Dari pengertian tersebut tersirat bahwa pembangunan berarti proses menuju perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat itu sendiri. Berdasarkan beberapa defenisi tersebut, sasaran pembangunan yang utama adalah manusia dan esensi dari pembangunan tersebut adalah adanya
perubahan dari kondisi yang selumnya menjadi lebih baik lagi adanya peningkatan kualitas hidup.
1.5.2 Perencanaan Pembangunan Daerah
1.5.2.1 Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah Berbicara mengenai perencanaan pembangunan daerah tentunya tidak
terlepas dari konsep perencanaan. Dimana istilah perencanaan ini sudah sangat umum kita dengarkan dalam pembicaraan sehari-hari. Perencanaan berasal darikata rencana,
yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Dari pengertian yang sederhana ini dapat diuraikan komponen penting, yakni tujuan apa yang hendak
dicapai, kegiatan tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan, dan waktu kapan, bilamana kegiatan itu hendak dilakukan. Dengan demikian, suatu
perencanaan bisa dipahami sebagai respon reaksi terhadap masa depan Abe, 2005:57.
Perencanaan menurut George R.Terry dalam Nasution,2008 : 5 adalah merupakan upaya untuk menggunakan asumsi-asumsi mengenal masa yang akan
datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan Sondang.P Siagian
dalam Nasution, 2008 : 7 mendefenisikan perencanaan sebagai keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Conyers dan Hill dalam Nasution, 2008 : 5 mendefenisikan perencanaan sebagai suatu proses yang bersinambung yang mencakup keputusan-keputusan atau
pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Dari segi politik, Miriam Budiarjo
dalam ketaren, 2009 :39 mendefenisikan perencanaan sebagai sebuah proses konsensus antara kelompok-kelompok warga negara dan juga konsensus antara
negara yang diperankan oleh kepala pemerintahan dan warganya, dimana konsensus tersebut akan melahirkan adanya keputusan publik.
Oleh karena itu, Perencanaan mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan termasuk pada pembangunan daerah, sebab tanpa adanya kegiatan perencanaan maka
akan terjadi kesimpang siuran yang pada akhirnya akan menimbulkan berbagai hal negatif seperti : tumpang tindih overlapping, ketidakjelasan arah, dan sebagainya
yang akan mengakibatkan pemborosan. Perencanaan pembangunan menurut Nasution 2008: 105 merupakan
suatu tahapan awal dalam proses pembangunan. Sebagai tahapan awal, perencanaan pembangunan akan menjadi bahan pedoman atau acuan dasar bagi pelaksanaan
pembangunan action plan. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan hendaknya bersifat implementatif dapat dilaksanakan dan aplikatif dapat diterapkan.
Sedangkan menurut Riyadi dan Deddy Bratakusumah, Perencanaan pembangunan adalah suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang
didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk
melaksanakan suatu rangkaian kegiatan atau aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik material maupun non fisik mental dan spiritual, dalam rangka
mencapai tujuan yang lebih baik. Khusus untuk meluruskan pemahaman dan pelaksanaan perencanaan
pembangunan di Indonesia, Undang-undang No.25 Tahun 2004 mendefenisikan perencanaan pembangunan yakni Sebagai Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional SPPN adalah suatu kesatuan tata-cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan
tahunan, yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Demikian pula menurut Nurcholis 2008:18, bahwa
perencanaan pembangunan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang
tersedia, yang dituangkan dalam suatu dokumen sebagai panduan bagi para pelaku pembangunan untuk mencapai tujuan negara. Perencanaan pembangunan ini dibuat
ditingkat nasioanal dan daerah provinsi dan kabupatenkota. Secara umum perencanaan pembangunan daerah menurut Nasution 2008
didefenisikan sebagai proses dan mekanisme untuk merumuskan rencana jangka panjang, menengah, dan pendek di daerah yang dikaitkan pada kondisi, aspirasi, dan
potensi daerah dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Sedangkan secara praktis, menurut Nasution 2008, bahwa
perencanaan pembangunan daerah didefenisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dari pelbagai pelaku actor, baik umum publik atau pemerintah, swasta maupun
kelompok masyarakat lain pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling kebergantungan dan keterkaitan aspek-aspek lingkungan lainnya dengan cara:
1. Secara terus-menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah.
2. Merumuskan tujuan-tujuan dan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah. 3. Menyusun konsep strategi-strategi bagi pemecahan masalah solusi.
4. Melaksanakan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang tersedia. 5. Sehingga peluang-peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan.
1.5.2.2 Syarat-Syarat Perencanaan Pembangunan Daerah Menurut Rainer Rohdewold dalam Ketaren 2009: 50 bahwasanya
pembangunan daerah itu dilakukan denagan syarat-syarat : 1.
Kejelasan data kependudukan Karena penduduk merupakan sasaran pemanfaat dari perencanaan
pembangunan. Ketidakjelasan data kependudukan menyebabkan perencanaan pembangunan akan menemui kesulitan dalam menentukan penyusunan alokasi
pembangunan. 2.
Kejelasan batas administratif yang menjadi jangkauan perencanaan. Kadang-kadang perencanaan pembangunan daerah yang dilakukan pada
suatu wilayah yang batas-batasnya tidak jelas. Ketidakjelasan itu disebabkan oleh kondisi geografis yang kompleks, misalnya berupa wilayah perairan, wilayah
pegunungan, wilayah kepulauan terpencil. Dalam kondisi demikian perencanaan
pembangunan daerah tidak dapat dialkukan secara murni berdasarkan wilayah administratif daerah;
3. Kejelasan Pembiayaan.
Ketidakjelasan pembiayaan akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan perncanaan
pembangunan. Ketidakjelasan tujuan ini diakibatkan oleh kesulitan untuk menentukan sumberdaya pembangunan yang hendak dipakai untuk membiayai
perncanaan pembangunan. 4.
Kejelasan Permasalahan yang dihadapi. Jika permasalahan yang dihadapi sulit diidentifikasi, perencana
pembangunan akan mengalamin kesulitan untuk menentukan pilihan kebijakan. Ketidakjelasan permasalahan yang dihadapi ini diakibatkan oleh gesekan kepentingan
diantara para pengusul atau gesekan kepentingan diantara para pengambil kebijakan politik.
5. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai.
Ketidakjelasan tujuan yang hendak dicapai akan menimbulkan kesulitan untuk menetukan siapa yang akan bertanggungjawab pada pelaksanaan perencanaan
pembangunan. Ketidakjelasan tujuan pembangunan ini diakibatkan oleh kesulitan untuk menentukan sektor pembangunan yang menjadi pilihan pembangunan prioritas
utama,pertama,kedua dan seterusnya. Menurut Sondang P.Siagian dalam Nasution 2009: 22, bahwa perencanaan
yang baik itu harus memenuhi syarat-syarat, sebagai berikut : 1.
Mempermudah tercapainya tujuan
2. Dibuat oleh orang-orang yang yang berkompeten dan paham dengan
tujuan yang ingin dicapai. 3.
Disertai perincian yang teliti 4.
Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan actions plans. 5.
Bersifat sederhana 6.
Perencanaan itu harus luwes fleksibel. 7.
Ada ruang pengambilan Resiko 8.
Harus bersifat praktis 9.
Bersifat forcasting atau perkiraan.
1.5.2.3 Tujuan dan Fungsi Perencanaan Pembangunan Sesuai dengan Undang-Undang No.25 tahun 2004, dalam rangka
mendorong proses pembangunan secara terpadu dan efisien, pada dasarnya perencanaan pembangunan nasional di Indonesia mempunya 5 tujuan dan fungsi
pokok, yakni sebagai berikut : 1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan.
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar daerah, waktu dan fungsi pemerintah, baik pusat maupun daerah.
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. 5. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif dan adil.
1.5.2.4 Jenis dan Sistem Perencananaan Pembangunan Daerah Menurut UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 2, menyatakan bahwa perencanaan pembangunan nasional tersebut menghasilkan :
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM.
c. Rencana Pembangunan Jangka Pendek Rencana Pembangunan Tahunan.
Maka rencana pembangunan daerah berada dalam kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional yang terdiri dari :
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD. c. Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKP
Perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Dairi yang tersusun dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten RPJP-Kab, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten RPJM-Kab dan Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten RKP-Kab, merupakan kebijaksanaan perumusan
kebijaksanaan daerah dan koordinasi antar sektor dan merupakan seluruh rencana strategis yang menggambarkan segala sesuatu yang perlu diwujudkan.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Dairi RPJP- Kab.Dairi memuat visi,misi dan arah pembangunan Kabupaten Dairi yang mengacu
pada RPJP Provinsi Sumatera Utara dan RPJP Nasional. RPJP Kabupaten Dairi ini memberikan gambaran apa yang hendak dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Dairi
dalam jangka waktu 20 tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Dairi RPJM- Kab.Dairi merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Dairi yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP-Kab.Dairi dan memperhatikan RPJP- Prov.Sumut, dan RPJP Nasional. RPJM-Kab.Dairi ini memuat kebijakan keuangan
Kabupaten Dairi, strategi pembangunan Kabupaten Dairi, kebijakan umum, dan program kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD Kabupaten Dairi dan program
kerja kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM-Kab.Dairi ini memberikan
gambaran apa yang akan dicapai dalam 5 tahun kedepan Rencana kerja Pemerintah Kabupaten Dairi RKP-Kab.Dairi merupakan
penjabaran dari RPJM-Kab.Dairi dan mengacu pada RKP-Prov.Sumut dan RKP Nasional memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, dan pendanaannya, baik yang
langsung dilaksanakan oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. RKP-Kab.Dairi ini memberikan apa yang akan dikerjakan dan
dicapai dalam tahun anggaran berjalan.
1.5.2.5 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJM-D
Menurut UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 5 ayat 2 menyatakan bahwa Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah RPJM-D merupakan penjabaran dari visi, misi dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja
dala kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Dairi
merupakan pedoman dan acuan bagi dinas, badan, dan kantor serta bagian pada sekretariat daerah di lingkungan pemerintah kabupaten Dairi dan merupakan acuan
bagi Pemerintah Kabupaten Dairi dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD kab.Dairi setiap tahunnya.
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD dilakukan dengan tahapan dan jadwal sebagai berikut :
Pendekatan Materi awal
Rancangan Awal
Rancangan Musrenbang
Rancangan Akhir Pengesahan
Pendekatan politik
1. Visi, misi dan program
kepala daerah hasil pilkada
langsung Pendekatan
teknokratik 2.Ka.Bappeda
menjabarkan visi, misi dan
program kepala daerah
pada rancangan
awal RPJMD 3.Ka.Bappeda
mengakomodasi rancangan
Renstra SKPD untuk
menyempurnakan rancangan awal
RPJMD 5.Ka.Bappeda
menyempurnakan Draft RPJMD
sesuai hasil kesepakatan
dalam Musrenbang
Pendekatan partisipatif
4. Rancangan RPJMD
menjadi bahan bahasan
dengan stakeholders
dalam Musrenbang
RPJMD
Prosedur Pengesahan
6. RPJMD disahkan
melalui peraturan
kepala daerah dan atau
RPJMD disahkan
melalui Peraturan
Daerah Perda
Jadwal Masa
kampanye calon kepala
daerah Paling lambat
setelah kepala daerah hasil
pilkada dilantik
Tiga bulan setelah
kepala daerah hasil pilkada
dilantik
Sumber : Modul Bahan Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, USAID LGSP, Jakarta, 2008.
1.5.3 Partisipasi