Pergantian kulit pada udang dapat terjadi pada kondisi lingkungan yang baik dan ketersediaan makanan yang cukup. Frekuensi molting udang akan
meningkat pada temperatur yang lebih tinggi. Selama molting, absorpsi oksigen menjadi kurang efisien dan udang yang mati selama molting biasanya disebabkan
oleh hypoxia. Sesaat setelah molting, karapas masih lunak dan menjadi rentan terhadap predasi dari sesamanya.
Tabel 1. Parameter kualitas air untuk pemeliharaan udang galah
Parameter Kisaran Nilai
Batas Lethal maksimum Temperatur
o
C 25-30
12 ;
35 pH
7,0-8,0 9,5
Oksigen terlarut mgl 3-7
1 Salinitas mgg
10 -
Kecerahan cm 25-40
- Alkalinitas mgl CaCO
3
eq 20-60
- Total Hardness dalam mgl
CaCO3 30-150
- Ammonia
tidak terionisasi
mgl 0,3
0,5 pada
pH 9,5
1,0 pada
pH 9,0
2,0 pada
pH 8,5
Nitrit mgl 2
- Nitrat mgl
10 -
Sumber: New 2002
2.2 Sistem Imun Udang
Imunitas merupakan sifat resisten terhadap infeksi suatu penyakit. Imunitas dipengaruhi oleh sistem imun tubuh yang merupakan gabungan sel,
molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi Baratawidjaja 2006. Resistensi dapat dilihat dari kelangsungan hidup maupun
respons imun yang dihasilkan berupa reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul- molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya.
Sistem imun yang terdapat pada krustasea secara umum adalah sistem imun nonspesifik innate. Krustasea sangat bergantung kepada sistem imun
nonspesifik untuk mengenal dan menghancurkan secara cepat dan efisien material asing termasuk patogen yang masuk ke dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh
tidak dimilikinya respons imun spesifik pada tubuh krustasea Vargas-Albores dan Yepiz-Plascencia 2000.
Imunostimulasi merupakan strategi alternatif untuk menyiapkan sistem pertahanan imun udang sehingga meningkatkan resistensi udang melawan
bakteri patogen Rodriguez dan Lee Moullac 2000. Sistem imun udang meliputi reaksi selular dan humoral yang terkait dengan hemolymph udang. Beberapa
parameter imun yang berhubungan dengan hemolimph seperti perhitungan total haemocyte THC, diferensial haemocyte count DHC, aktivitas fagositosis AP
dan aktivitas phenoloxydase PO telah digunakan untuk evaluasi pengaruh imunostimulator pada udang Li et al. 2008.
Haemocyte memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem pertahanan udang terhadap infeksi patogen. Haemocyte udang diklasifikasikan berdasarkan
keberadaan granula sitoplasma yaitu sel granular, semi granular, dan sel hyaline. Sel granular merupakan tipe sel terbesar dengan nukleus berukuran relatif kecil
dan aktif dalam penyimpanan dan pelepasan prophenoloxydase system dan cytotoxicity. Sel hyaline merupakan tipe sel yang paling kecil dengan rasio
nukleus sitoplasma tinggi dan granula sitoplasma yang relatif sedikit. Sel ini berperan dalam proses fagositosis. Sel semigranular merupakan tipe sel diantara
sel granular dan sel hyaline dan berperan aktif dalam proses enkapsulasi Rodriguez dan Lee Moullac 2000.
Haemocyte bekerja aktif mengeluarkan partikel asing dalam hemocoel melalui fagositosis, enkapsulasi, dan agregasi nodular. Fagositosis merupakan
reaksi yang paling umum dalam pertahanan selular udang. Mekanisme kerja fagositosis dimulai dengan proses pelekatan dan penelanan partikel ke dalam sel
fagosit. Fagosit tersebut kemudian akan membentuk fagosome dan akan menyatu dengan lysosome
membentuk phagolysosome yang akan menghancurkan
mikroorganisme dan mengeluarkannya dari dalam sel melalui proses digestion Rodriguez dan Lee Moullac 2000. Haemocyte juga berfungsi dalam proses
enkapsulasi dan dalam formasi melanin pada fase akhir penyembuhan atau perbaikan luka. Haemocyte juga berperan dalam membawa dan melepaskan
prophenoloxydase system proPO, penyembuhan luka melalui cellular clumping, serta aktif dalam sintesa dan pelepasan molekul penting haemolimph seperti
peptida antimikroba, aglutinin, dan α
2
-macroglubulin α
2
M Rodriguez dan Lee Moullac 2000.
2.3 β-glukan