Spesimen yang telah kering diidentifikasi dengan buku-buku acuan sebagai berikut: 1.
Collection of Illustrated Tropical Plant No IV VII Watanabe  Corner, 1969.
2. A guide to Collecting Palms Dransfield, 1986.
3. Genera Palmarum Natalie, et.al., 1987.
4. Rotan: Pendayagunaan Lahan Marginal dan Pelestarian Jenisnya Yuwono,
et.al., 1993. 5.
Sumber daya Nabati Asia Tenggara Dransfield  Manokaran, 1996. 6.
Rotan Indonesia  Januminro, 2000. 7.
Di antara Bisikan Bambu dan alunan Rotan Sastrapradja, et. al., 2000.
3.4 Analisis Data
Berdasarkan karakter-karakter hasil pengamatan morfologi, dilakukan analisis untuk melihat kecenderungan pengelompokkan jenis-jenis  rotan  dengan menggunakan
program NTSYS Numerical Taxonomy and Multivariate System versus 2.0 oleh Rohlf 2003. Jenis-jenis Rotan  yang dijumpai disajikan dalam bentuk kunci
determinasi dan deskripsi morfologi jenis yang dilengkapi dengan  ketinggian, letak titik ordinat, dan gambaran habitat secara umum dari masing-masing jenis Rotan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis-Jenis Rotan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara diperoleh 27 jenis rotan yang
tergolong ke dalam lima genus, yaitu  Calamus, Daemonorops, Korthalsia, Plectocomia  dan  Plectocomiopsis Tabel 4.1. Hasil identifikasi jenis rotan dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 4.1 Jenis-Jenis Rotan di Kawasan Sikundur Taman Nasional Gunung
Leuser, Kabupaten Langkat Sumatera Utara No.
Famili Genus
Spesies
1. Arecaceae
Calamus Calamus caesius
2. C.  discolor
3. C.  erectus
4. C.  exilis
5. C.  javensis
6. C.  ornatus
7. C.  ovoideus
8. C.  penicillalus
9. C.  scipionum
10. C.  simplicifolius
11. C.  tetradactylus
12. C.  tumidus
13. C.  zollingeri
14. Calamus sp 1.
15. Calamus  sp 2.
16. Calamus  sp 3.
17. Calamus  sp 4.
18. Daemonorops
Daemonorops draco 19.
D.  hystrix 20.
Korthalsia Korthalsia echiometra
21. K.  rigida
22. K.  rostrata
23. K.  scaphigera
24. K.  scortechinii
25. Plectocomia
Plectocomia griffithii 26.
Plectocomia sp. 27.
Plectocomiopsis Plectocomiopsis sp.
Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa genus yang umum didapatkan di Kawasan ini adalah  Calamus  yaitu sebanyak 17 jenis, Korthalsia  lima jenis, Daemonorops  dan
Plectocomia  masing-masing dua jenis, dan Plectocomiopsis  satu jenis. Kawasan ini memiliki keanekaragaman Calamus  yang tinggi jika dibandingkan dengan hasil
penelitian Kalima 1998 yang hanya menemukan tujuh jenis Calamus  di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat.  Menurut Sastrapradja 2000, di Indonesia
diperkirakan tidak kurang dari 250 jenis rotan tumbuh dan tersebar di kawasannya. Dari jumlah itu, sebagian besar jenis masuk ke dalam Genus Calamus. Mogea 1990
menambahkan  Calamus  merupakan salah satu dari sembilan marga rotan yang memiliki jumlah jenis yang paling banyak.
Tingginya keanekaragaman Calamus  di Kawasan Sikundur karena hutan Sikundur memiliki naungan yang terbuka. Menurut Yuwono 1993 jenis Calamus
memerlukan intensitas cahaya yang tinggi dalam proses pertumbuhannya. Tingginya kekayaan jenis Calamus  disebabkan karena berbagai faktor lingkungan yang
mendukung seperti faktor fisik dan kemiringan tanah. Pratiwi 1987 menyatakan tanah, unsur hara dan bahan organik pada lereng yang curam mempunyai peluang
yang lebih besar untuk tumbuh.
Jenis  Korthalsia  yang ditemukan yaitu Korthalsia echiometra, K. rigida, K. rostrata,  K. scaphigera,  dan  K. scortechinii. Adapun jenis Korthalsia ehiometra
didapat di daerah rawa, K. rigida di tebing, K. rostrata, K.  scaphigera di bukit, dan K. scortechinii  terdapat di daerah rawa. Menurut Januminro 2000, Korthalsia  dan
Daemonorops  tumbuh terutama pada kawasan yang berawa-rawa, bukit dan dataran rendah. Yuwono 1993 menambahkan Daemonorops  biasanya tumbuh dekat aliran
sungai, tanah berlumpur, rawa, dan dataran rendah.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 27 jenis Rotan, dua diantaranya memiliki nilai ekspor yang tinggi, yaitu Calamus caesius  dan  Calamus scipionum.
Menurut Januminro 2000, jenis Calamus caesius dan Calamus scipionum memiliki sifat yang kuat, kokoh dan kelengkungan yang besar sebelum patah jika dibandingkan
dengan jenis lain.
Jenis-jenis rotan memiliki perbedaan karakter morfologi yang dapat digunakan untuk menentukan suatu jenis. Beberapa karakter penting tersebut yaitu, pelepah
lutut, organ panjat flagela dan sirus, okrea, bunga dan buah.
Pelepah Lutut Dari jenis-jenis rotan yang ditemukan di kawasan Sikundur, tidak semua memiliki
pelepah ataupun lutut. Gambar 1. Rotan yang memiliki lutut yaitu Calamus  caesius, C.  discolor, C. exilis, C.  javensis, C. ovoideus, C. scipionum, C. simplicifolius, C.
tumidus, Calamus sp1,  Calamus  sp2, Calamus sp3, Calamus sp4,.  C. erectus,  C. ornatus, C. penicillalus, C.  tetradactylus, C. zollingeri,  Sedangkan rotan yang tidak
memiliki lutut yaitu  Daemonorops draco, D. hystrix Korthalsia  echiometra, K. rigida, K. rostrata, K.  scaphigera, K. scortechinii, Plectocomia griffithii, Plectocomia
sp., dan Plectocomiopsis sp. Menurut Dransfield 1984, pelepah dari rotan umumnya mempunyai lutut, yaitu tonjolan di bawah tangkai daun dan tidak mempunyai lutut.
Hal ini merupakan ciri taksonomi yang khas yang dapat membedakan marga rotan.
Gambar 1. Lutut pada Rotan. Lutut pada Calamus ovoideus A, dan Calamus erectus C.  tidak memiliki lutut pada Plectocomiopsis  sp.  C  dan  Plectocomia
griffithii D. Okrea
Tumbuhan  rotan tidak semua memiliki okrea. Okrea hanya ditemukan pada Genus
Korthalsia,  diantaranya  Korthalsia echiometra,  K. rigida, K. rostrata, K. scaphigera dan  K. scortechinii, sedangkan dari genus Calamus, Daemonorops, Plectocomia dan
Plectocomiopsis  tidak ditemukan.  Menurut Dransfield 1984 dalam  Kalima 1999, bagian mulut pelepah yang melewati kedudukan tangkai daun disebut okrea. Biasanya
A B
C D
jenis tumbuhan rotan yang memiliki okrea adalah jenis-jenis Korthalsia. Okrea pada rotan dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Okrea pada rotan dari jenis Korthalsia
Organ panjat Tumbuhan Rotan memiliki organ panjat berupa sulur untuk membantu
pembungaannya. Menurut Dransfield dan Manokaran 1993, ada dua organ pemanjat pada tumbuhan rotan, yaitu kucir sirus dan Flagella. Sirus merupakan suatu
perpanjangan dari rakis daun dengan melampaui pinak daun ujung, sedangkan flagella merupakan perbungaan mandul yang tumbuh pada pelepah daun. Jenis-jenis rotan
yang memiliki sirus adalah Daemonorops draco,   D. hystrix, Korthalsia echiometra, K. rigida, K. rostrata, K. scaphigera, K.  scortechinii, Plectocomia griffithii,
Plectocomia  sp., dan   Plectocomiopsis  sp.  Sedangkan jenis rotan yang memiliki flagella adalah C. caesius, C.  discolor, C. erectus, C. exilis, C.  javensis, C. ovoideus,
C.  simplicifolius,  C.  tumidus,  C. ornatus, C.  penicillalus,  C. scipionum, C. tetradactylus, C. zollingeri,  Calamus    sp1,  Calamus    sp2, Calamus   sp3, Calamus
sp4, Organ panjat pada rotan dapat dlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Organ panjat pada Rotan. Sirus pada Korthalsia echiometra A, Flagella pada Calamus simplicifolius B.
A B
A B
4.2 Karakter-karakter Jenis Rotan Dari pengamatan yang dilakukan, terdapat 68  ciri morfologi yang digunakan dalam
deskripsi jenis-jenis Rotan. Karakter mencakup habit, morfologi organ vegetatif seperti batang, daun, organ panjat, pelepah yang berjumlah 56  karakter, karena ciri
morfologi  tersebut yang dapat di masukkan dalam kode  NTSys.  Hasil kode ciri morfologi rotan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tabel 4.2  Sifat dan kode  ciri jenis-jenis Rotan di Kawasan Sikundur No.
Karakter Kode
1. Tinggi total
≤  25 m 0,  25 m 1 2.
Diameter ≤  12 cm 0,  12 cm 1
3. Diameter tanpa pelepah
≤  5 cm 0,  5 cm 1 4.
Panjang internodus ≤  5 cm 0,  5 cm 1
5. Tinggi
≤  1 m 0,  1 m 1 6.
Bentuk batang Bulat 0, pipih 1
7. Duri bersegi
Absent 0, present 1 8.
Duri pipih Absent 0, present 1
9. Ukuran duri
≤  2,5 cm 0,  2,5 cm 1 10.
Jumlah duri ≤  5 0,  5 1
11. Letak duri
Jarang  0, rapat 1 12.
Posisi duri di batang Merunduk 0, menghadap ke atas 1
13. Warna duri batang
Gelap 0, Cerah 1 14.
Keberadaan lutut Absent 0, Present 1
15. Jarak lutut ke tangkai
≤ 5 cm 0,  5 cm 1 16.
Panjang tangkai daun ≤ 50 cm 0,  50 cm 1
17. Tangkai bersegi
Absent 0, present 1 18.
Tangkai pipih Absent 0, present 1
19. Duri di tangkai bersegi
Absent 0, present 1 20.
Duri di tangkai pipih Absent 0, present 1
21. Posisi duri ditangkai
Merunduk 0, menghadap ke atas 1 22.
Duri sejati di tangkai Absent 0, present 1
23. Duri tempel di tangkai
Absent 0, present 1 24.
Jumlah duri ≤ 5 0,  5 1
25. Warna duri di tangkai
Gelap 0, Cerah 1 26.
Panjang pelepah ≤ 5 cm 0,  5 cm 1
27. Lebar pelepah
≤ 2,5 cm 0,  2,5 cm 1 28.
Warna pelepah Gelap 0,  Cerah 1
29. Daun pita
Absent 0, present 1 30.
Daun lanset Absent 0, present 1
31. Daun belah ketupat
Absent 0, present 1 32.
Panjang daun ≤ 50 cm 0,  50 cm 1
33. Lebar daun
≤ 5 cm 0,  5  cm 1 34.
Pangkal daun tumpul Absent 0, present 1
35. Pangkal daun runcing
Absent 0, present 1 36.
Tepi daun Rata 0, berduri 1
37. Ujung daun runcing
Absent 0, present 1 38.
Ujung daun berduri Absent 0, present 1
39. Daging daun
Kertas 0, perkamen 1 40
Permukaan atas daun berduri Absent 0, present 1
41. Permukaan atas daun licin
Absent 0, present 1 42.
Permukaan bawah daun berduri Absent 0, present 1
43. Permukaan bawah daun licin.
Absent 0, present 1 44.
Jumlah anak daun ≤ 25 0,  25 1
45. Letak daun menyirip teratur
Absent 0, present 1
46. Letak daun berkelompok
Absent 0, present 1 47.
Sirus Absent 0, present 1
48. Flagella
Absent 0, present 1 49.
Panjang rakis ≤ 1 m 0,  1 m 1
50. Letak rakis
Terminal 0, aksilar 1 51.
Jumlah duri di rakis ≤ 5 0,  5 1
52. Duri sejati di rakis
Absent 0, present 1 53.
Duri tempel di rakis Absent 0, present 1
54. Warna duri di rakis
Gelap 0, Cerah 1 55.
Okrea Absent 0, present 1
56. Panjang okrea
≤ 5 cm,  5 cm
4.3 Phenogram Rotan