Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui Moda Transportasi Laut

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
VOLUME IMPOR INDONESIA DARI ASEAN+6 MELALUI
MODA TRANSPORTASI LAUT

ASTARI DIAH AYUWANGI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor

yang Memengaruhi Volume Impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui Moda
Transportasi Laut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Astari Diah Ayuwangi
NIM H14090063

RINGKASAN
ASTARI DIAH AYUWANGI. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi
Volume Impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui Moda Transportasi Laut.
Dibimbing oleh WIDYASTUTIK.
Selama periode tahun 2007-2011 volume impor Indonesia didominasi
impor bahan baku/penolong dari negara-negara ASEAN+6 yang diangkut melalui
moda transportasi laut. Akan tetapi, transportasi laut Indonesia dalam
perdagangan internasional tidak efisien karena infrastruktur dan jasa logistik di

pelabuhan yang kurang mendukung yang pada akhirnya memengaruhi waktu dan
biaya untuk melakukan impor. Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi volume impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui moda transportasi
laut. Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel ekonomi seperti
GDP per kapita ASEAN+6, GDP per kapita Indonesia, jarak ekonomi, dan nilai
tukar riil, serta variabel non-ekonomi seperti kualitas pelabuhan, stabilitas politik
dan efektivitas pemerintahan Indonesia. Hasil estimasi dengan menggunakan
pendekatan gravity model menunjukkan bahwa variabel yang secara signifikan
berpengaruh positif adalah GDP per kapita Indonesia dan kualitas pelabuhan
Indonesia, sedangkan variabel jarak ekonomi, nilai tukar riil, stabilitas politik dan
efiktivitas pemerintahan Indonesia secara signifikan berpengaruh negatif.
Kata kunci: impor, moda transportasi laut, gravity model

iv

ABSTRAK
ASTARI DIAH AYUWANGI. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi
Volume Impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui Moda Transportasi Laut.
Dibimbing oleh WIDYASTUTIK.
Selama periode tahun 2007-2011 volume impor Indonesia didominasi

impor bahan baku/penolong dari negara-negara ASEAN+6 yang diangkut melalui
moda transportasi laut. Akan tetapi, transportasi laut Indonesia dalam
perdagangan internasional tidak efisien karena infrastruktur dan jasa logistik di
pelabuhan yang kurang mendukung yang pada akhirnya memengaruhi waktu dan
biaya untuk melakukan impor. Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi volume impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui moda transportasi
laut. Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel ekonomi seperti
GDP per kapita ASEAN+6, GDP per kapita Indonesia, jarak ekonomi, dan nilai
tukar riil, serta variabel non-ekonomi seperti kualitas pelabuhan, stabilitas politik
dan efektivitas pemerintahan Indonesia. Hasil estimasi dengan menggunakan
pendekatan gravity model menunjukkan bahwa variabel yang secara signifikan
berpengaruh positif adalah GDP per kapita Indonesia dan kualitas pelabuhan
Indonesia, sedangkan variabel jarak ekonomi, nilai tukar riil, stabilitas politik dan
efiktivitas pemerintahan Indonesia secara signifikan berpengaruh negatif.
Kata kunci: impor, moda transportasi laut, gravity model
ABSTRACT
ASTARI DIAH AYUWANGI. Analyze the Factors that Influences Volumes of
the Indonesian Import by Sea Transport Mode from the ASEAN+6. Supervised by
WIDYASTUTIK.
During period of 2007-2011, volumes of the Indonesian import were

dominated by the raws material/goods from the ASEAN+6 countries carried
through sea transport mode. However, Indonesia’s sea transport mode in the
international trade were inefficient due to poor port infrastructure and logistics
service thus it affect the time and cost to import . This research analyze the factors
that influences volumes of the Indonesian import by sea transport mode from the
ASEAN+6. The variables used in this research are GDP per capita of ASEAN+6,
Indonesia’s GDP per capita, economic distance, real exchange rate, also noneconomic variables such as Indonesia’s quality of port, political stability and
government effectiveness. The gravity model used in this research shows that the
variables of Indonesia’s GDP per capita and Indonesia’s quality of port are
significantly having positive influence, while the variables of economic distance,
real exchange rate, political stability and government effectiveness are
significantly having negative influence.
Keywords: import, sea transport mode, gravity model

v

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
VOLUME IMPOR INDONESIA DARI ASEAN+6 MELALUI
MODA TRANSPORTASI LAUT


ASTARI DIAH AYUWANGI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

vi

vii

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor
Indonesia dari ASEAN+6 melalui Moda Transportasi Laut

Nama
: Astari Diah Ayuwangi
NIM
: H14090063

Disetujui oleh

Widyastutik, M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
berkah, dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian ini adalah perdagangan, dengan judul Analisis
Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Indonesia dari ASEAN+6
melalui Moda Transportasi Laut.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Widyastutik, M.Si selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan kritik terhadap penelitian
ini, serta Dr. Alla Asmara selaku penguji utama dan Dewi Ulfah Wardani, M.Si
selaku penguji Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan berupa saran
dan kritik sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Di samping itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada staf Badan Pusat Statistik yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada sahabat Ilmu Ekonomi 46 dan teman satu bimbingan (Ade,
Nanda) yang telah membantu dan memberikan dukungan selama proses penulisan
skripsi. Tidak lupa terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013


Astari Diah Ayuwangi

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

6


TINJAUAN PUSTAKA

6

Kerangka Pemikiran

10

Hipotesis Penelitian

12

METODE PENELITIAN

12

Jenis dan Sumber Data

12


Metode Analisis dan Pengolahan Data

13

GAMBARAN UMUM

19

Perkembangan Impor Indonesia dari ASEAN+6

19

Gross Domestic Product (GDP)

24

GDP per Kapita

25

Perkembangan Kualitas Pelabuhan ASEAN+6

26

Perkembangan Stabilitas Politik ASEAN+6

27

Perkembangan Efektivitas Pemerintahan ASEAN+6

27

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Estimasi Model Data Panel

28
28

Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Indonesia dari ASEAN+6 29
SIMPULAN DAN SARAN

33

Simpulan

33

Saran

34

x

DAFTAR ISI (lanjutan)
DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

37

RIWAYAT HIDUP

41

xi

DAFTAR TABEL
1 Volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda
transportasi udara (ton)
2 Volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda
transportasi laut (ton)
3 Jenis dan sumber data dalam penelitian
4 Perkembangan impor migas dan non-migas Indonesia tahun 2007-2011
5 Volume impor komoditi menurut negara asal (ASEAN+6) dan
golongan barang utama (ton)
6 Gross domestic product negara-negara ASEAN+6 tahun 2007-2011
(juta US$)
7 Kualitas pelabuhan negara-negara ASEAN+6 tahun 2007-2011
8 Stabilitas politik negara-negara ASEAN+6 tahun 2007-2011
9 Efektivitas pemerintahan negara-negara ASEAN+6 tahun 2007-2011
10 Hasil estimasi model data panel dengan pendekatan FEM

3
3
13
20
22
24
26
27
28
30

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Kurva perdagangan internasional
Kerangka pemikiran
Persentase impor-non-migas Indonesia dari negara-negara ASEAN+6
Persentase impor Indonesia menurut golongan barang
GDP per kapita negara-negara ASEAN+6 tahun 2007-2011

7
11
20
21
25

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Statistik deskriptif variabel yang digunakan
Korelasi antar variabel
Hasil uji normalitas
Hasil uji Chow
Cross section effect
Hasil estimasi

38
38
39
39
39
40

xii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang sangat penting sehingga
setiap negara terlibat didalamnya, baik perdagangan antar regional maupun antar
negara. Perdagangan internasional merupakan transaksi dagang antara subjek
ekonomi satu negara dan subjek ekonomi negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Subjek ekonomi ini melibatkan penduduk yang terdiri dari warga negara
biasa, perusahaan swasta, perusahaan negara, dan pemerintah. Perdagangan
internasional menyebabkan perekonomian akan saling terjalin dan tercipta
hubungan ekonomi yang saling memengaruhi satu sama lain sehingga lalu lintas
barang dan jasa akan membentuk perdagangan antar negara. Kegiatan
perdagangan internasional terdiri dari ekspor dan impor. Ekspor merupakan
penjualan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara ke negara lainnya,
sedangkan impor merupakan barang dan jasa dari suatu negara yang mengalir
masuk ke negara tersebut. Ekspor berperan penting dalam perekonomian suatu
negara. Hal ini disebabkan ekspor merupakan sumber devisa suatu negara, dimana
devisa dibutuhkan untuk membayar impor, membayar utang luar negeri dan
bunganya, serta menjaga stabilitas nilai tukar. Impor pun memiliki peranan yang
sangat penting dalam memenuhi permintaan dalam negeri atas barang-barang
yang pasokannya tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Barang-barang
yang diimpor biasanya merupakan barang konsumsi, bahan baku, dan barang
modal yang dapat digunakan untuk proses industri dalam negeri dan industri yang
berorientasi ekspor.
Alasan utama suatu negara melakukan perdagangan internasional karena
setiap negara berbeda satu sama lain dan untuk mencapai skala ekonomi. Setiap
negara berbeda satu sama lain dalam hal seperti, sumber daya alam, iklim, tenaga
kerja, budaya dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi. Di samping itu, setiap negara berbeda dalam hal kemampuan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya
ekonomi. Selanjutnya, pencapaian skala ekonomi dapat terjadi karena
penghematan biaya rata-rata produksi melalui spesialisasi. Setiap negara yang
melakukan perdagangan bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan manfaat
dari perdagangan tersebut. Manfaat dari perdagangan internasional adalah
menjalin persahabatan antar negara, memperoleh barang yang tidak dapat
diproduksi di dalam negeri, memperoleh keuntungan dari spesialisasi, dan
memperluas pasar. Di samping itu, perdagangan internasional memberikan
manfaat dalam transfer teknologi modern sehingga memungkinkan suatu negara
untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan manajemen yang lebih
modern.
Perdagangan internasional mendorong terjadinya globalisasi ekonomi
yang menciptakan hubungan keterkaitan antar negara-negara di dunia. Globalisasi
ekonomi merupakan kehidupan ekonomi global yang bersifat terbuka dan tidak
mengenal batas-batas teritorial antara suatu negara dan negara lainnya. Terjadinya
globalisasi menyebabkan tidak satu negara pun dapat hidup sendiri. Era
globalisasi mengakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, barang serta jasa
dapat dengan mudah melewati batas negara. Di samping itu, globalisasi membuat

2

pasar antar negara menjadi semakin luas. Konsekuensi dari globalisasi adalah
perdagangan internasional bukan hanya bagian kecil dari ekonomi nasional suatu
negara, melainkan ekonomi nasional merupakan bagian kecil dari ekonomi
internasional.
Oleh sebab itu, dalam menghadapi arus globalisasi dan liberalisasi
perdagangan dunia, proses integrasi ekonomi penting dilakukan oleh masingmasing kawasan untuk bisa bersaing dengan kawasan lainnya. Memasuki awal
abad ke-21, kerjasama antara negara-negara di kawasan ASEAN telah memasuki
babak baru, khususnya dalam bidang ekonomi. Integrasi ekonomi yang diawali
dalam bentuk ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 1992, dan
Comprehensive Economic Partnership in East Asia (CEPEA) pada tahun 2007.
Kesepakatan CEPEA ini melibatkan negara-negara di kawasan ASEAN,
Australia, India, Jepang, Korea Selatan, New Zealand, dan Cina yang tergabung
dalam ASEAN+6.
Kesepakatan CEPEA berdampak pada peningkatan volume impor
Indonesia dari negara-negara ASEAN+6. Bahkan, volume impor Indonesia dari
negara-negara ASEAN+6 melalui moda transportasi laut dan moda transportasi
udara selama periode tahun 2007-2011 mencapai 45.52 persen dari total impor
Indonesia (Badan Pusat Statistik 2012). Hal yang menarik dalam perdagangan
impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 adalah dominasi jasa
pengangkutan perdagangan melalui moda transportasi laut dibandingkan dengan
moda transportasi udara. Hummels (2007) menunjukkan bahwa sebagian besar
pengangkutan barang dilakukan melalui moda transportasi laut, dimana selama
periode tahun 1975-2004 volume barang yang diperdagangkan melalui moda
transportasi laut tumbuh sebesar 4.4 persen per tahun. Menurut survei United
Nations Conference on Trade and Development (2012), kontribusi moda
transportasi dalam perdagangan internasional yang terbesar adalah transportasi
laut sebesar 77 persen, disusul oleh transportasi darat sebesar 16 persen, perpipaan
sebesar 6.7 persen, dan transportasi udara sebesar 0.3 persen. Kontribusi moda
transportasi laut yang besar tersebut menunjukkan peran penting moda
transportasi laut dalam mendukung kelancaran perdagangan internasional yang
dilakukan setiap negara. Hal ini disebabkan moda transportasi laut memiliki
keunggulan dibandingkan dengan moda transportasi lainnya, yaitu biaya per
satuan lebih murah, infrastruktur laut, selat dan samudera telah tersedia, serta
volume angkutan yang sangat besar (Panggabean 2013).
Indonesia mengimpor barang dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda
transportasi laut dan udara, dimana volume impor Indonesia dari negara negara
ASEAN+6 pada tahun 2011 mencapai 218,363 ton melalui moda transportasi
udara dan 75,335,012 ton melalui moda transportasi laut (Badan Pusat Statistik
2012). Sebagai perbandingan disajikan Tabel 1 yang menunjukkan volume impor
Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda transportasi udara dan
Tabel 2 yang menunjukkan volume impor Indonesia dari negara-negara
ASEAN+6 melalui moda transportasi laut.

3

Tabel 1 Volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda
transportasi udara (ton)
Negara
Malaysia
Filipina
Singapura
Thailand
Australia
India
Jepang
Korea, Rep.
New Zealand
Cina
Total

Volume impor
2007
2,063
135
8,328
39,280
2,765
1,662
6,448
1,777
174
7,631
70,262

2008
2,675
923
60,564
40,143
1,580
2,569
13,833
10,095
129
21,355
153,866

2009
5,011
1,034
45,383
40,531
1,261
3,155
8,688
10,729
126
19,901
135,819

2010
13,130
643
56,124
84,114
12,108
9,263
12,603
13,126
185
33,568
234,863

2011
6,995
3,339
54,627
68,374
9,216
4,347
17,097
12,148
119
42,065
218,363

Sumber: Badan Pusat Statistik 2012, diolah

Tabel 1 memperlihatkan bahwa volume impor Indonesia melalui moda
transportasi udara dari negara-negara ASEAN+6 mengalami peningkatan yang
pada tahun 2008 dan 2010. Akan tetapi, selama periode tahun 2007-2011
penurunan volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda
transportasi udara terbesar terjadi pada tahun 2009.
Tabel 2 Volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda
transportasi laut (ton)
Volume Impor

Negara
2007

2008

2009

2010

2011

Malaysia
9,915,590
Filipina
362,954
Singapura
12,063,213
Thailand
4,910,278
Australia
6,333,280
India
2,182,033
Jepang
2,366,439
Korea, Rep. 3,074,770
New
493,306
Zealand
Cina
9,207,384

9,564,553
341,130
15,913,145
4,739,305
5,892,586
3,013,893
3,855,879
4,138,122
623,890

8,812,206
285,928
14,427,465
4,200,162
6,836,352
2,247,268
2,629,980
3,496,208
647,737

11,195,611
323,180
17,635,781
4,922,385
7,511,379
3,146,222
3,964,253
5,302,234
570,968

9,810,209
315,973
19,163,497
7,191,885
8,147,045
4,897,524
4,104,019
9,062,041
537,475

9,873,619

8,024,250

10,520,808

12,105,344

Total

57,956,124

51,607,554

65,092,821

75,335,012

50,909,246

Sumber: Badan Pusat Statistik 2012, diolah

4

Tabel 2 memperlihatkan bahwa selama periode tahun 2007-2011 volume
impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda transportasi laut
memiliki trend yang positif. Penurunan volume impor Indonesia dari negaranegara ASEAN+6 melalui moda transportasi laut terjadi pada tahun 2009. Kondisi
ini tidak terlepas dari adanya krisis finansial global yang bermula dari krisis
subprime mortage di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 2007 sampai 2008
yang berimbas pada perekonomian dunia, termasuk ASEAN+6. Selain itu,
berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2, terlihat bahwa volume perdagangan Indonesia
dari negara-negara ASEAN+6 sangat didominasi melalui moda transportasi laut.
Bahkan, selama periode tahun 2007-2011 volume impor Indonesia dari negaranegara ASEAN+6 melalui moda transportasi laut mencapai 370 kali lipat volume
impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda transportasi udara
(Badan Pusat Statistik 2012). Hal ini menunjukkan pentingnya moda transportasi
laut dalam perdagangan impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6.
Oleh sebab itu, relevan untuk dilakukan penelitian yang berjudul Analisis
Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Indonesia dari ASEAN+6
melalui Moda Transportasi Laut mengingat posisi Indonesia yang berada pada
lintasan dua samudera yang terletak pada jalur perdagangan dunia. Faktor-faktor
yang memengaruhi volume impor Indonesia dengan ASEAN+6 melalui moda
transportasi laut dalam penelitian ini akan dijelaskan dengan menggunakan
variabel ekonomi dan variabel non-ekonomi.

Perumusan Masalah
Perekonomian dunia semakin berkembang sejak akhir abad ke-20. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin terbuka dan cepatnya aliran barang dan jasa antar
negara serta investasi yang berdampak pada pertumbuhan perdagangan
internasional yang semakin meningkat. Menurut Salvatore (1997), perdagangan
internasional dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan ekonomi. Perdagangan
internasional, baik ekspor maupun impor memiliki peranan yang penting dalam
perekonomian Indonesia. Ekspor berperan penting dalam perekonomian suatu
negara karena merupakan sumber devisa suatu negara. Akan tetapi, impor pun
memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi permintaan dalam negeri
atas barang-barang yang pasokannya tidak diproduksi di dalam negeri atau tidak
dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Di samping itu, impor penting untuk
dilakukan apabila harga bahan baku di dalam negeri mahal karena hal ini akan
berdampak pada tidak kompetitifnya produk suatu di pasar internasional sehingga
daya saing produk ekspor negara tersebut rendah. Oleh sebab itu, impor tidak
kalah penting dibandingkan dengan ekspor karena impor pun dapat merangsang
perekonomian apabila didukung dengan kebijakan yang tepat dan sesuai.
Menurut golongan penggunaan barang, impor Indonesia pada periode
Januari-Desember 2011 didominasi bahan baku/penolong sebesar 73.79 persen
dari total impor Indonesia dan barang modal sebesar 18.66 persen (Badan Pusat
Statistik 2012). Bahan baku/penolong dan barang modal yang diimpor ini pada
akhirnya akan digunakan untuk proses industri dalam negeri dan industri yang
berorientasi ekspor. Selama periode tahun 2007-2011, volume impor Indonesia
didominasi dari negara-negara ASEAN+6, dimana sebesar 67.38 persen dari

5

volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 diangkut melalui moda
transportasi laut (Badan Pusat Statistik 2012). Hal ini disebabkan Indonesia dan
negara-negara ASEAN+6 merupakan mitra dagang dalam perdagangan
internasional. Besarnya volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6
ini tidak terlepas dari kesepakatan CEPEA yang terbentuk pada tanggal 15 Januari
2007 di Cebu.
Akan tetapi, hasil penelitian The Asia Foundation dan LPEM UI (2008)
menyebutkan bahwa Indonesia memiliki masalah transportasi laut yang tidak
efisien dengan rata-rata biaya transportasi laut yang mencapai US$ 0.54 per kg per
kilometer, padahal moda transportasi laut ini merupakan pendukung utama
perdagangan internasional. Tingginya biaya transportasi laut ini disebabkan
infrastruktur dan jasa logistik di pelabuhan yang kurang mendukung sehingga
biaya logistik di Indonesia dari kawasan industri ke pelabuhan pun tinggi. Dari
kinerja logistik 155 negara, Indonesia berada pada peringkat 59 pada tahun 2011,
sementara peringkat infrastruktur Indonesia memburuk dibandingkan dua tahun
sebelumnya (Saleh 2012). Menurut World Economic Forum (2012), kualitas
infrastruktur Indonesia berada pada peringkat ke-76 jauh tertinggal dari negaranegara ASEAN+6 lainnya, terutama Singapura yang berada pada peringkat ke-2.
Di samping itu, walaupun kesepakatan-kesepakatan yang ditandatangani
dalam suatu integrasi ekonomi telah mengurangi bahkan menghapuskan hambatan
tarif dan non-tarif, namun tidak semua negara di dunia mengalami pertumbuhan
dan manfaat yang sama dari perdagangan. Hal ini disebabkan, kualitas
infrastruktur pelabuhan, stabilitas politik, dan efektivitas pemerintahan diduga
dapat memengaruhi pola perdagangan suatu negara. Kualitas infrastruktur
pelabuhan akan memengaruhi waktu untuk impor yang pada akhirnya akan
memengaruhi biaya untuk impor. Sementara itu, stabilitas politik dan efektivitas
pemerintahan akan memengaruhi biaya informasi dan biaya penegakan hukum
serta peraturan untuk melakukan impor.
Dengan demikian, diperlukan analisis mengenai variabel-variabel yang
menjadi penentu utama dan signifikan berpengaruh terhadap volume impor
Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda transportasi laut
mengingat posisi Indonesia yang berada diantara dua samudera yang terletak pada
jalur perdagangan dunia. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka merumuskan
kebijakan yang lebih sesuai dan tepat untuk faktor-faktor yang signifikan terhadap
volume impor melalui moda transportasi laut untuk mendorong perekonomian.
Analisis yang dilakukan melibatkan variabel ekonomi dan variabel non-ekonomi.
Berdasarkan uraian penjabaran tersebut, perumusan masalah yang akan dianalisis
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume
impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda transportasi laut.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume impor
Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda transportasi laut.

6

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

2.

3.

Bagi pemerintah dan lembaga atau pihak terkait, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi informasi dan masukan untuk perumusan kebijakan dalam
perdagangan internasional sehingga diperoleh manfaat dari perdagangan
internasional, khususnya impor.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
dan pemahaman mengenai permasalahan perdagangan internasional,
khususnya impor Indonesia melalui jasa pengangkutan laut.

Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 yang
diwakili oleh Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Australia, India, Jepang,
Korea Selatan, New Zealand, dan Cina selama periode tahun 2007-2011.
Penelitian ini hanya membahas mengenai impor yang menunjukkan perdagangan
bilateral Indonesia (negara pengimpor) dari negara-negara ASEAN+6 (negara
pengekspor) melalui moda transportasi laut. Vietnam, Laos, Myanmar, Brunei
Darussalam, dan Kamboja tidak dimasukkan dalam penelitian karena persentase
volume perdagangan dengan negara-negara tersebut kecil dan tidak tersedia data
yang lengkap.

TINJAUAN PUSTAKA
Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai transaksi dagang
barang dan jasa antara subjek ekonomi satu negara dengan subjek ekonomi negara
lain. Subjek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga
negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri ataupun
perusahaan negara. Perdagangan internasional terjadi akibat adanya perbedaan
potensi sumber daya alam, sumber daya modal, sumber daya manusia dan
kemajuan teknologi antar negara (Halwani 2005).
Secara umum, perdagangan internasional terdiri dari kegiatan ekspor dan
impor. Ekspor merupakan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
negara ke negara lain, sebaliknya impor merupakan barang dan jasa yang masuk
ke suatu negara. Negara yang memproduksi lebih dari kebutuhan dalam negerinya
dapat mengekspor kelebihan produksi tersebut ke negara lain. Akan tetapi, negara
yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat mengimpor dari negara lain.
Menurut Tambunan (2001), faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan
internasional dapat dilihat dari teori penawaran dan permintaan. Dari teori
penawaran dan permintaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perdagangan

7

internasional dapat terjadi karena adanya kelebihan produksi suatu negara dengan
kelebihan permintaan negara lain.
Secara teoritis, suatu negara misal negara 1 akan mengekspor komoditi X
ke negara lain, misal negara 2 apabila harga domestik negara 1 sebelum terjadinya
perdagangan internasional relatif lebih rendah apabila dibandingkan dengan harga
domestik negara 2 (Gambar 1). Struktur harga yang terjadi di negara 1 lebih
rendah karena produksi domestiknya lebih besar dibandingkan dengan konsumsi
domestiknya sehingga terjadi excess supply di negara 1. Di sisi lain, di negara 2
terjadi excess demand karena konsumsi domestiknya lebih besar dibandingkan
dengan produksi domestiknya sehingga harga di negara 2 lebih tinggi. Dengan
demikian, negara 1 memiliki kesempatan untuk menjual kelebihan produksinya ke
negara lain, sementara negara 2 berkeinginan untuk membeli komoditi X dari
negara lain yang relatif lebih murah. Jika terjadi komunikasi antara negara 1 dan
negara 2, maka akan terjadi perdagangan antar keduanya dengan harga yang sama
di kedua negara.
Px

Px

Px

Sx

P2
P1

Ekspor
B

A’

S

Sx

P3

B’

E

A

Dx

D

Dx
X

0

E’
Impor

E

0

Negara 1

X

X

0
Negara 2

Gambar 1 Kurva perdagangan internasional
Sumber:

Salvatore (1997)

Gambar 1 memperlihatkan bahwa sebelum terjadi perdagangan
internasional harga di negara 1 adalah sebesar P1, sedangkan harga di negara 2
adalah sebesar P3. Penawaran di pasar internasional terjadi jika harga internasional
lebih tinggi dibandingkan dengan P1, sedangkan permintaan di pasar internasional
terjadi jika harga internasional lebih rendah dibandingkan dengan P3. Dengan
adanya perdagangan internasional, maka negara 1 akan mengekspor komoditi X
sebesar BE, sedangkan negara 2 akan mengimpor komoditi X sebesar B’E’ pada
tingkat harga internasional (P2).
Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk mengestimasi berapa
besar barang yang keluar dan masuk di suatu wilayah adalah gravity model.
Pendekatan gravity model digunakan untuk menganalisis perdagangan bilateral
suatu negara dengan negara lain. Model umum perdagangan dalam penelitian ini
dibentuk oleh variabel-variabel GDP per kapita riil negara pengekspor
(ASEAN+6) maupun pengimpor (Indonesia), jarak ekonomi, dan nilai tukar riil.
Di samping itu, terdapat pula variabel non-ekonomi yang memiliki pengaruh
terhadap perekonomian, termasuk perdagangan suatu negara seperti, kualitas
pelabuhan, stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan negara pengimpor.

8

Analisis gravity model pertama kali dikembangkan oleh Tinbergen dan
Poyhonen untuk menjelaskan aliran perdagangan bilateral oleh mitra dagang pada
Gross National Product (GNP) dan jarak geografis antar negara. Model ini
disebut gravity model karena menggunakan perumusan yang sama dengan model
gravitasi Newton, dimana interaksi antara dua objek adalah sebanding dengan
massanya dan berbanding terbalik dengan jarak masing-masing.
Areethamsirikul (2006) meneliti perdagangan intra-ASEAN menggunakan
gravity model dengan memasukkan variabel ekonomi yang mencakup GDP dan
GDP per kapita. Selain menggunakan variabel ekonomi, penelitian ini
menggunakan variabel non-ekonomi. Variabel non-ekonomi dalam gravity model
biasanya bersifat saling mengisi dan melengkapi, dan pada umumnya
mencerminkan indikator sosial-politik. Hal inilah yang membedakan gravity
model dengan model-model ekonomi lainnya.
GDP per kapita negara pengekspor maupun pengimpor umumnya
memiliki pengaruh positif terhadap permintaan impor suatu negara. Menurut
Fitzsimons et al. (1999), peningkatan GDP per kapita negara pengekspor akan
menyebabkan peningkatan kemampuan produksi negara tersebut, sedangkan
peningkatan GDP per kapita negara pengimpor akan meningkatkan konsumsi
negara tesebut sehingga permintaan untuk impor pun mengalami meningkat.
Selain GDP per kapita, jarak merupakan faktor geografis yang menjadi
variabel utama dalam gravity model untuk aliran perdagangan. Jarak memberikan
pengaruh dalam masalah biaya transportasi dalam perdagangan. Jarak yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan jarak ekonomi. Menurut Siahaan
(2008), variabel jarak ekonomi dapat berpengaruh negatif dan positif. Apabila
jarak berpengaruh negatif maka faktor jarak geografis menjadi faktor yang lebih
dominan dibandingkan dengan GDP dalam memengaruhi perdagangan. Hal ini
disebabkan jarak dapat meningkatkan biaya transaksi pertukaran barang dan jasa
internasional. Namun, jarak ekonomi dapat berpengaruh positif karena faktor
GDP menjadi faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan jarak geografis. Di
samping itu, dalam penelitian Manik (2012), jarak ekonomi secara signifikan
berpengaruh positif terhadap impor disebabkan adanya komisi perdagangan dari
suatu transaksi. Adanya komisi transaksi yang diberikan kepada perantara
(broker) akan memengaruhi transaksi perdagangan internasional. Hal ini
disebabkan, semakin tinggi nilai perdagangannya, maka semakin tinggi juga
komisi transaksi yang diterima oleh perantara.
Variabel lain yang berpengaruh terhadap perdagangan adalah nilai tukar.
Nilai tukar merupakan tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara
untuk saling melakukan perdagangan. Menurut Mankiw (2000), nilai tukar riil
diperoleh dengan mengalikan nilai tukar nominal dan rasio tingkat harga. Oleh
sebab itu, nilai tukar riil dapat menunjukkan harga relatif barang di kedua negara.
Jika nilai tukar negara pengekspor terhadap negara pengimpor mengalami
peningkatan (depresiasi), maka hal ini akan meningkatkan ekspor negara
pengekspor tersebut ke negara pengimpor. Sedangkan, jika nilai tukar negara
pengimpor terhadap negara pengekspor mengalami depresiasi, maka hal ini akan
menurunkan insentif untuk melakukan impor karena harga produk negara
pengimpor tersebut lebih kompetitif.
Selain variabel-variabel ekonomi di atas, terdapat pula variabel nonekonomi yang memiliki pengaruh terhadap perekonomian suatu negara seperti,

9

variabel kualitas pelabuhan, stabilitas politik, dan efektivitas pemerintahan di
negara pengimpor. Kualitas pelabuhan merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan kelancaran pengangkutan barang dan jasa yang akan diperdagangkan.
Kualitas pelabuhan disini berhubungan dengan pembangunan infrastuktur
pelabuhan untuk memungkinkan volume perdagangan yang lebih besar. Kualitas
pelabuhan mencakup pengembangan pergudangan, transportasi, pengiriman,
penyediaan utilitas dasar, infrastruktur teknologi informasi, dan mengatur badanbadan administratif terkait dan sistem. Menurut Wilson et al. (2003) perbaikan
kualitas pelabuhan secara signifikan berpengaruh positif terhadap perdagangan,
baik ekspor maupun impor.
Menurut Barro (1991) dalam Grindle (2007), ketidakstabilan politik dapat
menurunkan investasi-investasi produktif di suatu negara yang dapat berdampak
terhadap penurunan produksi yang dihasilkan suatu negara. Oleh sebab itu,
diperlukan situasi politik yang stabil untuk menciptakan iklim ekonomi yang
kondusif dan aman sehingga akan merangsang pertumbuhan ekonomi dan akses
untuk kesempatan berusaha bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas-aktivitas
yang produktif
sehingga produksi dapat ditingkatkan (Tarmidi 2009).
Peningkatan produksi ini dapat berimplikasi tehadap penurunan impor dan
peningkatan ekspor suatu negara.
Variabel efektivitas pemerintahan berhubungan erat dengan tata kelola
pemerintah yang baik dan efektif seringkali disebut good governance. Dimensidimensi dari good governance sangat luas, yakni menyangkut kepercayaan publik
terhadap kompetensi pemerintah dalam mengelola pemerintahan, efisiensi
birokrasi, pembuatan kebijakan, pencapaian stabilitas keamanan, penegakan
hukum, serta pengelolaan sumber daya ekonomi secara efektif, transparansi dan
akuntabel. Menurut Brunetti et al. (1997), efektivitas dan kredibilitas pemerintah
berkontribusi positif terhadap perekonomian. Pengelolaan pemerintahan yang
efektif dan berkompetensi dapat mendorong perekonomian secara optimal karena
dapat berimbas pada terciptanya iklim yang kondusif bagi investasi-investasi
produktif sehingga produksi suatu negara dapat meningkat sehingga impor dapat
dikurangi dan ekspor dapat ditingkatkan.
Retnowati (2007) dalam penelitiannya menggunakan gravity model untuk
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perdagangan intra-industri antara
negara-negara ASEAN-5 pada periode 2001-2005. Dalam penelitiannya
ditemukan bahwa variabel GDP per kapita dua negara, perbedaan GDP antar
negara, fluktuasi nilai tukar, dan nilai tukar berpengaruh secara signifikan.
Sedangkan, jarak antar negara dan perbedaan GDP per kapita tidak memiliki
pengaruh yang signifikan.
Walsh (2007) dalam penelitiannya menggunakan gravity model untuk
menganalisis perdagangan impor sektor jasa yang meliputi total service imports,
travel service, transport services,government service, dan commercial services di
negara-negara Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD). Dalam penelitiannya ditemukan bahwa variabel GDP per kapita negara
pengekspor dan pengimpor serta bahasa adalah variabel yang paling berpengaruh
dalam perdagangan impor antar negara. Pada penelitian ini juga, jarak ditemukan
tidak berpengaruh signifikan terhadap aliran perdagangan.
Zahidi (2012) dalam penelitiannya menggunakan gravity model untuk
menganalisis dampak trade facilitation terhadap perdagangan di kawasan

10

ASEAN+3. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa variabel efisiensi prosedur
kepabeanan, GDP per kapita riil negara pengekspor dan pengimpor, nilai tukar riil
memberikan dampak baik terhadap arus perdagangan impor, baik pada sektor
pertanian barang mentah maupun sektor manufaktur. Sedangkan, jarak ekonomi
berdampak negatif terhadap arus perdagangan di negara-negara kawasan
ASEAN+3.
Rogers (2000) dalam penelitiannya menggunakan analisis kointegrasi dan
Error Correction Model (ECM) untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi perdagangan, khususnya impor di Fiji. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah
permintaan domestik, GDP, dan nilai tukar riil.

Kerangka Pemikiran
Impor memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi permintaan
dalam negeri atas barang-barang yang pasokannya tidak diproduksi di dalam
negeri atau tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Di samping itu,
impor penting untuk dilakukan apabila harga bahan baku di dalam negeri mahal
karena hal ini akan berdampak pada tidak kompetitifnya produk ekspor suatu
negara di pasar internasional sehingga daya saing produk negara tersebut rendah.
Oleh sebab itu, impor tidak kalah penting dibandingkan dengan ekspor karena
impor pun dapat merangsang perekonomian apabila didukung dengan kebijakan
yang tepat dan sesuai.
Impor Indonesia pada periode Januari-Desember 2011 didominasi bahan
baku/penolong sebesar 73.79 persen dari total impor Indonesia dan barang modal
sebesar 18.66 persen (Badan Pusat Statistik 2012). Bahan baku/penolong dan
barang modal yang diimpor ini pada akhirnya akan digunakan untuk proses
industri dalam negeri dan industri yang berorientasi ekspor.
Kesepakatan CEPEA yang ditandatangani pada Januari 2007 berimplikasi
pada volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6. Selama periode
tahun 2007-2011 volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 sangat
besar. Bahkan, volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui
moda transportasi laut dan udara selama periode tahun 2007-2011 mencapai 45.52
persen dari total impor Indonesia (Badan Pusat Statistik 2012). Di samping itu,
volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 di dominasi melalui moda
transportasi laut. Hal tersebut menunjukkan bahwa moda transportasi laut menjadi
moda transportasi andalan dalam perdagangan antara Indonesia dengan negaranegara ASEAN+6.
Akan tetapi, Indonesia memiliki masalah transportasi laut yang tidak
efisien, padahal transportasi laut merupakan pendukung utama perdagangan
Indonesia. Tingginya biaya transportasi laut ini disebabkan infrastruktur dan jasa
logistik di pelabuhan yang kurang mendukung sehingga biaya logistik di
Indonesia dari kawasan industri ke pelabuhan pun tinggi. Di samping itu,
walaupun kesepakatan-kesepakatan yang ditandatangani dalam suatu integrasi
ekonomi telah mengurangi bahkan menghapuskan hambatan tarif dan non-tarif,
namun tidak semua negara di dunia mengalami pertumbuhan dan manfaat yang
sama dari perdagangan. Hal ini disebabkan, kualitas infrastruktur pelabuhan,

11

stabilitas politik, dan efektivitas pemerintahan diduga dapat memengaruhi pola
perdagangan suatu negara. Kualitas infrastruktur pelabuhan akan memengaruhi
waktu untuk impor yang pada akhirnya akan memengaruhi biaya untuk impor.
Sementara itu, stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan akan memengaruhi
biaya informasi dan biaya penegakan hukum serta peraturan untuk melakukan
impor. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka kerangka pemikiran yang
digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 2.
Adanya barang yang tidak
diproduksi di dalam negeri
karena keterbatasan sumber
daya mendorong terjadinya
impor.

Besarnya volume impor Indonesia
dari ASEAN+6 selama periode
tahun 2007-2011.

Harga bahan baku yang lebih mahal di
dalam negeri mendorong terjadinya
impor agar harga produk ekspor negara
tersebut daya saingnya meningkat di
pasar internasional.

Dominasi moda transportasi laut
dalam
perdagangan
impor
Indonesia
dari
ASEAN+6
dibandingkan
dengan
moda
transportasi lainnya.

Transportasi laut Indonesia tidak efisien karena kondisi infrastruktur pelabuhan
dan jasa logistik yang tidak mendukung sehingga memengaruhi waktu untuk
impor yang pada akhirnya memengaruhi biaya untuk impor.

Faktor-faktor yang memengaruhi volume impor Indonesia dari ASEAN+6
melalui moda transportasi laut

Variabel ekonomi:
GDP per kapita riil, jarak
ekonomi, dan nilai tukar riil.

Variabel non-ekonomi:
Kualitas pelabuhan, stabilitas politik,
dan efektivitas pemerintahan.

Rekomendasi Kebijakan
Gambar 2 Kerangka pemikiran

12

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui
moda transportasi laut. Hal ini perlu dilakukan untuk merumuskan kebijakan
yang lebih sesuai dan tepat atas faktor-faktor yang signifikan terhadap volume
impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 melalui moda transportasi laut
mengingat posisi Indonesia yang berada pada lintasan dua samudera yang terletak
pada jalur perdagangan internasional sehingga moda transportasi laut merupakan
pendukung utama perdagangan internasional Indonesia dengan negara-negara
ASEAN+6.
Berdasarkan studi literatur maka diduga variabel-variabel yang
memengaruhi volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6 adalah GDP
per kapita riil baik negara pengekspor maupun pengimpor, jarak ekonomi, nilai
tukar riil, kualitas pelabuhan, stabilitas politik dan efektivitas pemerintahan
negara pengimpor.

Hipotesis
Dari tinjauan pustaka, dapat ditarik hipotesis faktor-faktor yang
memengaruhi volume perdagangan suatu negara dari negara lain dan pengaruhnya
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.

GDP per kapita riil negara pengekspor (ASEAN+6) diduga berpengaruh
positif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6.
GDP per kapita riil negara pengimpor (Indonesia) diduga berpengaruh
positif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6.
Jarak ekonomi diduga berpengaruh negatif terhadap volume impor
Indonesia dari negara-negara ASEAN+6.
Kualitas pelabuhan negara pengimpor diduga berpengaruh positif terhadap
volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6.
Nilai tukar riil negara pengimpor terhadap negara pengekspor diduga
berpengaruh negatif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara
ASEAN+6.
Stabilitas politik negara pengimpor diduga berpengaruh negatif terhadap
volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6.
Efektivitas pemerintahan negara pengimpor diduga berpengaruh negatif
terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara ASEAN+6.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
terdiri dari data volume impor, GDP per kapita riil, jarak ekonomi, nilai tukar,
kualitas pelabuhan, stabilitas politik, dan efektivitas pemerintahan dalam bentuk
data panel yang berasal dari beberapa sumber, yakni Badan Pusat Statistik (BPS),

13

World Bank, Centre d’Etudes Prospectives et d’Informations Internationales
(CEPII). Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang
menggabungkan antara time series 2007-2011 serta crosss section negara-negara
ASEAN+6, dimana terdiri dari Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Australia,
India, Jepang, Korea Selatan, New Zealand, dan Cina. Jenis dan sumber data
untuk bahan kajian secara ringkas disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 Jenis dan sumber data dalam penelitian
Data

Sumber

Impor

Badan Pusat Statistik

GDP per kapita riil

World Bank

Jarak

CEPII

Nilai tukar

World Bank

Kualitas pelabuhan

World Bank

Stabilitas politik

World Bank

Efektivitas pemerintahan

World Bank

Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan adalah metode kuantitatif. Analisis
regresi data panel dengan gravity model digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi volume impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui moda
transportasi laut. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan
software Microsoft Office Excel dan E-Views 6.

Spesifikasi Model
Dalam ukuran ekonomi, gravity model menduga perdagangan berdasarkan
jarak antarnegara dan interaksi antar negara. Model ini pertama kali diterapkan
oleh Tinbergen untuk meneliti aliran perdagangan internasional. Dalam penelitian
ini akan digunakan gravity model yang dimodifikasi, dimana volume impor
negara i (Indonesia) dari negara j (ASEAN+6) diterangkan oleh GDP per kapita
riil baik negara pengekspor maupun pengimpor, jarak ekonomi, nilai tukar riil,
kualitas pelabuhan, stabilitas politik, dan efektivitas pemerintahan negara
pengimpor. Persamaan gravity model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Mijt = α0 + β1GDPPCjt + β2GDPPCINDit + β3JREKijt + β4XRATEijt +
β5QOPINDit + β6POLSTABINDit + β7GOVEFFINDit + ԑijt
dimana:

14

α0
β 1 - β7
Mijt
GDPPCjt
GDPPCINDit
JREKijt
XRATEijt
QOPINDit
POLSTABINDit
GOVEFFINDit
ԑ

= intersep
= koefisien variabel-variabel independen
= volume impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui moda
transportasi laut (kg)
= GDP per kapita riil negara-negara ASEAN+6 (US$)
= GDP per kapita riil Indonesia (US$)
= jarak ekonomi Indonesia dengan ASEAN+6
= nilai tukar riil Indonesia terhadap ASEAN+6 (Rp/Local
Currency Unit)
= kualitas pelabuhan Indonesia
= stabilitas politik Indonesia
= efektivitas pemerintahan Indonesia
= error

Model yang dirumuskan menggunakan beberapa variabel yang merupakan
hasil kalkulasi dari beberapa data. Penjelasan variabel-variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Jarak Ekonomi (JREK)
Penggunaan jarak ekonomi dalam perumusan model disebabkan
jarak geografis antar negara tidak berubah atau konstan. Oleh sebab itu,
kondisi ini tidak dapat digunakan dalam melihat faktor jarak terhadap
aliran perdagangan, baik ekspor maupun impor jika hanya menggunakan
jarak geografis saja, akan tetapi dapat dilihat dari share GDP yang
menunjukkan pertumbuhan ekonomi negara. Menurut Li et al. (2008)
variabel jarak ekonomi dibentuk dari persamaan berikut:
JREKIndonesia,j = jarak geografis *
2. Nilai Tukar Riil (XRATE)
Nilai tukar merupakan tingkat harga yang disepakati penduduk
kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Nilai tukar riil
diperoleh dengan mengalikan nilai tukar nominal (NER) dan rasio tingkat
harga, dimana tingkat harga disini merupakan tingkat harga di dalam
negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Oleh sebab itu, nilai tukar riil
dapat menunjukkan harga relatif barang di kedua negara yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
XRATE = NER * rasio tingkat harga
Interpretasi hasil estimasi dilakukan dengan menggunakan elastisitas.
Elastisitas menunjukkan kepekaan atau respon dari jumlah barang yang diminta
atau ditawarkan akibat perubahan faktor yang memengaruhinya. Secara
matematis, elastisitas dituliskan sebagai berikut:

Elastisitas =

*

15

Analisis Data Panel
Data panel menggunakan kombinasi data cross section dan time series.
Implikasi yang diperoleh dari kombinasi tersebut adalah model data panel lebih
efisien karena jumlah observasi lebih banyak. Di samping itu, penggunaan model
data panel dapat mengurangi efek bias. Terdapat beberapa keunggulan dari data
panel, yaitu mampu mengontrol heterogenitas individu, memberikan lebih banyak
informasi dan variasi, mengurangi kolinearitas antar variabel, meningkatkan
degree of freedom sehingga lebih efisien, lebih baik untuk study of dynamic
adjustments, mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana
tidak dapat diperoleh dari data cross section dan time series murni, dan dapat
menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. Dalam analisis
data panel terdapat tiga macam pendekatan, yaitu Pooled Least Square (PLS),
Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM).
1. Metode Pooled Least Square
Metode PLS merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam
pengolahan data panel. Pendekatan ini biasa diterapkan dalam bentuk
gabungan dari seluruh data (pooled) seperti persamaan berikut ini:
Yit = α + βXit + ԑit
dimana:
Yit
= variabel endogen
Xit
= variabel eksogen
α
= intersep
β
= slope
i
= individu ke-i; t = periode waktu ke-t
ԑ
= error
Pada metode PLS, asumsi yang digunakan menjadi terbatas karena
asumsi intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap
individu yang di observasi. Oleh sebab itu, penggunaannya kurang sesuai
untuk panel data.
2. Fixed Effect Model
FEM digunakan ketika efek individu dan variabel penjelas
memiliki korelasi dengan variabel Xit atau memiliki pola yang sifatnya
tidak acak. FEM adalah model yang diperoleh dengan mempertimbangkan
bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan
dalam intersep-intersep cross section dan time series. Secara umum
pendekatan FEM dapat dituliskan sebagai berikut:
Yit = ΣαiDi + βXit + ԑit
dimana:
Yit
= variabel endogen
Xit
= variabel eksogen
α
= intersep
β
= slope
D
= variabel dummy
i
= individu ke-i; t = periode waktu ke-t
ԑ
= error

16

Efek yang ditimbulkan oleh pendekatan ini adalah dapat
mengurangi banyaknya derajat kebebasan yang pada akhirnya akan
mengurangi efisiensi dari variabel yang akan diestimasi. Estimasi FEM
dapat dilakukan dengan tanpa pembobot atau dengan pembobot yang
disebut General Least Square (GLS). Menurut Gujarati (2006),
pembobotan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi heterogenitas
antar unit cross section.
3. Random Effect Model
REM sering disebut error component model karena dalam model
ini variabel yang berbeda antar individu dan antar waktu dimasukkan ke
dalam error. Bentuk REM dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
Yit
= α + ΣβXit + ԑit
ԑit
= ui + vt + wit
dimana:
ui ~ N(0, ) = komponen cross section error
ui ~ N(0, ) = komponen time series error
ui ~ N(0, ) = komponen error kombinasi
Asumsi yang digunakan dalam model ini adalah error secara
individual tidak saling berkorelasi, begitu pula error kombinasinya.

Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel
Dalam pemilihan model yang akan digunakan dalam sebuah penelitian
perlu dilakukan pertimbangan statistik agar memperoleh dugaan yang efisien.
Pemilihan metode estimasi untuk menentukan model pendekatan terbaik dalam
pengolahan data panel dapat dilakukan melalui Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji
LM.
1. Uji Chow
Uji Chow atau Uji F-statistic adalah pengujian untuk memilih
apakah model yang digunakan menggunakan model PLS atau FEM.
Dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : PLS
H1 : FEM
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan
menggunakan nilai F-statistic. Jika nilai F-statistic lebih dari F-Tabel,
maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol
sehingga model yang digunakan adalah FEM, begitu pula sebaliknya.
Nilai F-statistic didapat dari persamaan berikut:
F-statistic =
dimana:

~ Fα (N-1, NT-N-K)

17

RRSS = Residual Sum Square