I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang galah Macrobrachium rosenbergii merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar unggulan yang bernilai ekonomis tinggi. Harga udang
konsumsi di tingkat petani saat ini berkisar Rp 40.000 - Rp 50.000 per kg Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2011. Produksi udang galah hasil
budidaya di Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan sentra produksi terdapat di daerah Sukabumi, Ciamis, Yogyakarta, Bali, dan
Sulawesi Selatan. Produksi tahun 2006 mencapai 4.906 ton, dan mengalami peningkatan mencapai 5130 ton pada tahun 2007 Kementerian Kelautan dan
Perikanan 2011. Peningkatan produksi budidaya udang galah terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang masih luas untuk produk udang galah.
Peningkatan produksi udang galah dapat dilakukan dengan mengeliminasi semua faktor penghambat dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam
budidaya udang galah. Permasalahan yang biasa dihadapi dalam budidaya udang galah saat ini meliputi beberapa faktor antara lain kualitas air, penyakit, dan
nutrisi. Kontrol penyakit menjadi prioritas utama yang harus dilakukan untuk dapat meningkatkan produksi udang. Zoothamnium sp., Epistylis sp., Vorticella
sp., Scyphidia sp. dan Microsporidia Macrobrachium rosenbergii nodavirus MrNV, Vibrio harveyi, dan Aeromonas hydrophila merupakan beberapa jenis
patogen yang sering menyebabkan penyakit pada udang galah New 2002. Beberapa metode yang telah dilakukan untuk mengontrol penyakit pada
udang antara lain penggunaan bahan kimia seperti antibiotik, probiotik, vaksin, penggunaan specific pathogen free SPF, dan penerapan biosecurity dalam
kawasan budidaya. Penggunaan antibiotik sebagai metode kontrol penyakit yang paling sering digunakan telah dilarang saat ini. Hal ini dikarenakan antibiotik
dapat menyebabkan munculnya patogen yang tahan terhadap antibiotik antibiotic-resistant pathogen dan dapat mencemari kawasan budidaya Manoppo
2011. Salah satu strategi pengendalian penyakit pada udang adalah penggunaan
bahan-bahan imunostimulan. Dalam penggunaannya imunostimulan tidak
memperlihatkan efek samping yang negatif sebagaimana yang terjadi pada penggunaan
antibiotik terhadap
lingkungan, udang,
dan konsumen.
Imunostimulan mengaktifkan mekanisme pertahanan non spesifik, cell mediated immunity, dan meningkatkan daya tahan terhadap penyakit infeksi dengan
meningkatkan jumlah haemocyte dan aktivitas phenoloxydase Sakai 1999. Beberapa bahan yang berasal dari dinding sel bakteri dan khamir telah digunakan
sebagai imunostimulan pada udang, seperti β-glukan, lipopolisakarida dan peptidoglikan, ketiganya memiliki kemampuan meningkatkan sistem imun udang.
Pemanfaatan β-glukan sebagai imunostimulan yang ditambahkan dalam pakan telah dilakukan dan mampu menunjukkan pengaruh positif terhadap
pertumbuhan dan kesehatan udang. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan 2 g β-glukan per kg pakan dapat meningkatkan respons imun dan peningkatan
pertumbuhan juvenil udang vaname Lopez et al. 2003. Penelitian Chang et al. 2003 juga mengindikasikan bahwa penggunaan β-glukan dapat meningkatkan
resistensi Penaeus monodon secara signifikan terhadap infeksi Vibrio harveyi. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh penambahan β-glukan sebesar
0, 0,075, 0,15, dan 0,225 dalam pakan terhadap kinerja produksi dan imunitas udang galah Macrobrachium rosenbergii.
1.2 Tujuan