Karakterisasi Campuran Polimer Pengaruh Penambahan Divinilbenzen Terhadap Kompatibilitas Perbandingan Campuran Polietilena Dan Karet Alam SIR 3L Menggunakan Inisiator Dikumil Peroksida.

Divinilbenzen DVB terdiri dari sebuah cincin benzena berikatan dengan dua kelompok vinil. Hal ini terkait dengan stirene vinilbenzen dengan penambahan bahan vinil kedua kelompok. Divinilbenzen, seperti biasanya yang dihadapi, adalah campuran 2:1 m-dan p-divinilbenzen, juga mengandung isomer etil benzen yang sesuai. Ini dibuat oleh dehidrogenasi termal dari isomerik dietil benzen. Ketika bereaksi bersama-sama dengan stirene, divinilbenzene dapat digunakan sebagai monomer reaktif dalam resin poliester. Stirene dan divinilbenzene bereaksi bersama untuk membentuk kopolimer stirene-divinilbenzene, S-DVB atau sty-DVB. Hasil ikatan silang polimer terutama digunakan untuk produksi resin pertukaran ion. http:en.wikipedia.orgwikiDivinylbenzene.

2.5. Karakterisasi Campuran Polimer

Karakterisasi dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa campuran polimer. Karakterisasi yang dilakukan menggunakan faurier transform infrared spectroscopy FT-IR, scanning electron microscopy SEM dan uji tarik. 2.5.1. Faurier transform infrared spectroscopy FT-IR Pada tahun 1965, Cooley dan Turky mendemonstrasikan teknik spektroskopi FT-IR Faurier transform infrared spectroscopy. Pada dasarnya teknik ini sama dengan spektroskopi inframe rah biasa, kecuali dilengkapi dengan cara penghitungan “ Faurier transform” dan pengolahan data untuk mendapatkan resolusi dan kepekaan yang lebih tinggi. Teknik ini dilakukan dengan penambahan peralatan interferometer yang telah lama ditemukan oleh Michelson pada akhir abad 19. Mikchelson telah mendapat informasi spektrum dari suatu berkas radiasi dengan mengamati interferogram yang diperoleh dari interfemeter tersebut. Fellet 1970 juga telah menggunakan perhitungan Faurier transform pada spektrofotometer dalam bidang astronomi. Penggunaan spektrofotometer FT-IR untuk analisa banyak diajukan untuk identifikasi suatu senyawa. Hal ini disebabkan spektrum FT-IR suatu senyawa misalnya senyawa organik bersifat khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda pula. Vibrasi ikatan kimia pada suatu molekul Universitas Sumatera Utara menyebabkan pita serapan hampir seluruhnya di daerah spektrum IR yakni 4000- 400cm -1 . Pada temperatur biasa molekul organik frekuensi vibrasinya dalam keadaan tetap. Masing-masing ikatan mempunyai vibrasi renggangan stretching dan vibrasi tekuk bending yang dapat mengasorbsi energi radiasi pada frekuensi itu. Yang dimaksud vibrasi renggangan adalah terjadinya terus menerus perubahan jarak antara dua atom di dalam suatu molekul. Vibrasi renggang ini ada dua macam, yaitu renggang simetris dan tidak simetris. Yang dimaksud vibrasi tekuk adalah terjadinya perubahan sudut antara dua ikatan kimia. Ada empat macam vibrasi tekuk, yakni vibrasi tekuk dalam bidang Inplane bending yang dapat be rupa vibrasi “scissoring” deformasi atau vibrasi “rocking” dan vibrasi keluar bidang out of plane bending yang dapat berupa “Wagning” atau berupa twisting Gambar 2.8. Vibrasi Renggang Simetris Vibrasi Renggang tak simetris Vibrasi Lentur Seissering deformasi Vibrasi Lentur Rocking + + + - Waging Twisting Vibrasi Lentur Keluar Bidang Vibrasi Renggang + gerakan keluar bidang kertas, keatas - gerakan keluar bidang kertas, kebawah Gambar 2.5. Macam-Macam Vibrasi Pada FTIR Formulasi bahan polimer komersial dengan kandungan aditif bervariasi seperti pemplastis, pengisi, pemantap dan antioksidan, memberikan kekhasan pada spektrum inframerahnya. Analisis inframerah memberikan informasi tentang kandungan aditif, panjang rantai, dan struktur rantai polimer. Disamping itu, analisis IR dapat digunakan untuk karakterisasi bahan polimer yang terdegradasi oksidatif dengan munculnya gugus karbonil dan pembentukkan ikatan pada rantai polimer. Gugus lain yang menunjukkan terjadinya degradasi oksidatif adalah gugus hidroksida dan karboksilat. Umumnya pita serapan polimer pada spektrum inframerah adalah adanya ikatan C-H renggangan pada daerah 2880 cm -1 – 2900cm -1 dan renggangan dari gugus fungsi lain yang mendukung untuk analisis suatu material Kemp, 1979. Universitas Sumatera Utara Banyak faktor yang mempengaruhi frekuensi vibrasi suatu ikatan dalam molekul dan tidak mungkin memisahkan pengaruhnya dari suatu yang lain, sebagai contoh serapan ikatan C=O dalam gugus keton RCOCH 3 lebih rendah dari pada dalam RCOCl. Perubahan frekuensi struktur C=O ini karena perbedaan massa diantara CH 3 dan Cl. 2.5.2. Scanning Electron Microscopy SEM SEM adalah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara makroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada spesimen interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar x, elektron sekunder, elektron auger dan absorpsi elektron. Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20μm dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan gambar tofografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan. Gambar tofografi diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh detektor dan diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas yang menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya gambar di monitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam kedalam suatu disket. Sampel yang dianalisa dengan menggunakan teknik ini harus mempunyai permukaan dengan konduktivitas tinggi, karena polimer mempunyai konduktivitas rendah, maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor bahan penghantar yang tipis. Bahan yang biasa digunakan adalah perak, tetapi jika dianalisa dalam waktu yang lama, lebih baik digunakan suatu campuran emas dan paladium. Universitas Sumatera Utara

2.5.3. Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer yang terpenting dan sering digunakan untuk karakteristik suatu bahan polimer. Kekuatan tarik suatu bahan didefinisikan sebagai besarnya beban maksimum E maks yang digunakan untuk memutuskan spesimennya bahan dibagi dengan luas penampang awal A . σ = � 2.1 σ = kgmm 2 F = kgf Ao = mm 2 Bila sutu bahan dikenakan beban tarik yang disebut tegangan gaya persatuan luas, maka bahan akan mengalami perpanjangan regangan. Kurva tegangan terhadap regangan merupakan gambaran karakteristik dari sifat mekanik suatu bahan. Untuk bahan polimer bentuk kurva tegangan-regangan terlihat pada Gambar 2.6. Tegangan lumer Kuat tarik Tegangan putus Perpanjangan Lumer T ega nga n Regangan Gambar 2.6. Kurva tegangan-regangan bahan polimer. Pada kurva di atas ada tiga tahapan proses yang terjadi. Tahap pertama sampai titik A kenaikkan regangan bahan polimer berbanding lurus dengan tegangan, bila tegangan dilepaskan spesimen bahan akan kembali pada bentuk semula bahan bersifat elastis. Bila tegangan diperbesar melampaui beban maksimum σ molekul bahan akan mengalami orientasi ke arah tarik dan akan menjadi perubahan regangan yang Universitas Sumatera Utara besar. Sampai titik B, semua molekul sudah terorientasi secara teratur dan membentuk struktur kristalin yang lebih kuat. Pertambahan regangan menjadi lebih kecil dan tegangan akan naik drastis sampai bahan terputus pada titik C dengan besar tegangan = σ 1 . Daerah antara titik A dan C disebut daerah plastis, bila bahan tidak bersifat plastis maka spesimen bahan akan terputus setelah titik A. Disamping bersama kekuatan tarik σ sifat mekanik bahan juga diamati dari sifat kemulurann ya ε yang didefinisikan sebagai : ε = I − I I � 100 2.2 ε = dalam I F ,I = panjang specimen setelah dan sebelum diberi tekanan mm. wirjosentono, 1993. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang dilakukan di laboratorium experiment laboratory dan termasuk kedalam kategori field research.

3.1. Bahan – Bahan dan Alat – Alat Penelitian

Dokumen yang terkait

Sifat Mekanik dan Indeks Alir Lelehan Termoplastik Elastomer dari Campuran Polipropilena Bekas dan Karet SIR 10 dengan Penambahan Dikumil Peroksida dan Divinilbenzena

0 73 66

Persentase Ikat Silang dan Morfologi Termoplastik Elastomer dari Campuran Polipropilena Bekas dan Karet Sir 10 dengan Penambahan Dikumil Peroksida dan Divinil Benzena

0 60 67

Studi Pembuatan Termoplastik Elastomer Dari Polipropilena-Karet Sir 10 Dengan Penambahan Dikumil Peroksida Sebagai Inisiator Dan Divinil Benzena Sebagai Zat Pengikat Silang

4 46 76

Peranan Divinil Benzena Terhadap Kompatibilitas Campuran Low Density Polyethylene (LDPE) Dan Abu Ban Bekas Menggunakan Inisiator Dikumil Peroksida

1 35 65

Pengaruh Penambahan Divinilbenzena Terhadap Sifat Kekuatan Tarik Dan Derajat Ikat Silang Campuran Polietilena Densitas Rendah-Etilena Propilena Diena Terpolimer-Karet Sir 20 Dengan Inisiator Dikumil Peroksida

8 101 67

Peranan Anhidrida Maleat Terhadap Kompatibilitas Polietilena Dan Karet Alam Sir 20 Dengan Pengisi Pulp Tandan Kosong Sawit

0 33 5

Peranan Anhidrida Maleat Terhadap Kompatibilitas Campuran Polietilena Dan Karet Alam Sir 20 Dengan Pengisi Pulp Tandan Kosong Sawit

0 28 90

View of PENGARUH PENAMBAHAN INISIATOR DIKUMIL PEROKSIDA DAN DIVINILBENZENA SEBAGAI CROSLINK PADA KOMPATIBILITAS RASIO CAMPURAN POLIETILENA DAN KARET ALAM SIR 3L

0 1 10

Persentase Ikat Silang dan Morfologi Termoplastik Elastomer dari Campuran Polipropilena Bekas dan Karet Sir 10 dengan Penambahan Dikumil Peroksida dan Divinil Benzena

0 1 13

Sifat Mekanik dan Indeks Alir Lelehan Termoplastik Elastomer dari Campuran Polipropilena Bekas dan Karet SIR 10 dengan Penambahan Dikumil Peroksida dan Divinilbenzena

1 1 13