Aktivitas Antihiperglikemik dan Antioksidan Buah Bakau Merah (Rhizophora stylosa Griff.)

AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIK DAN ANTIOKSIDAN
BUAH BAKAU MERAH (Rhizophora stylosa Griff.)

RISVAN HASUDUNGAN HUTABARAT

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul
“Aktivitas Antihiperglikemik dan Antioksidan Buah Bakau Merah
(Rhizophora stylosa Griff.)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, 15 Desember 2014
Risvan Hasudungan Hutabarat
C34100036

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
RISVAN HASUDUNGAN HUTABARAT. Aktivitas Antihiperglikemik dan
Antioksidan Buah Bakau Merah (Rhizophora stylosa Griff.). Dibimbing oleh SRI
PURWANINGSIH dan KUSTIARIYAH TARMAN
Bakau merah (R. stylosa) merupakan salah satu tanaman bakau berfamili
rhizoporaceae yang telah banyak dimanfaatkan sebagai obat antidiabetes.
Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antihiperglikemik dari ekstrak kasar
buah bakau merah (R. stylosa). Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap
yaitu karakterisasi buah bakau, ekstraksi (maserasi), uji proksimat (AOAC 2005),
uji toksisitas (BSLT), uji antihiperglikemik (inhibisi enzim α-glukosidase), uji
antioksidan (DPPH), dan uji fitokimia (Harborne 1987). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak metanol memiliki rendemen paling tinggi

dibandingkan ekstrak lainnya yaitu sebesar 3,45%. Ekstrak metanol memiliki sifat
paling toksik dengan nilai LC50 sebesar 116,964 ppm. Ekstrak etil asetat memiliki
nilai inhibisi enzim α-glukosidase (IC50) tertinggi yaitu sebesar 285,56 ppm,
diikuti ekstrak metanol sebesar 474,97 ppm, dan ekstrak n-heksana sebesar
>15000 ppm. Hasil uji antioksidan ekstrak etil asetat menujukkan nilai IC50
sebesar 79,71 ppm. Uji fitokimia ekstrak etil asetat menunjukkan hasil positif
pada senyawa fenol hidrokuinon, flavonoid, steroid, dan triterpenoid.
Kata kunci : antioksidan, bakau merah, fitokimia, toksisitas, α-glukosidase

ABSTRACT
RISVAN HASUDUNGAN HUTABARAT. Antihyperglycemic and Antioxidant
Activities of Red Mangrove (Rhizophora stylosa Griff.). Supervised by SRI
PURWANINGSIH and KUSTIARIYAH TARMAN
Red mangrove (R. stylosa) is one of rhizoporaceae which has been widely used as
antidiabetic drugs. One of the way how to prevent and treat diabetic is by
inhibiting activity of the enzyme α-glucosidase. The purpose of this research was
to determine the antihyperglycemic activity of crude extract of the red mangrove
(R. stylosa) fruit. The research was performed in several steps there were
characterization of mangrove fruit, extraction (maceration), proximate test
(AOAC

2005),
toxicity
test
(BSLT),
antihyperglycemic
test
(α-glucosidase inhibition), antioxidant test (DPPH), and phytochemical test
(Harborne 1987). The result showed that the methanol extract had the highest
yield compared to other extracts equal to 3.45%. The methanol extract possessed
the most toxic with LC50 values of 116.96 ppm. Ethyl acetate extract had the
highest value of α-glucosidase inhibition (IC50) in the amount of 285.56 ppm,
followed by methanol extract of 474.97 ppm, and n-hexane extract of >15000
ppm. The antioxidant test result of ethyl acetate extract showed IC50 value 79.71
ppm. Phytochemical test of ethyl acetate extract showed positive results on phenol
hydroquinone, flavonoid, steroid and triterpenoid.
Keywords: antioxidant, phytochemical, red mangrove, toxicity, α-glucosidase

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIK DAN ANTIOKSIDAN
BUAH BAKAU MERAH (Rhizophora stylosa Griff.)

RISVAN HASUDUNGAN HUTABARAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi
Nama
NIM
Program Studi

: Aktivitas Antihiperglikemik dan Antioksidan Buah Bakau
Merah (Rhizophora stylosa Griff.)
: Risvan Hasudungan Hutabarat
: C34100036
: Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi
Pembimbing I

Dr Kustiariyah Tarman, SPi, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
dengan judul “Aktivitas Antihiperglikemik dan Antioksidan Ekstrak Buah Bakau
Merah (Rhizophora stylosa Griff.)”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam proses penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:
1. Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi dan Dr Kustiariyah Tarman, SPi, MSi
selaku dosen pembimbing dan pengarahan yang diberikan kepada penulis
2. Prof Dr Ir Nurjanah, MS selaku dosen penguji atas segala masukan yang
diberikan kepada penulis

3. Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku Ketua Program Studi Teknologi
Hasil Perairan
4. Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil
Perairan
5. Mamak, Bapak, Kakak dan Abang yang telah mendoakan dan
memberikan motivasi
6. Ibu Ema Masruroh SSi, Dini Indriani AMd, Saeful Bahri AMd, Bapak
Eman, Ibu Lina, dan Bang Rangga yang telah membantu penulis selama
penelitian di Laboratorium
7. Teman Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia (Annisa, Mahisha,
Dhio), LYSIS, THP 47, THP 48, dan THP 49 atas segala bantuan, doa,
semangat, dan dukungan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
perbaikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Bogor, 15 Desember 2014

Risvan Hasudungan Hutabarat


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
PENDAHULUAN ...............................................................................................
Latar Belakang ................................................................................................
Perumusan Masalah .........................................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................................
METODE PENELITIAN .....................................................................................
Bahan ...............................................................................................................
Alat ..................................................................................................................
Prosedur Penelitian ..........................................................................................
Karakterisasi buah bakau (R. stylosa).........................................................
Ekstraksi buah bakau (R. stylosa) ...............................................................
Prosedur Analisis .............................................................................................
Analisis proksimat ......................................................................................
Uji inhibisi enzim α-glukosidase ................................................................
Uji toksisitas brine shrimp lethality test .....................................................

Uji Aktivitas antioksidan dengan metode DPPH .......................................
Rancangan Percobaan......................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................
Komposisi Kimia Buah Bakau Merah (Rhizophora stylosa Griff.) ................
Ekstrak Buah Bakau Merah (Rhizophora stylosa Griff.) ................................
Toksisitas Ekstrak Buah Bakau Merah (R. stylosa) ........................................
Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase .........................................................
Aktivitas Antioksidan Buah Bakau Merah (R. stylosa) ..................................
Pengujian Fitokimia Ekstrak Buah Bakau Merah (R. stylosa) ........................
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................
Kesimpulan ......................................................................................................
Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
LAMPIRAN .........................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ..............................................................................................

x
x
x
1

1
2
2
2
2
2
3
3
3
5
5
5
5
7
8
8
10
11
12
13

15
16
18
20
21
21
21
21
27
40

DAFTAR TABEL
1 Reaksi inhibisi enzim α-glukosidase ................................................................
2 Pengukuran morfometrik buah bakau merah (R. stylosa) ................................
3 Komposisi kimia buah bakau merah (Rhizophora stylosa Griff.) segar ..........
4 Rendemen ekstrak buah bakau merah (R.stylosa) ............................................
5 Hasil uji toksisitas ekstrak buah bakau merah (R. stylosa)...............................
6 Hasil uji inhibisi α-glukosidase ekstrak buah bakau merah (R. stylosa) ..........
7 Nilai Inhibisi enzim α-glukosidase dari acarbose ............................................
8 Hasil uji fitokimia ekstrak buah bakau merah (R. stylosa) ...............................

8
12
13
14
15
16
17
20

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir prosedur penelitian ...................................................................... 4
2 Pengukuran morfometrik buah bakau............................................................... 12
3 Aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat buah bakau
merah (R. stylosa) ............................................................................................. 18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil identifikasi buah bakau merah (R. stylosa) ..............................................
2 Analisis ragam rendemen ekstrak buah bakau merah (R. stylosa) ....................
3 Analisis ragam toksisitas ekstrak buah bakau merah (R. stylosa) .....................
4 Grafik hasil uji toksisitas buah bakau merah (R.stylosa)...................................
5 Perhitungan analisis proksimat buah bakau ......................................................
6 Perhitungan rendemen buah bakau merah (R. stylosa) .....................................
7 Grafik hasil uji inhibisi enzim α-glukosidase ....................................................
8 Hasil Uji antioksidan .........................................................................................
9 Hasil uji fitokimia ekstrak etil asetat .................................................................

29
30
31
32
33
34
35
37
38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman mangrove bergenus Rhizophora merupakan jenis tanaman herbal
yang telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengobati
berbagai jenis penyakit. Takara et al. (2008) menyatakan bahwa ekstrak dari
beberapa jenis tanaman bergenus Rhizophora dilaporkan memiliki aktivitas
antibakteri, antijamur, antiinflamasi, dan obat luka. Penelitian mengenai aktivitas
antihiperglikemik dari tanaman bergenus Rhizophora belum pernah dilakukan.
Buah bakau merah (R. stylosa) diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
alternatif pengobatan diabetes alami.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencegah atau mengobati
penyakit diabetes. Alternatif obat yang sesuai dengan harapan untuk mengatasi
masalah
penyakit
diabetes
hingga
saat
ini
belum
ditemukan.
Menurut Hussain dan Marouf (2013), pengobatan diabetes melitus seperti
penggunaan insulin dan obat antihiperglikemik oral harganya relatif lebih mahal
dan penggunaannya dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping
yang tidak diinginkan.
Penggunaan tanaman herbal dalam pengobatan komplementer dan alternatif
di Indonesia kian meningkat. Tanaman herbal dipercaya secara turun-temurun
dalam mengobati berbagai jenis penyakit. Minimnya efek samping yang
ditimbulkan juga menjadi salah satu keunggulan dari tanaman herbal
(Suganda 2002).
Diabetes melitus merupakan penyakit kelainan metabolik glukosa akibat
defisiensi atau penurunan efektivitas insulin (Wijayakusuma 2005). Penyakit ini
memiliki angka peningkatan yang cukup pesat di Indonesia. Data dari Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa diabetes merupakan penyebab
kematian nomor enam dari seluruh kematian pada semua kelompok umur.
Prevalensi diabetes di daerah perkotaan di Indonesia adalah 5,7%, sebanyak
73,7% pasien diabetes tidak terdiagnosa dan tidak mengonsumsi obat, serta
prevalensi toleransi glukosa terganggu adalah 10,2% (KEMENKES 2012).
Diabetes melitus terdiri dari tiga tipe. Tipe 1 dikenal dengan InsulinDependent Diabetes Mellitus (IDDM) disebabkan oleh pulau Langerhans yang
rusak akibat reaksi autoimun dan virus. Tipe 2 dikenal dengan Non-InsulinDependent Diabetes Mellitus (NIDDM) disebabkan oleh berkurangnya
sensitivitas insulin akibat produksi glukosa hepatik insulin berlebihan yang
dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, gaya hidup, dan obesitas. Tipe 3
dikenal dengan diabetes getasional, terjadi pada wanita yang sedang hamil yang
sebelumnya tidak mengalami diabetes (Subroto 2006).
Mekanisme pengobatan diabetes melitus terbagi dalam tiga cara, yaitu
penambahan insulin dari luar, merangsang sekresi insulin, dan menurunkan kadar
glukosa darah melalui penghambatan aktivitas α-glukosidase (Waring 2007).
Salah satu harapan sumber penghambatan aktivitas enzim α-glukosidase alami
yang dapat dijadikan alternatif pengobatan diabetes adalah buah bakau merah
(R. stylosa).

2
Perumusan Masalah
Diabetes merupakan penyakit penyebab kematian nomor enam pada semua
kelompok umur di Indonesia pada tahun 2012. Penyakit ini dapat menyerang
berbagai kalangan usia. Obat-obatan herbal kian populer dikonsumsi sebagai
upaya untuk mencegah dan mengobati diabetes. Buah bakau merah (R. stylosa)
telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat di pesisir pantai sebagai makanan sehat,
tetapi belum ada penelitian mengenai efektivitasnya sebagai antihiperglikemik.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas inhibisi enzim
α-glukosidase dan menentukan aktivitas antioksidan serta kandungan senyawa
bioaktif dari ekstrak yang memiliki nilai inhibisi enzim α-glukosidase terbaik.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan informasi mengenai potensi
buah bakau merah (R. stylosa) sebagai alternatif obat herbal alami bagi penderita
diabetes dan memperkaya khasanah informasi bagi dunia kesehatan akan manfaat
tumbuhan mangrove.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah identifikasi sampel, uji proksimat, uji
fitokimia, inhibisi enzim α-glukosidase, uji antioksidan, serta toksisitas buah
bakau merah (R. stylosa).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Agustus 2014.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengembanganbiakan dan Genetika Ikan
Departemen Budidaya Perairan, Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil
Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Mikrobiologi
Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Proses evaporasi ekstrak dilakukan di
Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Uji inhibisi enzim α-glukosidase dan uji aktivitas antioksidan
dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka. Proses Identifikasi Rhizophora stylosa
dilakukan di Herbarium Bogoriense, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat
Penelitian Biologi, Cibinong.

3
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah buah bakau merah (R. stylosa) yang
diperoleh dari Pulau Untung Jawa, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan,
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Jakarta. Bahan yang digunakan dalam
ekstraksi adalah metanol, etil asetat dan n-heksana sebagai pelarut. Bahan yang
digunakan untuk analisis proksimat meliputi akuades, kjeltab jenis selenium,
larutan H2SO4 p.a. pekat, asam borat (H3BO3) 4% yang mengandung indikator
bromcherosol green-methyl red (1:2) berwarna merah muda, larutan HCl 0,0947
N, pelarut lemak (n-heksana p.a.), larutan HCl 10% dan larutan AgNO3 0,10 N.
Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis aktivitas antioksidan adalah 1,1diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH), metanol, dan vitamin C sebagai kontrol positif.
Bahan uji inhibisi enzim α-glukosidase adalah p-nitrofenil-α-D-glukopiranosa,
enzim α-glukosidase, bufer fosfat (pH7), glucobay, Dimethyl Sulfoxide (DMSO),
HCl 2 N, dan Na2CO3. Bahan uji toksisitas adalah larva udang Artemia salina dan
air laut steril. Bahan yang dipakai untuk uji fitokimia adalah pereaksi Wagner,
pereaksi Meyer, pereaksi Dragendorff, etanol 30%, asam asetat anhidrat, H2SO4
pekat, etanol 70%, larutan FeCl3 1%, CHCl3, serbuk Mg, larutan amil alkohol, dan
HCl 2 N.

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pisau, blender
(miyako BL102PL), penggaris, kertas saring, sudip, cawan porselen, alumunium
foil, timbangan digital , rotary vacum evaporator (Heidolph WB 2000), tabung
reaksi, timbangan analitik (Satorius TE212-L), labu erlenmeyer, penangas air,
corong gelas, pipet tetes, microplate (Nunc), pipet mikro (Eppendorf), inkubator
(Binder), spektrofotometer UV-Vis (Epoch), labu takar, sumur uji, lampu TL, dan
aerator.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas beberapa tahap yaitu karakterisasi dan analisis
kimia buah bakau, ekstraksi, uji aktivitas antihiperglikemik, dan toksisitas ekstrak
buah bakau. Tahap karakterisasi dan analisis kimia buah bakau meliputi preparasi,
pengukuran morfometrik, dan analisis proksimat. Ekstraksi menggunakan metode
maserasi bertingkat. Pengujian aktivitas antihiperglikemik dilakukan dengan
analisis uji inhibisi enzim α-glukosidase. Pengujian toksisitas dilakukan dengan
uji metode Brine Shrimp Lethality Test. Pengujian fitokimia dan pengujian
aktivitas antioksidan ekstrak buah bakau dilakukan setelah didapatkan ekstrak
terbaik dari pengujian aktivitas antihiperglikemik.
Proses karakterisasi dimulai dengan pengukuran morfometrik dan morfologi.
Sebanyak 30 sampel buah bakau diukur panjang, lebar, dan bobotnya. Preparasi
dilakukan dengan cara dikupas, dipotong-potong dan diblender untuk
mendapatkan serbuk buah bakau. Serbuk halus yang sudah siap kemudian
digunakan untuk analisis proksimat (AOAC 2005) dan ekstraksi maserasi

4
bertingkat (Putri et al. 2012 yang dimodifikasi) menggunakan pelarut n-heksana
(non polar), etil asetat (semi polar), dan metanol (polar), dengan perbandingan 1:5
(b:v) selama 24 jam. Ekstrak kemudian difiltrasi dengan kertas saring. Filtrat yang
dihasilkan dihilangkan pelarutnya dengan rotary vaccum evaporator pada suhu
40 °C.
Buah bakau merah
(R. stylosa)

Preparasi
(pengupasan kulit, pemotongan, penghalusan)

- Morfometrik (30buah)
- Morfologi

Serbuk buah
bakau

Analisis proksimat

Karakterisasi

Ekstraksi (maserasi bertingkat, b:v = 1:5) selama 24 jam
dengan pelarut n-heksana (non polar), etil asetat (semi polar),
dan metanol (polar)

Ekstrak kasar n-heksana,
etil asetat, dan metanol

Uji BSLT (ekstrak nheksana, ekstrak etil asetat,
dan ekstrak metanol)

Perhitungan
rendemen

Uji inhibisi enzim α-glukosidase
(ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat, dan ekstrak
metanol)
Ekstrak terpilih

Uji aktivitas antioksidan

Komponen aktif yang memiliki aktivitas
antihiperglikemik dan antioksidan

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian

Fitokimia

5
Hasil ekstraksi selanjutnya digunakan untuk perhitungan rendemen,
pengujian aktivitas antihiperglikemik (Sancheti et al. 2009) dan uji toksisitas
(Meyer et al. 1982). Ekstrak terpilih kemudian digunakan untuk pengujian
antioksidan (Salazar et al. 2009) dan pengujian fitokimia (Harborne 1987).
Diagram alir prosedur penelitian disajikan pada Gambar 1.
Karakterisasi buah bakau (R. stylosa)
Tahap karakterisasi terdiri dari preparasi, pengukuran morfometrik, dan
perhitungan rendemen. Sampel buah bakau merah (R. stylosa) diambil dari Pulau
Untung Jawa, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu, Jakarta. Sampel buah bakau selanjutnya dilakukan pengukuran
morfometrik meliputi pengukuran panjang, lebar, dan bobot dari buah bakau
merah (R. stylosa). Sampel yang sudah diukur morfometriknya selanjutnya
dikupas dan diblender untuk mendapatkan serbuk buah bakau yang selanjutnya
akan diekstraksi.
Ekstraksi buah bakau (R. stylosa)
Sampel yang telah melalui tahapan karakterisasi selanjutnya diekstraksi
mengunakan tiga pelarut dengan metode ekstraksi bertingkat (Putri et al. (2012)
yang telah dimodifikasi). Masing-masing ekstrak selanjutnya ditimbang beratnya
untuk memperoleh rendemen dari ekstrak buah bakau merah yang dihitung
menggunakan rumus berikut :
Rendemen

erat ekstrak g)
erat
l g)

1

Prosedur Analisis
Analisis proksimat
Analisis kimia meliputi analisis proksimat, pengujian fitokimia, dan
pengujian aktivitas antioksidan. Analisis proksimat yang dilakukan pada
penelitian ini yaitu analisis kadar air,abu, protein, lemak dan karbohidrat.
a)
Analisis kadar air (AOAC 2005)
Analisis kadar air dilakukan dengan cara cawan porselen dikeringkan dalam
oven pada suhu 105 oC selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam
desikator (kurang lebih 15 menit) dan dibiarkan sampai dingin kemudian
ditimbang. Cawan tersebut ditimbang kembali hingga beratnya konstan. Sebanyak
5 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan tersebut, kemudian dikeringkan
dengan oven pada suhu 105 oC selama 5 jam atau hingga beratnya konstan.
Setelah selesai, cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan
selanjutnya ditimbang kembali.
Perhitungan kadar air:
adar air

erat contoh a al g berat contoh akhir g)
erat contoh a al g)

1

6
b)

Analisis kadar abu (AOAC 2005)
Cawan abu porselen dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven bersuhu
sekitar 105 oC selama 30 menit. Cawan abu porselen tersebut dimasukkan ke
dalam desikator (30 menit) dan kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 5 gram
ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam cawan abu porselen. Selanjutnya
dibakar di atas kompor listrik sampai tidak berasap dan dimasukkan ke dalam
tanur pengabuan dengan suhu 600 oC selama 7 jam. Cawan dimasukkan di dalam
desikator dibiarkan sampai dingin dan kemudian ditimbang.
Perhitungan kadar abu:
adar abu

obot setelah tanur g ca an kosong g)
erat sampel a al g)

1

c)

Analisis kadar protein (AOAC 2005)
Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap
yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran kadar protein dilakukan dengan
metode mikro Kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0,25 gram, kemudian
dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL, lalu ditambahkan 0,25 gram
selenium dan 3 mL H2SO4 pekat. Contoh didestruksi pada suhu 410 oC selama
kurang lebih 1 jam sampai larutan jernih lalu didinginkan. Setelah dingin, ke
dalam labu Kjeldahl ditambahkan 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40%,
kemudian dilakukan proses destilasi dengan suhu destilator 100 oC. Hasil destilasi
ditampung dalam labu erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam
borat (H3BO3) 2% dan 2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang
berwarna merah muda. Setelah volume destilat mencapai 40 mL dan berwarna
hijau kebiruan, maka proses destilasi dihentikan. Destilat kemudian dititrasi
dengan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna merah muda. Volume titran
dibaca dan dicatat. Larutan blanko dianalisis seperti contoh.
Perhitungan kadar protein:
rotein

m H lm

lanko N H l
mg contoh

fp 1 ,

7

1

fk

Keterangan:
Fp= faktor pengenceran= 10
Fk= faktor koreksi= 6,25

d)

Analisis kadar lemak (AOAC 2005)
Sampel seberat 5 gram (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring pada kedua
ujung bungkus ditutup dengan kapas bebas lemak dan selanjutnya dimasukkan ke
dalam selongsong lemak, kemudian sampel yang telah dibungkus dimasukkan ke
dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2) dan disambungkan
dengan tabung Soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor
tabung Soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (n-heksana). Kemudian
dilakukan refluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak
didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan
tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke

7
dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu
105 oC, setelah itu labu didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan
(W3).
Perhitungan kadar lemak:
adar lemak

1

1

Analisis karbohidrat by difference
Kadar karbohidrat total ditentukan dengan metode by difference yaitu:
100% - (kadar air + abu + protein + lemak).

e)

Uji inhibisi enzim α-glukosidase (Sancheti et al. 2009)
Persiapan larutan kontrol blanko (B0) dan blanko (B1) dilakukan dengan
pembuatan substrat dengan cara p-nitrofenil α-D-glukopiranosa dilarutkan dalam
bufer fosfat 0,1 M pH 7,0 dan pembuatan larutan enzim α-glukosidase dengan
cara 1 mg α-glukosidase dilarutkan dalam 100 mL bufer fosfat (pH 7). Campuran
reaksi blanko terdiri dari 10 µL larutan dimetil sulfoksida (DMSO), 50 µL bufer
fosfat 0,1 M (pH 7,0), 25 µL p-nitrofenil α-D-glukopiranosa sebagai substrat, dan
25 µL larutan enzim α-glukosidase. Perbedaan antara blanko dan kontrol blanko
adalah kontrol blanko tidak menggunakan enzim α-glukosidase. Campuran reaksi
kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 30 menit. Reaksi dihentikan oleh
ditambahkannya 100 µL larutan natrium karbonat 0,2 M, kemudian diukur pada
panjang gelombang 400 nm dengan spektrofotometer.
Persiapan larutan kontrol sampel (S0) dan sampel (S1) dilakukan dengan
cara ekstrak bakau merah dilarutkan dalam bufer. Campuran reaksi sampel terdiri
dari 10 µL ekstrak bakau merah, 50 µL bufer fosfat 0,1 M (pH 7,0), 25 µL pnitrofenil α-D-glukopiranosa 0,5 mM sebagai substrat, dan 25 µL larutan enzim
α-glukosidase. Perbedaan antara sampel dan kontrol sampel adalah pada kontrol
sampel tidak menggunakan enzim α-glukosidase. Campuran reaksi kemudian
diinkubasi pada suhu 37 °C selama 30 menit. Reaksi dihentikan dengan
ditambahkannya 100 µL larutan natrium karbonat 0,2 M. Absorban dari pnitrofenol diukur pada panjang gelombang 400 nm dengan spektrofotometer.
Sampel dilakukan dalam tiga ulangan. Reaksi enzim selengkapnya untuk satu
sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
Konsentrasi larutan acarbose 1% sebagai pembanding yang digunakan
dibuat dari tablet Glucobay yang dilarutkan dalam akuades dan HCl 2N (1:1)
dengan konsentrasi 1% (b/v) digunakan sebagai standar, kemudian disentrifugasi
dan supernatan diambil sebanyak 10 µL dan dimasukkan ke dalam campuran
reaksi seperti dalam sampel.

8
Tabel 1 Reaksi inhibisi enzim α-glukosidase
Larutan sampel
DMSO
Buffer
Substrat
Enzim
Na2CO3

B0 (µL)
B1 (µL)
S0 (µL)
10
10
10
50
50
50
25
25
25
25
Inkubasi 37 °C selama 30 menit
100
100
100

S1 (µL)
10
50
25
25
100

engujian daya hambat ekstrak terhadap aktivitas α -glukosidase dihitung
dalam % inhibisi dengan rumus :
Inhibisi (%) =



1-

)

x 100%

Keterangan :
K = Absorbansi terkoreksi dari blanko (B1) dikurangi kontrol blanko (B0)
S0 = Absorbansi terkoreksi dari kontrol sampel
S1 = Absorbansi terkoreksi dari sampel
Uji toksisitas Brine Shrimp Lethality Test (Meyer et al. 1982)
Persiapan larva Artemia salina dilakukan dengan cara telur larva ditetaskan
selama 48 jam sebelum dilakukan uji. Penetasan dilakukan dengan cara telur larva
direndam dalam air laut di dalam wadah yang diberi suplai oksigen dari aerator
dan diberi penerangan dengan lampu TL 20 Watt.
Pelaksanaan uji dilakukan dengan cara larva dimasukkan ke dalam sumur
uji dengan tujuh kelompok perlakuan yang berisi larutan 10; 100; 250; 500; dan
1000 ppm dari ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana buah bakau merah
dengan pelarut air laut. Masing-masing sumur uji berisi 10 ekor larva dan volume
akhir setiap sumur sebesar 2 mL. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan.
Inkubasi dilakukan selama 24 jam, selanjutnya dihitung jumlah larva yang mati.
Nilai LC50 diperoleh dengan cara menghitung menggunakan rumus y = a + bx.
Nilai a dan b diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus regresi linier
berdasarkan data dari titik konsentrasi yang digunakan. Nilai x yang diperoleh
merupakan konsentrasi larutan yang menyebabkan kematian terhadap 50% larva.

Pengujian Ekstrak Terpilih
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH (Salazar et al. 2009)
Uji aktivitas antioksidan dilakukan pada ekstrak yang memiliki aktivitas
antihiperglikemik terbaik. Uji ini dilakukan berdasarkan kemampuan sampel yang
digunakan dalam mereduksi radikal bebas stabil DPPH. Sebanyak 1 mg ekstrak
kasar dan vitamin C (asam askorbat) sebagai kontrol positif ditimbang lalu
ditambah etanol dengan perbandingan 1:1000. Selanjutn\\ya 1,3 mg DPPH
diencerkan dengan 5 m etanol. atu μL etanol diisikan kedalam microplate

9
yang telah disiapkan. Setelah itu, dilakukan pengisian ekstrak dengan beberapa
konsentrasi dan penambahan larutan DPPH. Campuran dihomogenkan dan
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 30 menit. Serapan yang dihasilkan diukur
dengan microplate reader.
Persentase penghambatan efektivitas radikal bebas diperoleh dari nilai
absorbansi sampel. Persamaan regresi diperoleh dari hubungan antara konsentrasi
sampel dan persentase penghambatan aktivitas radikal bebas. Nilai konsentrasi
penghambatan aktivitas radikal bebas sebanyak 50% (IC50) dihitung dengan
menggunakan persamaan regresi. Nilai IC50 diperoleh dengan memasukkan y=50
serta nilai A dan B yang telah diketahui. Nilai x sebagai IC50 dapat dihitung
dengan persamaan:
y = A Ln (x) - B
Keterangan:
y = persen inhibisi
x = konsentrasi sampel (ppm)
A = slope
B = intercept
Uji fitokimia (Harborne 1987)
Pengujian fitokimia pada ekstrak buah bakau merah (R.stylosa) dilakukan
untuk mengetahui kandungan komponen bioaktif yang terdapat didalam sampel.
Uji fitokimia dilakukan pada ekstrak yang memiliki aktivitas antihiperglikemik
terbaik. Uji fitokimia meliputi uji alkaloid, uji steroid/triterpenoid, flavonoid,
saponin, fenol hidrokuinon, Molisch, Benedict, Biuret dan Ninhidrin.
a)
Alkaloid
Sebanyak 0,1 mg ekstrak sampel ditambahkan beberapa tetes asam sulfat
(H2SO4) 2 N, kemudian diuji menggunakan tiga pereaksi alkaloid yaitu pereaksi
Dragendorff, pereaksi Meyer dan pereaksi Wagner. Hasil uji menujukkan hasil
positif apabila pada pereaksi Meyer terbentuk endapan putih kekuningan, pada
pereaksi Wagner terbentuk endapan coklat dan endapan merah hingga jingga
dengan pereaksi Dragendorff.
b)
Steroid
Sebanyak 0,1 mg ekstrak sampel dilarutkan dalam 2 mL kloroform dalam
tabung reaksi yang kering. Setelah itu ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3
tetes asam sulfat pekat. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya larutan
berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau.
c)
Flavonoid
Sebanyak 0,1 mg ekstrak ditambahkan 0,1 mg serbuk magnesium dan 0,4
mL amil alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume
yang sama) dan 4 mL alkohol kemudian campuran dikocok. Adanya flavonoid
ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan
amil alkohol.
d)
Saponin
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil
selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan
adanya saponin.

10
e)

Fenol hidrokuinon
Sampel sebanyak 0,1 mg diekstrak dengan 20 mL etanol 70%. Larutan
yang dihasilkan diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan 2 tetes larutan
FeCl3 5%. Adanya senyawa fenol dalam bahan ditunjukkan dengan terbentuknya
warna hijau atau hijau biru.
f)
Tanin
Sampel sebanyak 0,1 mg ditambah pereaksi FeCl3 3%. Adanya warna hijau
kehitaman menandakan suatu bahan mengandung komponen tanin.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL). Data dianalisis dengan ANOVA (Analysis of Varians) dan terlebih dahulu
diuji kenormalan Anderson-Darling.
Uji Kenormalan (Anderson-Darling 1952)
Uji kenormalan adalah pengujian untuk mengetahui apakah galat data yang
digunakan menyebar normal, sehingga dapat digunakan dalam statistika
parametrik. Bila nilai Pvalue ≥ α , 5), maka data berdistribusi normal. Model
statistik uji Anderson-Darling adalah sebagai berikut (Anderson-Darling 1985):

Keterangan:
A
= Nilai uji statistik Anderson-Darling
N
= Jumlah data
F
= Fungsi distributif kumulatif
Y
= Data yang diurutkan
Uji ANOVA (Analysis of Varians)
Data selanjutnya dianalisis menggunakan model rancangan ANOVA
(Analysis of Varians) dengan formulasi Steel dan Torrie (1993). Rancangan yang
digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan model :
Yij = µ + τi + εij
Keterangan:
Yij = Nilai pengamatan pada taraf i ulangan ke-j
µ
= Nilai tengah atau rataan umum pengamatan
τi
= Pengaruh perbedaan jenis pelarut pada taraf ke-i(i=1,2,3)
εij
= Galat percobaan pada taraf ke-i dengan ulangan ke-j
Hipotesa rancangan acak lengkap (RAL) rendemen ekstrak buah bakau
adalah sebagai berikut :
H0 : jenis pelarut tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen ekstrak buah
bakau
H1 : jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap rendemen ekstrak buah bakau

11
Hipotesa rancangan acak lengkap (RAL) toksisitas ekstrak buah bakau
adalah sebagai berikut :
H0 : jenis pelarut tidak berpengaruh nyata terhadap toksisitas ekstrak buah
bakau
H1 : jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap toksisitas ekstrak buah bakau
Hipotesa rancangan acak lengkap (RAL) aktivitas inhibisi enzim
α-glukosidase ekstrak buah bakau adalah sebagai berikut :
H0 : jenis pelarut tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas inhibisi enzim
α-glukosidase ekstrak buah bakau
H1 : jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap aktivitas inhibisi enzim
α-glukosidase
Jika hasil dari pengujian menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata
pada selang 95 α , 5) maka dilakukan uji lanjut Duncan. Rumus uji Duncan
adalah:
uncan



dbs

r

Keterangan:
dbs
KTS
r

= Derajat bebas sisa
= Kuadrat tengah sisa
= Banyaknya ulangan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Buah Bakau Merah (Rhizophora stylosa Griff.)
Sampel buah bakau yang dipakai pada penelitian ini diperoleh dari Pulau
Untung Jawa, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu, Jakarta. Hasil identifikasi sampel buah bakau yang dilakukan
di Herbarium Bogoriense Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
menunjukkan bahwa buah bakau yang digunakan merupakan buah bakau merah
(Rhizophora stylosa Griff.) (Lampiran 1). Menurut Ellison et al. (2010),
klasifikasi buah bakau merah (R. stylosa) adalah sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Rhizophoraceae
Genus
: Rhizophora
Spesies
: Rhizophora stylosa Griff.

12
Buah bakau terbagi atas dua bagian utama yaitu kelopak dan buah bakau
(hipokotil). Buah bakau mempunyai hipokotil silindris, berbintil agak halus, dan
berwarna hijau kecokelatan. Pengukuran morfometrik buah bakau disajikan pada
Gambar 2.
Lebar

Panjang

Gambar 2 Pengukuran morfometrik buah bakau
Sebanyak 30 buah bakau digunakan untuk pengukuran morfometrik. Hasil
pengukuran morfometrik buah bakau merah (R. stylosa.) disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Pengukuran morfometrik buah bakau merah (R. stylosa)
No
1
2
3
4
5

Parameter
Panjang hipokotil
Panjang total
Lebar
Berat hipokotil
Berat total

Nilai (cm)
30,5 ± 2,0
33,2 ± 2,0
0,9 ± 0,2
24,1 ± 3,7
31,5 ± 4,1

Nilai (cm)*
37,7 ± 0,1
1,2 ± 0,01
44,9 ± 0,1

Keterangan : data diperoleh dari 30 sampel buah bakau
*Priyanto (2012)

Buah bakau merah (R. stylosa) yang telah matang memiliki ciri leher
kotiledon kuning kehijauan dengan panjang hipokotil antara 20-35 cm dan
panjang total antara 22,5-40 cm (Noor et al. 2006). Berdasarkan data dari Tabel 2,
buah bakau yang digunakan pada penelitian ini yaitu buah bakau yang telah
matang.

Komposisi Kimia Buah Bakau Merah (Rhizophora stylosa Griff.)
Komposisi kimia buah bakau merah (Rhizophora stylosa Griff.) dapat
diketahui melalui analisis proksimat. Hasil analisis proksimat buah bakau merah
segar (R. stylosa) menunjukkan bahwa komponen kimia tertinggi terdapat pada
kadar air yaitu sebesar 55,59%. Hasil analisis kimia buah bakau segar lebih detail
disajikan dalam Tabel 3.
Air memiliki peranan yang sangat penting bagi tanaman. Menurut
Solichatun et al. (2005) ketersediaan air akan mempengaruhi pertumbuhan suatu
tanaman. Kadar air buah bakau merah (R. stylosa) segar tergolong tinggi yaitu
55,9%. Tingginya kadar air juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan
Priyanto (2012) pada R. mucronata yaitu 58,56% dan penelitian Helmy (2012)
pada buah lindur (B. gymnorrhiza) yaitu 62,92% yang masih satu famili dengan
buah bakau merah. Tingginya kadar air yang dimiliki oleh buah bakau
dipengaruhi oleh habitatnya yang tumbuh di daerah pesisir pantai (Selvam 2007).

13
Tabel 3 Komposisi kimia buah bakau merah (Rhizophora stylosa Griff.) segar
Parameter (bb)
Kadar air
Kadar abu
Kadar protein
Kadar lemak
Kadar karbohidrat

R. stylosa segar (%)
55,59 ± 0,10
1,15 ± 0,03
0,35 ± 0,10
1,66 ± 0,02
41,26 ± 0,10

R. mucronata
segar (%)*
58,6 ± 0,14
1,3 ± 0,07
2,5 ± 0,28
0,7 ± 0,14
37 ± 0,05

B. gymnorrhiza segar
(%)**
62,9 ± 0,13
1,3 ± 0,04
2,1 ± 0,18
0,8 ± 0,07
32,9 ± 0,11

Keterangan : * Priyanto (2012)
** Helmy (2012)

Kadar abu dari buah bakau merah (R. stylosa ) segar yaitu 1,15%. Nilai ini
tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Priyanto (2012) yaitu
sebesar 1,25% dan penelitian Helmy (2012) sebesar 1,29%. Menurut Surahman
dan Darmajana (2004), kadar abu dari tanaman sangat bergantung pada beberapa
faktor, yaitu genetik, kandungan mineral dalam tanah, pH, dan kematangan lahan.
Kadar protein dari buah bakau merah (R. stylosa) segar yaitu 0,35%. Nilai
ini tergolong kecil apabila dibandingkan dengan penelitian Priyanto (2012) yaitu
sebesar 2,53% dan penelitian Helmy (2012) sebesar 2,11%. Handayani (2006)
menyatakan besar kecilnya kandungan protein pada tanaman bergantung pada
jenis tanaman dan periode musim tumbuh.
Lemak merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut dalam
pelarut organik tetapi tidak dapat larut dalam air (Roswiem et al. 2006). Hasil
analisis lemak pada bakau merah (R. stylosa ) segar yaitu sebesar 1,66%. Nilai ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Priyanto (2012) yaitu sebesar 0,70%
dan Helmy (2012) sebesar 0,79%. Menurut Subiandono et al.(2011) tumbuhan
dari hutan mangrove tinggi akan serat namun memiliki kadar lemak yang rendah.
Nilai karbohidrat buah bakau merah (R. stylosa.) segar pada penelitian ini
dihitung secara by difference yaitu sebesar 41,26%. Nilai ini berbeda jauh bila
dibandingkan dengan penelitian Priyanto (2012) sebesar 36,96% dan penelitian
Helmy (2012) sebesar 32,91%. Bunyapraphatsara et al. (2002) menyatakan bahwa
tumbuhan mangrove memiliki kandungan serat pangan yang tinggi.
Kandungan amilum yang tinggi pada kloroplas kulit buah dan eksoderm
buah menyebabkan tingginya kadar karbohidrat pada buah bakau
(Duke dan James 2006). Kandungan karbohidrat yang tinggi pada buah bakau
merah (R. stylosa) menjadikan buah ini memiliki potensi untuk dijadikan sumber
pangan alternatif. Ayu et al. (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
buah bakau mempunyai nilai kalori yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai alternatif sumber pangan baru berbasis sumber daya lokal.
Ekstrak Buah Bakau Merah (Rhizophora stylosa Griff.)
Ekstraksi merupakan langkah penting dalam proses pemurnian zat aktif
suatu tumbuhan (Firdaus 2010). Ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini
yaitu ekstraksi bertingkat dengan metode maserasi menggunakan 3 jenis pelarut
dengan tingkat kepolaran yang berbeda yaitu n-heksana (non polar), etil asetat
(semi polar), dan metanol (polar). Hasil ekstraksi dari buah bakau
merah (R. stylosa) memiliki nilai rendemen berbeda-beda. Nilai rendemen ekstrak
disajikan dalam Tabel 4.

14
Tabel 4 Rendemen ekstrak buah bakau merah (R.stylosa)
Jenis Pelarut
Metanol
Etil Asetat
N-heksana
Keterangan :

Rendemen R. stylosa
(%)
3,45 ± 0,50a
0,32 ± 0,21b
0,14 ± 0,03b

Rendemen
R. apiculata (%)*
15,90 ± 0,18
0,43 ± 0,01
0,36 ± 0,03

*Surya (2013)
angka-angka yang diikuti subscript berbeda menunjukkan hasil perlakuan
yang berbeda nyata (p15000

IC50(ppm)*
8,04
15,44
26,45

Keterangan : * Loranza (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Gustina (2012) menunjukkan bahwa ekstrak
daun sukun (Artocarpus altilis) menggunakan pelarut etil asetat memiliki nilai
inhibisi yang tinggi dibanding pelarut lainnya yaitu sebesar 6,01 ppm.
Sukandar et al. (2010) menyatakan bahwa ekstrak etil asetat memiliki sifat
antidiabetes karena kemampuannya menarik senyawa bioaktif yang berperan
dalam menghambat aktivitas enzim α-glukosidase.
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa senyawa fitokimia memiliki
kemampuan untuk menghambat kerja enzim α-glukosidase, seperti senyawa dari
golongan triterpen (Lai et al. 2012) dan flavonoid (Wedick et al. 2012).
emampuan aktivitas inhibitor enzim α-glukosidase yang dimiliki oleh buah
bakau merah (R. stylosa) diduga akibat adanya senyawa