Potensi Ekstrak Bakau (Rhizophora spp.) sebagai Inhibitor Asetilkolinesterase dan Antioksidan

POTENSI EKSTRAK BAKAU (Rhizophora spp.) SEBAGAI
INHIBITOR ASETILKOLINESTERASE
DAN ANTIOKSIDAN

NURZAKIAH KAHFI SURYA

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini, Saya menyatakan bahwa skripsi Potensi Ekstrak Bakau
(Rhizophora spp.) sebagai Inhibitor Asetilkolinesterase dan Antioksidan adalah
karya Saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini, Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013
Nurzakiah Kahfi Surya
NIM G44090043

iii

ABSTRAK
NURZAKIAH KAHFI SURYA. Potensi Ekstrak Bakau (Rhizophora spp.)
sebagai Inhibitor Asetilkolinesterase dan Antioksidan. Dibimbing oleh LATIFAH
K DARUSMAN dan WULAN TRI WAHYUNI.
Penapisan tanaman sebagai inhibitor asetilkolinesterase (AChE) untuk
pengobatan penyakit Alzheimer telah banyak dilakukan. Penelitian ini menguji
potensi ekstrak bakau sebagai inhibitor AChE dan antioksidan. Sampel daun dan
buah bakau diekstraksi dengan bantuan sonikasi dengan peningkatan kepolaran
pelarut, yaitu n-heksana, etil asetat, dan metanol. Hasil pengujian inhibisi AChE
menggunakan metode Ellman menunjukkan bahwa ekstrak metanol buah R.
mucronata memiliki aktivitas inhibisi terbaik dengan konsentrasi inhibisi 50%

(IC50) 1 mg/L sementara IC50 kontrol positif fisostigmina sebesar 0.06 mg/L. Uji
antioksidan melalui penangkapan radikal bebas 2,2-difenil-2-pikrilhidrazil
menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang baik
dengan IC50 sebesar 3.74 mg/L saat asam askorbat memiliki IC50 sebesar 1.31
mg/L. Komponen ekstrak dipisahkan dengan kromatografi kolom menggunakan
kloroform, etil asetat, dan metanol secara gradient bertahap. Pemisahan ini tidak
dapat dilakukan karena terjadi penggumpalan ekstrak yang diduga disebabkan
oleh kandungan karbohidrat yang cukup tinggi.
Kata kunci: antioksidan, asetilkolinesterase, Rhizophora spp.

ABSTRACT
NURZAKIAH KAHFI SURYA. Potency of Rhizophora spp. Extract as Inhibitor
of Acetylcholinesterase and Antioxidant. Supervised by LATIFAH K
DARUSMAN and WULAN TRI WAHYUNI.
Screening on plants as inhibitor of acetylcholinesterase (AChE) for the
treatment of Alzheimer has been intensively done. This study examined the
potential of Rhizophora spp. extract as inhibitor of AChE and antioxidant. Leaves
and fruits of Rhizophora spp. were extracted by sonication using gradual polarity
solvents, namely n-hexane, ethyl acetate, and methanol. AChE inhibition assay
was measured using Ellman method and showed that methanol extract of R.

mucronata fruit gave the best inhibitory activity with 50% inhibitory
concentration (IC50) of 1 mg/L, whereas the IC50 of physostigmine was 0.06 mg/L.
Antioxidant assay against 2,2-diphenyl-pikrylhydrazyl showed that the extract
was a good antioxidant with IC50 of 3.74 mg/L whereas the IC50 of ascorbic acid
was 1.31 mg/L. Components of the extract were chromatographed with
chloroform, ethyl acetate, and methanol as eluents using step gradient elution. The
chemical constituent could not be separated due to agglomeration, presumably by
the high content of carbohydrate.
Key words: acetylcholinesterase, antioxidant, Rhizophora spp.

ii

POTENSI EKSTRAK BAKAU (Rhizhophora spp.) SEBAGAI
INHIBITOR ASETILKOLINESTERASE
DAN ANTIOKSIDAN

NURZAKIAH KAHFI SURYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains
Pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi
Nama
NlM

Potensi Ekstrak Bakau (Rhizophora spp.) sebagai Inhibitor
Asetilkolinesterase dan Antioksidan
Nurzakiah Kahfi Surya

G44090043


Disetujui oleh

Prof Dr

MS

Wulan Tri Wahyuni, SSi, MSi
Pembimbing II

ita MS

Tanggal Lulus:

0 4 DEC 2013

Judul Skripsi : Potensi Ekstrak Bakau (Rhizophora spp.) sebagai Inhibitor
Asetilkolinesterase dan Antioksidan
Nama
: Nurzakiah Kahfi Surya
NIM

: G44090043

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Latifah K Darusman, MS
Pembimbing I

Wulan Tri Wahyuni, SSi, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 hingga Agustus 2013
ini ialah inhibitor asetilkolinesterase, dengan judul Potensi Ekstrak Bakau
(Rhizophora spp.) sebagai Inhibitor Asetilkolinesterase dan Antioksidan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Prof Dr Ir Latifah K Darusman,
MS dan Ibu Wulan Tri Wahyuni SSi, MSi selaku pembimbing. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa
dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Eman, Ibu Nunung, dan Bapak Dede dari Laboratorium Kimia Analitik, serta Ibu
Nunuk, Ibu Salina, Kak Antonio, Mas Endi, dan Kak Laela dari Pusat Studi
Biofarmaka yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian di laboratorium.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013
Nurzakiah Kahfi Surya

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

BAHAN DAN METODE

2

Alat dan Bahan

Metode
Pengumpulan dan Pengeringan Sampel
Penentuan Kadar Air dan Abu
Ekstraksi Sampel
Uji Fitokimia (Harborne 1987)
Uji Inhibisi AChE
Uji Aktivitas Antioksidan (Salazar-Aranda et al. 2011)
Penentuan Eluen Terbaik (Houghton dan Raman 1998)
Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Abu
Ekstraksi
Fitokimia Simplisia
Aktivitas Inhibisi AChE dan Antioksidan
Eluen Terbaik
Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom

2
2
2

3
3
3
3
4
4
4
5
5
6
7
8
9
11

SIMPULAN DAN SARAN

12

DAFTAR PUSTAKA


12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

1

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Hasil penentuan kadar air dan kadar abu
Rendemen ekstrak daun dan buah bakau
Kandungan metabolit sekunder ekstrak sampel
Perbandingan hasil uji inhibisi AChE dan antioksidan

6
6
7
8

DAFTAR GAMBAR
1
2

3

4

5

6

Tanaman bakau
Profil KLT ekstrak metanol R. mucronata dengan eluen tunggal dari kiri
ke kanan: n-heksana, diklorometana, kloroform, n-butanol, etil asetat,
aseton, dietil eter, asam asetat, etanol, dan metanol
Profil KLT ekstrak metanol R. mucronata dengen komposisi eluen dari
kiri ke kanan: metanol-kloroform (9:1), metanol-etil asetat (9:1),
metanol:kloroform (7:3), metanol:etil asetat (7:3)
Profil KLT ekstrak metanol R. mucronata dengen komposisi eluen dari
kiri ke kanan: metanol-etil asetat-kloroform (6:3:1), metanol-etil asetatkloroform (6:2:2)
Profil KLT ekstrak metanol R. mucronata dengen komposisi eluen dari
kiri ke kanan: metanol-etil asetat-n-heksana (6:3:1) (Abdullah 2011),
metanol-etil asetat-kloroform (6:1:3)
Hasil KLT dari 20 mL eluat pertama dan 80 mL eluat selanjutnya

5

9

10

10

11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Bagan alir penelitian
Hasil determinasi tanaman bakau
Penentuan kadar air simplisia bakau
Penentuan kadar abu simplisia bakau
Hasil ekstraksi dengan pelarut n-heksana
Hasil ekstraksi dengan pelarut etil asetat
Hasil ekstraksi dengan pelarut metanol
Pengolahan data hasil ekstraksi menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK)
Hasil Uji Inhibisi AChE dan Antioksidan
Hasil analisis Prosimat

13
14
15
16
17
18
19
20
22
23

1

PENDAHULUAN
Demensia merupakan penyakit yang ditemukan pada orang tua dan ditandai
dengan hilangnya memori secara progresif serta kemampuan mental lainnya
seperti bahasa, penilaian, perencanaan, gangguan aktivitas sehari-hari serta
kekurangan dalam interaksi sosial (Das et al. 2012). Penyakit Alzheimer (AD)
merupakan bentuk paling umum dari demensia. Dua pendekatan utama digunakan
untuk mengidentifikasi penyebab penyakit tersebut, yaitu kolinergik dan
nonkolinergik (Kitphati et al. 2012). Salah satu strategi pengobatan AD adalah
melalui peningkatan fungsi kolinergik dengan penggunaan inhibitor
asetilkolinesterase (AChE) untuk meningkatkan jumlah asetilkolin dalam sinapsis
antara saraf kolinergik. Menurut Wollen (2010), obat komersial yang telah banyak
digunakan untuk pengobatan AD merupakan inhibitor AChE, yaitu donepezil,
rivastigmina, galantamina, dan takrin. Namun, inhibitor AChE seperti takrin
diketahui memiliki keterbatasan berupa efek samping seperti hepatotoksisitas
(Jung dan Park 2007). Oleh karena itu, penelitian untuk menemukan inhibitor
AChE terus dilakukan, terutama inhibitor berbasis tanaman obat dengan harapan
dapat mengurangi atau menghindari efek samping yang dapat ditimbulkan.
Beberapa penelitian mengenai inhibitor AChE berbasis tanaman pernah
dilaporkan. Jung dan Park (2007) melakukan penapisan pada 180 tanaman obat
yang diduga berpotensi sebagai inhibitor AChE. Ekstrak etil asetat dari tanaman
Agrimonia pilosa ledeb ditemukan memiliki aktivitas yang signifikan dalam
menginhibisi AChE. Uji hayati terhadap hasil isolasi senyawa kimia dari tanaman
tersebut menunjukkan bahwa 4 senyawa flavonol, yaitu tilirosida, 3metoksikuersetin, kuersitrin, dan kuersetin menunjukkan efek inhibisi 2 kali lebih
baik dibandingkan dengan inhibisi yang diakibatkan oleh dehidroevodiamina
(DHED). Darusman et al. (2013) melakukan penapisan pada 3 tanaman dari genus
Syzygium. Ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol daun Syzygium polyanthum
(cengkih) memiliki potensi sebagai inhibitor AChE dengan konsentrasi
penghambatan 50% (IC50) berturut-turut 60.35, 56.03, dan 42.13 mg/L. Khan et
al. (2012) melakukan uji inhibisi AChE terhadap ekstrak daun Piper
sarmentosum. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol, nheksana, etil asetat, dan air dari P. sarmentosum masing-masing memiliki IC50
sebesar 128, 127, 317, dan 348 mg/L.
Inhibitor AChE merupakan pengobatan demensia dengan pendekatan
kolinergik. Sementara itu, pendekatan nonkolinergik dapat dilakukan melalui
penggunaan antioksidan. Stres oksidatif yang disebabkan oleh spesies oksigen
reaktif telah diketahui sebagai penyebab oksidasi biomolekul sehingga terjadi
kerusakan sel. Hal tersebut dapat menyebabkan proses neurodegeneratif termasuk
defisiensi kognitif sebagai penyebab penuaan otak, AD, dan penyakit Parkinson
(Orhan et al. 2007). Oleh karena itu, penelitian mengenai pengobatan AD dengan
inhibitor AChE sering kali disertai dengan pengujian aktivitas antioksidan.
Tumbuhan mangrove di Indonesia merupakan yang terbanyak di dunia, baik
dari segi area, yaitu lebih dari 42550 km2 maupun jumlah spesies yang melebihi
45 spesies (Purnobasuki 2004). Salah satu penyusun ekosistem mangrove yang
paling banyak penyebarannya adalah bakau. Bakau diperkirakan mengandung

100000–200000 metabolit sekunder (Asha et al. 2012). Berdasarkan hal tersebut,
bakau memiliki potensi yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam fitofarmaka.
Batang Rizhophora apiculata menghasilkan asam pirolignin yang memiliki sifat
antioksidan yang tinggi (Loo et al. 2007). Rahim et al. (2008) menyatakan bahwa
kulit kayu R. apiculata menghasilkan tanin yang dapat digunakan sebagai sumber
antioksidan alami. Sementara itu, daun Rizhophora mucronata berpotensi sebagai
antibakteri (Joel dan Bhimba 2010). Namun, pada kenyataannya potensi bakau
untuk digunakan dalam pengobatan masih perlu dieksplorasi. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian mengenai potensi bakau untuk pengobatan demensia melalui
mekanisme inhibisi AChE dan melalui mekanisme pencegahan stres oksidatif
(antioksidan). Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan menguji
potensi ekstrak daun dan buah dari 3 spesies bakau, yaitu R. apiculata, R.
mucronata, dan R. stylosa sebagai inhibitor asetilkolinesterase dan antioksidan.

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat kaca, penangas ultrasonik,
penguap putar, pelat kromatografi lapis tipis (KLT) analitik, microplate reader,
96-well plate, lampu ultraviolet (UV), dan neraca analitik. Bahan-bahan yang
digunakan adalah daun dan buah 3 spesies bakau (R. apiculata, R. mucronata, R.
stylosa), n-heksana, etil asetat, metanol, diklorometana, kloroform, n-butanol,
aseton, dietil eter, asam asetat, etanol, pereaksi uji fitokimia, bufer asam 2-[4-(2hidroksietil)piperazin-1-il]etanasulfonat (HEPES), asetilkolinesterase, 5-ditiobis2-nitrobenzoat (DTNB), asetiltiokolina (ATCh), fisostigmina (Sigma Aldrich),
2,2-difenil-1-pikrilhidrazil(DPPH), dan asam askorbat.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen
Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor; Herbarium Bogoriense, LIPI, Cibinong; serta Pusat Studi Biofarmaka,
LPPM IPB pada bulan Maret hingga Agustus 2013.
Metode
Metode penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahap (Lampiran 1),
yaitu persiapan sampel, penentuan kadar air dan abu, dan ekstraksi sampel
menggunakan sonikasi. Ekstrak yang dihasilkan kemudian diuji inhibisi AChE
dan beberapa ekstrak dengan hasil inhibisi AChE terbaik diuji aktivitas
antioksidannya. Ekstrak dengan aktivitas inhibisi AChE dan antioksidan terbaik
difraksionasi dengan kromatografi kolom untuk mendapatkan beberapa fraksi
yang lebih murni.
Pengumpulan dan Pengeringan Sampel
Daun dan buah bakau dari spesies R. apiculata, R. mucronata, dan R.
stylosa diperoleh di daerah Kapuk, Jakarta Utara. Daun dan buah tersebut

3

dipotong hinga berukuran lebih kecil, kemudian dikeringkan dengan oven pada
suhu 40−50 oC selama 4−5 hari. Sampel kering digiling dan diayak dengan ukuran
40 mesh.
Penentuan Kadar Air dan Abu
Penentuan kadar air dan abu dilakukan secara gravimetri sesuai dengan
metode AOAC (2007).
Ekstraksi Sampel
Ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
sonikasi menggunakan 3 pelarut dari nonpolar hingga polar. Pelarut yang
digunakan adalah n-heksana, etil asetat, serta metanol. Penambahan pelarut dalam
ekstraksi dilakukan dengan peningkatan kepolaran. Setiap simplisia ditimbang
sebanyak 15 g, lalu masing-masing ditambahkan 75 mL n-heksana, kemudian
ditempatkan di dalam penangas ultrasonik selama 30 menit dengan frekuensi 38
kHz. Maserat dipisahkan kemudian residu diekstraksi kembali dengan jenis dan
jumlah pelarut yang sama. Maserasi dilakukan 3 kali ulangan. Semua maserat
dikumpulkan dan dipekatkan dengan penguap putar. Bobot ekstrak pekat yang
diperoleh ditimbang. Residu kemudian diekstraksi berturut-turut dengan etil asetat
dan metanol berdasarkan metode yang sama dengan n-heksana. Rendemen setiap
ekstrak dihitung dengan membandingkan bobot ekstrak yang diperoleh dengan
bobot sampel awal dengan kadar air sebagai faktor koreksi.
Uji Fitokimia (Harborne 1987)
Uji Flavonoid dan Saponin. Sebanyak 1 g simplisia ditambahkan 10 mL
air, dipanaskan, kemudian disaring. Filtrat ditambahkan serbuk Mg, 1 mL HCl
pekat, dan 1 mL amil alkohol. Campuran dikocok kuat-kuat. Uji positif flavonoid
ditandai dengan munculnya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil
alkohol. Sebagian filtrat dikocok selama 10 menit dalam keadaan tertutup. Jika
terbentuk buih yang stabil, berarti ekstrak mengandung saponin.
Uji Alkaloid. Sebanyak 1 g simplisia ditambah dengan 10 mL CHCl3 dan 3
tetes NH3 pekat. Larutan disaring, filtratnya ditambahkan 10 tetes H2SO4 2 M dan
dikocok. Lapisan asam dipisahkan dan masing-masing ditambahkan dengan
pereaksi Mayer (positif jika terbentuk endapan putih), pereaksi Wagner (positif
jika terbentuk endapan cokelat), dan pereaksi Dragendorf (positif jika terbentuk
endapan merah jingga).
Uji Tanin. Sebanyak 10 mL simplisia dipanaskan selama 10 menit.
Selanjutnya campuran tersebut disaring dan filtratnya ditambahkan dengan FeCl3
1%. Jika terbentuk warna biru tua atau hijau, berarti ekstrak mengandung tanin.
Uji Steroid dan Terpenoid. Sebanyak 1 g simplisia diekstraksi dengan 10
mL etanol panas, disaring, dan diuapkan hingga kering. Residu yang dihasilkan
dilarutkan dalam eter, lalu ditambahkan 3 tetes anhidrida asetat dan H2SO4. Jika
terbentuk warna biru atau hijau, berarti ekstrak positif mengandung steroid. Jika
terbentuk warna ungu, berarti ekstrak positif mengandung terpenoid.
Uji Inhibisi AChE
Uji inhibisi AChE dilakukan menggunakan metode Ellman et al. (1961)
dengan modifikasi Darusman et al. (2013). Sebanyak 112 µL ekstrak 1028 mg/L

4

dimasukkan ke dalam sumur (96 well plates) berisi 112 µL bufer HEPES pH 8.
Pengenceran bertingkat sebanyak 6 kali dilakukan terhadap larutan tersebut.
Disiapkan blangko berupa 112 µL bufer HEPES pH 8 tanpa penambahan ekstrak.
Seluruh sumur berisi sampel dan blangko ditambahkan 40 µL AChE 0.36 U/mL
lalu diinkubasi pada suhu 4 oC selama 30 menit. Selanjutnya ke dalam setiap
sumur ditambahkan 20 µL DTNB 0.5 mM lalu 20 µL ATCh 0.6 mM dan
diinkubasi pada suhu 37 oC selama 20 menit. Setelah inkubasi selesai, sebanyak
20 µL fisostigmina 1 mM ditambahkan ke dalam setiap sumur. Fisostigmina 1028
mg/L digunakan sebagai kontrol positif dan diberi perlakuan sama seperti sampel.
Absorbans larutan pada masing-masing sumur diukur dengan menggunakan
microplate reader pada panjang gelombang 412 nm.
Uji Aktivitas Antioksidan (Salazar-Aranda et al. 2011)
Sampel dilarutkan di dalam etanol hingga diperoleh konsentrasi 1.56 100
mg/L. Sebanyak 100 L DPPH 125 M ditambahkan ke dalam masing-masing
sumur (96-wellplate). Setelah diinkubasi 30 menit, diukur absorbansnya pada
panjang gelombang 517 nm. Asam askorbat digunakan sebagai kontrol positif dan
etanol sebagai kontrol negatif. Absorbans sampel dan kontrol positif dengan
berbagai konsentrasi diukur tiga kali ulangan (triplo). Aktivitas inhibitor dihitung
dengan persamaan:

Keterangan:
A sampel = absorbans DPPH yang ditambah bahan uji
A kontrol = absorbans DPPH yang ditambah asam askorbat sebagai kontrol
A blanko = absorbans DPPH dalam etanol.
Penentuan Eluen Terbaik (Houghton dan Raman 1998)
Penentuan eluen terbaik dilakukan dengan metode KLT menggunakan
ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan dan inhibisi AChE terbaik. Sepuluh
jenis pelarut yang memiliki kepolaran berbeda, yaitu n-heksana, diklorometana,
kloroform, n-butanol, etil asetat, aseton, dietil eter, asam asetat, etanol, dan
metanol digunakan sebagai fase gerak tunggal. Ekstrak dengan aktivitas terbaik
ditotolkan pada pelat KLT silika gel. Pelat KLT tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase gerak tunggal.
Elusi dihentikan ketika fase gerak mendekati batas 1 cm dari tepi atas pelat KLT.
Pelat diangkat, dikeringkan lalu dideteksi dengan lampu UV 254 nm dan 366 nm.
Eluen terbaik adalah eluen yang menghasilkan keterpisahan spot yang paling baik.
Bila belum dihasilkan keterpisahan yang baik, maka dicampurkan beberapa
pelarut dengan nisbah tertentu.
Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom
Fraksionasi dilakukan terhadap 1 g ekstrak teraktif dengan menggunakan
kolom kromatografi. Ekstrak dilarutkan dalam eluen terbaik. Komponenkomponen ekstrak kemudian dipisahkan dengan kromatografi kolom
menggunakan elusi step gradient (peningkatan kepolaran). Eluat ditampung setiap
10 mL kemudian dilakukan pengujian KLT. Noda yang diperoleh dideteksi di

5

bawah lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. Noda yang memiliki
Rf yang sama digabungkan sebagai 1 fraksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air dan Abu
Ketiga spesies bakau yang digunakan dalam penelitian ini telah
dideterminasi di Herbarium Bogoriense, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) untuk memastikan spesies bakau yang digunakan. Hasil identifikasi
disajikan pada Lampiran 2. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa spesies yang
digunakan adalah Rhizophora apiculata Blume, Rhizophora mucronata Lam, dan
Rhizophora stylosa Griff. Bagian sampel yang digunakan adalah daun dan buah
(Gambar 1). Preparasi sampel dilakukan untuk keefektifan ekstraksi. Sampel yang
telah dihaluskan luas permukaannya akan lebih meningkat. Hal ini memudahkan
proses perpindahan komponen ke dalam pelarut.
a

b

c

d
e
f

Gambar 1 Tanaman bakau: (a) daun R. apiculata, (b) daun R. mucronata, (c) daun
R. stylosa, (d) buah R. apiculata, (e) buah R. stylosa, (f) buah R.
mucronata
Kadar air dan abu simplisia daun dan buah ditampilkan pada Tabel 1. Kadar
air semua simplisia berada di bawah 10%. Kadar air di bawah 10% ini sesuai
dengan syarat bahan baku obat tradisional menurut Kemenkes RI (1994).

6

Penentuan kadar air ini juga digunakan untuk mengoreksi rendemen ekstrak dan
kadar abu. Dengan demikian, rendemen dan kadar abu yang dihasilkan ditentukan
berdasarkan bobot kering. Perhitungan kadar air diberikan pada Lampiran 3.
Tabel 1 Hasil penentuan kadar air dan kadar abu
Sampel
R. apiculata
R. mucronata
R. stylosa

Bagian
Daun
Buah
Daun
Buah
Daun
Buah

Kadar air (%)
(n = 3)
5.69 0.02
7.32 0.06
9.63 0.04
8.02 0.01
7.24 0.06
7.94 0.02

Kadar abu (%)
(n=3)
10.67 0.06
2.35 0.03
10.14 0.06
2.60 0.01
12.98 0.01
2.96 0.03

Penentuan kadar abu melalui proses pengarangan kemudian pengabuan pada
suhu 600 °C yang bertujuan menghilangkan kandungan bahan organik dalam
sampel. Oleh karena itulah, kadar abu dapat menggambarkan kandungan mineral
dalam suatu bahan. Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar abu pada buah dan daun
cukup berbeda. Berdasarkan kadar abu, kandungan mineral pada daun lebih tinggi
dibandingkan dengan pada buah.
Rohaeti et al. (2010) melaporkan bahwa kadar air dan abu daun R.
mucronata dari Pantai Kapuk, Jakarta Utara adalah 11.19% dan 13.27%.
Sementara itu, kadar air dan abu pada batangnya adalah 10.16% dan 17.44%.
Dengan demikian, kadar abu sampel yang digunakan pada penelitian ini lebih
rendah dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan kadar abu dengan
hasil penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh tanaman yang digunakan
memiliki umur yang berbeda. Perhitungan kadar abu terdapat pada Lampiran 4.
Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan bantuan sonikasi. Metode ini dipilih karena
memiliki kelebihan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi lebih singkat.
Sebagai perbandingan, maserasi sederhana tanpa bantuan gelombang ultrasonik
membutuhkan waktu 1 3 hari. Sementara itu, ekstraksi pada penelitian ini hanya
membutuhkan waktu 30 menit. Proses ekstraksi yang lebih cepat ini disebabkan
oleh proses sonikasi yang mengandalkan energi gelombang dan menyebabkan
proses kavitasi. Kavitasi merupakan proses pembentukan gelembung-gelembung
kecil akibat adanya gelombang ultrasonik untuk membantu difusi pelarut ke
dalam dinding sel tanaman (Ashley et al. 2001).
Penambahan pelarut dalam ekstraksi dilakukan secara bertingkat (BPOM
2004). Pelarut yang ditambahkan pertama kali adalah n-heksana yang bersifat
nonpolar. Berdasarkan prinsip ekstraksi (like dissolve like), n-heksana akan
menarik komponen-komponen yang bersifat nonpolar. Pelarut berikutnya, yaitu
etil asetat akan menarik komponen-komponen semipolar, dan metanol yang akan
menarik komponen-komponen polar. Rendemen ekstrak bakau tersaji pada Tabel
2. Data selengkapnya diberikan di Lampiran 5 7.

7

Tabel 2 Rendemen ekstrak daun dan buah bakau
Sampel
R. apiculata
R. mucronata
R. stylosa

Bagian

n-heksana (n = 3)
2.10 ± 0.069
0.36 0.035
2.41 0.195
0.62 0.01
1.35 0.152
0.46 0.023

Daun
Buah
Daun
Buah
Daun
Buah

Rendemen (%)
Etil asetat (n=3)
2.36 0.140
0.43 0.01
2.53 0.116
0.41 0.03
2.38 0.089
0.57 0.042

Metanol (n = 3)
21.88 0.511
15.92 0.176
24.55 0.259
18.61 0.420
23.82 0.310
19.95 0.260

Rendemen ekstrak metanol paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak etil
asetat maupun n-heksana. Demikian pula rendemen ekstrak daun bakau lebih
besar daripada buah. Pengaruh pelarut dan bagian tanaman pada rendemen diuji
dengan rancangan acak kelompok (RAK) (Lampiran 8). Hasil pengujian statistik
pada taraf nyata 5% menunjukkan bahwa jenis pelarut memberikan pengaruh
terhadap rendemen ekstrak, demikian pula dengan jenis sampel. Metanol
menghasilkan rendemen paling tinggi karena memiliki tetapan dielektrik yang
relatif tinggi sehingga mampu mengekstraksi komponen yang tidak terekstrak
oleh n-heksana dan etil asetat. Rendemen ekstrak n-heksana yang kecil
menunjukkan bahwa komponen nonpolar dalam daun dan buah bakau jumlahnya
sedikit.
Fitokimia Simplisia
Uji fitokimia dilakukan pada simplisia, tidak pada ekstrak, karena beberapa
ekstrak, terutama ekstrak n-heksana rendemennya sangat kecil. Hasil uji fitokimia
pada simplisia dapat digunakan untuk menduga kandungan metabolit sekunder
pada sampel secara kualitatif. Berdasarkan dugaan tersebut, dapat diperkirakan
senyawa yang berperan dalam bioaktivitas.
Hasil uji fitokimia (Tabel 3) menunjukkan bahwa semua sampel
mengandung saponin yang cukup tinggi dan tidak mengandung steroid. Sementara
itu, alkaloid hanya ditemukan pada daun dan buah R. mucronata serta daun R.
stylosa. Kandungan metabolit sekunder lainnya yang cukup tinggi adalah
flavonoid dan tanin. Menurut Asha et al. (2012), kandungan flavonoid pada bakau
berpotensi sebagai antioksidan. Pernyataan serupa dilaporkan oleh Rahim et al.
(2008) untuk kandungan tanin dalam bakau yang berpotensi sebagai antioksidan.
Tabel 3 Kandungan metabolit sekunder ekstrak sampel
Metabolit
R. apiculata
sekunder
Daun
Buah
Tanin
+++
++
Saponin
+++
+++
Steroid
Terpenoid
++
++
Alkaloid
Flavonoid
++++
++
Keterangan: + intensitas sedang
++ intensitas pekat

R. mucronata
Daun
Buah
+++
+
+
+++
+
++
+
+
+++
++
+++ intensitas lebih pekat
- tidak teridentifikasi

R. stylosa
Daun
Buah
+++
+++
+
++
++
+++
+
++
++

8

Aktivitas Inhibisi AChE dan Antioksidan
Uji aktivitas inhibisi AChE dilakukan berdasarkan metode Ellman et al.
(1961) dengan modifikasi Darusman et al. (2013). Metode ini berdasarkan pada
reaksi hidrolisis substrat ATCh oleh AChE. Dengan demikian, IC50 menunjukkan
konsentrasi yang dapat menghambat reaksi hidrolisis ATCh menjadi asetat dan
tiokolina sebesar 50%. Nilai IC50 yang semakin kecil menunjukkan aktivitas
inhibisi oleh ekstrak yang semakin baik.
Hasil uji inhibisi AChE (Lampiran 9) menunjukkan bahwa ekstrak metanol
dari buah R. mucronata memiliki aktivitas inhibisi terbaik dengan IC50 sebesar
1.01 mg/L. Sementara itu, nilai IC50 kontrol positif fisostigmina dengan IC50
sebesar 0.06 mg/L. Pemilihan fisostigmina sebagai kontrol positif karena
fisostigmina merupakan purwarupa inhibitor AChE yang dapat diperoleh dari
tanaman (Kitphati et al. 2012).
Ekstrak n-heksana dan etil asetat tidak menghasilkan nilai R2 yang baik.
Hasil tersebut diduga disebabkan oleh sifat ekstrak yang tidak homogen saat
dilarutkan dalam bufer HEPES pH 8, sehingga mengganggu pengukuran
absorbans menggunakan microplate reader.
Enam ekstrak metanol yang memiliki aktivitas inhibisi AChE cukup baik
kemudian diuji aktivitas antioksidannya. Aktivitas antioksidan terbaik ditunjukkan
oleh ekstrak metanol daun R. stylosa dengan IC50 sebesar 3.59 mg/L. Sementara
itu, nilai IC50 kontrol positif asam askorbat adalah 1.31 mg/L. Pada Tabel 4,
tampak bahwa profil hasil uji inhibisi AChE relatif sama dengan hasil uji
antioksidan, kecuali pada ekstrak metanol daun R. stylosa. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa komponen senyawa yang memiliki aktivitas sebagai
antioksidan juga memiliki aktivitas sebagai inhibitor AChE.
Tabel 4 Perbandingan hasil uji inhibisi AChE dan antioksidan
Sampel

IC50 (mg/L)
inhibisi AChE (n = 2)

Antioksidan (n = 3)

Daun R. apiculata

525.17

6.52

Daun R. mucronata

222.48

4.47

Daun R. stylosa

268.39

3.59

Buah R. apiculata

4.08

4.57

Buah R. mucronata

1.01

3.74

Buah R. stylosa

9.56

5.81

Fisostigmina

0.06

-

-

1.31

Asam askorbat

Hasil uji inhibisi AChE menunjukkan bahwa nilai IC50 untuk ekstrak
metanol daun lebih besar dibanding buah. Pola yang hampir sama ditemukan pada
hasil pengujian kadar abu, yaitu kadar abu pada daun lebih tinggi dibandingkan
kadar abu pada buah. Berdasarkan hasil ini, diduga dalam daun bakau
mengandung mineral-mineral yang bersifat kofaktor yang dapat meningkatkan
aktivitas AChE sehingga dibutuhkan konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi untuk
menginhibisinya. Menurut Zatta et al. (2002), hasil pengukuran kinetika
menunjukkan aktivitas AChE meningkat dengan keberadaan aluminium (Al).

9

Meski demikian, diperlukan pengujian lebih lanjut untuk membuktikan hubungan
antara kandungan mineral daun bakau dengan peningkatan aktivitas AChE.
Darusman et al. (2013) melaporkan potensi ekstrak 3 tanaman dari genus
Syzygium sebagai inhibitor AChE dengam IC50 bervariasi antara 40 dan 62 mg/L
dengan IC50 untuk kontrol positifnya adalah 0.01 mg/L. Nilai IC50 ini 4000 kali
dari kontrol positifnya. Sementara itu, ekstrak metanol buah R. mucronata pada
penelitian ini memiliki nilai IC50 17 kali dari kontrol positifnya. Okello et al. 2004
melaporkan aktivitas ekstrak air Camellia sinensis dalam menginhibisi AChE
dengan IC50 30 mg/L untuk teh hijau dan 60 mg/L untuk teh hitam. Sementara itu,
Sirgudsson dan Gudbjarnason (2007) menemukan bahwa ekstrak etanol dari biji
Angelica archangelica dan Geranium sylvaticum masing-masing memiliki IC50
sebesar 2200 dan 3560 mg/L dalam menginhibisi AChE. Berdasarkan hasil ini,
ekstrak buah R. mucronata yang memiliki aktivitas inhibisi AChE terbaik, dipilih
untuk pemisahan lebih lanjut.
Eluen Terbaik
Penentuan eluen terbaik dilakukan dengan memilih eluen tunggal terlebih
dahulu, dari beberapa pelarut organik dengan kepolaran berbeda. Seperti
ditunjukkan pada Gambar 2, noda yang dielusi dengan berbagai eluen tunggal
tidak mengalami pemisahan.
(a)

(b) (c)

(d) (e) (f) (g) (h) (i) (j)
(

Gambar 2 Profil KLT ekstrak metanol R. mucronata dengan eluen tunggal: (a) nheksana, (b) diklorometana, (c) kloroform, (d) n-butanol, (e) etil asetat,
(f) aseton, (g) dietil eter, (h) asam asetat, (i) etanol, dan (j) metanol
Abdullah (2011) menggunakan ekstrak metanol R. apiculata sebagai
inhibitor tirosinase dan antioksidan. Eluen terbaik yang digunakan untuk
pemisahan komponen ekstrak adalah n-heksana-etil asetat-metanol (1:3:6).
Sementara itu, Ningsih et al. (2006) menggunakan ekstrak R. mucronata sebagai
antibakteri dengan eluen terbaiknya adalah kloroform-metanol (1:9). Berdasarkan
hal tersebut, digunakan kombinasi 2 eluen, yaitu metanol-kloroform dan metanoletil asetat dan hasilnya ditampilkan pada Gambar 3.

10

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3 Profil KLT ekstrak metanol R. mucronata dengan komposisi eluen: (a)
metanol-kloroform (9:1), (b) metanol-etil asetat (9:1), (c) metanolkloroform (7:3), (d) metanol-etil asetat (7:3)
Pola pemisahan pada Gambar 3 dihasilkan dari pengamatan di bawah sinar
UV pada = 366 nm. Tampak bahwa komposisi eluen yang sama menghasilkan
pola pemisahan yang hampir sama. Hasil kombinasi 2 eluen masih belum
menghasilkan pemisahan yang cukup baik. Untuk itu, dilakukan penggabungan 3
eluen dengan hasil pemisahan disajikan pada Gambar 4.
(a)

(b)

Gambar 4 Profil KLT ekstrak metanol R. mucronata dengan komposisi eluen: (a)
metanol-etil asetat-kloroform (6:2:2) dan (b) metanol-etil asetatkloroform (6:3:1)
Pemisahan yang lebih baik tampak pada komposisi metanol-etil asetatkloroform (6:2:2), bila dibandingkan dengan komposisi metanol-etil asetatkloroform (6:3:1), maka tampak bahwa peningkatan jumlah kloroform
menghasilkan pemisahan yang lebih baik. Oleh karena itu, diujikan kombinasi
lain dengan penambahan jumlah kloroform dan pengurangan etil asetat, yaitu
metanol-etil asetat-kloroform (6:1:3). Hasilnya disajikan pada Gambar 5.

11

(a)

(b)

Gambar 5 Profil KLT ekstrak metanol R. mucronata dengan komposisi eluen: (a)
metanol-etil asetat-n-heksana (6:3:1) (Abdullah 2011), (b) metanol-etil
asetat-kloroform (6:1:3)
Komposisi metanol-etil asetat-kloroform (6:1:3) dengan peningkatan jumlah
kloroform dari hasil percobaan sebelumnya menghasilkan pemisahan yang lebih
baik dibandingkan komposisi eluen terbaik berdasarkan Abdullah (2011). Pada
dasar KLT tampak masih terdapat noda yang tertahan dan tidak terpisah. Oleh
karena itu, diujikan kombinasi eluen dengan penambahan jumlah metanol, yaitu
metanol-etil asetat-kloroform, yaitu 7:0.5:2.5, 7:1.5:1.5, dan 7:2.5:0.5. Namun
komposisi eluen tersebut tidak menghasilkan pemisahan yang lebih baik
dibandingkan metanol-etil asetat-kloroform (6:1:3). Dengan demikian, eluen
terbaik yang dipilih berdasarkan percobaan adalah metanol-etil asetat-kloroform
(6:1:3).
Fraksionasi dengan Kromatografi Kolom
Fraksionasi dengan kromatografi kolom dilakukan dengan silika gel sebagai
fasa diam dan elusi secara step gradient menggunakan kloroform, etil asetat, dan
metanol. Kolom silika gel dikemas menggunakan pelarut kloroform. Setelah
kolom sudah padat, sampel ekstrak metanol R. mucronata diaplikasikan ke dalam
kolom. Saat sampel diaplikasikan kemudian dielusi dengan kloroform, terjadi
penggumpalan sampel pada permukaan kolom. Penggumpalan ini tidak hilang
saat kolom dielusi dengan etil asetat, metanol, hingga air.
Eluat yang keluar dari kolom ditampung setiap 10 mL. Berdasarkan
penampungan eluat ini, dihasilkan sebanyak 400 eluat yang disimpan dalam
wadah berbeda. Pengujian KLT dilakukan terhadap eluat yang ditampung. Hasil
pengujian KLT terhadap 20 mL eluat pertama dan 80 mL eluat selanjutnya
menghasilkan pola pemisahan yang ditampilkan pada Gambar 6. Noda tersebut
dihasilkan berdasarkan pengamatan di bawah lampu UV dengan = 366 nm.
Hasil KLT pada eluat selanjutnya hingga eluat ke-400 tidak menghasilkan noda
yang berpendar pada 366 nm.

(a) (b)

Gambar 6 Hasil KLT: (a) 20 mL eluat pertama dan (b) 80 mL eluat selanjutnya
Penggumpalan yang terjadi pada kolom diduga disebabkan oleh tingginya
kandungan karbohidrat. Menurut Buyapraphatsara et al. (2002), buah R.
mucronata segar mengandung 22.3% karbohidrat. Diduga keberadaan gugus
hidroksil dari karbohidrat menyebabkan karbohidrat yang terkandung dalam buah
R. mucronata larut dalam metanol dan tidak larut dalam kloroform sehingga
terjadi penggumpalan. Dugaan ini didukung oleh hasil analisis Proksimat
(Lampiran 10) yang menunjukkan bahwa kadar karbohidrat simplisia buah R.
mucronata adalah 84.83% dan kadar karbohidrat ekstrak metanol R. mucronata
adalah 54.35%.

SIMPULAN DAN SARAN
Ekstrak metanol buah R. mucronata merupakan ekstrak yang memiliki
aktivitas inhibisi AChE terbaik dengan IC50 sebesar 1.01 mg/L dengan aktivitas
antioksidan yang cukup baik dengan IC50 sebesar 3.74 mg/L. Meski demikian,
nilai keduanya masih lebih besar dibandingkan kontrol positif. Pemisahan
komponen aktif menghasilkan 100 mL eluat pertama yang menghasilkan noda
yang berpendar pada 366 nm. Meski demikian, pemisahan komponen ekstrak
teraktif belum dapat dilakukan karena terjadi penggumpalan sampel saat
diaplikasikan ke dalam kolom dan dielusi dengan klorofom-etil asetat-metanol
secara step gradient. Penggumpalan diduga terjadi akibat kandungan karbohidrat
yang tinggi dalam ekstrak sebesar 54.35%.
Pengujian toksisitas ekstrak teraktif dan pengujian aktivitas ekstrak etanol
atau air perlu dilakukan sebagai usaha untuk pengaplikasiannya sebagai bahan
baku obat. Diperlukan analisis lebih lanjut terhadap reaksi yang menyebabkan
penggumpalan ekstrak sehingga pemisahan komponen ekstrak dapat dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2007. Official Methods of
AOAC International. Revisi ke-2. Volume ke-1. Maryland: AOAC
International.

13

Abdullah. 2011. Potensi bakau Rhizophora apiculata sebagai inhibitor tirosinase
dan antioksidan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Asha KK, Mathew S, Lakshmanan. 2012. Flavonoid and phenolic compound in
two mangrove species and their antioxidant property. Indian J of GeoMarine Sci. 41:259-264.
Ashley K, Andrews RN, Cavazos L, Demange M. 2001. Ultrasonic extraction as a
sample preparation technique for elemental analysis by atomic
spectrometry. J Anal At Spectrom. 16:1147-1153.
Bunyapraphatsara N, Srisukh V, Jutiviboonsuk A, Sornlek P, Thongbainoi W,
Chuakul W, Fong HHS, Pezzuto JM, Kosmeder J. 2002. Vegetables from
the mangrove areas. Thai J Phytopharmaca. 9:1-112.
Das SK, Pal S, Ghosal MK. 2012. Dementia: Indian scenario. Neurology India.
60: 618-625.
Darusman LK, Wahyuni WT, Alwi F. 2013. Acetylcholinesterase inhibition and
antioxidant activity of Syzygium cumini, S. aromaticum, and S. polyanthum
from Indonesia. J Biol Sci. 13:412-416.
Ellman GL, Courtney KD, Andres V, Featherstone RM. 1961. A new rapid
colorimetric determination of acetylcholinesterase activity. Biochemica
Pharmacol. 7:88-95.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB.
Terjemahan dari: Phytochemical methods.
Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of
Natural Extract. London (GB): Chapman & Hall.
Jung M, Park M. 2007. Acetylcholinesterase inhibition by flavonoids from
Agrimonia Pilosa. Molecules. 12:2130-2139.
Joel EL, Bhimba V. 2010. Isolation and characterization of secondary metabolites
from the mangrove plant Rhizophora mucronata. Asian Pacific J Trop Med.
1:602-604.
[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Persyaratan
Obat Tradisional. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Khan M, Elhussein SAA, Khan MM, Khan N. 2012. Anti-acetylcholinesterase
activity of Piper sarmentosum by a continous immobilized-enzyme assay.
APCBEE Procedia. 2:199-204.doi: 10.1016/j.apcbee.2012.06.035.
Kitphati W, Wattanakamolkul K, Lomarat P, Phanthong P, Anantachoke N,
Nukoolkarn V, Thirapanmethee K, Bunyapraphatsara N. 2012.
Anticholinesterase of essential oil and their constituents from Thai
medicinal plants purified and selular enzymes. JAASP. 1:58-67.
Loo AY, Jain K, Darah I. 2008. Antioxidant activity of compounds isolated from
the pyroligneous acid, Rhizophora apiculata. Food Chem. 107:1151-1160.
Ningsih DR, Warsinah, Suwandri. 2006. Fraksionasi ekstrak metanol kulit batang
Rhizophora mucronata dan uji daya hambatnya terhadap bakteri
Escherichia coli. Molekul. 1:30-35.
Okello EJ, Savelev SU, Perry EK. 2004. In vitro anti β-secretase and dual anticholinesterase activities of Camellia sinensis L. (tea) relevant to treatment
of dementia. Phytotherapy Reasearch. 18:624-627.doi: 10. 1002/ptr.1519.
Orhan I, Kartal M, Naz Q, Ejaz A, Yilmaz G, Kan Y, Konuklugil B, Sener B,
Choudhary MI. 2007. Antioxidant and anticholinesterase evaluation of

14

selected Turkish Salvia species. Food Chem. 103:1247-1254.
Purnobasuki H. 2004. Potensi mangrove sebagai tanaman obat. J Biota IX2.
2:125-126.
Rahim AA, Rocca E, Steinmetz J, Kassim MJ, Ibrahim MS, Osman H. 2008.
Antioxidant activities of mangrove Rhizophora apiculata bark extracts.
Food Chem. 107:200-207.
Rohaeti E, Batubara I, Lieke A, Darusman LK. 2010. Potensi ekstrak
Rhizhophora sp. sebagai inhibitor tirosinase. Di dalam: [nama editor tidak
diketahui], editor. Prosiding Seminar Nasional Sains III; 2010 Nov 13;
Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Studi Biofarmaka. hlm 196-201.
Salazar-Aranda R, Perez-Lopez LA, Lopez-Arroyo J, Alanıs-Garza BA, de Torres
NW. 2009. Antimicrobial and antioxidant activities of plants from Northeast
of Mexico. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine.
10:1-6.
Sigurdsson S, Gudbjarnason S. 2007. Inhibition of acetylcholinesterase by
extracts and constituents from Angelica archangelica and Geranium
sylvaticum. Z. Naturforsch. 62:689-693.
Wollen KA. 2010. Alzheimer's disease: the pros and cons of pharmaceutical,
nutritional, botanical, and stimulatory therapies, with a discussion of
treatment strategies from the perspective. Alternative Med Rev. 15:223-244.
Zatta P, Ibn-Lkhayat-Idrissi, Zambenedetti, Kilyen M, Kiss T. 2002. In vivo and
in vitro effects of aluminum on the activity of mouse brain
acetylcholinesterase. Brain Research Bulletin. 59: 41-45.

15

LAMPIRAN
Lampiran 1 Bagan alir penelitian
Sampel segar
Dikeringkan dan dihaluskan
Simplisia
Ekstraksi bertingkat dengan
(1) n-heksana, (2) etil asetat, (3) metanol

Ekstrak n-heksana

Penentuan
eluen terbaik
Eluen terbaik

Ekstrak etil asetat

Ekstrak metanol

Uji antioksidan dan inhibisi AChE
Ekstrak teraktif
Fraksionasi dengan
kromatografi kolom

Eluat 1

Eluat 2

........

Eluat ke-400

16

Lampiran 2 Hasil determinasi tanaman bakau

17

Lampiran 3 Penentuan kadar air simplisia bakau

Spesies
bakau

Bagian

Ulangan

Bobot
simplisia
sebelum
dikeringkan
(g)

Bobot
simplisia
setelah
dikeringkan
(g)

Kadar
air
(%)

1

2.0016

1.8882

5.67

2

2.0018

1.8879

5.69

3

2.0012

1.8867

5.72

1

2.0013

1.8536

7.38

2

2.0017

1.8551

7.32

3

2.0015

1.8563

7.25

1

2.0013

1.8091

9.60

2

2.0010

1.8086

9.62

3

2.0011

1.8074

9.68

1

2.0019

1.8414

8.02

2

2.0013

1.8406

8.03

3

2.0013

1.8410

8.01

1

2.0019

1.8560

7.29

2

2.0016

1.8565

7.25

3

2.0012

1.8575

7.18

1

2.0011

1.8426

7.92

2

2.0014

1.8420

7.96

3

2.0013

1.8425

7.93

Daun
R. apiculata
Buah

Daun
R. mucronata
Buah

Daun
R. stylosa
Buah

Rerata
(%)

5.69
0.02

7.32
0.06

9.63
0.04

8.02
0.01

7.24
0.06

7.94
0.02

Contoh Perhitungan:
100%
Kadar air (%) =
=
= 5.67%

100%

Keterangan:
a = bobot simplisia sebelum dikeringkan
b = bobot simplisia setelah dikeringkan
Rerata ( ) =
Standar deviasi =

=
=

= 5.69%
= 0.02

18

Lampiran 4 Penentuan kadar abu simplisia bakau

Spesies bakau

Bagian

Daun
R. apiculata
Buah

Daun
R. mucronata
Buah

Daun
R. stylosa
Buah

Ulangan

Bobot
simplisia
(g)

Bobot
abu (g)

Kadar
abu
(%)

1

2.0019

0.2025

10.72

2

2.0010

0.2020

10.70

3

2.0013

0.2003

10.61

1

2.0031

0.0438

2.36

2

2.0018

0.0429

2.31

3

2.0008

0.0440

2.37

1

2.0010

0.1821

10.07

2

2.0008

0.1845

10.19

3

2.0006

0.1840

10.17

1

2.0010

0.0481

2.61

2

2.0018

0.0474

2.58

3

2.0017

0.0479

2.60

1

2.0011

0.2413

13.00

2

2.0013

0.2410

12.98

3

2.0013

0.2407

12.97

1

2.0017

0.0550

2.98

2

2.0016

0.0540

2.93

3

2.0016

0.0550

2.98

Contoh perhitungan:
Kadar abu (%) =
=

Rerata
(%)

10.67
0.06

2.35
0.03

10.14
0.06

2.60
0.01

12.98
0.01

2.96
0.03

100%
100%

= 10.72%
Rerata ( ) =
=
= 10.67%
Standar deviasi =
=

= 0.057

19

Lampiran 5 Rendemen ekstrak n-heksana
Spesies
bakau

Bagia
n

Daun
R. apiculata
Buah

Daun
R. mucronata
Buah

Daun
R. stylosa
Buah

Ulangan

Bobot
simplisia
(g)

Kadar
air

Bobot
ekstrak
(g)

Rendemen
(%)

1

15.0044

0.0569

0.3085

2.18

2

15.0057

0.0569

0.2919

2.06

3

15.0042

0.0569

0.2919

2.06

1

15.0042

0.0732

0.0513

0.37

2

15.0042

0.0732

0.0456

0.33

3

15.0043

0.0732

0.0552

0.40

1

15.0048

0.0963

0.3534

2.61

2

15.0041

0.0963

0.3012

2.22

3

15.0054

0.0963

0.3274

2.41

1

15.0066

0.0802

0.0869

0.63

2

15.0056

0.0802

0.0840

0.61

3

15.0044

0.0802

0.0851

0.62

1

15.0065

0.0724

0.1694

1.22

2

15.0050

0.0724

0.1845

1.33

3

15.0045

0.0724

0.2116

1.52

1

15.0047

0.0794

0.0672

0.49

2

15.0035

0.0794

0.0626

0.45

3

15.0045

0.0794

0.0621

0.45

Contoh perhitungan:
Rendemen (%) =
=
= 2.18%
Rerata ( ) =
=
= 2.10%
Standar deviasi =
=
= 0.069

100 %
100%

Rerata
(%)

2.10 ±
0.069

0.36
0.035

2.41
0.195

0.62
0.01

1.35
0.152

0.46
0.023

20

Lampiran 6 Rendemen ekstrak etil asetat

Spesies bakau

Bagian

Daun
R. apiculata
Buah

Daun
R. mucronata
Buah

Daun
R. stylosa
Buah

Ulangan

Bobot
sampel
awal (g)

Kadar
air

Bobot
ekstrak
(g)

Rendemen
(%)

1

15.0044

0.0569

0.3151

2.23

2

15.0057

0.0569

0.3333

2.36

3

15.0042

0.0569

0.3553

2.51

1

15.0042

0.0732

0.0595

0.43

2

15.0042

0.0732

0.0612

0.44

3

15.0043

0.0732

0.0588

0.42

1

15.0048

0.0963

0.3336

2.46

2

15.0041

0.0963

0.3359

2.48

3

15.0054

0.0963

0.3615

2.67

1

15.0066

0.0802

0.0567

0.41

2

15.0056

0.0802

0.0516

0.37

3

15.0044

0.0802

0.0594

0.43

1

15.0065

0.0724

0.3217

2.31

2

15.0050

0.0724

0.3266

2.35

3

15.0045

0.0724

0.3446

2.48

1

15.0047

0.0794

0.0723

0.52

2

15.0035

0.0794

0.0829

0.60

3

15.0045

0.0794

0.0795

0.58

Contoh perhitungan:
Rendemen (%) =
=
= 2.23%
Rerata ( ) =
=
= 2.36%
Standar deviasi =
=
= 0.140

100 %
100%

Rerata
(%)

2.36
0.140

0.43
0.01

2.53
0.116

0.41
0.03

2.38
0.089

0.57
0.042

21

Lampiran 7 Rendemen ekstrak metanol

Spesies bakau

Bagian

Ulangan

Bobot
sampel
awal (g)

Kadar
air

Bobot
ekstrak
(g)

Rendemen
(%)

1

15.0044

0.0569

3.0901

21.84

2

15.0057

0.0569

3.0268

21.39

3

15.0042

0.0569

3.1716

22.41

1

15.0042

0.0732

2.1862

15.72

2

15.0042

0.0732

2.2330

16.06

3

15.0043

0.0732

2.2202

15.97

1

15.0048

0.0963

3.3021

24.35

2

15.0041

0.0963

3.3683

24.84

3

15.0054

0.0963

3.3156

24.45

1

15.0066

0.0802

2.5538

18.50

2

15.0056

0.0802

2.5188

18.25

3

15.0044

0.0802

2.6315

19.07

1

15.0065

0.0724

3.2655

23.46

2

15.0050

0.0724

3.3362

23.97

3

15.0045

0.0724

3.3438

24.02

1

15.0047

0.0794

2.7349

19.80

2

15.0035

0.0794

2.7353

19.80

3

15.0045

0.0794

2.7972

20.25

Daun
R. apiculata
Buah

Daun
R. mucronata
Buah

Daun
R. stylosa
Buah

Contoh perhitungan:
Rendemen (%) =
=
= 21.84%
Rerata ( ) =
=
= 21.88%
Standar deviasi =
=
= 0.511

100 %
100%

Rerata
(%)

21.88
0.511

15.92
0.176

24.55
0.259

18.61
0.420

23.82
0.310

19.95
0.260

22

Lampiran 8 Pengolahan data hasil ekstraksi menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK)
Jenis pelarut
n-heksana

etil asetat

metanol

Total blok
(Y.j)

daun R. apiculata

2.10

2.36

21.88

26.34

daun R. mucronata

2.41

2.53

24.55

29.49

daun R. stylosa

1.35

2.38

23.82

27.55

buah R. apiculata

0.36

0.43

15.92

16.71

buah R. mucronata

0.62

0.41

18.61

19.64

buah R. stylosa

0.46

0.57

19.95

20.98

Total perlakuan (Yi.)

7.30

8.68

124.73

Y.. = 140.71

Jenis sampel

 Model Linier
=µ + + +
Keterangan:
i = (a) n-heksana, (b) etil asetat, (c) metanol
j = (1) daun R. apiculata, (2) daun R. mucronata, (3) daun R. stylosa, (4)
propagul R. apiculata, (5) propagul R. mucronata, (6) propagul R. stylosa
= pengamatan pada jenis pelarut ke-i dan jenis sampel ke-j
µ = rataan umum
= pengaruh jenis pelarut ke-i
= pengaruh jenis sampel ke-j
= pengaruh acak pada jenis pelarut ke-I dan jenis sampel ke-j
 Hipotesis
Pengaruh jenis pelarut
: = = =0
(jenis pelarut berbeda dapat menghasilkan rendemen yang sama)
: ∃ ≠ 0 (paling sedikit terdapat satu jenis pelarut yang memberikan
pengaruh berbeda terhadap rendemen)
Pengaruh jenis sampel
: = = = = =0
(jenis sampel dapat menghasilkan rendemen yang sama)
: ∃ ≠ 0 (paling sedikit terdapat satu jenis sampel yang memberikan
pengaruh berbeda terhadap rendemen)
 Tabel Sidik Ragam (ANOVA)
Sumber
Keragaman
(SK)
Perlakuan
Blok
Galat
Total

Derajat bebas
(db)

Jumlah
Kuadrat (JK)

Kuadrat
Tengah (KT)

F-hitung

F-tabel

2
5
10
17

1514.41
42.56
20.76
1577.73

757.21
8.51
1.22

620.66
6.97

4.103
3.326

23

Lanjutan lampiran 8
db Perlakuan = (t – 1) = (3 – 1) = 2
db Blok = (r – 1) = (6 – 1) = 5
db Galat = (t – 1) (r – 1) = (3 – 1) (6 – 1) = 10
db Total = (t x r) – 1 = (3 x 6) – 1 = 17
=

Faktor Koreksi (FK) =

=

=

= 1099.96

JK Total =
= (2.102 + 2.362 + … + 1λ.λ52) – 1099.96
= 2677.69 – 1099.96
= 1577.73
JK Perlakuan =
- 1099.96

=
=
- 1099.96
= 2614.37 -1099.96
= 1514.41
JK Blok =
=

- 1099.96

=
- 1099.96
= 1142.52 -1099.96
= 42.56
JK Galat = JK Total – JK Perlakuan – JK Blok
= 1577.73 – 1514.41 – 42.56
= 20.76
KT Perlakuan =
= 757.21
KT Blok =

8.51

KT Galat =

= 1.22

F-hitung Perlakuan =
F-hitung Blok =

= 620.66
=

= 6.97

 Kesimpulan
Pengaruh Jenis Pelarut:
F-hitung F-tabel
tolak H0 (Cukup bukti untuk menyatakan bahwa jenis
pelarut berpengaruh terhadap rendemen pada taraf nyata = 0.05)
Pengaruh Jenis Sampel:
F-hitung F-tabel
tolak H0 (Cukup bukti untuk menyatakan bahwa jenis
sampel berpengaruh terhadap rendemen pada taraf nyata = 0.05)

24

Lampiran 9 Hasil Uji Inhibisi AChE dan Antioksidan
Pelarut

Metanol

Etil
Asetat

n-heksana

Daun R. apiculata
Daun R. mucronata
Daun R. stylosa
Buah R. apiculata
Buah R. mucronata
Buah R. stylosa
Daun R. apiculata
Daun R. mucronata
Daun R. stylosa
Buah R. apiculata
Buah R. mucronata
Buah R. stylosa
Daun R. apiculata
Daun R. mucronata
Daun R. stylosa
Buah R. apiculata

Uji inhibisi AChE
Persamaan
R2
Regresi
y = 8.471ln(x) - 3.060 0.7288
y = 6.742ln(x) + 13.56 0.9255
y = 0.112x + 19.94
0.9754
y = 6.672ln(x) + 40.62
0.907
y = 5.857ln(x) + 49.94 0.9421
y = 7.590ln(x) + 32.90
0.626
y = 0.019x + 22.14
0.552
y = -4.45ln(x) + 34.26
0.898
y = -5.07ln(x) + 38.39
0.972
y = 2.899ln(x) + 24.38 0.1458
y = 0.130x + 8.105
0.8582
y = -5.23ln(x) + 55.61 0.7213
y = -0.028x + 38.05
0.4793
y = -0.026x + 24.43
0.4411
y = 0.029x + 29.25
0.6514
y = -8.75ln(x) + 36.30 0.9493

Buah R. mucronata

y = -2.57ln(x) + 17.84

0.089

y = -0.065x + 35.72

0.1934

IC50
(mg/L)
525.17
222.48
268.39
4.08
1.01
9.56
1466.32
-383.09
-299.49
6887.96
322.27
2.92
-426.79
-983.46
715.52
0.21
3.68 x
10-6
-219.69

y = 4.069ln(x) + 61.46

0.8516

0.06

Sampel

Buah R. stylosa
Fisostigmina
(kontrol positif uji AChE)
Vitamin C
(kontrol positif antioksidan)

Keterangan:
Regresi linear: x= konsentrasi dan y = % inhibisi
Contoh perhitungan IC50 uji inhibisi AChE:
y = 5.857ln(x) + 49.94
50 = 5.857ln(x) + 49.94
0.06 = 5.857ln(x)
0.0102 = ln(x)
x = 1.01
IC50 = 1.01 ppm

Uji Antioksidan
Persamaan Regresi

R2

y = 19.10ln(x) + 14.18
y = 18.48ln(x) + 22.31
y = 17.56ln(x) + 27.57
y = 8.891x + 9.392
y = 7.860x + 20.30
y = 7.702x + 5.285

0.931
0.914
0.870
0.976
0.931
0.964

IC50
(mg/L)
6.52
4.47
3.59
4.57
3.74
5.81

y = 24.02ln(x) + 43.46

0.930

1.31

25

Lampiran 10 Hasil analisis Proksimat

Penentuan kadar karbohidrat menggunakan metode carbohydrate by difference:
Kadar karbohidrat simplisia R. mucronata
= 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar protein)
= 100% - (9.36% + 0.43% + 1.32% + 4.06%)
= 100% - 15.17%
= 84.83%
Kadar karbohidrat ekstrak metanol R. mucronata
= 100% - (kadar air + kadar abu + kadar lemak + kadar protein)
= 100% - (43.54% + 0.72% + 0.19% + 1.20%)
= 100% - 45.65%
= 54.35%

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor, 26 November 1990. Penulis merupakan anak
pertama dari pasangan Basuki Husen dan