pernikahan yang telah melampau (masa lebih lama), memiliki
kekuatan dan mampu memengaruhi kebahagiaan pernikahan itu sendiri. Menurut
Maroo (dalam Faradz, 2008) suami istri yang bisa menjaga pergaulan rumah tangga
secara kuat, keduanya lebih terjamin bisa mempertahankan kebersamaan dalam
kehidupan suami istri dengan ketahanan melebihi pasangan suami istri yang lain.
Mewujudkan rumah tangga yang harmonis merupakan dambaan pasangan
sua mi istri. Namun pada kenyataannya sering dijumpai adanya ketidakharmonisan
dalam keluarga, baik yang baru bahkan yang sudah bertahun-tahun menikah (AnNu’aimi, 2006). Keharmonisan keluarga berkaitan erat dengan suasana hubungan
perkawinan yang bahagia, serasi serta harmonis. Kebahagiaan keluarga sendiri
mempunyai beberapa as pek-aspek. Hawari (1997) mengemukakan enam aspek
1
2
sebagai suatu pegangan hubungan perkawinan bahagia antara lain: menciptakan
kehidupan beragama dalam keluarga, mempunyai waktu bersama keluarga,
mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga, saling menghargai antar
sesama anggota keluarga, kualitas dan kuantitas konflik yang minim, dan adanya
hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga.
Setiap pernikahan mempunyai tujuan untuk membentuk keluarga yang
bahagia yang berujung pada kepuasan pernikahan itu sendiri. Kepuasan dalam
pernikahan merupakan salah satu faktor untuk mencapai tujuan pernikahan.
Kepuasan pernikahan dapat membantu meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Orang-orang yang sudah menikah menunjukkan bahwa mereka memiliki kelebihan
karena mereka mendapatkan dukungan secara emosional dari pasangannya
(Kertamuda, 2009).
Studi yang dilakukan Glen (dalam Noller, 2002) menyebutkan bahwa
kepuasan dalam hubungan pada pasangan umumnya meningkat saat pernikahan,
akan tetapi hal tersebut akan menurun dan sekitar 3-4% terjadi perpisahan pada saat
pernikahan memasuki usia 10 tahun. Sebagian orang tetap menjaga pernikahannya
karena mereka menginginkannya. Oleh karena itu, mereka menghargai arti
pernikahan dan berharap kelanggengan dalam pernikahannya. Namun, ada juga yang
tetap mempertahankan pernikahan karena mereka tidak dapat meninggalkan.
Walaupun mereka menyadari konsekuensi mengakhiri pernikahan. Mereka merasa
lebih baik untuk tetap bertahan dengan pernikahannya tersebut (Levinger, dalam
Harway, 2005).
Pernikahan yang memuaskan tentunya merupakan dambaan setiap pasangan
suami istri. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapai kepuasan perkawinan.
Kenyataannya, kepuasan perkawinan tidak mudah diperoleh. Banyak pasangan yang
menghadapi kesulitan dan merasa tidak puas dengan perkawinannya (Kertamuda,
2009). Fischer (dalam Sadarjoen, 2005) menyatakan bahwa perasaan tidak puas
dalam suatu pernikahan merupakan awal kegagalan pernikahannya. Seseorang yang
tidak puas dengan pernikahannya akan memilih perceraian sebagai titik akhir bila
berbagai upaya tidak dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi pernikahan yang
memburuk. Ahli-ahli perkawinan seperti Fowers (dalam Mackey & O’Brien, 1995)
3
dan Kurdek (dalam, L’abate 2005), juga menyatakan salah satu konsekuensi dari
pernikahan yang tidak puas adalah perceraian.
Lebih lanjut Fowers (dalam Mackey & O’Brien, 1995) dalam studinya
tentang pernikahan yang baik, menyatakan bahwa kebahagiaan pribadi atau kepuasan
pribadi merupakan tujuan hidup dari setiap manusia. Setelah menikah yang menjadi
sumber kebahagiaannya adalah sebuah pernikahan yang membahagiakan dan
memberi rasa puas. Hauck (dalam Bentley, 2007) dalam penelitiannya dari 215
keluhan masalah pernikahan ada 26 yang menyebutkan bahwa seks merupakan
penyebab utama timbulnya masalah dalam perkawinan. Dari 26 tersebut diantaranya:
7 orang rasa tidak puas keluhan pihak pria, 4 orang rasa tidak puas keluhan pihak
wanita, 10 orang pihak lelaki yang tidak setia, 1 orang pihak wanita yang tidak setia,
4 orang impotensi atau frigiditas.
Hasil penelitian di Norwegia yang dibeberkan di European Cancer
Conference di Barcelona, Spanyol, belum lama ini mengungkap, risiko cerai
meningkat bila salah satu pasangan mengalami kanker leher rahim atau kanker testis.
Peneliti dalam penelitian tersebut membandingkan tingkat perceraian 215.000 orang
yang selamat dari kanker dalam periode waktu 17 tahun. Dari situ terlihat, kanker
testis dan leher rahim menempati urutan teratas dari jumlah perceraian yang terjadi.
Wanita dengan kanker leher rahim memiliki kemungkinan 70 persen lebih besar
untuk bercerai pada usia 20-an. Persentase itu turun menjadi 19 persen pada usia 60.
Menurut Astri Syse dari Norwegian Cancer Registry, yang memimpin penelitian
tersebut, penyakit kanker yang mengganggu keintiman sehingga melenyapkan
aktivitas seksual, mungkin menjadi penyebab perceraian tersebut. V irus penyebab
kanker leher rahim sering ditularkan melalui kontak seksual dan memunculkan
kecurigaan tentang penyelewengan. Faktor usia juga bisa menjadi kemungkinan lain
karena kedua jenis kanker itu cenderung menyerang pada saat seseorang berusia
lebih muda ketika mereka belum terjalin dalam suatu ikatan yang kuat. Penelitian itu
juga mendapati, perceraian kecil sekali terjadi bila serangan kanker sudah
sedemikian menyebar. Hal ini kemungkinan karena meninggalkan pasangan yang
sakit tidak akan bisa diterima secara sosial (detak.org, 2009).
Studi lainnya yang dilakukan oleh para peneliti dari Washington University,
Seattle, Amerika menemukan bahwa suami lebih banyak meninggalkan istrinya yang
4
sakit kronis hingga 7 kali lipat dibanding istri yang meninggalkan suami ka rena
penyakit kronis. Peneliti menganalisis data dari 500 pasangan menikah yang salah
satu pasangannya didiagnosa memiliki penyakit serius seperti kanker, tumor dan
lainnya. Dan hasilnya adalah, suami ternyata lebih tega meninggalkan istri mereka
yang seda ng sakit karena faktor fisik dan seks. Sebagai contoh, dari 23 kasus
perceraian dimana salah satu pasangannya mengidap penyakit multiple sclerosis
(penyakit rusaknya sistem saraf otak), 22 kasus diantaranya terjadi karena suami
yang meninggalkan istri dan hanya 1 kasus dimana istri yang meninggalkan suami.
Sama halnya dengan penyakit kanker. Dalam peneliti tersebut ditemukan 13 dari 14
kasus perceraian disebabkan karena suami sudah tidak tahan lagi dengan kondisi
istrinya yang sakit parah. Sang istri justru ditinggalkan sendiri dalam kondisi
menyedihkan dan harus berjuang melawan penyakitnya sendirian. Dan untuk kasus
tumor otak, dari 23 pasangan yang bercerai, 18 istri ditinggalkan suami dalam
kondisi sakit berat.
Dari data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa suami yang menceraikan
istri karena sakit kronis adalah sekitar 21 persen, sedangkan istri yang bercerai dari
suaminya yang sakit kronis hanya sekitar 3 persen. Seperti dikutip dari Genius
Beauty, peneliti mengatakan bahwa istri yang memiliki penyakit kronis lebih banyak
menghabiskan waktunya di rumah sakit, minum obat dan berpenampilan buruk
karena tidak berdandan atau faktor obat. Hal itulah yang membuat suami memiliki
keinginan untuk bercerai dengan sang istri. Selain karena faktor fisik, penyebab
lainnya yaitu karena berkurangnya intensitas hubungan seksual suami istri. Peneliti
mengatakan faktor ini menjadi penyebab yang paling banyak ditemukan pada
pasangan suami istri yang bercerai karena sakit (health.detik.com, 2009).
Laumann (dalam Bentley, 2007) menemukan bahwa kesejahteraan seksual
individu
berkorelasi
atau
memiliki
hubungan
dengan
kebahagiaan
secara
keseluruhan, baik bagi pria maupun wanita di berbagai Negara. Ketidakpuasan
seksual pada salah satu pasangan, baik itu pada pria maupun wanita, dapat
menimbulkan konflik dalam kehidupan pernikahannya. Hal ini dikarenakan bahwa
seks merupakan kebutuhan dasar dari manusia dan juga sebagai salah satu dari tujuan
terjadinya pernikahan, sehingga apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi tentunya
dapat menimbulkan hambatan dari hubungan keduanya (Kertamuda, 2009).
5
Kepuasan seksual memang bukan merupakan faktor utama dalam pernikahan akan
tetapi kepuasan seksual menjadi satu kebutuhan yang perlu mendapatkan tempat
yang khusus pada pernikahan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat mengakibatkan
guncangan dalam pernikahan.
Selain itu menurut Rosen & Grandon (1999, dalam Anniza 2008)
menjabarkan faktor -faktor lain sebagai pembentuk kepuasan dalam pernikahan,
yakni ; pengungkapan rasa sayang, komunikasi, consensus, seksualitas dan
keintiman, dan manajemen konflik. Sedangkan menurut Billideau (1997, dalam
Anniza 2008) kepuasan pernikahan dapat tercapai dengan adanya kemampuan
komunikasi yang kuat, kepuasan yang besar dalam kasih sayang, seksualitas, waktu
bersama, keuangan dan juga kepercayaan relijius yang kuat. Selain itu hubungan
yang harmonis antar kedua belah pihak keluarga juga menentukan.
Suasana hati, positif atau negatif, dapat memiliki efek dramatis pada
seksualitas. Depresi berat pada pasien yang baru didiagnosis dengan kanker dapat
menjadi penyebab disfungsi seksual. Depresi dapat mempengaruhi hingga 38% dari
pasien kanker yang baru didiagnosis dan sayangnya, sering kali depresi terdiagnosis
pada pasien kanker dengan gejala depresi dan sering tetap tidak diobati. Dengan
berfokus pada wanita, masalah psikologis jelas dapat memodifikasi fungsi seksual.
Diagnosis kanker dapat memicu serangkaian reaksi emosional pada wanita termasuk
frustrasi, stigma, rasa malu, kecemasan, kemarahan, lekas marah dan kesepian. Rasa
takut akan kematian dan ketakutan akan penolakan adalah emosi yang menonjol
bahwa kanker dapat mempengaruhi seksualitas perempuan. Diagnosis kanker dapat
mengabadikan setiap kombinasi atau faktor-faktor dan disfungsi seksual dapat
menyebabkan hal-hal yang rumit dan beragam (Mulhall dkk, 2011).
Sebuah kasus yang terjadi pada pasangangan suami istri dengan keadaan istri
yang tengah mengidap kanker serviks stadium 1B. Sang suami mengutarakan
ketidakpuasaan terhadap kehidupan per nikahannya sekarang ini. Istrinya tidak lagi
bisa memberikan kepuasan seksual seperti beberapa tahun sebelum sang istri
menderita kanker serviks. Hasrat seksual dari sang istri sekarang ini cenderung
menurun seiring dengan menurunnya hormon estrogen. Hal ini sebagai efek samping
dari pengobatan yang dilakukan oleh sang istri. Istrinya sekarang juga mengeluh
sering merasa kelelahan, ini membuat istrinya terpaksa berhenti dari pekerjaannya
6
guna menghindari kelelahan dan stress. Dampak lain dari hal ini yakni menurunnya
kemampuan finansial, karena hanya dia yang bekerja dan berpenghasilan dalam
keluarga. Sedangkan dia masih harus membiayai sekolah sang anak, pengobatan
sang istri, dan kebutuhan hidup keluarga tiap harinya. Belum lagi kurangnya
dukungan sosial khusunya dari keluarga kandungnya yang lebih banyak
menyarankan agar dia memutuskan untuk bercerai dan kemudian menikah lagi
dengan orang yang lebih sehat, mengingat usianya juga masih produktif. Namun
dengan berbagai masalah yang tengah ia hadapi sekarang ini, tak lantas membuatnya
berpikir untuk mengakhiri pernikahannya seperti apa yang disarankan oleh
keluarganya.
Dari uraian diatas tampak bahwa kestabilan dan ketahanan pernikahan
tercipta karena adanya kebahagiaan dan keharmonisan dalam pernikahan itu sendiri.
Sedangkan kebahagiaan dan keharmonisan dalam pernikahan dapat terjadi karena
adanya kepuasan dalam pernikahan. Pada contoh kasus diatas telah dijabarkan bahwa
sang suami tak lagi bisa merasakan kepuasan pernikahan seperti saat istrinya belum
menderita kanker serviks. Mulai dari menurunnya kepuasan seksual, munculnya
masalah keunangan, berkurangnya perhatian terhadap dirinya dan anak-anak, konflik
baru yang bermunculan sebagai akibat dari tahap penyesuain diri baik, dari dirinya
sendiri maupun dari sang istri. Belum lagi ditambah dengan kurangnya dukungan
dari keluarga dekatnya semakin membuat pelik masalah yang sedang dialaminya
sekarang. Namun hal ini tidak kemudian membuatnya menyerah dan lalu mengakhiri
pernikahannya seperti dalam penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya
(Norwegian Cancer Registry, 2009; dan Washington University, 2009). Dia justru
memilih untuk tetap bertahan dengan pernikahannya dan menerima berbagai resiko
yang mungkin menyertai keputusannya tersebut.
Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, peneliti kemudian tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai apa sajakah alasan suami dari penderita
kanker serviks tetap mempertahankan pernikahan mereka.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diteliti
adalah apa sajakah alasan suami penderita kanker serviks mempertahankan
pernikahannya?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengetahui dan mendapatkan pemahaman tentang alasan suami penderita
kanker serviks tetap mempertahankan pernikahnnya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan khasanah pengetahuan bagi ilmu psikologi, khususnya
psikologi klinis dan sosial mengenai alasan suami penderita kanker serviks
tetap mempertahankan pernikahannya, yang hasilnya nanti dapat menjadi
masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dengan penelitian yang dilakukan ini dapat menambah
wawasan berpikir bagi pasangan suami istri mengenai apa saja alasan dari
suami penderita kanker serviks tetap mempertahankan pernikahannya,
sehingga bisa mereka bisa melakukan hal serupa untuk bisa mempertahankan
pernikahan mereka walau pasangannya tengah menderita sakit yang kronis.
Selain itu dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan bagi
Penelitian ini bermanfaat pula bagi para psikolog, hasil penelitian dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam proses konseling keluarga dan
perkawinan.
Alasan Suami Penderita Kanker Serviks Mempertahankan
Pernikahannya
SKRIPSI
Oleh
LIA LUTFIATIN
07810120
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamiin... Saya ucapkan syukur dan terima kasih yang
tidak terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan saya kemampuan,
kesabaran , dan kemudahan dalam mengerjakan skripsi ini. Shalawat dan salam juga
saya haturkan pada Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari
banyak pihak, baik saat masa perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini, sangat sulit
bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin
berterima kasih kepada :
1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang dan dosen pembimbing I. Terima kasih
atas bimbingan dan ketelitian bi u sepanjang penulis melakukan pengerjaan
skripsi.
2. Ni’matuzzaroh, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing II. Terima kasih bu
atas bantuan, dan pengertiannya.
3. M. Salis Yuniardi, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing akademik kelas B.
4. Orang tua penulis. Alm. Sukoyo Prasetyo dan Supriyatin. Terima kasih atas
segala doa, kesabaran, harapan, dan semangat tiada henti dari kalian. Atas
kasih sayang yang sangat besar, sekali lagi terima kasih.
5. Suami dan anak penulis, M. Wike Erik W & Saski Aleshanee. Terima kasih
atas dukungan kalian selama ini. Terima kasih atas segala pendampingan dan
pengertian kalian.
6. dr. Andreas Andreanto, SpOG., Rm. Antonius Deny Firmanto, dr. Indra
Yulianti, spOG. dan para staff dokter di RSUD Dr. Soetomo. Terima kasih
atas segala bantuan, semangat, pengetahuan dan segalanya.
7. Pada kedua responden penelitian saya. Terima kasih bapak-bapak sudah mau
berbagi keluh kesah dengan saya. Apa yang bapak ceritakan bisa jadi penguat
untuk pernikahan banyak orang. Semoga istri bapak cepat sembuh dan dapat
melanjutkan lagi janji pernikahan yang sudah terucap hingga kakek nenek
8. Untuk semua teman-teman penulis. Khususnya teman-teman psikologi
seangkatan, teman-teman di 63, teman di jalan dan semuanya. Terima kasih
banyak untuk segalanya.
Saya sebagai penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini, masih banyak se kali kekurangan. Oleh karena itu saya mohon maaf dan
sangat terbuka terhadap segala kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.
Malang, 14 Februari 2012
Peneliti,
Lia Lutfiatin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
INTISARI ........................................................................................................................
iii
ABSTRACT
.................................................................................................................
iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................
v
DAFTAR TABEL
.................................................................................... ....................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................ .......................................................
viii
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................
D. Manfaat Penelitian
......................................................................................
1
7
7
7
2.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pernikahan ......................................................................................................
1. Pengertian .................................................................................................
2. Tujuan Pernikahan ...................................................................................
3. Kebahagiaan dan Kepuasan Pernikahan............. ..........................................
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan dan Kepuasan Pernikahan
.......................................................................................................................
B. Kanker Serviks ................................................................................................
1. Pengertian Kanker ......................................................................................
2. Kanker Serviks ...........................................................................................
3. Faktor-faktor Penyebab ..............................................................................
4. Dampak Fisik dan Psikologis bagi Penderita dan Pasangannya .................
5. Stadium FIGO dari Kanker Serviks ............................................................
11
12
12
13
14
17
18
3. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .....................................................................................
B. Batasan Istilah ............... ..................................................................................
C. Populasi dan Sampel .......................................................................................
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ....................................................
E. Prosedur Penelitian .........................................................................................
F. Analisis Data ..................................................................................................
G. Keabsahan Data ..............................................................................................
20
20
21
22
23
24
25
8
8
8
9
4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Subjek Penelitian ..............................................................................
B. Deskripsi Data .................................................................................................
C. Analisis Data ...................................................................................................
D. Rangkuman Hasil Analisis Data ....................................................................
E. Pembahasan ....................................................................................................
26
26
37
42
43
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................
47
47
DAFTAR PUSTAKA
49
........................................................................................... .......
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Identitas Subjek Penelitian
……………………….....…………………..
26
Tabel 4.2 Analisis Data Subjek SH
…………………….....……………………..
38
Tabel 4.3 Analisis Data Subjek BG …………………….……………………………..
40
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Analisis Data Kedua Subjek .……………………………
42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Informed Consent
…..…………………………………………….. 52
Lampiran Lembar Persetujuan Partisipasi …………………………………....
54
Lam piran Pedoman Wawancara ………………………………………………
56
Lampiran Waktu Wawancara …………………………………………………
61
Lampiran Verbatim ……………………………………………………………
63
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta
Anjani, C. & Suryanto. 2006. Pola Penyesuaian Perkawinan pada Periode Awal.
INSAN, 8 No. 3., 198-210.
Anniza. 2007. Hubungan Perilaku Memaafkan (Forgiveness) Dan Kepuasan
Pernikahan Pada Pasangan Bekerja. Jurnal Psikologi fakultas Psikologi
Paramadina, 11 No.1, 60-74
An-Nu’aimi, T. K. 2006. Kado Pernikahan, Psikologi Suami Istri. Jakarta : Mitra
Pustaka.
Ardhianita, I. & Budi A. 2003. Kepuasan pernikahan Ditinjau dari berpacaran dan
tidak berpacaran. Jurnal Psikologi fakultas Psikologi Universitas
GadjahMada, 32 No.2, 101-111
Bentley, E. 2007. Adulthood . New York : Routledge.
Burpee, L.C. & Ellen J.L. 2005. “Mindfulness and Marital Satisfaction”. Journal of
Adult Development, 12, No. 1, 43-51.
Faradz, Haedah. 2008. Tujuan Dan Manfaat Perjanjian Pernikahan. Jurnal Dinamika
Hukum, 8, No.3, 91-96
Gottlieb, B.H.,Cohen, S., & Lyn G.U 2000. Social Support
Measurement
And
Intervention. A Guide For Health And Social
Scientist. New York :
Oxford University Press.
Harway, M. 2005. Handbook of Couples Therapy. New Jersey : John Wiley &
Sons, Inc.
Hawari, D. 1997. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa & Kesehatan Jiwa. Yogyakarta :
Dana Bhakti Prima Yasa.
Herlina, T. & Suhartini. 2010 Hubungan Antara Usia Menikah Dan Paritas Dengan
Kejadian Kanker Serviks Di RSUD DR. Soeroto Ngawi. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes, 1 No.1, 41-46
Http://www.detak.org/news.php?id=115, diakses pada 20 Juni 2011 pukul 20.53
Http://health.detik.com/read/2009/10/17/102034/1223146/766/suami-lebih-tega
meninggalkan-istrinya-yang-sakit?browse=frommobile, diakses pada 20 Juni
2011 pukul 20.57.
Hull, K. E. 2006. Same-sex Marriages. New York : Cambridge University Press.
Kertamuda, F. E. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia. Jakarta :
Salemba Humanika.
L’Abate, L. 2002. Personality in Intimate Relationship. Socialization and
Psychophatology. New York : Springer.
Mackey, R. A., & Bernard A. O. 1995. Lasting Marriages : Men and Women
Growing Together. Connecticut : Greemwood Publishing Group.
Markovic, N. & Olivera M. 2008. What Every Woman Should Know about Cervical
Cancer. New York : Springer.
Mulhall, J.P., Lucca I., Irwin G., & Raymond C.R. 2011. Cancer and Sexual Health.
New York : Humana Press.
Moleong, L. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
Noller, P. & Judith A. F. 2002. Understanding Marriage. Development in the Study
of Couple Interactions. Cambridge : Cambridge University Press.
Onede ra, J.D. 2008. The Role of Religion in Marriages and family Counseling. New
York : Routledge.
Pinsof, W.M & Jay L.L. 2005. Family Psychology. New York : Oxford University
Press.
Poerwandari, E.K. 2007. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta :
Pendidikan Psikologi (PSP3) UI
Rayner, E., Angela J., James R., Mary T. & Christopher C. 2005. Human
Development : An introduction to the psychodynamics of growth, maturity
and ageing Fourth Edition . New York : Routledge.
Rini, Q.K. &Retnaningsih. 2008. Kontribusi Self Diclosure Pada Kepuasan
Perkawinan pada Pria Dewasa Awal. Jurnal Psikologi, 1, No. 2, 153-163.
Russel, B. 2009. Marriages and Moral. New York : Routledge.
Sadarjoen, S.S. 2007. Membangun Keluarga Bahagia. Print Out Seminar
Membangun Keluarga Bahagia . Surabaya : Ubaya.
Sadarjoen, S.S. 2005. Konflik Marital : Pemahaman Konseptual, Aktual. Dan
Alternatif Solusinya. Bandung : Refika Aditama.
Sarafino, E.S & Timothy W.S. 2010. Health Psychology : Biopsychosocial
Interaction, 7th Edition. New York : Wiley.
Setiati, Eni. 2007. Hitam Putih Poligami. Jakarta : Cisera Publishing.
Snyder, D.K, Jeffry A.S., & Jan N.H. 2006. Emotions Regulation in Couples and
families : Pathways to Dysfunction and Health. Washington DC : American
Psychological Association.
Spencer, J.V. 2007. Cervical Cancer : Deadly diseases and Epidemics. New York :
World Health Organisation.